NovelToon NovelToon

THE BLACK HUNTER

Valerie Whitney

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

Valerie Whitney seorang detektif handal berusia 25 tahun, Valerie bernaung di sebuah agen rahasia bernama The Black Hunter. Agen tempat bernaungnya Valerie sudah bekerja sama dengan kepolisian di kota itu.

Malam ini Valerie mendapat tugas untuk memecahkan kasus mengenai keberadaan gembong narkoba yang paling dicari. Kepolisian meminta bantuan tim Valerie untuk menemukan pelaku karena pelaku sangat licin dan susah untuk ditemukan.

Malam ini Valerie sedang berada dalam perjalanan menuju sebuah hotel, menurut informasi, pelaku sedang melakukan pesta dengan para wanita muda di sebuah hotel ternama.

“Jul, informasinya sudah benar kan? Si pelaku yang membuat pesta itu?” seru Valerie.

“Yaelah Val, kamu meragukan informasi yang aku dapat?” sahut Julian.

“Bukanya begitu, kamu orangnya ceroboh, pekerjaan kamu banyak yang keliru dibandingkan banyak benarnya,” ledek Valerie.

“Ckckck...kali ini aku tidak akan keliru, soalnya menurut informasi si pelaku itu buaya darat, dia bisa menyewa 3 wanita muda dalam semalam sekaligus. Nah, pesta itu yang diundang semuanya wanita muda jadi sudah jelas pasti yang mengadakan pesta itu adalah si pelaku.”

“Busyet, semalam 3 wanita kuat banget tuh orang, kayanya kamu juga kalah sama dia,” ledek Valerie.

“Ishh...sembarangan kalau ngomong, kamu mau coba kekuatanku?” goda Julian dengan menaik turunkan alisnya.

“Ogah.”

Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai Julian pun sampai di sebuah hotel mewah.

“Hati-hati jangan sampai ketahuan,” seru Julian.

“Sip.”

Valerie pun turun dari dalam mobil dan mulai melangkahkan kakinya dengan gemulai memasuki hotel tersebut, sedangkan Julian hanya memantau dari mobil.

Valerie memakai cincin, dan cincin itu bukan sembarang cincin karena terdapat kamera tersembunyi di dalam cincin itu.

Valerie pun sampai di sebuah ruangan yang di duga di jadikan tempat pesta, dengan langkah yang dibuat gemulai, Valerie pun menghampiri dua orang penjaga yang sedang menjaga tempat itu.

“Maaf Nona, anda tidak bisa masuk!”

“Kenapa? Bukanya pesta ini untuk umum? Asalkan yang datang wanita muda nan cantik,” seru Valerie.

“Iya, tapi maaf anda tidak memasuki kriteria yang Bos kami inginkan.”

“Apa? Jadi maksud kalian aku kurang cantik dan sudah tua!” bentak Valerie.

Kedua penjaga itu justru malah takut akan kemarahan Valerie.

“Ah, bukan begitu Nona tapi menurut kami, kostum Nona tidak sesuai dengan tema pesta jadi Nona tidak bisa masuk.”

“Memangnya kenapa dengan kostum aku? Perasaan ini gaun paling mahal yang pernah aku beli, bahkan aku menghabiskan uang tabunganku hanya untuk membeli gaun ini,” sahut Valerie kesal.

“Nona, lebih baik Nona baca dulu persyaratannya,” seru salah satu penjaga sembari menunjuk sebuah pamplet.

Valerie pun menghampiri pamplet itu dan membacanya dengan seksama, seketikan Valerie membelalakan matanya ternyata itu adalah pesta kolam berenang dan setiap tamu undangan harus memakai baju minim dan seksi ataupun b*kin*.

“What, jadi aku harus pakai b*kin*? Pria itu sungguh sangat menjijikan,” batin Valerie.

Valerie mulai memutar otak, bagaimana caranya dia bisa masuk ke dalam tanpa harus memakai b*kin*.

“Sial, si Julian tidak bilang lagi kalau peraturan masuk ke dalam harus berpakaian seperti itu? Lagi-lagi, dia memang tidak pandai mencari informasi,” gerutu Valerie.

Valerie pun memutuskan untuk masuk ke sebuah kamar mandi, di dalam kamar mandi, Valerie mondar-mandir mencari cara supaya bisa masuk ke pesta itu.

Valerie pun bercermin, malam ini Valerie memang memakai gaun panjang dengan lengan panjang, walaupun tidak terlihat seksi, tapi pakaian itu membentuk lekuk tubuh Valerie.

Valerie melihat-lihat gaunnya. “Terpaksa aku harus melakukannya,” gumam Valerie.

Valerie pun dengan cepat merobek lengan panjang gaunnya dan menjadikannya seperti gaun tanpa lengan, Valerie juga mulai merobek panjang gaunnya sampai sebatas paha.

“Sayang sekali, gaun mahal ini harus aku rusak. Pokoknya habis misi ini aku mau minta ganti rugi sama si Julian,” gumam Valerie.

Valerie pun mulai merapikan penamilannya, dirasa sudah pas, Valerie pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri kedua penjaga itu.

“Bagaimana, apa sekarang aku sudah boleh masuk?” seru Valerie.

Kedua penjaga itu memperhatikan penampilan Valerie dari atas hingga bawah, lalu mereka berdua saling pandang.

“Silakan Nona, anda boleh masuk.”

Valerie pun merasa lega, dan akhirnya masuk ke dalam tempat pesta itu. Valerie tampak terkejut karena semua wanita muda itu terlihat memakai pakaian yang sangat minim bahkan ada juga yang menggunakan b*kin*.

“Gila pesta apaan ini?” batin Valerie.

Sementara itu, Julian yang memantau Valerie dari dalam mobil tampak membelalakan matanya melihat keadaan di dalam tempat pesta.

“Busyet, seksi-seksi banget mereka,” gumam Julian.

Valerie pun mulai melihat-lihat tempat pesta itu, dari kejauhan terlihat pria tua dengan perut buncit serta kepala botak dan di kelilingi oleh para wanita muda itu.

“Aku yakin, dia pasti gembong narkoba itu,” batin Valerie.

Valerie mulai mencari barang-barang yang mencurigakan, hingga akhirnya tatapan Valerie tertuju kepada sebuah koper yang berada di samping pria itu.

“Kena kamu sekarang, Pak Tua.”

Valerie mulai mendekati koper itu, pria itu tidak menyadari kehadiran Valerie karena dia sibuk dengan wanita-wanita muda mainannya.

Baru saja Valerie menyentuh ujung koper itu, tiba-tiba suara alarm berbunyi dengan nyaringnya membuat Valerie terkejut dan langsung mundur, berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Seketika pria itu dan anak buahnya langsung kabur dengan membawa koper itu, otomatis Valerie pun langsung mengejarnya.

“Sial, Julian, pria tua itu memakai alarm di barang buktinya jadi dia akan tahu kalau ada penyusup masuk ke pesta ini,” seru Valerie.

Valerie berbicara dengan cincinnya yang nantinya akan terhubung kepada Julian, suasana pesta pun menjadi kacau. Valerie pun mengejar pria tua itu tapi sayang, Valerie kehilangan jejak.

“Gila, dia cepat banget menghilangnya.”

Sementara itu, di luar, polisi sudah mengepung hotel itu karena Julian langsung berkoordinasi dengan kepolisian akan menangkap gembong narkoba itu malam ini.

Valerie terus mencari pelaku dan anak buahnya yang kabur entah ke mana.

Sementara itu, di sebuah kamar hotel seorang pria tampan sedang asyik menikmati winenya. Pria itu tampak sedang memerhatikan pesta kolam renang dari balik jendela kamarnya.

Pelaku sangat kebingungan harus bersembunyi di mana, hingga akhirnya si pelaku masuk ke kamar si pria tampan itu.

Pria itu sadar, kalau di kamarnya ada penyusup, dengan mengendap-ngendap pria itu memperhatikan kamarnya dan benar saja seorang pria tua dengan koper di tangannya sedang mengintip seseorang dari celah lubang kunci.

“Kurang ajar, berani sekali kamu menyusup ke kamarku,” seru pria itu.

Si pelaku langsung menyerang si pria, hingga terjadilah perkelahian. Ilmu beladiri si pelaku sangatlah minim, sehingga pria itu dengan mudah bisa mengalahkannya.

Valerie yang kebetulan melewati kamar itu merasa curiga karena di dalamnya terdengar kegaduhan apalagi sekarang pintu kamar itu sedikit terbuka.

“Apa, si Pak Tua itu bersembunyi di sini ya?” batin Valerie.

Perlahan Valerie pun membuka pintu kamar itu dan terlihat pria tua dan pria tampan itu sedang berhadap-hadapan dengan sama-sama memegang koper. Valerie mengira pria tua itu sedang menyerahkan koper kepada pria tampan itu, padahal kenyataannya mereka sedang rebutan koper.

“Jadi ternyata kamu Bosnya!” teriak Valerie.

Tanpa di duga, Valerie justru menyerang si pria tampan dan terjadilah perkelahian di antara keduanya. Sedangkan si pria tua merasa beruntung dan memanfaatkan situasi dengan melarikan diri.

“Serahkan koper itu!” teriak Valerie.

“Tidak semudah itu Nona.”

Pria tampan itu sangat jago beladiri sehingga Valerie bisa kalah dalam sekejap. Pria tampan itu menggulung tubuh Valerie dengan selimut sehingga Valerie tidak bisa bergerak sama sekali.

“Sampai bertemu lagi, Nona.”

Pria tampan itu menggeret koper yang akan menjadi sebuah barang bukti untuk Valerie.

“Hai, tunggu kamu! Kembalikan koper itu!” teriak Valerie di dalam gulungan selimut.

Pria tampan itu pun meninggalkan Valerie yang sama sekali tidak bisa bergerak.

“Sial....”

Identitas Tersembunyi

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

Cukup lama Valerie berusaha melepaskan diri, hingga akhirnya Valerie pun bisa terlepas juga dan Valerie segera keluar dari kamar hotel itu.

Valerie menghampiri Julian yang sedang berbincang-bincang dengan Komandan polisi yang bekerja sama dengan mereka.

Keduanya tampak terkejut melihat penampilan Valerie yang acak-acakan.

“Astaga, kenapa dengan penampilan kamu, Val?” tanya Julian.

Valerie langsung memukul Julian dengan tas tangannya secara membabi buta.

“Ini semua gara-gara kamu, kamu memang tidak pernah becus dalam bekerja. Kamu tahu tadi itu pesta kolan renang, dan aku diharuskan memakai baju minim banget sampai-sampai aku merobek gaun mahalku, pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus menggantinya!” teriak Valerie yang terus saja memukul Julian.

“Iya-iya, nanti aku ganti, sudah dong jangan mukul aku terus sakit tahu!”

Komandan polisi itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Valerie dan juga Julian. Mereka adalah partner kerja yang sangat solid, tapi kadang-kadang sikap mereka menjadi konyol dan seperti anak kecil.

“Sudah stoooopp!”

Valerie dan Julian terkejut dan langsung terdiam dengan sikap yang sempurna seperti sedang upacara.

“Kalian itu selalu saja seperti ini, jadi sekarang mana barang buktinya, Val?” tanya sang Komandan.

“Ah, maaf Komandan saya tidak berhasil mengambil barang buktinya karena seorang pria membawanya pergi,” sahut Valerie dengan senyum canggungnya.

“Apa? Pria siapa?”

“Saya juga tidak tahu, Komandan,” lirih Valerie dengan menundukan kepalanya.

“Astaga.”

Komandan polisi yang bernama Allan itu, akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mencari seorang pria yang keluar dari hotel dengan membawa sebuah koper.

Valerie dan Julian pun pamit pulang, malam ini Valerie sangat lelah bahkan pria misterius itu sudah membuat bahu Valerie sakit.

“Apa mungkin pria itu masih kelompok mereka?” seru Julian.

“Entahlah, aku juga gak tahu. Pokoknya malam ini misi kita gagal dan aku sangat sial. Mana gaunku sudah robek lagi, ditambah bahuku sakit gara-gara pria brengsek itu,” gerutu Valerie.

“Tapi kamu memakai gaun minim gitu, kelihatan seksi loh, Val,” goda Julian.

Valerie kembali mengangkat tangannya hendak memukul Julian tapi Julian dengan reflek melindungi kepalanya dengan satu tangannya karena saat ini Julian sedang mengendarai mobilnya.

“Ampun Val, jangan pukul lagi bisa-bisa kepalaku  benjol kalau kamu pukul lagi,” rengek Julian.

“Makanya jangan bicara sembarangan.”

Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Julian pun sampai di depan rumah Valerie. Valerie segera turun dari dalam mobil dan meninggalkan Julian tanpa bicara sepatah kata pun.

“Astaga, wanita itu, bilang terima kasih kek, kebiasaan deh,” gerutu Julian.

Julian pun mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah Valerie, ternyata di sana ada dua Ibu-ibu yang kebetulan baru pulang dari warung.

“Tuh kan benar apa kata aku, si Valerie itu kerjanya gak benar, setiap hari pulang malam, mana sekarang penampilannya seperti itu lagi,” seru salah satu tetangga Valerie.

“Iya, pasti barusan dia diantarkan oleh Om-om,” sahut Ibu-ibu satunya lagi.

Valerie yang hendak membuka pintu, seketika menghentikan langkahnya karena mendengar cibiran dari tetangganya itu.

Valerie ingin sekali merobek mulut para tetangganya yang setiap hari selalu menggosipkannya. Valerie memang menyembunyikan identitasnya, tidak ada yang tahu siapa Valerie sebenarnya.

Mereka hanya tahu kalau Valerie bekerja serabutan, bahkan banyak yang bilang kalau Valerie pengangguran karena kebanyakan diam di rumah.

“Dasar Ibu-ibu kurang kerjaan, selalu saja kepo sama urusanku,” batin Valerie.

Akhirnya dengan kesalnya, Valerie pun masuk ke dalam rumahnya, tidak lupa Valerie membanting pintunya membuat kedua Ibu-ibu itu terlonjak kaget.

Valerie pun langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari memijat pundaknya yang terasa sangat sakit.

“Siapa pria itu? Apa dia merupakan gembong narkoba juga?” gumam Valerie.

Saking kelelahannya, Valerie pun akhirnya langsung terlelap.

Sementara itu, si pria tampan yang misterius itu saat ini sedang mengendarai mobilnya sembari sesekali celingukan ke kiri dan ke kanan, entah apa yang dia cari.

Hingga dia menemukan sebuah gang kecil dan ternyata dugaannya benar kalau si pria tua dan anak buahnya sedang bersembunyi di sana. Dia pun turun dari dalam mobil dan menggeret koper itu mendekati para penjahat itu.

“Nah, itu dia orang yang sudah membawa koperku. Ternyata kamu dengan senang hati mengantarkan nyawa kamu ke sini. Habisi orang itu!” teriak si pria tua.

Anak buah si pria tua yang berjumlah 5 orang itu langsung menyerangnya, tapi sayang kelima anak buah si pria tua dengan mudahnya bisa dia kalahkan.

“Kurang ajar,” gumam si pria tua.

Si pria tua itu memutuskan untuk melarikan diri tapi dengan cepat dia melempar koper yang dia bawa ke arah si pria tua sehingga si pria tua itu langsung pingsan.

Dia mengikat mereka jadi satu dan menyimpan koper itu di samping mereka, setelah itu dia pun mengotak-ngatik ponselnya. Setelah selesai, dia pun kembali masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan para penjahat itu dalam keadaan tak sadarkan diri dan terikat.

 

***

Keesokan harinya...

Valerie mulai merentangkan kedua tangannya.

“Aw....”

Valerie kembali meringis karena pundaknya masih saja terasa sakit.

“Hari ini aku harus menemui Dr.Nico, sepertinya pundak aku bermasalah,” gumam Valerie.

Valerie pun mulai bangun dan menyambar handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, Valerie pun selesai mandi dan segera berganti pakaian, hari ini Valerie ingin bersantai ria di rumah sembari menunggu misi selanjutnya.

Valerie membuka lemari es dan ternyata tidak makanan yang bisa Valerie makan.

“Ya ampun, ternyata aku lupa belanja bulanan,” gumam Valerie.

Akhirnya dengan terpaksa Valerie pun keluar rumah untuk mencari penjual lontong yang setiap pagi memang suka lewat di depan rumahnya.

Sebenarnya Valerie sangat malas keluar rumah karena para tetangga keponya selalu saja mencibirnya. Valerie berdiri di depan pagar rumahnya sembari celingukan dan kebetulan sekali tukang lontong baru saja lewat.

“Bang, beli dong satu porsi.”

“Siap Neng.”

Tiba-tiba tiga orang tetangga kepo Valerie pun lewat di hadapan Valerie.

“Bang, bayarnya pakai uang kan? Bukan pakai sesuatu?” sindir salah satu Ibu-ibu.

“Ya pakai uanglah Bu, memangnya mau bayar pakai apa?” sahut si tukang lontong.

“Kali aja di bayar plus-plus.”

“Iya, kalau gak ada kita pasti Abang bakalan di bawa masuk ke dalam rumahnya.”

Valerie sudah mengepalkan tangannya, Ibu-ibu itu sungguh sudah sangat keterlaluan. Setelah selesai, Valerie pun langsung masuk ke dalam rumahnya, sungguh Valerie ingin sekali menyumpal mulut Ibu-ibu itu dengan sambel lontong.

“Menyebalkan sekali sih, mereka. Kurang kerjaan ngurusin hidup orang,” kesal Valerie.

Valerie pun makan lontong itu dengan kesalnya, hingga tidak lama kemudian ponsel Valerie pun berbunyi dan tertera nama Julian di sana.

“Astaga, ada apa lagi sih?”

Valerie pun segera mengangkat telepon dari Julian.

📞”Hallo!”

📞”Kamu harus segera ke kantor, ada hal penting yang harus kamu tahu.”

📞”Tidak bisakah besok saja, hari ini aku ingin rebahan.”

📞”Tidak bisa, pokoknya kamu harus datang sekarang juga.”

Tut..tut..tut..

Julian langsung mematikan ponselnya membuat Valerie sangat kesal.

“Astaga, kenapa sih, pagi ini orang-orang sungguh sangat menyebalkan!” teriak Valerie dengan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Valerie pun segera mengganti pakaiannya dan dengan cepat memesan taksi, entah hal penting apa yang akan dibicarakan dengannya.

 

Melakukan Penyamaran

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

🕵‍♀

Beberapa saat kemudian, taksi yang Valerie tumpangi sampai di kantornya. Valerie dengan cepat masuk dan berlari menuju ruangan khusus timnya.

“Maaf, aku terlambat!” seru Valerie.

Valerie melihat di sana timnya sudah berkumpul dan wakil ketua sudah berdiri di depan dengan melipat kedua tangannya di dada. Valerie pun segera duduk di samping Julian.

“Selamat pagi semuanya! Maaf, karena saya sudah mengganggu waktu istirahat kalian semua, khususnya untuk Valerie dan Julian yang sudah bekerja keras menangkap gembong narkoba tadi malam. Saya hanya ingin mengucapkan selamat kepada kalian berdua, karena kalian sudah berhasil menangkap gembong narkoba itu beserta barang bukti sebuah koper yang berisi uang dan juga s*bu,” seru Pak Erwin.

“Hah, menangkap gembong narkoba?” gumam Valerie bingung.

Valerie dan Julian mengerutkan keningnya merasa bingung dengan ucapan wakil ketuanya itu, sudah jelas-jelas tadi malam Valerie dan Julian gagal menangkap pelaku tapi kenapa wakil ketuanya mengatakan kalau mereka sudah berhasil menangkap gembong narkoba itu.

“Iya, Komandan Alan menemukan gembong narkoba dan anak buahnya terikat di sebuah gang sempit dengan koper yang berada di samping mereka, itu hasil kerjaan kalian kan?” seru Pak Erwin.

Valerie menoleh ke arah Julian dan Julian hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu apa-apa.

“Sudah jangan pura-pura lagi, karena kalian sudah berhasil dengan misi kalian, atasan akan memberi kalian bonus sebagai imbalan karena kerja kalian sangat bagus dan memuaskan, dan atasan sudah mentransfer uangnya ke rekening kalian masing-masing,” seru Erwin.

Semua orang tampak bertepuk tangan, sedangkan Valerie dan Julian hanya bisa tersenyum canggung sembari menggaruk kepala mereka yang tidak gatal.

“Oh iya, satu lagi. Kita mendapatkan misi baru untuk mengungkap misteri pembunuhan berantai yang terjadi di sebuah sekolah SMA ternama di kota ini. Pembunuhan berantai ini sudah terjadi dari tahun 2020, dan itu tandanya sudah 2 tahun berlalu tapi sampai sekarang belum terungkap siapa pelakunya,” seru Pak Erwin.

“Wakil ketua, masa sudah 2 tahun belum terungkap juga memangnya polisi sama sekali tidak menemukan siapa pelakunya?” seru Julian.

Valerie menoyor kepala Julian dengan gemasnya. “Kalau polisi sudah menemukannya, ngapain tugas ini diserahkan kepada kita? Ah, lama-lama aku belah juga kepala kamu dan mengganti otak kamu dengan otak ayam,” seru Valerie dengan kesalnya.

“Allahuakbar, sadis banget kamu, Val.”

“Polisi, bahkan tim detektif selain kita pun sudah berusaha memecahkan kasus ini dan mencari pelakunya tapi tidak ada yang bisa menemukan si pelaku, bahkan detektif yang menyamar jadi siswa di sekolahan itu pun justru malah menjadi korban juga,” seru Pak Erwin.

“Terus, rencana kita apa, wakil ketua?” tanya Valerie.

“Kita pun harus menyamar jadi siswa di sekolahan itu.”

“Sepertinya perasaanku gak enak, Val,” bisik Julian.

“Valerie, Julian!”

“Iya, wakil ketua!”

“Saya serahkan tugas ini kepada kalian, saya yakin kalian bisa melakukannya dan bisa menemukan siapa pelaku pembunuhan berantai itu,” seru Pak Erwin.

“Nah, kan, firasatku benar, kita lagi yang ditugaskan,” bisik Julian.

“Berarti, kita harus menyamar jadi siswa SMA dong, wakil ketua?” seru Valerie.

“Betul sekali, wajah kalian itu kan, baby face jadi masih sangat cocoklah untuk menjadi anak SMA. Tapi ingat, kalian harus menjadi siswa yang lemah jangan memperlihatkan keahlian kalian di hadapan mereka, pokoknya jangan sampai ada yang tahu kalau kalian seorang detektif.”

“Siap, wakil ketua,” sahut Valerie dan Julian bersamaan.

Rapat pun selesai, Valerie dan Julian memutuskan untuk ke kantin kantor. Sudah tanggung berada di kantor dan malas pulang lagi ke rumah, mereka pun memutuskan bersantai sejenak.

Julian mengotak-ngatik laptopnya mencari informasi mengenai kasus pembunuhan berantai itu.

“Val, menurut informasi target pembunuhan berantai itu siswi perempuan saja, dan rata-rata mereka diperkosa terlebih dahulu sebelum dibunuh,” seru Julian.

“Pasti pelakunya seorang yang hiper,” sahut Valerie dengan mulut penuh makanan.

“Bisa jadi.”

“Oh iya, Jul, kok aku merasa aneh ya, perasaan tadi malam aku itu gagal menangkap si gembong narkoba, tapi tadi wakil ketua bilang, kita yang menangkapnya, aneh sekali kan?” seru Valerie.

“Sudahlah gak usah dipikirkan, itu rezeki buat kita.”

“Dasar kamu ini. Ngomong-ngomong, kita sudah 3 tahun bekerja di sini tapi aku sama sekali belum tahu siapa ketua The Black Hunter, apa kamu tahu siapa orangnya?” seru Valerie.

“Mana aku tahu, menurut wakil ketua, ketua kita itu sangat misterius dia bisa datang dan pergi tanpa sepengetahuan kita.”

Valerie hanya mengangguk-nganggukan kepalanya.

 

***

Keesokan harinya...

Valerie dan Julian sudah berada di dalam mobil wakil ketua, keduanya sudah memakai seragam SMA.

Valerie mematut wajahnya di cermin, rambutnya dikepang dua, dengan kacamata yang memperlihatkan seorang gadis culun. Sedangkan penampilan Julian, rambut klimis dengan belah pinggir serta topel yang dia tempel di pipinya.

“Astaga, walaupun dibuat culun tetap saja, aku masih terlihat tampan,” seru Julian dengan bangganya.

“Kalian sudah siap? Kalau begitu kalian turun dari mobil, dan ingat kalian harus terlihat lemah jangan sampai terpancing sehingga identitas kalian terbongkar,” seru Pak Erwin.

“Siap, wakil ketua!”

“Di jam tangan kalian sudah terpasang kamera tersembunyi dan perekam suara juga, jadi saya dan tim akan terus memantau kalian.”

“Baik, kalau begitu kita keluar dulu.”

Valerie dan Julian pun keluar dari dalam mobil, mereka berdua mulau melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolah.

Valerie dan Julian seketika menjadi pusat perhatian, tidak sedikit dari mereka yang mengejek dan menertawakan Valerie dan Julian tapi keduanya terlihat santai dan melanjutkan langkahnya menuju kelas yang akan mereka tempati selama melakukan penyamaran di sana.

Ternyata Valerie dan Julian berada di kelas yang siswa-siswanya merupakan anak-anak nakal dan sok berkuasa. Di saat Valerie dan Julian masuk, semua siswa tampak memperhatikan mereka dan menatap mereka dengan tatapan meremehkan.

"Wah, ada mainan baru nih," seru salah satu siswa dengan senyumannya.

Valerie dan Julian saling pandang satu sama lain.

"Wah, wakil ketua sepertinya ingin puas sama kita, Val," bisik Julian.

"Sabar Jul, ini ujian," sahut Valerie dengan berbisik juga.

Valerie dan Julian pun mulai duduk di bangku kosong yang berada di paling belakang, sekelompok siswa hendak menghampiri mereka, tapi beruntung Bu Guru masuk dan sekelompok siswa itu pun tidak jadi menghampiri Valerie dan Julian.

"Wah, para bocah itu sepertinya ingin menindas kita," bisik Julian.

"Dasar bocah-bocah tengil, sudahlah jangan dihiraukan, kita fokus saja sama misi kita," bisik Valerie.

Valerie dan Julian pun mulai mengikuti pelajaran yang Guru itu terangkan.

NOTE : AUTHOR LAGI NGADAIN EVENT GIFT NIH, BAGI YANG MAU IKUTAN, YUK KASIH GIFT KE KARYA AUTHOR YANG INI. EVENT DIMULAI TANGGAL 1-31 AGUSTUS, BAGI YANG BERUNTUNG AKAN DAPAT PULSA DARI AUTHOR.

Juara 1 : Pulsa 100k

Juara 2 : Pulsa 75k

Juara 3 : Pulsa 50k

INI KHUSUS UNTUK PEMBACA YANG TIDAK MASUK GC YA!!

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!