NovelToon NovelToon

Mafia In Love [KimJane]

Chapter 1

*Holla guys**🤟🏻*

✨Happy Reading✨

#FLASHBACK ON

“Bagaimana jika aku menolak?” Tanya seorang gadis yang tengah duduk berhadapan dengan laki-laki berpakaian hitam formal.

“Saya tidak memberi penawaran untuk anda nona, tapi ini adalah perintah dari tuan saya ” balas lelaki itu dengan wajah datarnya.

Gadis itu menghela nafas “Haaihh sangat pemaksa!! Lagi pula Kenapa harus butikku sih? Bukankah ada begitu banyak bangunan di sekitar sini?” Raut wajah kesal terlukis di wajah gadis itu.

“Itu karena butik anda menjadi pemisah antara dua kasino kami” imbuhnya

“Lalu apa itu salahku? Kenapa kalian tidak membangunnya berdekatan saja?” Ujar gadis itu tak ingin mengalah.

“Tuan saya bersedia membayar butik anda dengan harga berapapun. Bahkan jika anda menawarkan harga tinggi, tuan saya akan menyanggupinya” lelaki itu masih tetap berusaha.

“Ayahku sudah kaya..bahkan dia bisa membeli kasino kalian” jawab gadis itu sombong dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya menatap tajam lelaki dengan wajah datar yang juga tengah menatapnya.

“Sepertinya ini kesempatan yang bagus untukku” gumam gadis itu dalam hati.

Lelaki itu hendak menyahut, namun kalimatnya di potong begitu saja.

“Tapi jika kau tetap bersikukuh, beritahu tuanmu untuk datang langsung ke perusahaan ayahku” imbuhnya

Lelaki itu nampak berpikir, namun pada akhirnya ia setuju dan mengatakan langsung kepada tuannya.

#FLASHBACK OFF

Bangkok, Thailand

#KIM POV:

“Ada gerangan apa anda datang mengunjungi perusahaan kecilku Khun Kim” aku menatap tajam ke arah lelaki yang umurnya terpaut lebih tua dariku.

Senyumnya terlihat tenang seperti biasa, dan itu adalah ciri khas seorang Aat Suchart, yang tercatat sebagai orang kaya nomer dua di Thailand setelahku. Jika tidak salah menebak, pria dengan jas biru navy itu berumur kurang lebih 50 tahun. Dapat aku lihat dengan jelas garis halus yang mulai terlukis di wajah dengan rahang tegas itu.

Entah mengapa, sejak kedatanganku beberapa menit yang lalu, suasana diperusahaan yang tak kalah besar dengan perusahaanku, terasa sedikit tegang. Bahkan para karyawan tengah mengintip dari arah luar jendela sembari bergumam pelan bersama rekannya.

“Putrimu yang memintaku untuk datang kemari” jawab ku to the point, karena memang aku tidak suka bertele-tele.

Aku selalu bersikap tegas dan dingin kepada rekan bisnisku, dan itu yang selalu ayahku ajarkan. Tentu saja semua ajaran itu tidak sia-sia, terbukti jika mereka yang berada dibawahku akan merasa enggan untuk memberikan perlawanan.

Selain karena aku yang bersikap dingin, apa yang aku miliki sekarang ini menjadi tameng tersendiri. Semua kekuasaan dan kejayaan yang aku bangun dengan susah payah, menjadi alasan utama mengapa mereka tidak akan berani melawanku. Di umurku yang tergolong muda, aku mendapat gelar orang terkaya di Thailand. Aku tidak ingin menyombongkan diri, namun itulah faktanya. Bahkan, tidak hanya menguasai dunia bisnis, namaku juga di kenal oleh orang-orang yang menggeluti dunia hitam seorang Mafia.

Ya aku memiliki geng Mafia, yang ku beri nama King. Seperti namanya, geng Mafiaku menjadi tahta tertinggi di dunia hitam. Mereka yang sudah berkecimpung didunia gelap dan penuh dosa itu, akan berpikir seribu kali hanya untuk sekedar menyebut namaku.

“Putriku? Meminta anda datang kemari?” Aat bertanya, lalu menatap bingung ke arahku.

Aku mengangkat dua jari ke atas, sebagai intruksi untuk seseorang yang selalu setia berada dibelakangku. Aroon, dia adalah sekretaris sekaligus orang kepercayaanku. Raut wajahnya tak jauh berbeda denganku, datar dan dingin.

Aroon melangkah maju, menyerahkan berkas yang terbungkus rapi di dalam map berwarna coklat. Aku meraih Map itu, melemparkannya tepat diatas meja hitam yang berada ditengah-tengah kami.

Plak!!

“Jane Suchart, namanya tertulis jelas di akta kepemilikan bangunan butik yang berada diantara dua kasino milikku” kataku dengan tegas, berusaha memperjelas tujuanku datang kesini.

“Maaf Khun Kim, saya tidak mengerti” Aat menatap map berwarna coklat muda itu lalu beralih menatapku dengan tenang.

Oh ayolah, apa pria tua ini tidak sadar jika ia berhadapan dengan siapa sekarang ini? Aku menarik tubuh ke depan, sedikit lebih condong dengan mata yang menatap lebih dalam ke arahnya.

“Jangan pura-pura bodoh Khun Aat, kau pasti sudah tahu maksud dan tujuanku datang kemari!” Aku mulai meninggikan nada suaraku, seakan memberi peringatan kepada pria tua itu.

Tatapan tajam saling kami lemparkan satu sama lain. Namun pria tua itu terlihat lebih santai dariku, mengulum senyum seolah aku sedang membual didepannya. Aat menarik tubuhnya untuk bersandar di tepi sofa berwarna hitam dengan bahan kulit premium itu, tak lupa tangannya meraih secangkir kopi yang sudah menganggur sejak beberapa menit yang lalu.

“Bangunan itu milik putri saya Khun Kim dan seharusnya anda menemuinya bukan saya” nada bicaranya terdengar santai, namun seperti mengejekku.

“Aroon sudah menemuinya dan dia memintaku untuk datang kemari!” Suaraku terasa semakin berat, emosi yang tertahan sejak tadi, sedikit demi sedikit mulai menguar.

Apakah pria tua ini pikir aku orang yang bodoh?

Tanpa diberitahu pun, aku pasti sudah melakukan cara itu terlebih dahulu.

“Namun dia tidak ada disini Khun Kim” Aat masih berusaha mengelak, membuat emosi yang sejak tadi berusaha aku tekan, kini sudah tak terbendung lagi.

Brakk!!

Habis sudah kesabaran yang aku bangun dengan susah payah sejak tadi, demi sebuah bangunan yang bisa saja aku hancurkan tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Aku tidak pernah bernegosiasi sebelumnya, namun kali ini aku mencobanya dan lihat, orang ini tidak tahu diri.

Aku menggebrak meja hitam yang menjadi penghalang antara kami berdua dengan cukup keras. Lalu meraih sebuah pistol dari balik Jas berwarna merah maroon yang membalut tubuhku, menodongkannya tepat di dahi Aat.

Samar-samar terdengar suara pekikkan dari arah luar, aku yakin jika para karyawan sedikit terkejut dengan kejutan yang aku berikan.

“Jangan coba-coba bermain denganku Khun Aat!!” Ini adalah peringatan kedua dariku, sebelum aku benar-benar hilang kendali.

Aat meletakkan kembali cangkir putih itu ke tempat asalnya, namun tatapan matanya tak pernah lepas dariku. Tetap tenang namun terlihat sedikit waspada, ada sedikit rasa takut disana.

“Saya tidak sedang bermain-main. Putri saya memang tidak mengatakan apapun dan tidak berada disini” wajahnya masih terlihat tenang, seolah tidak ingin tersulut emosi. Lebih tepatnya, ia sedang melindungi diri saat ini.

“Aku tidak perduli, yang aku inginkan hanya bangunan itu menjadi milikku!” Kataku mutlak tak ingin dibantah. Namun pria tua itu masih terlihat tenang, membuat emosiku semakin membuncah.

Beruntung aku berada di dalam perusahaannya, karena jika ditempat lain, sudah aku pastikan akan melubangi kepalanya. Bukan karena takut, aku hanya malas untuk berurusan dengan begitu banyak orang awam diluar sana. Orang-orang yang akan sulit untuk menutup mulut mereka dan itu akan membuang-buang waktu.

“Paaaa..”

Ceklek!!

Aku sedikit terkejut, pintu yang sejak tadi tertutup rapat, kini terbuka lebar tanpa ada pertanda jika ada orang yang akan masuk. Seolah ruangan itu memang dibuka untuk umum dan bebas diakses oleh siapa saja.

Seorang gadis dengan kaos oversize berwarna hitam dan celana pendek berwarna senada, berlari masuk , tanpa memperdulikan siapapun. Bahkan dia melewatiku begitu saja, berlari ke arah pria tua itu tanpa rasa hormat sedikitpun kepada tamu sang ayah.

“Paaa.. !!” gadis itu terus berlari ke arah Aat dengan laki-laki yang berusaha menghentikkannya dari arah belakang.

Apakah dia Jane Suchart? Aku rasa iya, karena dia memanggil pria tua itu dengan sebutan Pa.

“Maaf Khun, saya sudah mencegah Khun Jane untuk masuk” adu pria dengan kacamata tebal menempel pada kedua matanya. Ia menundukkan kepalanya, meminta pengampunan kepada tuannya di depan sana, dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

“Tidak apa Tod, kau boleh keluar” titah Aat, sembari merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan gadis itu.

#KIM POV END

#AUTHOR POV

HHAAPP!!

“Pa.. kau sangat tampan hari ini” puji gadis itu sembari bergelayut manja.

“Apa lagi kali ini? Kartu? Mobil? Ponsel?” Tanya Aat, membuat Jane tersenyum manis karena sang ayah benar-benar sangat tahu apa yang ia inginkan.

“Hehehe..Hanya meminjam mobil saja” jawab Jane sembari terus mencium pipi sang ayah.

“Apakah hilang lagi?” Aat menatap putrinya dengan tatapan penuh curiga namun tetap mempertahankan suaranya yang lembut.

Gadis itu hanya menyengir kuda, tidak diragukan lagi, ayahnya memang seorang cenayang.

“Jane, ini sudah yang kesepuluh kalinya” keluh Aat

Ya, putrinya itu memang sangat gemar menghilangkan mobil. Bisa dibilang, Jane memiliki hobi yang cukup membuat kita menggelengkan kepala heran ketika mendengarnya, yaitu meninggalkan mobilnya di sembarang tempat. Gadis itu selalu lupa apa merk mobil atau warna mobilnya, karena ia selalu berganti mobil setiap minggu. Dan lebih parahnya lagi, ia lupa meninggalkan mobil-mobil itu entah dimana.

Aat bukannya tak ingin mencari keberadaan mobil-mobil itu, hanya saja, ia sudah tidak sanggup menghadapi penyakit pelupa Jane. Terkadang polisi datang dengan sendirinya, mengantarkan mobil Jane yang ditinggalkan di sembarang tempat dan meminta uang denda padanya.

“I’m Sorry, ini yang terakhir, aku berjanji” jawabnya dengan cepat, agar sang ayah tak memiliki kesempatan untuk mengomel.

“Mama pasti akan marah jika tahu tentang hal ini”

“Maka jangan beritahu” balas dengan cepat, membuat Aat menggeleng pelan.

“Minta kuncinya pada Tod. Dan ini adalah yang terakhir” Aat tak bisa berbuat apa, selain menuruti kemauan sang putri kesayangan.

“Yyeeyy.. i Love you so much My sugar Daddy” Jane melepaskan pelukannya dan meloncat kegirangan, hingga ia tersadar jika diruangan itu tidak hanya ada dirinya dan sang ayah. Ekor matanya menangkap sosok yang ia temui beberapa minggu lalu, tengah berdiri disana.

“Hheeyy.. kau!!” Seru Jane

Bersambung…

*Jangan lupa like, komen dan Vote ya**🥰*

Kasi rating dong untuk karyaku yang keempat ini, kira-kira kesan kalian di Chapter 1 gimana sih?

1.Jelek

2.Biasa aja

3.Cukup menarik

4.Menarik

Tulis di komen yahhh

Chapter 2

*Holla guys**🤟🏻*

✨Happy Reading✨

#JANE POV

Plaakk!!

Tamparan keras aku layangkan begitu saja di lengan kekar milik lelaki yang aku temui beberapa minggu yang lalu. Membuat seisi ruangan itu menampilkan raut wajah terkejut.

Senang, itulah yang aku rasakan saat ini. Sepertinya rencana gila yang terlintas saat itu, akan tercapai dengan mudah. Tuhan mempermudah jalanku, benar bukan?!

“Ooiiihh kau datang juga rupanya” aku berseru dengan gaya santai, layaknya bertemu dengan sahabatku sendiri. Padahal pertemuan kami yang terakhir, terkesan sedikit buruk.

Lelaki dengan wajah datar itu hanya diam mematung, mungkin ia masih tidak menyangka dengan reaksi yang aku tunjukan saat ini. Sedikit berlebihan, namun aku ingin mengungkapkan apa yang tengah aku rasakan

“Jane!” Panggil Pa dengan suara lembut yang langsung aku hentikan dengan satu gerakan jari.

Aku melupakan sesuatu saking merasa senangnya, mataku menatap penuh selidik ke arah lelaki itu. Seolah mencari tahu sesuatu hal yang masih berusaha aku ingat.

“Aaiihh.. tunggu dulu! Kau berdiri disini sekarang, itu artinya kau kemari bersama tuanmu” aku bergumam namun dapat terdengar jelas oleh siapa pun yang berada di ruangan ini.

Hey, ada orang lagi didalam ruangan ini yang baru aku sadari keberadaannya. Mataku menemukan seorang pria lagi, berdiri tepat dihadapan pria es baru itu dan kenapa menodongkan sebuah pistol?

“Aaaaa..” Aku sedikit berteriak setelah mengingat hal itu, dengan ekspresi terkejut. Pangeranku sudah didepan mata dan aku siap untuk rencana selanjutnya.

“Jangan bilang jika kau adalah bos dari lelaki es batu ini” aku mengarahkan jariku ke wajahnya. Kenapa aku begitu bodoh tidak menyadari kehadirannya sejak tadi. Apakah ini karena aku terbiasa acuh dengan keadaan sekitarku?

Lupakan, sekarang aku kembali menatap pria itu. Tidak salah lagi, lelaki berwajah galak dan dingin ini pasti bosnya. Lihat mereka berdua terlihat sama-sama dingin seperti es batu.

“Jane Suchart!” Dia memanggil namaku dengan nada penuh penekanan. Alih-alih merasa takut dengannya, aku merasa sangat tersanjung karena pangeranku sudah tahu namaku dengan baik.

“Oiihhhh!! Kau tahu namaku?! Luar biasa!!” Aku bertepuk tangan, menunjukkan ekspresi wajah terkejut bercampur bangga kala seseorang yang tidak aku kenal, menyebut namaku dengan jelas.

Tunggu, apakah aku sudah terkenal saat ini?

Belum selesai aku mengagumi lelaki tampan ini, sebuah tangan kekar menarik tubuhku kebelakang dan membawanya sejajar dengan posisinya saat ini.

“Jane, kenalkan ini adalah Khun Kim” Ayah menahan kedua bahuku posesif, seperti takut jika aku akan melakukan sesuatu yang agresif.

Wow, jadi dialah Kim, pemilik dua kasino besar yang berada diantara butikku. Seseorang yang aku dengar, adalah orang terkaya di negaraku ini.

“Haii..” aku melambaikan tangan ke arahnya, dengan senyum manis yang aku punya.

“Kim..” jawabnya singkat, membuat mataku kembali berbinar. Aku beralih menatap pria es batu itu.

“Hheeyy.. apakah benar dia tuanmu?” Aku bertanya dengan antusias, yang dijawab dengan anggukan kepala olehnya.

Oke, aku semakin bersemangat. Dengan gerakan cepat, tanpa bisa ditahan oleh Pa, aku kembali melangkah maju untuk mendekatinya, menangkup wajahnya yang tampan dan memandanginya untuk beberapa saat.

“Nona Jane!” Terdengar jelas nada peringatan dari arah pria es batu itu. Seolah aku sedang menyentuh berlian yang sedang ia jaga saat ini. Namun entah mengapa ia terhenti dan kembali ke posisinya

“Kau tampan” aku memujinya, membuat laki-laki itu terkejut dan mematung seketika.

Namun lagi-lagi, tangan kekar dengan urat yang menyembul keluar, kembali menarik tubuhku kebelakang, membuatku dengan terpaksa melepaskan wajah tampan itu.

“Jane..jane..” Pa memanggil namaku beberapa kali, seperti berusaha menyadarkanku.

“Pa..aku mau dia!” pintaku dengan nada serius.

#JANE POV END

#AUTHOR POV

Apa katanya? Kenapa terdengar sangat santai?

“Duduklah dulu!” Aat membawa putrinya untuk duduk di atas sofa bersama dirinya.

“Maafkan putri saya Khun Kim” ujar Aat sembari membungkukkan tubuhnya, membuat pria dengan wajah dingin itu tersadar dari lamunannya.

Kim menarik dasi berwarna navy yang menggantung di kerah bajunya, entah mengapa ia merasa sedikit sesak saat ini. Perlahan ia kembali duduk, berusaha untuk terlihat biasa saja.

Aroon yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Ada apa dengan tuannya? Tangan gadis itu masih utuh? luar biasa.

Ini adalah kali pertama Aroon melihat tuannya tak bereaksi apapun kala seseorang dengan berani menyentuhnya. Terakhir ia melihat seorang wanita harus kehilangan kedua tangannya karena telah berani menyentuh lengan pria itu. Namun kali ini, lelaki kejam itu bahkan tak bereaksi apapun dan memintanya untuk tetap diam.

“Aku menginginkan butikmu, dan sebutkan harga yang harus aku bayar” ujar Kim menyampaikan keinginannya secara gamblang, mengingat nama yang tertulis di akta itu adalah Jane Suchart.

Gadis itu terdiam, ia terus menatap wajah Kim dengan durasi yang cukup lama, membuat semua orang didalam sana saling pandang.

“Kau sungguh menginginkan butikku?” tanya Jane seakan mencari sesuatu dibalik pertanyaan itu.

Kim tak menjawab pertanyaan Jane, ia hanya menganggukkan kepala pelan sebagai jawaban.

“Hah.. pa, aku pergi dulu! Katakan pada Phi Tod untuk membelikanku mobil limited edition, agar aku bisa mengenalinya dengan baik!” Pintanya kepada sang ayah, alih-alih menjawab pertanyaan Kim.

Jane berdiri dan hendak beranjak keluar, hingga langkahnya terhenti tepat di samping lelaki yang tengah menatapnya jengah. ia menundukkan wajahnya, berada lebih dekat dengan wajah lelaki itu.

“Jika kau menginginkan bangunan itu, kau harus menikah denganku dan tanamkan saham sebesar 10% ke perusahaan ayahku! Jika kau setuju, datanglah besok pagi ke Wihara dekat mansionku, lengkap dengan jas terbaikmu !” Bisik Jane sebelum benar-benar pergi meninggalkan Kim yang kembali diam mematung.

Apa gadis itu gila?

Apa dia tidak salah dengar?

“Eh tunggu..” Jane terdiam, merasa ada yang aneh dengan ucapan tadi

“Agama mu Buddha?” Bisiknya lagi ditelinga Kim.

Entah ada angin apa, Kim yang biasanya tak suka basa basi kini menjawab pertanyaan Jane dengan suka rela.

“Kristen..” jawabnya singkat.

Gadis itu mengangguk setuju, ia membalikkan badan dan kini menatap sang ayah.

“Pa..aku seorang Kristen bukan?” tanya nya kepada lelaki tua yang tengah kebingungan.

Aat mengangguk pelan, dengan maksud membenarkan pertanyaan putrinya.

Tunggu, apakah penyakit pelupa Jane separah itu, hingga ia melupakan agamanya sendiri.

“Hhmm.. maaf aku terlalu sering pergi ke wihara untuk mengantar Nik..” kilah Jane kala mengerti dengan arti tatapan bingung sang ayah.

Gadis itu kembali berbalik dan menundukkan kepalanya seperti semula.

“Ralat, besok pagi datanglah ke gereja dekat dengan mansionku..” imbuhnya

Cup!!

Tanpa diduga, sebuah kecupan singkat mendarat di pipi Kim, yang berhasil mengundang keterkejutan dari semua orang yang ada diruangan itu, tak terkecuali Kim.

Aroon mendelik sempurna namun tak bisa berbuat apa. Apakah aku harus mengeluarkan pistol dan menembak gadis aneh itu?

“Sampai bertemu besok..” gadis itu kini benar-benar melenggang pergi dengan langkah santai, meskipun banyak mata tengah menyorot ke arahnya.

Aat mengkerutkan keningnya, apa yang telah dikatakan putrinya kepada Kim, mengapa lelaki itu sampai diam mematung. Dan lagi, setan apa yang telah merasuki raga Jane karena dengan berani mencium seorang lelaki di depan banyak orang terlebih di depan matanya.

“Paaa.. besok ambillah cuti!!” Teriak Jane dari luar ruangan, lalu bayangannya benar-benar hilang dari balik pintu.

Kim berdiri dan membalikkan tubuhnya tanpa berucap satu katapun. Hatinya sedikit kesal, bukannya mendapat lampau hijau, ia malah mendapat kesulitan.

“Aroon kita kembali” titahnya, yang dijawab anggukan kepala oleh sekretarisnya itu.

Apa yang dikatakan Jane? Mengapa Kim terlihat kesal. Batin Aat

Apakah Khun Kim akan membunuh wanita itu sekarang?. Batin Aroon.

Bbrraakk!!

Kim menutup pintu mobilnya dengan sedikit keras, tangannya meraih dasi dan menariknya dengan kasar.

“Apa yang gadis itu minta dari anda tuan?” Aroon memberanikan diri untuk bertanya.

Alih-alih menjawab pertanyaan sang sekretaris, Kim memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Apakah ia harus menyetujui permintaan gila gadis itu?

“Ar.. kita ke rumah sakit milik Arthit?” Titah Kim, membuat Aroon mengernyit bingung.

Siapa yang sakit?

“Baik tuan” Aroon menganggukkan kepalanya, walaupun merasa bingung, ia tetap melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Tidak butuh waktu lama bagi Aroon untuk sampai di rumah sakit terbesar di Thailand itu. Ia bergegas berlari, membukakan pintu untuk tuannya yang masih terlihat kesal.

Tunggu, bukankah wajah tuannya memang selalu seperti itu🤭.

Kim melangkah dengan gaya khasnya, membuat beberapa pasang mata mengalihkan atensi mereka ke arah lelaki yang terkenal dingin dan berpengaruh dinegaranya.

“Selamat siang Khun Kim, ada yang bisa kami bantu?” Tanya salah satu pegawai rumah sakit yang bertugas di bagian administrasi.

“Katakan pada Arthit, aku menunggunya di ruangan!” Titahnya tak ingin dibantah.

“Maaf Khun Kim, dokter Arthit sedang melakukan operasi siang ini” ujar sang suster dengan wajah takut.

“Terlambat 10 menit saja, rumah sakit ini akan rata dengan tanah” Ujar Kim dengan mata yang menatap tajam ke arah sang suster.

“Ba-baik Khun Kim” jawabnya dengan suara bergetar.

“Ada apa Kim?” Tanya seorang dokter dengan penampilan yang sedikit acak-acakan dan nafas tersengal-sengal setelah berlari menuruni 30 anak tangga.

Kaki jenjangnya melangkah masuk, lalu melemparkan jas berwarna putih ke arah kursi kebesarannya.

“Tidak bisakah kau menungguku sebentar saja Hah? Ttsskk kau selalu mengancam para pegawaiku!” Imbuhnya dengan wajah kesal dan mulut yang tak henti mengomel.

Kim menatap sahabatnya dengan raut wajah datar, seakan malas menjawab semua kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu.

“Lakukan pemeriksaan jantung. Aku rasa jantungku tengah bermasalah” ujar Kim to the point.

Arthit mencebik kesal, apa lagi ini? Bukankah Kim sudah melakukan pemeriksaan rutin kemarin sore? Kenapa dia meminta ulang?

“Berbaringlah” titah Arthit

“Jangan memerintahku!” Tolak Kim

“Lalu aku harus bagaimana bajingan! Kau harus berbaring agar aku bisa memeriksamu!!” Teriak Arthit kesal.

“Hey, apa kau sudah bosan hidup!!” Kali ini nada bicara Kim terdengar serius.

Arthit menghela nafas panjang, sahabatnya ini benar-benar menyebalkan.

“Oke..oke maaf, sekarang berbaringlah cepat. Aku tidak akan bisa memeriksamu jika posisi seperti ini” pinta Arthit berusaha menekan rasa kesal dalam hatinya.

Kim menuruti permintaan Arthit, ia melangkah menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas sana.

“Apa yang kau rasakan?” Tanya Arthit serius.

“Jantungku berdetak sangat kencang dari biasanya”

“Apakah sering?”

“Tidak”

Arthit mengangkat teleskopnya dan mulai menempelkannya ke arah dada kekar milik Kim.

“Kapan terakhir kali itu terjadi?”

“Beberapa jam lalu”

Aroon yang berdiri tak jauh dari Kim dan Arthit secara tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

Jantung Khun Kim berdetak kencang? Beberapa jam yang lalu?

Tunggu…

Apakah Khun Kim jatuh cinta pada gadis aneh itu…

Bersambung..

*Jangan lupa like, komen dan vote ya**🥰*

Chapter 3

Holla guys…

✨Happy Reading✨

Suasana mansion Suchart Family tengah dilanda kegaduhan pagi ini. Pasalnya, gadis yang selama ini terkenal dengan sikap ke kanak-kanakan itu, tiba-tiba meminta semua orang untuk bersiap pergi ke acara pernikahannya.

Memang tidak ada yang salah dengan sebuah kata pernikahan, namun terdengar begitu aneh kala seorang Jane yang mengatakannya.

“KATAKAN AAT!! LAKI-LAKI MANA YANG KAU KENALKAN PADA PUTRIKU HAH!! DIA BAHKAN TAK MEMINTA PERSETUJUANKU TERLEBIH DAHULU!!” Suara amarah nyonya besar Suchart terdengar menggelegar memenuhi ruang tamu.

“Tenang baby.. tenang oke” ujar Aat berusaha meredam amarah singa betina yang menyandang status sebagai istri sahnya.

“Tenang?! Kau memintaku tenang?! Tidak ada angin tidak ada hujan putriku mengatakan ingin menikah hari ini!! Bagaimana aku bisa tenang Hah?! Aku bahkan tidak tahu siapa pria yang akan menikahinya” teriak Aom semakin menjadi, tangannya mencengkram erat kerah kemeja sang suami dengan tatapan tajam.

Aat membalas tatapan sang istri dengan ekspresi wajah setenang mungkin. Bukan hanya istrinya yang merasa terkejut dengan pernyataan Jane, ia pun sama kagetnya.

“Sekarang katakan Aat, siapa laki-laki itu?!” Tangan Aom masih setia bertengger di kerah baju sang suami, bahkan saat ini terasa semakin erat.

“Bisakah kau lepaskan dulu cengkramanmu?!, aku hampir kehabisan nafas baby” Aom menghempaskan tubuh sang suami begitu saja, namun ekspresi wajahnya masih belum berubah.

Aat mengendorkan dasi yang menggantung di lehernya. “Aku tidak tahu pasti siapa lelaki yang akan menikah dengan putri kita. Tapi jika aku tidak salah menebak, pria itu adalah Kim Nan. Karena setahuku, pria itulah yang bertemu dengan Jane terakhir kali.”

Mata Aom mendelik sempurna “A-apa katamu? Kim..Kim Nan? Pebisnis yang terkenal kejam itu?” Aat mengangguk pelan.

“Oh God!! Bagaimana bisa putriku mengenal pria berbahaya itu?! Yang lebih parahnya lagi, Jane akan menikah dengannya!!” Ujar Aom frustasi

“Bagaimana bi Hom? Apakah aku sudah terlihat sempurna?” Jane memutar tubuhnya didepan cermin.

Gaun Ball Gown design berwarna hitam melekat sempurna ditubuhnya. Riasan Natural look make up, membuat wajah cantiknya bertambah berkali-kali lipat.

Wanita tua yang sudah mengabdi selama puluhan tahun di keluarga itu, hanya bisa tersenyum ramah.

”Anda selalu terlihat sempurna Khun Jane” puji Hom

“Hhmm.. gaun ini sangat indah. Tanganku memang luar biasa” gumamnya sembari menatap pantulan dirinya di cermin besar yang berada di hadapannya.

“Khun Jane..” suara Hom terdengar lembut, membuat gadis itu berbalik untuk menatap dirinya.

“Hhmm..” gadis itu tengah menatapnya saat jni.

“Maaf jika saya lancang karena menanyakan hal ini. Jika boleh tahu, siapa pria beruntung itu?” Jane melangkah maju, menatap Hom dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Dia tampan dan juga keren!” Senyum manis namun palsu terlukis di wajah cantik Jane.

Melihat ekspresi aneh nona mudanya, cukup membuat Hom mengerti dengan apa yang tengah di alami gadis itu “Saya akan selalu merasa bahagia untuk anda Khun Jane” Hom merentangkan tangannya, memeluk tubuh gadis yang sudah ia asuh sejak kecil hingga sekarang ini.

“Saya yakin, keputusan yang anda ambil tidak akan salah Khun Jane” batin Hom.

Tok!!tok!!

Suara ketukan pintu berulang dan terdengar cukup keras, membuat mereka berdua terlonjak kaget.

Hom menganggukkan kepalanya pelan, sebagai isyarat jika dirinya yang akan membukakan pintu untuk seseorang diluar sana.

Ceklek!!

“JANE!!!”

Oh suara itu, Jane sangat hafal apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Jane!! Kau tidak boleh menikah dengannya Jane!! Dia pria yang berbahaya!!” Tebakan Jane memanglah benar, wanita yang tengah melangkah dengan tergesa-gesa, dengan wajah paniknya itu adalah nyonya Suchart.

Jane mengangkat kedua alisnya secara bersamaan, sedangkan kedua tangannya terlihat sibuk memasang anting pada kedua telinganya, tanpa menghiraukan wanita tua yang menyandang status sebagai ibu kandungnya.

“Jane!! Kali ini dengarkan mommy” Aom memegang erat kedua bahu putrinya, sembari menatap gadis itu dengan tatapan memohon.

“Its oke ma.. bukankah dia tampan dan kaya raya!” Jane tersenyum ramah, tak lupa ia mengedipkan salah satu matanya genit.

“Ya dia memang tampan dan kaya, tapi..” kalimat Aom terhenti karena dipotong langsung oleh Jane.

“Ma.. bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku, agar aku mencari pria yang tampan dan kaya raya?! Apa yang salah dengan lelaki itu?” Mata Jane beralih menatap pria yang tengah berdiri di belakang sang istri. Berusaha meminta sebuah pertolongan agar dirinya terbebas dari omelan sang ibu.

Aat mengangguk paham, ia melangkah maju dan menarik pelan kedua bahu sang istri “ baby.. biarkan saja! Ayo ikut aku, aku akan menjelaskan sesuatu padamu”

“No Aat!! Aku harus..” bibir Aom dibungkam dengan tangan kekar milik Aat.

“Ssttt.. percayalah padaku! Ayo” Aat mengajak sang istri untuk keluar dari ruangan itu, meskipun tatapan Aom masih tertahan pada sosok gadis yang masih berdiri ditempatnya.

“Anda yakin dengan semua ini Khun Kim?” Aroon menatap ragu ke arah tuannya

“Kau meragukanku?” Kim menghentikan gerakan tangannya yang tengah sibuk mengancing setelan jasnya, lalu beralih melirik sang sekretaris.

Aroon menundukkan kepalanya dengan cepat “maaf Khun Kim, saya tidak bermaksud seperti itu”

Kim kembali dengan kegiatan awalnya, namun pikirannya tengah menerawang jauh. Merasa bimbang dengan keputusan yang ia ambil saat ini.

“Apakah kau sudah menyiapkan semuanya?” Kim menatap dirinya melalui pantulan cermin besar di dalam kamar yang didominasi warna hitam.

“Sudah tuan, sesuai perintah anda” ujar Aroon yang dijawab anggukan pelan oleh tuannya.

“Kita pergi sekarang!” Titahnya

Christ Chrunch Bangkok, Thailand..

Bangunan megah dengan warna putih yang mendominasi di hampir seluruh ruangan, terlihat sepi pengunjung. Bukan karena tak ada satu orang pun yang datang untuk beribadah disana. Namun khusus untuk hari ini, bangunan itu sengaja disterilkan untuk sebuah acara pernikahan.

Seorang gadis tengah duduk dengan santai, menunggu calon suaminya datang dan menyematkan cincin dijari manisnya nanti. Wajahnya terlihat biasa saja, tidak ada ekspresi tegang ataupun takut.

“Khun Jane, dia sudah tiba” lapor salah satu anak buah ayahnya.

“Benarkah?!” Seru Jane begitu antusias.

“Kau begitu bersemangat Jane!” Senyum Jane memudar, kala seseorang masuk ke dalam ruangan itu.

Lelaki dengan pakaian serba hitamnya itu, menundukkan kepala dengan cepat untuk memberi hormat kepada tuannya “saya permisi Khun Aat, Khun Jane” Aat dan Jane menganggukkan kepala serentak.

Jane mengalihkan atensinya “Tentu pa, bukankah itu hal yang wajar ketika seseorang akan melangsungkan pernikahan mereka?!” Jane menatap lekat lelaki tua yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

“Hhmm.. tapi terasa begitu aneh ketika itu adalah putri kesayanganku” Aat meraih kedua bahu putrinya dan membalas tatapan itu dengan lembut.

“Bukankah ini yang pa inginkan?” Jane kembali tersenyum, sembari memiringkan wajahnya. membuat Aat ikut tersenyum.

“Pa yakin, dia lelaki yang baik” Aat menarik tubuh Jane dan membawanya ke dalam pelukannya.

Gadis itu hanya tersenyum simpul, membiarkan sang ayah memeluk tubuhnya tanpa berniat untuk membalasnya.

Bersambung….

*Jangan lupa like, komen dan Vote ya**🥰*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!