NovelToon NovelToon

When Nosferatu Fall In Love

01. Kesan Pertama

"Sera!!" Panggil Dwina yang mengejarnya saat Sera sudah hampir duduk di kursi ruang kelas menjahitnya.

"Dwi!" Panggil Sera sambil tersenyum.

"Dwi kau dapat tiketnya??" Tanya Sera dengan sangat penasaran.

"Tentu saja aku dapat tiketnya. Tetapi kau akan bayar mahal kan?"

"Tentu saja.." ujar Sera merogoh tas kainnya dan mengambil sejumlah uang koin dari sana dan memberikannya kepada Dwi.

"Aku sudah mengemis meminta pada Abang ku yang saat ini kerja di bagian tiket. Layar tancap ini tidak lama ada di pasar. Sudah bagus kau beli tiket dengan ku, sebab mereka menjual edisi terbatas." Ujar Dwi memberikan dua tiket nonton layar tancap ke pada Sera.

"Film hantu?" Tanya Sera lagi.

"Tentu saja, sesuai pesanan mu kan??" Jawab Dwi.

"Ya.. aku akan nonton dengan mas Randi. Supaya bisa berlindung dibelakangnya saat adegan menakutkan.." ujar Sera tertawa kecil.

Lalu ia membaca judul filmnya "Nosferatu..?"

"Iya film Jerman. Keluaran sekitar 40 tahun lalu. Tapi di desa ini sudah bagus ada yang bisa ditonton kan hahaha.. kau bisa bahasa asing kan? Ada artian bahasa Inggrisnya.."

"Aku akan coba menonton kalau tidak mengerti aku akan tanya mas Randi." Ujar Sera bersemangat.

"Kau masih saja mengajaknya bermain, seharusnya kau mengajaknya menikah. Lagian kenapa kau masih ikut kelas menjahit gadis-gadis seusia kita banyak yang telah menikah bahkan sebelum lulus sekolah.." ujar Dwina.

"Lalu kenapa kau belum menikah?" Tanya Sera melemparkan balik pertanyaan Dwina.

"Karena belum ada calonnya.. kalau kau kan sudah ada."

"Tahun ini mas Randi janji. Dia janji akan segera melamar ku.." ujar Sera tersenyum.

***

Sore hari disebuah rumah yang cukup mewah, seorang pemuda yang rapih, bersih, dan tampan terlihat mengetuk pintu rumah tersebut.

Ibunya Sera, Nyonya Indira membukakan pintu. Ibu Sera tersenyum sesaat melihat ketampanan Randi.

"Randi.. tunggu ya Sera sedang siap-siap" ujarnya.

"Baik ibu.. ini ada sedikit makanan..." Ujar Randi menyodorkan beberapa potong terang bulan dalam bungkus kertas.

"Oh tidak usah repot-repot.." ujar Indira tersenyum senang. Randi pun masuk dan menunggu di ruang tamu.

Ayah Sera, Broto melihat Randi dari ruangan tengah tetapi ia tidak ingin menyapanya. Ia terlihat merasa bersalah.

Sera keluar dari kamarnya dengan rambutnya yang dikepang dua. Hari itu Sera berusaha tampil secantik mungkin. Ia terlihat sudah sangat siap untuk berkencan dengan Randi.

Sera dan Randi kemudian pamit pada kedua orang tua Sera untuk mengajak Sera nonton layar tancap di pasar.

Tetapi Broto terlihat tidak senang dengan Randi. Ia tidak terlalu menggubris salam dari Randi. Kedua remaja itu kemudian pergi dengan delman yang sudah disewa oleh Randi.

"Kenapa wajah mas begitu galak hari ini.. ini bukan pertama kalinya Sera jalan dijemput Randi.. dia itu calon menantu kita." Ujar Indira menegur suaminya seusai menutup pintu rumahnya.

"Siapa bilang dia calon menantu kita.." ujar Broto terdengar putus asa.

"Apa maksud mas itu? Randi itu juga bukan pemuda sembarang pemuda. Ayahnya juga seorang pedagang kain yang lumayan.. dia juga sudah bekerja di pabrik tekstil untuk belajar membuat kain.." tanya Indira menanyakan maksud suaminya sambil menjelaskan alasan bahwa Randi pantas bersanding dengan anaknya Sera.

"Aku gak bisa menikahkan Sera sama Randi.." ujar Broto kemudian duduk di kursi tamu.

"Jadi maksud mas gimana?? tahun ini anak kita sudah berumur 20 tahun! dia sudah cukup tua untuk menikah!" Tanya Indira mulai marah.

"Aku punya hutang dengan Bank. Aku gadaikan perkebunan kita, saat kita gagal panen beberapa tahun lalu. dan keluarga Adiyatama ternyata pemilik bank itu. Kalau aku tidak bisa melunasi hutangku dengan Adyatama, mereka meminta mengadakan pernikahan anakku dan anaknya saja agar jadi keluarga.."

"Adyatama?? Wah hebat mas.. keluarga kaya itu mau jadi besan kita? Bukannya keluarganya juga keturunan ningrat?"

"Nah kalau lebih kaya saja kamu bilang hebat.." ujar Broto melirik tajam istrinya.

"Tapi apa mereka punya anak laki-laki dewasa? Aku pikir mereka hanya punya satu putra dan bukannya putranya masih sekolah, usianya juga lebih kecil dari Sera?" Tanya Indira.

"Ada anak laki-laki tuanya. Dia yang tinggal dan banyak mengurus di perkebunan bagian atas di bukit. Di kastil yang dulu di bangun orang Inggris. Mereka yang beli sejak lama. Tapi aku juga baru tahu mereka punya anak laki-laki dewasa..." Ujar Broto terlihat bingung.

***

"Aaakkhh!!!" Teriak wanita dalam film yang Sera dan Randi tonton. Sera dan Randi sedang berada dalam ruangan kain layar tancap yang gelap.

Sera segera berlindung dibalik bahu Randi. Sesuai seperti yang direncanakannya dengan Dwi. Tetapi tatapan matanya terlihat benar-benar takut dan cemas melihat film horror Nosferatu tersebut.

Apalagi ketika Sera melihat Nosferatu tampak berjalan dan keluar masuk kamar, serta menguntit tamunya.

Randi tersenyum kecil.

"Gapapa.." Ujarnya menenangkan Sera.

"Se..se..serem banget.." ujar Sera ketakutan.

"Kan Sera yang pilih filmnya. Mas Randi kasih uang untuk beli tiket, Sera pilih film horror..." Ujar Randi.

"Aku gak tahu akan seseram ini..." Ujar Sera cemas ketakutan. Randi tampak tertawa kecil dan menikmati rangkulan Sera yang benar-benar ketakutan.

***

Film telah selesai. Hari telah memasuki malam. Randi mengantar Sera untuk pulang dengan delman yang ia sewa.

"Sera tahu ceritanya itu tadi?" Tanya Randi

"Aku gak terlalu paham... Tapi memang serem sekali suasananya." Ujar Sera tertawa kecil.

"Ceritanya tentang mahkluk penghisap darah manusia, dia laki-laki yang seram itu si nosferatu. Dia bertemu seorang pria, karena suatu hal tertarik mengincar istri pria yang ditemuinya itu, dia ingin menghisap darah istri pria tersebut. Sampai akhirnya dia benar benar bisa bertemu wanita itu dan berhasil menghisap darahnya." Cerita Randi.

"Uhh.. serem banget aku gak bisa memikirkannya.." Ujar Sera.

"Kenapa suaminya bisa berhubungan dengan makhluk seperti itu.." ujar Sera takut.

"Tenang saja, kalau Mas Randi akan selalu melindungi Sera.." ujar Randi gombal sambil tersenyum.

"Secepatnya setelah modal nikah terkumpul, Mas Randi akan bawa orang tua untuk melamar Sera." Ujar Randi lagi.

"Benar Mas Randi?" Tanya Sera tersenyum bahagia.

"Iya.. nanti Sera sampaikan ke ayah ibu Sera ya.." ujar Randi tampak bahagia kemudian memegang tangan Sera. Sera pun dengan bahagia menyambut genggaman tangan tersebut. Delman terus membawa mereka berjalan pulang.

...***...

Sesampainya di rumah, Sera segera turun dari delman yang disewa Randi. "Gak mampir dulu?" Tanya Sera basa basi.

"Gak usah udah malam, salam saja sama ayah dan ibu ya.." ujar Randi.

Sera lalu melambaikan tangannya kepada Randi.

Delman Randi berjalan terus meninggalkan rumah Sera. Sera kemudian masuk kedalam rumahnya.

Pintu rumahnya dibukakan oleh ibunya Indira.

"Ibu!! Aku bawa kabar bahagia!! Randi akan segera melamar ku ibu!! Dia minta untuk menyampaikan ke ayah dan ibu!!" Ujar Sera sangat bersemangat.

Tetapi mendengar perkataan Sera kali ini Indira terlihat tidak bahagia. Wajahnya muram.

"Ada apa ibu?" Tanya Sera merasakan perubahan suasana hati ibunya yang tampak buruk. Ia melihat ke ayahnya yang duduk di ruang tamu mereka yang cukup mewah. Ayahnya tampak diam saja.

***

Sera berjalan perlahan menuju kamarnya, matanya tampak sembab, wajahnya depresi. Ia habis menangis sejadi-jadinya. Di ruang tamu setelah mendapat penjelasan dari ayahnya. Bagaimana ia akan memberitahukan Randi bahwa ayahnya sudah menjodohkannya dengan orang lain.

"Bagaimana ayah tega menjodohkan aku dengan orang lain, ayah tahu aku punya kekasih!" Bentak Sera pada ayahnya saat diruang tamu tadi.

"Ayah juga tidak tahu jadinya akan seperti ini.. menjodohkan Sera.. tetapi mereka meminta anak gadis ayah Sera untuk menikah dengan anak tertuanya. Ayah bisa apa?"

"Anak gadis ayah tidak satu, ada Dena. Ayah jodohkan saja Dena dengannya." Ujar Sera menolak. Dena si gadis tanggung keluar dari kamarnya karena mendengar teriakan kakaknya.

"Keluarga mereka meminta Sera yang menjadi menantu mereka, lagipula Dena terlalu kecil untuk menikah.. Sera sudah 21 tahun"

"Apa-apaan.." ujar Sera kemudian mulai meneteskan air mata. ia mengelap air matanya dengan tangannya.

"Ayah tidak bisa memaksa Sera.. tetapi kalau Sera tidak mau, mungkin kita tidak bisa lagi tinggal dirumah dan mengelola lagi tanah perkebunan kita.."

***

Sera mengingat setiap perkataan ayahnya. Ia juga mengingat Randi dan semua senyum tawa Randi dalam 5 tahun terakhir mereka saling jatuh cinta.

"Itu namanya tidak ada pilihan.." ujar Sera kemudian menangis keras di kamarnya.

***

Keesokannya paginya pintu kamar Sera diketuk oleh Indira.

"Ayo segera siap-siap, kita akan ketemu calon suamimu..." Ujar Indira pada Sera. Tidak menjawab Sera kemudian dibantu pembantu rumahnya untuk mandi dan berdandan.

***

Sera telah berada dalam delman bersama ibunya Indira menuju sebuah rumah. Rumah itu adalah rumah mewah tempat keluarga Adyatama tinggal.

***

Sera, adiknya Dena dan kedua orang tuanya duduk di ruang tamu keluarga Adyatama.

Seluruh keluarga pihak Adyatama, mereka berkumpul juga, ada calon mertua laki-laki Sera, Pak Adyatama, Ibu Tari istrinya. Seorang gadis tanggung anak keduanya bernama Naya, dan anak laki laki remaja tanggung bernama Bara. Tetapi tidak terlihat anak laki-laki yang akan dinikahkan dengan Sera.

"Ini anaknya. Anak pertama kami.." Ujar Ibu Tari sambil menyodorkan sebuah foto hitam putih. Tampak seorang pemuda tinggi dan bertubuh gagah dalam foto tersebut. Pemuda itu juga terlihat tampan.

"Namanya Johan. Usianya 24 tahun. Dia sudah pantas menikah. Dia tinggal di perkebunan di bukit. Dia sibuk mengurus perkebunan di Bukit makanya tidak bisa turun ke desa." Ujar ibu Tari lagi. Dena dan Indira terlihat senang dan puas melihat foto calon suami untuk Sera.

"Sera sangat cantik.." ujar Tari terpana pada calon menantunya.

"Itu kenapa dia bilang harus dia?" Ujar Naya, anak kedua Adyatama tiba-tiba langsung ditepuk bahunya oleh adiknya Bara.

"Kenapa?" Tanya Indira penasaran. Pak Adyatama terlihat tidak nyaman. Sementara Pak Broto terlihat putus asa.

"Tidak kenapa-napa besan. Karena Johan dan Sera belum kenal dan belum dekat, sambil menyiapkan pernikahan mereka dengan cepat, bagaimana kalau Sera kita kirim dulu kesana. Nanti kami akan siapkan keperluan dan orang-orang yang akan membantu Sera disana.

Mendengarnya Sera hanya diam saja. Yang ia tahu ia seperti tidak punya hak atas dirinya lagi, walaupun hanya sekedar menolak.

***

Hari selanjutnya Sera diantar oleh ibunya Indira menaiki delman ke atas bukit. Mereka melalui perjalanan yang terjal dan jauh. Terlihat pemandangan perkebunan milik keluarga Adyatama yang sangat luas membuat Indira lebih tenang dengan hitung-hitungan membiarkan meninggalkan anak gadisnya yang belum dinikahi tinggal di bukit. Sementara Sera tampak tidak berekspresi apapun melihat kearah perkebunan.

***

Mereka sampai di depan kastil milik keluarga Adyatama. Pagarnya tinggi berpagar dinding. Pintunya yang besar terbuat dari kayu. Delman mereka memasuki halaman kastil. Disana mereka disambut dengan seorang kepala pelayanan wanita Yang udah cukup tua, ada sekitar 5 orang pelayan laki-laki dan 5 orang pelayan wanita yang masih muda.

"Silahkan masuk.. saya Sundari. Kepala pelayan disini. tuan muda sudah menunggu..." Ujar Seorang wanita tua mempersilahkan Indira dan anaknya Sera untuk masuk kedalam kastil.

"Terimakasih.." ujar Indira.

Dari tingkat paling atas terlihat seorang pria sedang mengintip kedatangan Sera dan Ibunya.

***

Sundari mengajak Indira dan Sera masuk ke ruang tamu. Ruang tamu itu terlihat klasik seperti kastil tersebut. Begitu juga dengan perabotannya. Indira terlihat benar-benar puas dengan apa yang dimiliki calon suami anaknya.

"Sebenarnya tuan muda sedang demam dan sudah dua harian ini tertidur. Tadinya ia ingin menyapa langsung tetapi karena waktu kedatangan tidak pasti ia menunggu sambil tidur." Ujar Sundari.

"Apakah anda ingin menyapa langsung ke kamarnya?" Tanya Sundari lagi.

"Baiklah kalau begitu..." Ujar Indira. Ia kemudian dituntun oleh Sundari bersama Sera menuju kamar Johan.

***

Mereka melewati ruang tengah, ruang tengah terdapat sofa dan kursi serta cerobong pemanas ruangan. Tetapi ruangan itu lebih dominan dengan hiasan di dindingnya yaitu senapan-senapan rakitan.

"Wah ada banyak senapan? Siapa yang suka berburu?" Tanya Indira.

"Tuan muda nyonya... Kalau sedang tidak pergi ke perkebunan.." jawab Sundari.

Melihatnya ruangan yang tidak biasa itu, Indira dan Sera kemudian hanya diam saja.

***

Sesampainya dikamar Johan, tampak sebuah kasur yang indah dengan tirai. Sundari membuka tirai tersebut. Terlihatlah Johan yang tampan sedang tidur dan terlihat lelah.

Sera melihat Johan untuk pertama kali. Dan ia rasa ia sependapat dengan ibunya. Johan terlihat mempesonanya.

"Tuan muda.. tuan muda.. ini calon ibu mertua sudah datang.." Tetapi Johan terlihat masih tidur.

"Tuan..."

"Jangan dibangunkan lagi... Dia sedang sakit. Aku tidak bisa lama disini, tunjukkan saja kamar Sera. Biar aku antar anak ku kemar nya." Ujar Indira.

"Baiklah Ibu..." Ujar Sundari kemudian menuntun mereka keluar dari kamar tersebut.

Setelah Sundari, Indira, dan Sera keluar dari kamar tersebut, Johan membuka matanya.

***

Sundari, Indira, Sera, masuk ke kamar yang disediakan untuk Sera.

"Bisa tinggalkan kami sebentar, aku mau bicara dengan anakku..." Ujar Indira.

"Baik Bu..." Sundari kemudian menutup pintu kamar Sera.

Indira segera memeluk anaknya.

"Tenang saja Sera hidupmu akan baik-baik saja. Sebulan ini cobalah berdekatan dengannya. Oh iya jangan sampai tidur dengannya, nanti kau hamil duluan lagi, hahaha..."

"Ibu ngomong apa?" Ujar Sera terlihat kesal. Ia kesal sekali ibunya bicara seperti orang yang telah terbeli dengan uang.

"Persiapan pernikahan akan kami siapkan dari desa." Tunggu saja disini kemungkinan pernikahan diadakan disini..." Ujar Indira. Sera hanya diam saja.

***

Dari kamar yang tinggi seorang pria mengintip kepulangan Indira, Indira terlihat memeluk Sera anaknya. Lalu tidak lama menaiki kereta delmannya. Kereta delman itu terlihat pergi dari halaman keluar dari gerbang kastil yang kemudian ditutup oleh para pelayan.

***

Sera kembali ke kamarnya. Di bukit yang dingin itu, Sera melihat kabut di luar jendela dari dalam kamarnya.

***

Saat makan malam Sera di hidang kan dengan makan malam mewah di meja makan. Tetapi Johan tidak keluar untuk makan malam bersama atau sekedar menyapa.

Hingga akhirnya Sera masuk kembali ke kamarnya dan tidur.

***

Keesokan paginya Sera juga tidak menemukan Johan di meja makan saat sarapan. Ia mulai bertanya pada Sundari yang mengawasi saat pelayan lain menyiapkan makanan di meja.

"Mana tuan muda? Apakah ia masih sakit? Tanya Sera.

"Sepertinya begitu..."

"Dia sakit apa? Apakah aku boleh menjenguknya?"

"Hanya demam biasa... Aku akan beritahukan dia dulu kalau nona ingin bertemu agar dia lebih siap.." ujar Sundari.

Sera hanya terdiam bingung. Dalam benaknya terlintas pertanyaan sebegitunya kah konfirmasi untuk bertemu?

***

Dari kamarnya, Seorang Pemuda tampan membelakangi cermin. Ia mengangkat tangannya menggigit kuku jempolnya karena gugup. Gerakannya tubuh dan tangannya tampak kaku, seperti gerakan tubuh yang terkena gempa kecil.

***

Makan siang, makan malam, bertemu pagi lagi, Sera masih belum bertemu Johan.

Hingga akhirnya ia melihat saat pintu kamar Johan terbuka, Sera mencoba mendekat dan mengintip Johan yang sekilas tampak berada dekat pada pintu kamarnya.

Tetapi Johan yang sedang tidak memakai pakaian atasan segera menutup pintu nya.

"JGREEK..!" Bunyi pintu kamar ditutup

"Kelekk..!" lalu menyusul dikunci.

 Sera pun merasa malu dan bodoh, mengapa ia sampai menerobos ke kamar laki-laki, apakah ia jadi tertarik karena laki-laki ini tampan?

"Mengapa aku bertingkah bodoh.." pikir Sera kesal pada dirinya sendiri.

***

.

.

.

---NEXT--->

02. Dia Autis dan Gila

Makan siang, makan malam, bertemu pagi lagi, Sera masih belum bertemu Johan.

Hingga akhirnya ia melihat saat pintu kamar Johan terbuka, Sera mencoba mendekat dan mengintip Johan yang sekilas tampak berada dekat pada pintu kamarnya.

Tetapi Johan yang sedang tidak memakai pakaian atasan segera menutup pintu nya.

"JGREEK..!" Bunyi pintu kamar ditutup

"Kelekk..!" lalu menyusul dikunci.

 Sera pun merasa malu dan bodoh, mengapa ia sampai menerobos ke kamar laki-laki, apakah ia jadi tertarik karena laki-laki ini tampan?

"Mengapa aku bertingkah bodoh.." pikir Sera kesal pada dirinya sendiri.

***

Dari kamar yang tinggi seorang pria mengintip kepulangan Indira, Indira terlihat memeluk Sera anaknya. Lalu tidak lama menaiki kereta delmannya. Kereta delman itu terlihat pergi dari halaman keluar dari gerbang kastil yang kemudian ditutup oleh para pelayan.

***

Sera kembali ke kamarnya. Di bukit yang dingin itu, Sera melihat kabut menyelimuti pepohonan di hutan, dari jendela kamarnya. Sera masih tidak menyangka dalam sekejap ia berada di tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Indah tapi seperti tersembunyi. Jauh dari keramaian. Sera menutup jendelanya.

***

Saat makan malam Sera di hidangkan dengan makan malam mewah di meja makan. Tetapi Johan tidak keluar untuk makan malam bersama atau sekedar menyapa.

Hingga akhirnya Sera masuk kembali ke kamarnya dan tidur.

***

Keesokan paginya Sera juga tidak menemukan Johan di meja makan saat sarapan. Ia mulai bertanya pada Sundari yang mengawasi saat pelayan lain menyiapkan makanan di meja.

"Mana tuan muda? Apakah ia masih sakit? Tanya Sera.

"Sepertinya begitu..."

"Dia sakit apa? Apakah aku boleh menjenguknya?"

"Hanya demam biasa... Aku akan beritahukan dia dulu kalau nona ingin bertemu agar dia lebih siap.." ujar Sundari.

Sera hanya terdiam bingung. Dalam benaknya terlintas banyak pertanyaan.

"Segitunya kah harus konfirmasi dulu untuk bertemu? dia bahkan belum menyapa ku dan Ibu, sejak datang ke kastil ini. Apakah dia menolak pernikahan ini? Apakah dia pikir aku datang karena menerima pernikahan ini?? sombong sekali. Aku bahkan tidak ingin berada disini.." pikir Sera kesal.

***

Hingga hari ke tiga saat makan siang akhirnya Sera melihat dua set piring untuk makan siang. Tetapi jaraknya sangat jauh.

Pada meja makan yang sangat panjang itu, dua set piring makan itu berada disetiap ujung meja. Sera menunggu Johan untuk datang tetapi Johan belum juga datang. Akhirnya ia memulai makan siangnya. Tidak lama kemudian ia melihat Johan datang, dengan gerakannya yang aneh, duduk di kursinya.

"DEGG!!" detak jantung Sera. Bukan jatuh hati tapi kaget. Ia sedang menerka sesuatu.

"Siang Sera.. aku Johan.." ujar Johan dari kejauhan yang terlihat diantara ruang gelap karena cuaca berkabut itu.

Sera diam sejenak. Matanya membesar. Ia mencoba mengamati Johan. Sejak awal kedatangannya ia telah menangkap sesuatu ke anehan pada diri Johan.

"Bagaimana selama beberapa hari ini, apakah kamu nyaman disini?" Tanya Johan lagi.

Sera tidak menjawab. Nafas Sera turun naik. Sera terlihat syok, dan ia kemudian menutup mulutnya karena kecewa. Johan terlihat normal saat ia tidur tetapi ketika dia bangun, Sera dapat melihat bahwa Johan melakukan gerakan gerakan kecil yang sebenarnya walaupun tidak terlalu terlihat, Sera tetap dapat merasakannya.

Johan melihat ke arah Sera yang tampak syok, ia juga menyadari bahwa Sera sudah mengetahui kekurangannya. Gerakan aneh Johan semakin kentara saat ia terlihat cemas dan bingung, mungkin karena menyadari bahwa Sera menyadari sesuatu tentang dirinya.

"Dia autis..!!" Teriak Sera dalam hatinya. Sera telah menebaknya, Johan punya sindrom autis.

Sera menutup mulutnya dengan tatapan yang syok. Tubuh Sera bergeser karena kaget, hal itu menyebabkan suara kursi dan piring yang tersentuh tangannya. Kekacauan itu dirasakan oleh Johan dari kejauhan.

Johan tampak mengatur nafasnya yang mulai cepat. Sebab ia mulai mendapati ledakan kecewa. Dan sangat kecewa melihat reaksi Sera yang melihat dirinya seperti benar-benar tidak layak. Ia berdiri untuk pergi sambil membawa tubuhnya yang terhoyong keluar dari ruang makan tersebut.

Sera membiarkan Johan pergi. Ketika Johan keluar dari ruangan itu, Sera mulai berteriak,

"Ibu..!! Ibu!!" Ia spontan memanggil ibunya karena merasa takut dan dibohongi. Ibunya pikir dia baik-baik saja dan akan bahagia karena akan menikahi pria tampan dan kaya raya dari keluarga bangsawan. Padahal ia akan dinikahkan dengan seorang pria autis dengan ketidaktahuan.

"Ini adalah penipuan...!" pikir Sera.

Mendengar teriakan Sera, dari ruang makan yang baru ia tinggalkan, Johan merasa sangat marah. Ia kemudian menabrak semua barang yang ada didepannya. Ia membuang dan memecahkan semua vas bunga atau figura yang ada didepannya.

Sera yang masih berada diruang makan juga mendengar Johan memecahkan barang-barang diruang sebelah. Ia segera berlari ke kamarnya. Johan mendengar suara kaki Sera pergi berlari meninggalkan ruang makan. Ia menggigit kuku jempolnya, terlihat cemas. Ia tahu apa yang akan dilakukan Sera.

***

Sera segera masuk ke kamarnya dan mengambil kopernya. Ia memasukan barang-barangnya dengan cepat tanpa mengaturnya pakaiannya yang sebelumnya ia letakkan di dalam lemari.

Tiba-tiba Sundari, kepala pelayan wanita masuk dan bertanya kepada Sera,

"Kenapa nona begitu terkejut, itu akan sebanding dengan apa yang akan kau miliki nanti. Bukankah orang tua nona setuju untuk mengantarmu kerumah pria yang belum kau nikahi, itu artinya dia setuju dengan semua konsekuensi yang akan nona dapatkan..."

"Maksudmu aku tidak boleh kaget kalau calon suami ku punya keterbelakangan sementara aku belum diberi tahu?!"

"Dia tidak terbelakang!! dia hanya autis! Gerakan tubuhnya sedikit guncang, tapi kau lihat tidak parah kan? Dia sangat cerdas, dia punya IQ 210, dia yang merakit senapan-senapan di ruang tengah, bahkan jika kau lihat dia autis dan bergerak aneh, dia bisa membidik kepala mu dengan tepat!!

"Untuk apa kau memberitahuku itu?? Bahwa dia bisa membunuhku?? Aku juga hampir mati dalam otak ku.. persetan dengan mu! kau saja yang nikahi dia!!" Ujar Sera kemudian menarik kopernya keluar dari kamar. Sera menunjukkan 100% sikap defensif dan ia ingin mengakhiri hal ini apapun alasannya.

***

Sera keluar dari kamarnya menyeret kopernya menuruni tangga. Johan yang telah mengawasinya melihatnya dengan kesal tetapi ia bingung mau berbuat apa. Saat Sera berhasil melewati pintu bawah dengan kopernya, ia berlari menuju pintu gerbang kastil.

Padahal juga tidak mungkin jika ia pulang tanpa kendaraan melewati perkebunan dan hutan diluar. Dia bisa tersesat, mati diserang binatang buas, atau ditemukan orang jahat. Namun tampaknya akal sehat Sera tidak berada di tempat. Yang ia pikirkan adalah ia harus keluar dari tempat itu sebab tidak akan ada satupun orang di sana yang memberitahu keluarganya keadaannya saat ini atau mengantarkan dia kembali kepada keluarganya.

***

Sera terus berlari menuju pintu gerbang luar kastil. Johan kemudian berlari menuju jendela dari tingkat atas sambil berteriak,

"Tutup gerbangnya!!!"

Penjaga gerbang yang ada di tempat segera menutup gerbang yang berat tersebut, hingga beberapa pelayan laki-laki berlari cepat mendahului Sera kemudian beramai menutup gerbang kastil. Sesampainya Sera di gerbang. Gerbang telah terkunci. Sera dalam keadaan marah tetapi ia tak berani berbalik melihat ke arah Johan dari atas kastil.

***

Hari mulai semakin sore, Sera masih di depan gerbang. Kabut mulai turun. Penjaga gerbang memintanya kembali ke kamarnya. Namun Sera tidak peduli. Hingga beberapa pelayan wanita datang dan mengambil paksa koper pakaian Sera, Sera menarik-narik kopernya.

"Kembalikan Koperku! Ujar Sera. Para pelayan mengabaikan Sera, mereka terus membawa koper Sera hingga tidak sengaja Sera berjalan menuju kastil. Johan diam-diam melihati dari atas kamarnya.

***

Sera masuk ke kamarnya. Dia teringat dengan Randi. Seharusnya malam sebelum ia kemari, ia menghubungi Randi dan mengajaknya kawin lari. Ia pikir kerugiannya hanya menikah dengan pria yang tidak ia cintai, tetapi lebih parahnya ia dipaksa menikah dengan pria autis.

***

Saat makan malam, Sundari menaruh piring diatas meja, sangat berdekatan. Tetapi saat makan malam tidak ada satupun dari mereka yang datang untuk makan.

***

Sundari masuk ke kamar Johan.

"Tuan belum makan. Apakah mau saya bawakan nasi dan sup kedalam kamar?" Tanya Sundari kepada Johan.

"Aku sekarang.. tidak nafsu makan." Ujar Johan.

"Tapi bawakan lah itu ke kamar Sera. Walaupun dia.. tidak nafsu makan.." ujar Johan lagi.

"Baik tuan..." Jawab Sundari. Sundari bergegas ke dapur dan membawakan makanan untuk Sera.

***

Sesampainya dikamar Sera, Sundari menyadari pintu kamar Sera dikunci.

"Nona aku membawa makanan nasi dan sup.."

Sera tidak menjawab panggilan Sundari. Sundari kemudian menyuruh pelayan lain untuk merusak kunci kamar Sera. Sera terlihat kaget tetapi tidak cukup kaget, saat pintu kamarnya dirusak sebab ia sadar dalam satu waktu telah bermusuhan dengan Sundari sekaligus Johan dalam kastil itu.

"Ini makanan dari tuan muda yang harus disampaikan kepada nona." Ujar Sundari menaruh makanan di meja sebelah tempat tidur Sera. Sera terlihat tidak perduli. Ia kemudian menarik selimutnya dan bertingkah akan tidur. Sundari segera meninggalkannya, tetapi kemudian Sera menyentuh sup hangat itu karena hari-hari di atas bukit terlalu dingin.

***

Malam hari, seorang pria tinggi besar berjalan menuju kamar Sera, kemudian pria itu membuka kamar Sera pelan-pelan. Sera menyadarinya seseorang masuk ke kamarnya tetapi ia tidak berani bangun. Pria itu mengawasi, berdiri dipojokan yang gelap, memperhatikan, melihati Sera tertidur di kegelapan, untuk waktu yang lama. Persis seperti adegan di film Nosferatu. Sera menyadari pria itu adalah Johan.

Tetapi Sera sebenarnya tidak dapat tidur. Ia ketakutan setengah mati. Nosferatu cukup lama memantau Sera yang sedang tidur. Sera mencoba membuka matanya yang sulit terbuka. Saat akhirnya matanya terbuka, Sera menyadari ternyata ia bermimpi.

***

Keesokan paginya seorang pelayan wanita datang untuk membersihkan kamar Sera.

"Nona, saya akan membersihkan kamar nona.." ujar pelayan wanita. Sera mengangguk. pelayan tersebut mulai bersih-bersih. saat akan meninggalkan kamar Sera, Sera memanggilnya,

"Bisa tolong bawakan sarapan ke kamar ku? Aku ingin sarapan di kamar saja.." ujar Sera.

"Untuk sarapan dibawakan ke kamar, harus persetujuan kepala pelayan dan tuan muda nona... Tapi aku akan sampaikan ke kepala pelayan.." ujar pelayan itu takut. Sera tampak kesal karena aturan mereka.

Saat pelayan itu mengatakannya pada Sundari, Sundari menolaknya.

"Katakan padanya kita tidak akan membawakannya makanan kecuali tuan muda yang menyuruhnya. Dia bisa datang dan makan sendiri di meja makan seperti yang sudah disediakan." Dan pelayan itupun menyampaikan perkataan Sundari pada Sera.

"Apa??" Ujar Sera merasa marah pada Sundari. Ia akhirnya memutuskan pagi itu untuk tidak pergi sarapan ke ruang makan.

***

Di meja makan Johan tidak menemukan Sera untuk sarapan bersama. Sebenarnya ia tahu Sera tidak akan datang, tatapi ia tetap merasa kesal saat mengingat Sera.

***

Johan mengambil salah satu senapannya dan mengisinya dengan peluru. Ia kemudian membawa senapan dan menunggangi sebuah kuda keluar bersamanya, keluar dari kastil. Dari kamarnya Sera melihatnya.

***

Saat makan siang Sera bisa makan sepuasnya hari itu karena dia tidak berpapasan dengan Johan.

"Kenapa aku memimpikan Johan seperti nosferatu..." Pikir Sera sambil melahap makan nasinya.

"Dia tidak menghisap darahku tetapi menghisap energi ku..." Pikir Sera yang kebanyakan pikiran.

***

Tidak hanya Sera yang sedang overthinking, Johan juga begitu. Ia melihat seekor harimau dan berusaha mendekatinya tanpa memburunya.

Untungnya harimau itu tidak ingin dekat dengan Johan dan malah berpikir untuk kabur. Kemudian Johan akhirnya berhasil memburu seekor rusa. Dan berhasil membawa seekor rusa lagi untuk ia bawa pulang.

***

Johan sengaja pulang setelah jam makan malam. Ia kemudian menyerahkan rusa yang telah disembelih kepada Sundari.

"Tangkapan tuan besar sekali, apakah kita bisa menghabiskannya?" Ujar Sundari.

"Ambil secukupnya, berikan pada pelayan lain untuk menjualnya atau memberikannya ke penduduk sekitar perkebunan." Ujar Johan.

"Baik tuan.." ujar Sundari mengambil rusa bersama beberapa pelayan pria.

***

Dari kamarnya Sera melihati Johan masuk ke kastil. Ia kemudian memberi ganjalan di pintu kamarnya agar seseorang tidak bisa langsung masuk atau setidaknya pintu akan menimbulkan suara terlebih dahulu.

***

Saat malam hari Sera tertidur, ia tidak merasakan seseorang masuk ke kamarnya. Dan ketika terjaga, ia melihat ganjalan di pintunya juga masih ada.

***

Pagi hari Sera kemudian dari kamarnya memperhatikan salah seorang penjaga pintu gerbang yang menunggangi salah satu kuda milik Johan.

"Kalau ingin keluar dari sini seharunya aku bisa menunggangi kuda.." pikir Sera. Sera kemudian turun kebawah mendekati penjaga gerbang yang tengah berkuda di dalam kastil tersebut.

"Bisakah kau mengajari aku menunggangi kuda itu..?" tanya Sera mendekati pria muda itu.

"Bisa saja nona, tetapi sebaiknya saat tuan muda tidak sibuk.. aku saat ini menunggang kuda betina, yang ingin berkeliling, agar dia tidak stres saja..." ujar pria itu.

"Siapa namamu?" Tanya Sera.

"Clift nona..."

"Tolonglah aku Clift aku harus segera keluar dari sini.. bisakah kau bawa saja aku ke desa. Aku akan membayar mu dengan berkali-kali lipat tanpa harus kau bekerja disini..." Ujar Sera mendekat seraya memegang tali pegangan kuda Clift.

Dari atas kamarnya Johan kemudian membidik Clift pinggiran topi cowboy Clift, hingga topi itu terpental, kuda yang Clift tunggangi mulai menggila karena suara tembakan. Dan suara kuda yang kaget itu membuat Sera syok. Sera terjatuh ke tanah. Untungnya Clift ahli dalam menunggangi kudanya ia segera membawa kuda tersebut menjauh dari Sera. Sera kemudian menyadari itu adalah peringatan dari Johan. Ia kemudian melihat kearah Johan yang berada di atas. Kali ini Johan tidak menghindari pandangan Sera. Ia bahkan menatapnya sinis. Saat itu Johan benar benar tidak terlihat seperti pria yang autis. Dia terlihat seperti pria normal yang psikopat.

***

Sera kembali ke kamarnya dengan banyak pikiran. Mengapa dia harus berada disana, seharusnya dia pergi ke sekolah. Jika tidak bisa bersama dengan Randi setidaknya ia pergi sekolah.

"Sepertinya si gila itu tidak takut peluru mengenai kami" pikir Sera. Sera merasa lelah dengan Johan. kemudian ia memutuskan untuk masuk kedalam selimut di kasurnya dari pada harus pergi ke meja makan untuk makan siang atau makan malam dan bertemu dengan psikopat itu.

***

.

.

.

---NEXT--->

03. Dinding Pembatas

Sera kembali ke kamarnya dengan banyak pikiran. Mengapa dia harus berada disana, seharusnya dia pergi ke sekolah. Jika tidak bisa bersama dengan Randi setidaknya ia pergi sekolah.

"Sepertinya si gila itu tidak takut peluru mengenai kami" pikir Sera. Sera merasa lelah dengan Johan. kemudian ia memutuskan untuk masuk kedalam selimut di kasurnya dari pada harus pergi ke meja makan untuk makan siang atau makan malam dan bertemu dengan psikopat itu.

***

Malam hari Sera terbangun, karena ia tidur sejak siang hari.

"Mana dia si nosferatu, tampaknya dia tidak kesini..." Ujar Sera melihat ke sekelilingnya, sambil mengelap wajahnya dengan pakaian tidurnya.

Kemudian Sera mencoba berjalan dan melihat keluar kamar. Mereka para pelayan menaruh beberapa lampu gantung di sepanjang jalan. Sera menyusuri lorong-lorong tersebut dan menemuka ruang tengah tampak terang. Sepertinya seseorang sedang duduk disana.

Benar saja Sera mengintip Johan sedang tiduran di Sofanya sambil memeluk senapan. Di dekat perapian.

"Oh Nosferatu sedang tiduran dengan mainannya." Pikir Sera. Sera kemudian perlahan mendekati Johan. Ia melihat Johan tidur. Johan memang terlihat tampan saat dia tidur. Karena dia tidak bergerak. Tidak akan ada yang menyangka kalau saat bangun dia adalah pria autis. Saraf tubuhnya tidak bisa mengendalikan gerakan-gerakan kecil di tubuhnya. Ada gerakan-gerakan kecil yang diluar kontrol nya, seperti melihat ke kiri dan ke kanan saat bicara, tidak tampak fokus, walaupun dia sangat fokus, selalu tampak ingin bergerak, tetapi ketika Johan tidur, bahkan nafasnya tampak normal.

"Dia bagus memerankan pangeran tidur.." ujar Sera mengejek dalam hatinya.

"Mengapa kau merasa dia tidak sepadan denganmu? Apakah kau secantik dia?" Terbesit pikiran dari kepala Sera. Sera mencoba menyadarkan dirinya.

"Aku sudah berpikir tidak masuk akal.." ujar Sera pelan. Saat Sera akan pergi, Johan tiba-tiba mengigau,

"Sera.. Sera.."

mengagetkan Sera.

"Jangan Sera jangan.. jangan.." ujar Johan.

"Kenapa dia. Apakah dia mengigau aku mencelakainya?" Tanya Sera dalam pikirannya karena melihat wajah Johan sangat tertekan.

Sera mengingat mimpinya beberapa waktu lalu, Johan yang mendatanginya saat dia tidur tampak seperti Nosferatu.

Saat melihat reaksi Johan yang sedang mimpi, Ia membayangkan dirinya juga datang kepada Johan dalam bentuk Nosferatu, tetapi dengan rambut panjangnya di kegelapan menakuti Johan.

"Jangan..jangan.." ujar Johan.

"Lalu kenapa larang aku keluar dari sini.." tanya Sera pelan.

Tiba-tiba Johan membuka matanya, ia memang agak terkejut melihat Sera.

"DEGG" suara jantung berhenti. Tidak jelas suara jantung siapa.

Johan melihat Sera dan Sera memang sedang menatap Johan. Seketika suasana benar-benar hening. Johan kemudian menutup matanya lagi. Sera mundur pelan-pelan kemudian ia lari.

***

Jika Sera makan pagi, Johan hanya akan makan siang, dan saat makan malam Johan minta makanannya diantar Sundari ke kamar. Begitu terus-seterusnya.

***

Suatu siang pintu gerbang didatangi seorang pemuda dengan kudanya.

Pemuda itu meminta gerbang untuk dibuka. Siang itu Johan sedang pergi ke peternakannya. Sehingga yang berhadapan dengan pemuda itu hanya penjaga gerbang dan beberapa pelayan lelaki.

"Buka gerbangnya!! Ujar pemuda itu.

"Kamu siapa?" Tanya Clift si penjaga gerbang.

"Aku ingin bertemu pemilik rumah.."

"Pemilik rumah sedang diluar.."

"Aku ingin bertemu Sera!!"

"Kau siapa?"

Lelaki itu tidak dapat menjawab.

"Pulang saja.. tuan kami bawa senapan.." ujar Clift.

"Sera!! Serra!!" Sera mendengar suara Randi dari kejauhan. Walaupun jauh ditempat yang begitu sunyi suara Randi bisa mudah dikenali.

Sera segera berlari dari kamarnya menuju ke bawah. Ia kemudian berlari sekuat tenaganya untuk segera menuju Randi.

Akhirnya ia dijemput dan bisa pulang. Sangat bertepatan dengan Johan yang sedang keluar kastil. Inilah kesempatannya untuk kabur.

Sekali lagi ia tidak memikirkan Clift dan beberapa pelayan lelaki yang berada di bawah.

Sesampainya dibawah Sera mendapati pintu gerbang telah terbuka. Ternyata Johan telah pulang dan bertemu dengan Randi.

Randi juga terlihat sangat terkejut melihat Johan.

"Tu..tuan Johan tinggal disini..?" Tanya Randi terbata.

"Iya.." jawab Johan dengan gerak geriknya yang seperti biasa.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi tetapi Sera adalah kekasih ku. Kau tahu itu kan??" Tanya Randi. Sera melihat ke arah Johan.

"Apakah dia mengenal ku sebelum pertunangan ini?" Tanya Sera dalam pikirannya.

"Mengenai itu aku tidak begitu jelas.." ucap Johan tampak mengelak.

"Kau tahu aku kekasihnya kan?" Tanya Randi.

"Kami dijodohkan.." jawab Johan.

"Kenapa tidak menolaknya.." tanya Randi lagi.

Johan tampak terdiam.

"Kenapa kau menerimanya?" Tanya Randi lagi.

Johan segera menodongkan senapannya ke kepala Randi.

"Jika kau punya daya bawalah dia." Ujar Johan dengan pembawaan autis nya, ia menodongkan Randi dan menatapnya benar-benar tajam.

Randi kemudian tampak kecewa dan sedih ia menatap Sera kemudian pergi.

"Randi, jangan pergi.. Randi jangan pergi..!!" Ujar Sera menangis. Saat Randi pergi ia tahu laki-laki yang ia dambakan selama ini adalah Randi. Sera ingin kabur untuk kawin lari dengan Randi, tetapi tidak menemukan kesempatan bertemu. Saat bertemu mereka tidak bisa pergi bersama.

"Jangan menangis untuknya.." ujar Johan pada Sera.

Sera terlihat tidak peduli. Johan akhirnya berjalan dengan kudanya masuk kedalam kastil.

"Aku sudah bilang tidak menerima pernikahan ini.." ujar Sera.

"Kalau kau punya daya, dan dapat pergi, pergilah..." Ujar Johan meninggalkan Sera masuk ke dalam kastil.

***

Saat makan malam tiba Sera mendatangi Johan yang sedang makan malam. Ia duduk dan makan di dekat Johan.

"Pasti ada banyak wanita yang ingin bersamamu... Tidak bisakah kau relakan aku??"

"Katakan itu pada ayahmu..." Ujar Johan mengancam. Sera terdiam.

"Bagaimana bisa kau meminta orang lain mengikhlaskan sesuatu tanpa bertanggung jawab? Jika kau meminta seseorang mengikhlaskan sesuatu maka kau harus memberi gantinya!" Ujar Johan lagi.

"Aku akan beri gantinya! Kau mau wanita seperti apa aku akan kenalkan semua temanku yang cantik bahkan sangat sangat cantik?!" Ujar Sera meyakinkan.

"Apakah akan ada gantinya?" Pikir Johan. Johan tampak diam saja. Ia tak ingin menjawab Sera.

"Kau tidak mau wanita, berarti kau mau uang..?"

"Berpikirlah semau mu.." ujar Johan.

"Aku tegaskan kita tidak bisa cocok... Aku tidak bisa menikah dengan pria yang tidak normal seperti mu.." Ujar Sera ingin menyakiti hati Johan.

Johan hanya diam menatap Sera. Ia cukup sedih karena Sera sengaja melewati batas untuk menyakitinya. "Terserah kau mau apa, akulah yang menang kali ini.." ujar Johan dalam hatinya. Ia kemudian meninggalkan Sera di ruang makan sendirian.

***

4 tahun yang lalu Sera yang masih berusia 16 tahun sering mendatangi rumah sakit. Saat itu Randi Siswa baru di sekolah Menengah Atas mengalami kecelakaan jatuh dari tebing dan patah tulang. Sempat koma tetapi akhirnya sadar, Ia dirawat di kasur disebelah Johan.

Sementara Johan adalah seorang mahasiswa tingkat akhir telah hampir satu tahun koma.

Karena sebelumnya juga mengalami kecelakaan, jatuh dari kuda saat liburan kuliah.

Karena Sera sering menjenguk Randi membuat Sera juga sering melihat Johan. Saat itu di kota mereka Rumah Sakit hanya memiliki kamar isolasi untuk 6 orang.

Johan memang terlihat diam saja dengan gip di wajah dan tubuhnya. Tetapi sebenarnya ia sadar orang-orang bicara disekelilingnya.

Beberapa waktu sebelum kesembuhan Johan, ia melalui waktu komanya sendirian.

Johan divonis tidak punya banyak waktu lagi. fasilitas rumah sakit bahkan tidak mampu memberikan perawatan terbaik. memindahkannya dapat menyebabkan kematian.

Ibu Johan saat itu sedang berada dalam titik terendah dan depresi karena putus asa Johan tak kunjung sadar. Kesulitan Johan ini dirahasiakan kepada keluarga besar, karena Johan diketahui sedang kuliah di Rotterdam.

 Ayahnya tenggelam dalam kesedihan ibunya, sehingga sibuk merawat ibunya, hanya sesekali datang melihat Johan. Dia seperti dianggap telah mati dan tidak akan bangkit lagi.

Perawat pribadinya tidak pula begitu peduli, sering mengabaikan Johan karena sudah mulai merasa jenuh merawat Johan, tidak pula diawasi keluarga, dan tanpa sepengetahuan keluarga perawatnya sering pergi meninggalkan Johan.

Sera yang mengunjungi Randi selalu menemukan orang tua Randi disana, sementara Johan, ia hanya menemukan Johan sendirian.

Tanpa sadar Sera menunggui Johan, Sera sering menunggui perawat pribadinya datang.

Bertanya tentang Johan kepada perawat rumah sakit,

"Mana yang mengurus mas ini.."

"Mana orang tuanya mas ini? Mana keluarganya?

"Suster, infusnya naik.."

"Suster, infusnya habis.."

"Suster ia tidak bisa bernafas.." tak jarang Sera mengelap liur Johan yang keluar jika saluran pernafasannya terganggu."

Dan Sera pernah berkata

"Mas ini tampan.."

"Jika ada umur panjang, boleh kita bertemu lagi lagi.." ujar Sera tersenyum.

Ketika sadar dari koma, sebelum Sera datang kerumah sakit menjenguk Randi, Johan dipindahkan ke ruangan lain. Keluarganya semua datang dan menyambutnya, tetapi Johan mengingat nama gadis yang dekat dengannya dalam beberapa saat tersebut.

"Namanya Sera.." Johan mengingatnya setiap perawat memanggilnya.

Johan tidak berani menemui Sera, karena dia tahu dia hanya terlihat tampan ketika dia tidur. Dan kekurangannya akan segera terlihat saat dia bangun dan bergerak, bahwa gelagatnya menunjukkan dia adalah seorang pria autis. Mungkin jauh dan tidak seperti yang diharapakan Sera.

Karena itu dia mulai mencari tahu tentang Sera dari pria yang dirawat disebelahnya yaitu Randi, dengan harapan untuk mengenal Sera lebih jauh.

Johan mendekati Randi yang masih menjalani perawatan seperti teman. Randi adalah anak yang baik dan senang dengan pengetahuan, dia juga cukup cocok dengan Johan karena Johan sangat pintar.

Sesekali Sera datang ke rumah sakit tetapi Johan hanya berani mengintipnya saja dari kejauhan. Ia tidak berani memperlihatkan wajahnya dihadapan Sera.

Jika Sera membawa makanan ringan untuk Randi yang masih sakit, Johan akan meminta sedikit agar dapat mencicipi makanan ringan buatan Sera. Ia akan memintanya kepada Randi saat Sera sudah pulang.

Johan terus menjadikan Randi temannya. Ia bahkan banyak membantu Randi dengan mengenalkan Randi dengan rekan bisnis keluarganya. Sehingga Randi memiliki pertemanan bisnis yang lebih luas.

Suatu kali Sera bertemu dengan Johan di saat ia bertemu diluar dengan Randi, saat itu Johan tidak dapat mengelak lagi. Namun tampaknya Sera tidak ingat dengannya karena penampilan Johan beberapa waktu lalu selalu dalam keadaan di gip, sementara saat ini dia telah melepas seluruh alat bantu dan semua gip nya.

Ia sadar ia telah dilupakan oleh Sera. Sementara ia tidak bisa melupakan Sera.

Johan sangat menyadari dengan kondisinya dia sangat tidak nyaman dan tidak percaya diri untuk bergaul dengan wanita. Belum lagi dia sulit jatuh cinta.

Walaupun ada banyak wanita yang dikenalkan kepadanya, banyak yang hanya menginginkan harta dan kemewahan dari keluarganya saja. Walaupun ada sepupu wanita yang  menyukai Johan, tetapi Johan hanya menganggap sepupu itu seperti adiknya.

Tetapi ketika ia bertemu dengan Sera, Johan merasa itu adalah sebuah kesempatan dari Tuhan agar ia bisa meraih cintanya.

"Tidak adil jika hanya dia yang lupa padaku, sementara aku mengingatnya sepanjang waktu. Setelah ini aku akan membuatmu mengingatku sepanjang waktu.. Aku akan membuat mu menyerahkan sisa hidupmu untuk ku..." Janji Johan dalam benaknya saat itu.

***

""Aku tegaskan kita tidak bisa cocok... Aku tidak bisa menikah dengan pria yang tidak normal seperti mu.." Ujar Sera ingin menyakiti hati Johan.

Perkataan itu terus teringat di benak Sera beberapa menit lalu ia katakan untuk menyakiti perasaan Johan.

Sera berjalan terus menyusuri lorong ke kamarnya. Dengan pelan dan perasaan tidak nyaman.

Sera masuk ke kamarnya. Ia terlihat bingung. Menghina Johan membuatnya merasa bersalah.

"Aku tidak bermaksud menghinanya. Aku hanya ingin membuatnya membenci ku..." Pikir Sera.

Sera kemudian melihat ke jendela. Ia mencoba melihat ke kamar Johan yang berada di paling atas, tetapi menyamping sehingga Sera bisa melihat jendela kamar Johan dari kamarnya.

Atau lebih tepatnya Johan, bisa lebih mudah dan leluasa melihat ke kamar Sera, karena kamarnya berada lebih tinggi dan jendelanya berhadapan dengan kamar Sera.

Sera masih menatap kamar Johan, Lampu kamar Johan terlihat belum menyala.

"Marah pasti dia.." Ujar Sera bergumam tampak cemas habis melukai perasaan Johan, sambil melihat ke arah kamar Johan yang gelap.

***

Johan melihat Sera dari jendela kamarnya secara sembunyi-sembunyi. Dan karena lampu kamar dimatikan, Johan tidak dapat terlihat oleh Sera. Sementara Sera terlihat oleh Johan.

***

Keesokan paginya keluarga Sera dan Johan tiba dengan delman mereka masing-masing ke kastil Johan.

Mereka juga membawa banyak barang bawaan. Seperti yang telah dikatakan Ibu Sera sebelumnya persiapan pernikahan akan disiapkan sesegera mungkin oleh kedua orang tua mereka.

Oleh karena itu keluarga Sera dan keluarga Johan datang membawa banyak barang.

Sera dari kamarnya mendengar suara kuda. Ia lalu melihat ke jendela. Ia melihat kedatangan keluarganya dan keluarga Johan yang mulai memasuki gerbang besar.

Sera dan Johan turun ke bawah. Ia menyambut kedatangan keluarga mereka.

Sera melihat kedua orang tuanya dengan rasa kesal. Terutama ayahnya. Ibu Sera, Indira dan adik Sera, Dena tampak melihat Johan. Mereka menyadari mengapa Sera melihat ayah mereka dengan marah. Ibunya kemudian melihat kepada suaminya Broto.

Broto lalu mendekati Sera.

"Sera.." ujarnya kemudian memegang bahu Sera.

"Ayah tahu ayah harus mejelaskan sesuatu ya kan? Ayah tahu sesuatu?" Tanya Sera pelan pada ayahnya.

"Sera.." panggil ayahnya lagi.

Keluarga adyatama melihat kearah keluarga Sera. Adyatama seperti mengetahui masalah antara Broto dan anaknya Sera, ia tersenyum kecil lalu mempersilahkan keluarga Sera untuk masuk ke dalam dengan mengayunkan tangannya ke arah pintu.

***

"Ayah ingin memberitahu Sera sejak awal, tetapi apapun keadaan pernikahan ini tidak bisa ditolak. Ayah juga baru tahu beberapa hari sebelum pertemuan keluarga kalau Johan punya sindrom autis.. ayah bahkan baru tahu bahwa Adyatama punya anak laki-laki dewasa.."

Sera tampak kesal saja mendengar penjelasan ayahnya. Ia mendengar tetapi wajahnya terlihat semakin emosi.

"Tetapi Johan anak yang pintar. Kau lihat dia tinggi dan tampan, dia pintar dalam akademik dan anak yang punya kepribadian baik. Dia tidak buruk..." Ujar ayah Sera lagi.

"Maafkan ibu Sera, maafkan ibu.." ujar Indira memeluk Sera.

"Maaf? Kalau begitu bantu aku keluar dari sini.. Ibu tahu aku mencintai orang lain.."

"Mana bisa seperti itu, pernikahan Sera sudah diputuskan beberapa hari lagi. Mereka sudah banyak kehilangan uang. Kedua keluarga sudah menyiapkan semua kebutuhan pernikahan.."

"Kalau begitu buang jauh jauh kata maaf..." Ujar Sera, ia berdiri kemudian keluar dari kamarnya.

"Benar kata kakak, benar.." ujar Dena mengangguk-ngangguk di depan ayah dan ibu mereka. Yang semakin terlihat merasa bersalah.

***

.

.

.

---NEXT--->

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!