Malam ini Andra dan Diva duduk di depan meja makan, Andra sedang menyuapi Diva kecil dengan telaten. Diva juga makan dengan antusias membuat seulas senyum terbit di bibir Andra.
"Kasihan gadis kecilku," batin Andra sambil mengelus rambut hitam Diva. Diva si gadis kecil harus kehilangan kasih sayang di usianya sekarang semakin memikirkan itu semakin membuat Andra prihatin. Dia tidak bisa membiarkan anak sekecil ini berkeliaran.
"Pelan- pelan sayang nanti tersedak." nasihat Andra mencoba memperingati Diva untuk mengunyah makanan terlebih dahulu sebelum menelan, ia juga merapikan poni Diva yang berantakan. Entah mengapa ia begitu sangat menyayangi gadis kecil itu meskipun baru mengenalnya.
"Abis enak Om Diva suka., " terang Diva malah nyengir dengan wajah menggemaskannya. Andra yang melihat wajah menggemaskan Diva langsung mencubit pelan pipi Diva.
"Kamu gemesin banget sih."
"Awww, ... Sakiiittt Om..!"
Diva menatap Andra sambil mengerjakan kedua matanya, semakin imut saja, batin Andra berbicara.
"Cantik sekali." puji Andra mengacak rambut Diva, dia tidak pernah tersenyum seperti ini. Kedatangan Diva membuat dia menjadi pria yang hangat.
Selesai makan Andra menuntun Diva menuju kamarnya, Andra juga sudah memakaikan Diva baju miliknya sewaktu Andra masih berusia 14 tahun. Bajunya masih tersimpan rapi di lemarinya sebagai kenang- kenangan, itulah kata- kata Santi Ibunya. Baju biru dongker yang hampir selutut membuat Diva semakin imut dan menggemaskan.
"Daddy bajunya terlalu besar, lihat Diva seperti tuyul." rengek Diva langsung cemberut memanyunkan bibirnya. Semetara Andra terdiam bingung mendengar Diva memanggilnya Daddy, bukan karna benci panggilan itu melainkan membuatnya semakin bahagia seperti memiliki seorang putri saja.
"Maaf memanggil Om Daddy., " Diva menundukkan kepalanya takut Andra marah.
"Hei ... kenapa bersedih, Paman suka Diva memanggil Paman Daddy., " jawab Andra mengecup singkat pipi gembul Diva.
"Benarkah..?!"
"Yes! ... terima kasih Daddy....," Diva meloncat- loncat di tempat tidur karna kegirangan di perbolehkan Andra memanggilnya Daddy.
"Little tidurlah, apa kau ingin mengompol disini..?! " tanya Andra.
"NO! Dad.., " jawab Diva langsung merebahkan tubuhnya di ranjang king size milik Andra, sementara Andra keluar kamar setelah mematikan lampu dan menyelimuti Diva.
"Good night little girl," ucap Andra lirih setelah menutup pintu. Dia masih ingat saat gadis kecil itu berlari ke depan pagar rumahnya, seandainya Andra tidak menolong Diva ibu tirinya pasti akan kembali memperlakukan Diva kecil dengan buruk. Andra tidak Ingin Diva terluka meskipun ia baru mengenalnya beberapa jam yang lalu.
Morning
Keesokan paginya suasana meja makan saat terlihat ramai, kedua orang tua Andra menyetujui usulan Andra agar Diva tinggal bersama mereka. Diva juga menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka dengan tatapan polos serta wajah menggemaskannya.
"Jadi apa keputusanmu Andra.,?! "
Tanya Setyo Pratama kepada anaknya terakhirnya.
"Andra mau merawat Diva Pah, Andra akan urus surat- surat secepatnya kita tidak bisa membiarkan gadis kecil seperti Diva berkeliaran." keputusan sudah final Andra. Dia tidak ingin kehilangan anak yang menarik perhatiannya. Bahkan hatinya yang beku-pun jadi menghangat.
"Baguslah Papah dan Mamah sangat menyukai Diva., " Jawab Setyo, Sementara Diva sarapan dengan antusias bersama orang- orang yang menyayanginya. Diva sangat menyukai mereka, terlihat ada binar bahagia dimatanya.
"Terima kasih Eyang, Omma,"
"Lucunya seperti memiliki seorang cucu ya Pah," Santi langsung mencubit gemas Pipi gembul Diva.
"Iya Mah, Papah berasa sudah menjadi Eyang," Jawab Setyo tak kalah antusias dari istrinya. Andra tersenyum melihat keluarganya bahagia dengan kehadiran Diva kecil. Syukurlah orang tuanya tidak banyak berargumen justru menyukai usulannya.
...•...
...•...
...•...
Pagi ini Diva sedang di taman Mansion, Diva mulai bermain ayunan memperhatikan luasnya mansion Andra, bahkan rumahnya dulu tidak ada apa- apanya di bandingkan gudang Mansion megah ini.
"Kaya sekali Daddy, bahkan rumah ini bisa menampung pengungsi bencana alam tapi hanya di tempati Eyang, Omma, Daddy juga para maid," ucap Diva pelan, entah kapan datangnya tiba- tiba ada bola kasti menggelinding di depan kakinya ketika Diva menunduk.
"Hei, ... hei....!" teriak anak laki- laki berumur sekitar 10 tahun sedang memanggil- manggil Diva, tentu saja hal itu membuat Diva menoleh.
"Ini milikmu..?" Tanya Diva pada anak laki- laki itu, yang langsung di balas anggukan. Diva berjalan menghampiri anak laki- laki itu yang sedang berdiri di depan gerbang sambil melambaikan tangan kepadanya.
"Paman bukain gerbang, Diva ingin memberikan bola kasti kepada anak laki- laki itu." Pinta Diva pada satpam yang berjaga di Mansion dengan lembut.
"Tapi Tuan Andra melarang Nona muda keluar dari mansion, biar paman saja Nona.," jawab satpam itu dengan tegas.
"Aku akan menangis mengadu pada Daddy kalau paman..!! hikkss..! hikkss..! tidak menuruti kemauanku..!" Alibi Diva pura- pura menangis agar dibukakan pintu.
Sementara anak laki- laki itu tertawa kecil memperhatikan Diva berakting dari luar gerbang.
"Eh! ... jangan nona muda.," cegah satpam itu takut akan kemurkaan majikannya yang mengerikan, ia langsung cepat- cepat membukakan pintu gerbang agar Diva dapat segera memberikan bola tersebut.
"Terima kasih Paman," Diva yang berantusias langsung keluar gerbang menemui anak laki- laki seusianya yang berdiri di depan gerbang.
"Kau sangat pintar, " puji Farrel pada Diva, Farrel terpesona melihat kecantikan Diva dengan wajah menggemaskannya.
"Terima kasih, panggil aku Diva dan ini milikmu," Diva memberikan bola kasti tadi kepada Farrel.
"Terima kasih namaku Farrel, tadi aku bermain bersama Papah-ku, Papah yang melempar bola terlalu jauh, Mansionku di sebelah Mansionmu.," tunjuk Farrel sambil menerima bola kasti dari uluran tangan Diva.
"Sama- sama, senang bertemu denganmu Farrel," Diva tersenyum antusias.
"Apa kita bisa berteman..? " Tanya Farrel ragu sambil memainkan bola di tangannya karena dari tadi Diva hanya diam.
"Tentu saja aku sangat senang memiliki teman sekaligus sahabat disini sepertimu, ayo masuk bermain bersamaku. Aku tidak memiliki teman selain kamu disini,"
Diva menarik tangan Farrel memasuki taman. Mereka sangat antusias bermain kejar- kejaran sehingga para maid kewalahan karna Diva berlarian bersama Farrel, mereka juga jadi ikut berlari mengejar Diva. Lebih baik mereka yang terjatuh dari pada Diva yang terjatuh batin mereka, karna gaji mereka sendiri bisa terancam kalau sampai ada luka kecil pada tubuh Diva jika Diva terjatuh.
"Husshh..!! husshh..!!" suara napas para pelayan kelelahan. "Aduh Nona muda nantii jatuh berhentiii..! Nona..!
Tuan Farrel berhenti..! "
Angela dan Astri kelelahan melindungi Diva agar tidak terjatuh dengan suara napas ngos- ngosan.
"Farrel udah deh Diva capek Rel.!" Diva tidak menjawab teguran dari para maid malah menghiraukan ucapan maid, ia menggerutu kesal kepada Farrel teman barunya.
"Hahaha ... iya tuan Putri.., " jawab Farrel berhenti berlari kini menghampiri Diva teman barunya yang cantik juga menggemaskan.
"Bagus deh Diva capek Rel..," jawab Diva langsung duduk di bangku taman bersama Farrel setelah lelah berlarian. Para maid pun merasa lega melihat dua anak itu berhenti berlarian.
DI DALAM MANSION
Andra keluar dari ruang kerjanya dia baru sadar kalau saat ini Diva tidak ada di dalam Mansion yang keadaannya saat ini terlihat senyap, para maid pun sibuk mengerjakan tugasnya.
"Kemana anak itu, oh tuhan bagaimana jika dia pergi dari rumah ini, betapa malangnya aku" batin Andra yang tidak- tidak.
"Apa yang sedang kamu cari Andra.,?! " Tanya Santi heran pada anaknya yang berusia 25 tahun namun belum kunjung menikah malah sibuk main petak umpet dengan Diva.
"Putriku kemana dia Mah.,? " tanya Andra prustasi melihat sekeliling rumah tidak kunjung menemukan Diva putri kecilnya yang manis dan lugu.
"Ya ampun anak ini, kamu belum menjadi Ayah. Diva diluar bermain bersama Farrel juga ditemani 2 orang maid wanita. Mamah sangat tau sifat over protektif-mu itu, baru 2 hari anakku, Princess kecil disini ...!" terang Santi menjelaskan pada anaknya yang menyebalkan, bahkan Diva terlihat antusias bermain bisa terganggu dengan sifat Andra.
"Kenapa Mamah biarkan. Ya tuhan, Kalau lecet tergores, jangan sampai kulit putih salju putriku tergores sedikitpun..! " Gerutu Andra kesal ingin segera berlari keluar menghampiri anak angkatnya. Tapi Santi menarik tangan Andra agar tidak menghampiri Diva bersama Farrel.
"Apalagi Ma..!" gerutu Andra kesal.
"Mau kemana kamu..?!" Santi bertanya sambil menyelidik anaknya, takut- takut anaknya bertengkar dengan anak laki- laki dibawah umur, bisa sangat memalukan bukan.
"Mengampiri anakku., dia bisa terluka bersama bocah ingusan yang hobi terjatuh dari sepeda.,"
Andra ingin kembali bergegas menghampiri Diva tapi Santi menahannya kembali.
"Biarkan cucuku bermain dia terlihat bahagia bersama Farrel, Mama sangat bahagia melihat mereka bersama., "
Santi mencoba menasehati anaknya agar tidak merusak momen bermain Diva, tapi Andra malah bergegas pergi ke halaman dimana Diva dan Farrel bermain menangkap kupu- kupu.
"Apaan- apaan bocah tengil itu..! bisa- bisanya ia mengambil waktu bermanja anakku denganku, jadi di habiskan dengannya menangkap hewan bodoh sialan itu.,!! ". Gerutu Andra kesal, Andra langsung berjalan menghampiri mereka dengan wajah seperti Ayah singa yang siap menerkam siapapun yang berani mengusik ketenangannya, Diva yang melihat Andra langsung berlari menghampiri Andra dengan wajah cerianya.
"DADDY..!!" Teriak Diva antusias langsung memeluk Andra, Andra yang mendapat respon seperti itu langsung luluh dan terbit seulas senyuman manis dari bibir seksinya membuat siapapun akan meleleh.
Andra berlutut di depan Diva menyeimbangkan tubuhnya sambil mengelus pipi gembul Diva. Dari belakang Diva Farrel juga tersenyum.
"Haii Om," sapa Farrel yang diacuhkan Andra. Namun Farrel bukanlah anak laki- laki lembek yang gampang sakit hati dan menyerah. Dia juga bisa lebih cuek terhadap Andra.
"Little sedang apa diluar sini, panas bisa membuat kulit putihmu terbakar.," Andra berbicara sambil menangkup pipi Diva.
"Diva bermain bersama teman baru, Farrel sangat menyenangkan Dad," Diva terlihat sangat antusias, langsung menarik Farrel menemui Andra. Sementara Farrel menatap Andra dengan sinis karna sikap Andra mengabaikannya tadi.
"Bocah tengil jangan mengganggu anakku..!! " Perintah Andra yang di balas pelototan oleh Farrel, sedangkan Diva malah bolak- balik menatap mereka bingung.
"Daddy jangan sakiti Farel,"
Pinta Diva menampilkan mata puppy eyes yang membuat Andra luluh.
"Baiklah little.,"
Andra mendengus kesal. Lihatlah kau tidak bisa menang bocah licik.
"Om saja jomblo wkwkwkwk..,"
Wajah Andra sudah merah padam dikerjai bocah kecil yang terus mengejeknya, cobaan apalagi ini batin Andra gondok.
"Pulanglah Farrel tadi Ayahmu menelpon Om, dan kamu little ayo masuk kamu sudah Daddy belikan gaun Princess kesukaanmu seperti di buku dongeng yang Daddy bacakan semalam,"
Andra sengaja membohongi Farrel dan menyuruh anaknya masuk dengan gaun- gaun indah yang tidak mungkin ditolak Diva.
"Benarkah Dad..?," tanya Diva dengan mata berbinar memastikan ucapan Andra.
"Tentu little, ayo masuk" Ajak Andra dengan menatap Farel dengan senyum remehkannya.
"Maaf ya Rel Diva harus kedalam. Sampai ketemu besok setelah kamu pulang sekolah aku menunggumu,"
Diva berjalan menghampiri Farel dan mengecup singkat pipi kanan Farel yang merona akibat ulah Diva yang tiba- tiba langsung menciumnya. Sungguh Farrel tidak pernah di cium anak perempuan manapun kecuali Ibunya sendiri. Melihat itu Andra kesal langsung bergegas mengajak Diva masuk ke dalam Mansion.
8 TAHUN KEMUDIAN
Diva Akeilla sudah tumbuh menjadi gadis cantik berusia 18 tahun dengan postur tubuh mungil menggemaskan, kulit putih bak salju, wajah imut babyface dengan bibir berwarna ceri dan jangan lupakan pipi yang sering merona ketika tersenyum.
Andra kini menjadi pria matang yang seksi dengan usia 33 tahun yang membuat semakin hot.
sedangkan Farrel Praja sudah tumbuh menjadi cowok ganteng dan jangan lupakan julukan Playboy yang melekat padanya.
Inilah kisah cinta di mulai, kisah yang berawal dari kecemburuan menjadi cinta. Selamat membaca❤️🥰
Diva sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, wajah nya yang imut babyface, kulit putih bersih, dan jangan lupakan bola mata berwarna coklat kemilaunya yang menambah kesan manis.
Ruang keluarga
"Omma ayolah ceritakan bagaimana percintaan Omma dengan Eyang dulu..?! " Rengek Diva yang asik tiduran di paha Santi, Santi hanya mampu tersenyum mengacak rambut Diva dengan gemas.
"Gadis nakal tentu saja rahasia..!" Santi mencubit gemas pipi Diva, sedangkan Diva mendengus kesal hingga pipinya menggembung.
"Ihhh! ... Omma gak asik deh..,! " Rengek Diva, Santi tertawa melihat Diva yang saat ini terlihat semakin manja dan menggemaskan ketika bertanya.
"Baiklah Princess akan Omma ceritakan.," jawab Santi pasrah.
Mata Diva seketika langsung berbinar mendengar itu.
"Dulu Eyangmu itu cowok tampan yang banyak di kagumi gadis seksi sewaktu Omma sekolah dulu,.." terang Santi sedikit kesal mengingat dulu suaminya di dekati teman sekelasnya dengan pakaian kekurangan bahan, jelas cantikan dialah kemana- mana batin Santi. Namun, kemudian Santi malah berhenti bercerita ingin tertawa melihat ekspresi lucu Diva yang kesal karena ceritanya terpotong.
"Ih nyebelin Omma deh kesel Diva..! " Diva langsung cemberut kesal. Kemudian, Santi menarik napas kembali melanjutkan ceritanya.
"Baiklah sayang dulu sewaktu Omma____" belum sempat Santi melanjutkan ceritanya Andra sudah mengagetkan mereka dari belakang saat baru kembali dari kantornya.
"DOR ...!" Santi dan Diva sampai meloncat dari sopa sangking kagetnya.
"Daddy mau Diva mati terkena serangan jantung?! ... Omma lihat Daddy..,!! " rengek Diva yang kesal langsung melempari Andra dengan bantal sopa, sementara Santi memberikan pelototan tajam pada Andra.
"Dasar anak durhaka kamu Andra..!" teriak Santi langsung memukul kepala anaknya menggunakan bantal sopa.
"Ampunnn ... Ma! ... ampun Diva tolong Daddy nak..,!! " mohon Andra yang habis terkena tipuk bantal sopa. Namun anaknya malah melenggang pergi dengan senyuman mengejek.
"Ogahhh..,! " jawab Diva membuang muka berjalan masuk ke kamarnya. Melihat itu Andra tersenyum miris.
Night
Malam ini Andra menghabiskan waktu dengan file- file menumpuk di kamarnya. Belum lagi ada masalah baru Leon yang akan pulang ke mansion orang tuanya. Andra semakin prustasi pasti Leon akan membahas masalah kelajangannya.
"Tok..tok..tok Daddy.,!! " Diva mengetuk pelan pintu kamar Andra.
"Masuk sayang..,! " perintah Andra, Andra tersenyum sekilas mengingat bahwa Diva anak yang ditolongnya 8 tahun lalu kini sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan menggemaskan.
"Baiklah Dad..," jawab Diva memasuki kamar Andra, ia berjalan menuju rajang king size yang di duduki Andra saat ini. Saat Andra kembali mengetik juga melihat file- file yang berserakan di ranjangnya, Diva menarik paksa laptop Andra langsung meletakannya di atas nakas.
"Hey apa yang kamu lakukan little,?
Kembalikan..! Daddy masih banyak kerjaan sayang, Ayoo kembalikan laptop Daddy..,!!" Perintah Andra, Andra berusaha membujuk Diva yang kadang perilakunya tidak bisa di tebak. Contohnya seperti sekarang selain manja Diva juga hobi mengganggu aktifitas pekerjaannya.
Diva menatap Andra dengan tatapan yang sulit di artikan Diva duduk di pangkuan Andra, Namun anehnya itu membuat Andra semakin menegang terkena gesekan paha Diva di area sensitifnya, mau bagaimanapun dia adalah pria normal.
"emm.,! " tanpa sadar Andra mendesah. Diva mengernyit bingung sambil memeluk leher Andra, mendekatkan wajahnya seperti ingin mencium. Andra gelagapan apa yang dilakukan putrinya sehingga agresif seperti ingin padanya namun dia juga menikmatinya.
"Diva ini kalau sampai saya khilaf gimana ini, tapi gimana nikmat saya gak bisa berbuat apa- apa sudahlah hanya ciuman sekali tidak apa- apa, bisa jadi tanda sayang antara Ayah dan anak," Batin Andra yang terus menyuarakan pikiran kotor.
"Dad.," Diva memeluk Andra semakin erat, ketika wajah Diva sedikit lagi mendekat ke bibir Andra Diva ambruk dalam pelukan Andra. Sementara Andra sudah berpikir yang tidak- tidak mendengus kesal. Dia lupa kalau putrinya yang satu ini selain menggemaskan juga kadang konyol. Jauh- jauh ke kamarnya hanya numpang tidur dalam pelukannya.
"Anak ini hampir saja saya lepas kendali," gerutu Andra kesal kini ikut berbaring di samping Diva.
Sekolah
Saat ini mata pelajaran Tomi di kelas Diva, Tomi menyeringai memperhatikan sang Idola sekolah yang banyak di gemari kaum adam karna kecantikan yang memikat.
"Diva..!" Panggil Tomi tegas.
"Ya pak,? " tanya Diva heran melihat gurunya.
"Kerjakan soal Matematika nomor 1 di papan tulis sekarang ...!" perintah Tomi dengan tegas.
"Baik pak,"
Diva langsung melangkahkan kaki jenjangnya menuju papan tulis, sehingga banyak sepasang mata kaum adam yang memberikan tatapan kagum, lapar. Namun bagi kaum hawa dikelas nya mereka sangat iri melihat sang idola.
Diva mengambil spidol yang di genggaman Tomi tanpa disadari siswa- siswi di kelas Tomi pura- pura tak sengaja menyentuh paha mulus Diva saat menyerahkan spidol yang membuat Diva mendesah. "
Ahhhh...," Sekali lagi Diva merutuki sifat nakalnya yang tak tau situasi.
"Ini semua gara- gara Farrel terlalu banyak mengajarkanku olahraga kecantikan, aku jadi mengeluarkan suara aneh!" gerutu Diva kesal dalam hati.
"Ehh! ... maaf Diva silahkan kerjakan.,! " Perintah Tomi yang berpura- pura merasa bersalah
"Oh iy..iya pak..!" jawab Diva langsung mengerjakan soal dengan benar, terkadang ia harus berjinjit karna Diva tidak terlalu tinggi yang membuat teman- teman cowok di kelasnya terutama Farel dan Tomi meneguk ludah memperhatikan paha mulus Diva di balut rok kotak- kotak 3 jengkal berwarna pink.
"Sudah pak," Ucap Diva tersenyum tulus menyerahkan spidol kepada Tomi yang langsung di balas anggukan oleh Tomi.
"Yahhhh..!!" Jawab teman- teman laki- lakinya serempak karna kehilangan tontonan geratis.
Diva tersenyum kecil, berjalan kembali duduk di bangkunya.
"Pak apa gak ada soal lagi untuk Diva?" tanya Ridho cowok mesum yang gemar mengintip ke bawah meja cewek.
"Ada tapi untuk kamu, Ridho maju ke depan!" perintah Tomi dengan senyuman kecil. Semua orang di kelas menertawakan kesialan Ridho, bukannya mendapatkan tontonan geratis malah mendapat soal.
Sudah 15 menit Ridho berdiri mencoret dan menghapus papan tulis, tapi tidak kunjung menemukan jawaban dari soal. Ridho menatap ke arah asbes kelas.
"Ridho jawabannya tidak ada disana, tapi di kepalamu!"
Mendengar itu seisi kelas menertawakan Ridho.
"Ridho- Ridho makannya jangan taunya mesum aja. Udah gak ganteng belagu!" sindir Mella yang tidak suka dengan Ridho, Ridho sering sekali mengintip rok gadis- gadis di kelas 1 hingga 3.
"Mella kamu juga ke depan kerjakan soal nomor 5!" perintah Tomi, mata Mella membulat boro- boro nomor 5. Yang satu aja Mella bingung.
"Saya golput pak!" jawab Mella memilih pura- pura pingsan dari pada malu tidak bisa mengerjakan soal.
"MELLA....!" panggil Tomi membuat Mella berjalan menuju papan tulis sambil menggerutu, untuk ganteng kalau jelek aja udah Mella siksa itu guru rese.
Keesokan harinya Andra dan Diva berada di meja makan sarapan bersama dalam situasi canggung, Andra masih kesal terhadap Diva sehingga suasana terlihat panas pagi ini. Diva pun enggan menyapa Andra karna masih canggung dan takut akan kemarahan Andra lagi.
Tapi hati Diva mengatakan tidak bisa jauh dari Andra, apalagi tidak bertegur sapa ia mana tahan kalau tidak menyapa Andra, Diva harus membuang sifat egonya.
"Dad sorry," Diva langsung memeluk tubuh Andra menyesali perbuatannya. Ternyata selama ini ia di bohongi oleh Farrel, kalau yang mereka lakukan selama ini bukan untuk olahraga kecantikan melainkan ciuman, Farrel memang bajingan, ia baru tahu setelah mencari tahu di internet. Dulu Diva mengira adegan mesum di tv hanyalah fiksi di dalam dunia nyata tapi kenyataannya tidak seperti itu. Betapa polosnya Diva.
"Daddy maafkan, Tapi ingat jangan pernah temui Farrel lagi dan mengulang kesalahan yang sama. Atau Daddy akan menghukummu lagi, mengerti..?!" tanya Andra berbicara dengan penuh penekanan terhadap Diva yang memang sedikit keras kepala.
"Thanks Daddy, " Diva mengecup singkat pipi Andra.
Diva dan Andra pun kembali melanjutkan sarapan dengan suasana damai seperti biasanya.
"Diva selesai Daddy, Diva pergi sekolah dulu ya," baru saja Diva ingin meraih tangan Andra. Andra menariknya keluar menuju mobil, ia akan mengantar jemput Diva sekarang demi keamanan anaknya.
"Mulai saat ini Daddy yang akan mengantar jemput untuk mengawasimu, kemarin kalau Daddy tidak pulang cepat bisa saja bajingan kecil itu berbuat mesum! " Jelas Andra di dalam mobil.
Diva hanya mampu mendengus kesal, kalau sudah begini mau tak mau ia harus menuruti kemauan Andra, karna memang dirinya yang salah mau bagaimana lagi.
"Hem ..." jawab Diva dengan senyuman di paksakan.
_____
Sekolah
"Diva masuk kelas dulu Dad, " pamit Diva pada Andra dengan lembut.
"Alright girl, ingat yang Daddy katakan di mobil tadi." Tegas Andra memberikan penekanan terhadap Diva.
"Sure, " jawab Diva semakin mendengus kesal, gara- gara Farrel semua jadi berantakan gerutu Diva dalam hati.
Kelas
Jam pelajaran telah berlangsung 3 jam yang lalu saat ini Diva bingung mau kemana dan berbuat apa.
"Persetan dengan Farrel, pokoknya gue gak akan berhubungan lagi sama dia...! " . Gerutu Diva kesal dalam hati pada Farrel yang terkenal Playboy cap kaleng.
"Dasar, BUAYA....!! " Pekik Diva sampai- sampai Renata sahabatnya terjungkal, baru saja Renata ingin mengagetkan Diva sahabatnya malah, malah dia yang terkena sial.
"Busyeeettt ...! Pantat gue..! gila lu teriak- teriak apes nasip gue nih, " Renata kesal langsung mendaratkan bokongnya di bangku samping Diva.
"APA ...! ". bentak Diva yang dari semalam pikirannya kacau balau.
"Idiihhhh si monyong ini gak usah emosi mbak..,!" sindir Renata yang sudah mulai kesal melihat sahabatnya, biasanya sok super seksi dan kalem sekarang sudah seperti Hulk yang lagi ngamuk.
"Gue gak emosi cuman kalo ngomong suka ngegas..!" jawab Diva menatap sinis Renata dengan wajah malas. Ayolah hari ini ia lagi libur debat bisa enggak kalau sehari aja gak adu debat.
"Gila lo udah ah gue mau ngantin dulu ... makan hati ngomong sama sahabat kayak lo..!" Renata langsung berjalan meninggalkan Diva yang sedang kesal setengah mati.
"Dasar gila.," ejek Diva kesal, ia baru saja menghembuskan napas lega setelah kepergian Renata, baru 5 menit Diva duduk Renata balik lagi ke kelas nemuin Diva.
"Apa lagi sih lu..?!" Sinis Diva melihat tingkah Renata.
"Hehehe! ... Sorry Div gue boleh pinjem duit lu enggak, Soal nya bebeb Rafka gue gak masuk kelas. Gue gadak duit Div abis gue isi paket buat video call'an semalem. " jelas Renata sambil nyengir kuda dengan menggunakan tatapan puppy eyes andalannya yang minta di tabok.
"Kampret lu kuda liar..! giliran soal duit aja langsung berubah pikiran..! Nihh..!!!" Diva memberikan uang sepuluh ribuan pada Renata.
"Anjiirrr..! bokap lu kaya ngasih sabahat sejati cuman 10 rebu..pelitttt,! "Gerutu Renata kesal.
"Masih baik gue kasih, kalau gak mau gue ambil lagi nih,! " Ancam Diva semakin kesal saja di buat Renata hingga telinganya seperti mengeluarkan asap panas.
"Eiitttt..,!! Jangan dulu..! " Renata langsung menarik uang sepuluh ribuan dari Diva dengan cepat.
"Uda deh lumayan buat beli cilok..!! maaciii gue pergi dulu," Renata langsung nyelonong pergi meninggalkan Diva.
"Jijik..GUE..!," Teriak Diva yang tidak di gubris oleh Renata.
Pulang Sekolah, "Mana sih Daddy kok belum dateng, " Diva yang lelah berdiri kemudian berjongkok menunggu Andra yang belum menjemputnya. Gayanya sok nganter jemput eh malah gak nongol, batin Diva kesal pada Daddy- nya.
"Ting..," bunyi pesan masuk di ponsel genggam Diva keluaran terbaru, yang dibelikan Daddy nya 3 bulan lalu ketika ulang tahunnya.
08673*******
Maaf little Daddy kemungkinan akan telat menjemputmu ada banyak dateline hari ini yang harus Daddy kerjakan. Pesan Taksi atau telpon Haikal supir kita untuk menjemputmu, Daddy mencintaimu sayang.
Diva langsung menutup ponselnya kesal, Ia ingin memanggil taksi di luar gerbang namun langkahnya terhenti, ketika mobil Honda jazz keluaran terbaru menepi di depannya.
"Siapa dia,?". tanya Diva dalam hati heran, mana mungkin Daddy-nya. Kaca mobil terbuka menampilkan sosok yang selama ini Diva ketahui terkenal killer, siapa lagi kalau bukan guru Matematika yang terkenal galak namun gantengnya itu yang gak bisa di ganggu- gugat. Meskipun sikapnya dingin namun Tomi adalah idola murid dan guru di sekolah.
"Sedang apa kamu Diva?! " tanya Tomi sambil memandang Diva dengan tatapan dinginnya, Diva sampai bergidik ngeri.
"Menunggu taksi Pak Tomi, " Jawab Diva berusaha tersenyum ramah sambil memainkan rambut lembutnya yang panjang. Tomi sampai bisa mencium aroma sampo mawar dari rambut Diva yang menenangkan.
"Biar saya antar," tawar Tomi, namun Diva bingung harus menjawab apa karna dia baru mendapat masalah dari Andra Daddy-nya, Diva masih menimbang- nimbang bingung apakah mau atau menolak.
"Tidak merepotkan, masuklah..! " ajak Tomi seperti memerintah.
"Te..terimakasih Pak..! " Diva membuka pintu mobil Tomi dengan gugup, karna aura galak menguar dari tatapan mata Tomi guru Matematikanya.
"No problem, " jawab Tomi singkat.
Diva langsung masuk ke dalam mobil dengan ragu bercampur perasaan kacau, Diva masih canggung apabila di rumah bertemu dengan Daddy-nya, karna perbuatannya bersama Farrel sangat memalukan. Belum lagi Daddy-nya melihat mereka berciuman tanpa sengaja semakin membuat Diva perustasi.
Tomi melihat keterdiaman Diva dan gelagatnya yang agak aneh satu hari ini, ya diam- diam Tomi memang memperhatikan Diva dari jarak jauh. Entahlah Diva sangat menarik untuk dilewatkan, berbeda dari gadis lain, Diva unik, polos, seksi, lucu dan juga pintar, tidak jarang banyak siswa yang mendekati Murid famous seperti Diva.
"Ehem..,! " Tomi sengaja pura- pura berdehem. "kamu kenapa?" tanya Tomi. Sebenarnya Tomi sangat gugup tapi ia pintar menyembunyikan raut wajahnya.
"Diva....!!" panggil Tomi kembali.
"Ah..ekh iy..iya Pak maaf saya lupa saya kira tadi bapak supir saya makanya saya cuekin hehehe..,! " jawab Diva nyengir kuda sambil memainkan ponselnya, sedangkan Tomi geram. Ini salah satu keunikan Diva yang blak- blakan.
"Anak ini, memangnya wajah ganteng dan predikat pria kaya seperti saya ini pantes dibilang supir, sabar Tom butuh waktu untuk membuatnya menyukaimu," Batin Tomi dalam hati.
Diva tersenyum kecil kembali melihat kearah jalan dari jendela di samping kirinya.
Mansion
"Makasih Pak Tomi," Diva mencium tangan Tomi dengan lembut sebelum izin masuk ke mansionnya.
"Div kamu cium tangan saya uda bikin saya cenat- cenut gimana kamu cium bibir saya, ahh gila pikiran kotor macam apa ini. Tenang Tom masih awal jangan gegabah," Tomi sengaja menyemangati dirinya sendiri agar tidak lepas kendali.
"Sama- sama,” jawab Tomi datar langsung meninggalkan Diva masuk kedalam mobilnya kembali.
"Ngeselin....!!" teriak Diva, "memalukan..!!"
Diva berjalan menuju kamarnya, ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti pakaian putih abu- abunya lebih dulu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!