Generasi penerus Bandapati kembali terlahir ke bumi, setelah tadinya hanya tinggal Zia seorang, lalu diteruskan oleh Zizi, maka dari Zizi terlahirlah lima putra yang masing-masing memiliki kekuatan istimewa.
Rain,
Si sulung yang terlahir di musim hujan bulan Maret. Seorang pisces, penggemar seni, dan menjadi pelukis yang kerap membuat lukisan pesanan para hantu yang butuh rumah.
Rain sangat tampan seperti Shane sang Ayah, ia juga cool, pembawaannya tenang dan ia merupakan cucu kesayangan Zion.
Bobi,
Anak kedua, bertubuh tinggi tegap macam seorang anggota militer, rambutnya selalu cepak dan penggemar olahraga.
Berbeda dengan Rain, sejak kecil Bobi lebih suka semua kegiatan di luar rumah, dia suka berkuda, dia suka menembak, dia kadang berburu, dan tentu saja dia sangat suka beladiri.
Bobi adalah petarung seperti Ibunya, dibandingkan dengan kakek Zion, sang putra kedua jauh lebih dekat dengan Kakek Ziyan.
Bobi kuat seperti Bima, seorang ksatria yang digdaya sakti mandraguna. Ditakuti bukan hanya oleh manusia, tapi juga hantu, lelembut, atau siluman di mana saja berada.
Aron,
Sang putra ketiga yang sangat tampan dengan pesona luar biasa.
Ia menuruni ketampanan Shane sang Ayah, dan juga Kakeknya, Kakek Zion.
Dia sangat cerdas, dia paling serius dan rajin sekolah. Sejak kecil, banyak teman perempuan suka dekat dengannya.
Aron bukan perayu, tapi setiap kata yang ia ucapkan dan setiap sikapnya yang manis selalu membuat teman perempuannya jatuh hati.
Putra ketiga itu seperti pangeran cinta yang di mana saja selalu mampu membuat mata perempuan dari bangsa manusia maupun hantu terpesona.
Scott Dan Gil, keduanya sebetulnya bukan kembar, tapi terlahir tak sampai selang satu tahun membuat mereka seperti kembar.
Keduanya adalah fotokopian Zizi, mereka sangat tidak jelas, bolot, hebohan, berisik dan akan selalu membuat kakak-kakaknya harus sakit kepala sebelah.
Banyak mahluk ilfil pada keduanya, terutama hantu, yang sering jadi korban bully.
Mereka sejak kecil senang memperbudak para hantu, terutama hantu anak-anak pintar yang mati, Scott dan Gil, sengaja mengumpulkan mereka untuk mengisi PR.
Ya...
Lima putra penerus Alpha Centauri Group itu nyatanya memang memiliki kekuatan yang tak semua orang bisa miliki.
Mereka bukan hanya memiliki kekuatan dalam bentuk uang dan kekuasaan, namun juga kemampuan menaklukkan mahluk astral.
"Siapa dari mereka yang harus aku berikan kepercayaan menjaga Jayapada?"
Tanya Zizi pada Mamanya di suatu malam ketika anak-anaknya masih kecil.
Zia, Mamanya Zizi menghela nafas, sulit tentu saja untuk menerka mana dari kelima cucunya yang paling bisa dipercaya.
Rain terlalu manis pada hantu, Bobi terlalu kasar dan emosian, Aron terlalu suka tebar pesona, sedangkan Scott dan Gil suka tidak jelas juntrungnya.
"Tapi semakin hari Zizi akan semakin lemah jika terus membiarkan Jayapada berada di dalam tubuh Zizi, energi kami akan terus saling tarik menarik, dan jika energi Zizi kalah, maka Jayapada akan kembali menguasai Zizi lagi seperti dulu."
Tutur Zizi.
Zia menatap anaknya, ia tentu tak tega pada Zizi jika nantinya seluruh energinya terserap oleh Jayapada.
"Apa biar Nenek Bandapati saja yang tentukan siapa dari mereka yang bisa dianggap mampu?"
Tanya Zia pada Zizi.
"Nenek Bandapati masih dalam pertapaannya."
Kata Zizi.
Zia menghela nafas,
"Benar juga, Nenek Bandapati dan Retnoasih sama tengah dalam proses membersihkan diri."
Gumam Zia,
Zizi yang melihat Mamanya jadi tidak tenang akhirnya cepat mencoba menenangkan,
"Nanti tunggu sampai mereka tujuh belas tahun saja Ma, tidak apa-apa."
Kata Zizi, yang kemudian bicara lagi,
**----------------**
Suasana duka menyelimuti perumahan elite di daerah Kemang.
Sejak sore hari hingga larut malam, mobil-mobil mewah hilir mudik masuk keluar komplek.
Mobil-mobil mewah yang baik dari pengusaha kelas atas, selebriti hingga pejabat yang memang mengenal baik sosok Ardi Subrata sebagai pendiri perusahaan besar Alpha Centauri.
Mereka berdatangan untuk mengucap bela sungkawa, sekaligus pula ingin melihat dan memberikan penghormatan untuk terakhir kalinya kepada sosok Ardi Subrata.
Ya, Ardi Subrata, sosok pengusaha yang sangat terkenal akan kecerdasannya, tanggap, jujur, dan lagi pastinya berjiwa sosial tinggi.
Sempat beberapa kali dinobatkan sebagai salah satu pengusaha paling dermawan di Asia, masuk daftar lima puluh orang terkaya di Indonesia, dan daftar seratus orang terkaya di Asia, membuat nama Ardi Subrata memang sangat disegani.
Sosoknya yang juga begitu membumi, membuatnya juga sangat dicintai banyak pekerja di perusahaannya sejak perusahaan pertama kali berdiri.
Entah sudah berapa ribu orang bekerja di perusahaannya dan berkecukupan hingga usia tua mereka.
Ardi Subrata, tak membuat kontrak kerja dengan para pekerjanya, itu bahkan diteruskan hingga saat ini oleh cucu penerusnya, Ziyan dan Zion.
Siapapun yang bekerja dengan baik di perusahaan, maka Ardi Subrata memberikan kesempatan untuk mereka bisa terus berkarya hingga batas usia pensiun.
"Pemakaman jam berapa nanti Tuan Zion?"
Tanya seorang laki-laki berkumis tebal pada Zion, cucu dari mendiang Ardi Subrata.
"Kemungkinan besok pagi Tuan, kami menunggu kedatangan Tuan Ziyan yang kebetulan hari ini terbang dari New York, untuk isteri dan anak-anaknya, kemungkinan subuh besok sudah tiba."
Ujar Zion, yang kini menjadi tuan rumah untuk para tamu.
Zion yang menjadi penerus kakeknya mengurus perusahaan memang mau tak mau tetap harus menemui para pelayat walau rasanya ia dalam keadaan sangat sedih.
"Yah, semua sudah kehendak sang pencipta, Tuan Ardi Subrata pasti sekarang sudah bersiap masuk syurga Tuan Zion."
Kata si laki-laki berkumis tebal tersebut, jelas ia adalah salah satu pemilik saham di perusahaan Alpha Centauri milik Tuan Ardi Subrata,
Zion terlihat memaksakan senyuman, ia tahu bahwa orang tersebut mencoba membesarkan hatinya.
Di ruangan rumah Kemang kini tampak benar-benar dipenuhi pelayat yang terus silih berganti datang.
Zia, isteri Zion juga sama sibuknya menerima para tamu yang datang, termasuk pun juga Shane, menantu Zion.
Jenazah Tuan Ardi Subrata sendiri tampak terbujur di satu ruangan yang di sana beberapa pengawal menjaga.
Zion tampak berjalan mengitari ruangan untuk menemui tamu lain yang baru datang, meski ia telah benar-benar lelah, tapi ia tetap memaksakan diri karena bagaimanapun ia merasa sangat bersyukur pada hari terakhir kakeknya, banyak orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir mereka.
Dan...
Semua orang terlihat masih begitu sibuk di lantai satu, meski hari mulai larut malam.
Saat kemudian dua anak kecil berlarian dari lantai dua dan menabrak banyak pelayat di lantai satu.
"Kejar... Jambak... Jambak..."
Kata salah satu dari mereka.
Keduanya berlari mengejar hantu yang melayang sambil menggendong anaknya.
Zia yang melihat hantu emak-emak itu melayang seraya memasang wajah melas akhirnya mau tidak mau permisi pada tamu yang semula tengah mengajaknya bicara.
"Giiil... Scoooot... No, jangan..."
Zia memanggil dua cucunya yang kini berusaha melompat menarik gaun dan rambut hantu emak-emak yang melayang melarikan diri dari mereka.
Scot dan Gil, begitu mendengar suara sang nenek tampak langsung berhenti berlari,
Sang nenek mendekat dan langsung menjewer telinga dua bocah itu,
"Ah ah... ampun neeek."
Kata Scot,
"Kami cuma main Nek."
Kata Gil,
"Sudah berapa kali Nenek bilang, jangan suka jahat pada hantu."
Omel Zia dengan suara lirih, takut banyak orang mendengar, apalagi ini sedang dalam posisi berduka, bagaimana kata orang kalau sampai ada adegan Zia memarahi cucunya perkara ada hantu yang mereka bulli.
"Ayo naik ke lantai tiga, Mama kalian sedang apa sebetulnya."
Zia kesal bukan main, ia menggandeng dua cucunya menuju lift, tak mau dia naik tangga karena encoknya bisa kambuh.
Menuju lantai tiga menggunakan Lift, Zia bertanya pada kedua cucunya,
"Kenapa hantu itu ke sini?"
Ting...
Lift terbuka, mereka pun berjalan keluar dari lift di lantai tiga yang sepi.
"Anaknya nyangkut di pohon dekat balkon kamar Nek,"
Kata Scot,
"Hah, bagaimana bisa?"
Zia jelas sulit percaya ada kuntilanak sampai anak nyangkut di pohon depan.
"Tidak tahu, mungkin lagi pindahan Nek, buru-buru jadi nyangkut."
Kata Gil.
"Kita tolongin Nek, itu kalau tidak ditolong kan bisa jatuh,"
Ujar Scot,
Zia menghela nafas,
"Ya biar saja, kalau jatuh mereka juga tidak akan benjol."
"Nanti dikira kepompong Nek."
Sahut Scot,
"Siapa?"
"Itu anak kunti."
"Hadeh..."
Zia mengurut keningnya.
Tak lama, salah satu pintu kamar di lantai itu terbuka, tampak perempuan muda keluar dari sana.
"Eh kalian, kenapa belum tidur?!"
Marahnya pada Z
Scot dan Gil.
Zia geleng-geleng kepala,
"Kamu ini Zi, anakmu ini bully hantu terus, disuruh bilangin lho."
Kesal Zia.
Perempuan muda yang tak lain adalah Zizi, anak dari Zia itupun nyengir seraya berjalan mendekati Mamanya yang kini berjalan juga ke arah set sofa untuk duduk di sana sebentar.
"Lelah sekali, tamu masih terus berdatangan, kamu turun saja sana, gantikan Mama temani Papamu dan suamimu itu."
Kata Zia pada Zizi.
"Masuk sana, tidur!"
Zizi pada kedua anaknya.
Scot dan Gil langsung saling dorong menuju kamar mereka.
Zia di sofa tampak duduk bersandar karena lelah,
"Mau diambilkan minum Ma?"
Tanya Zizi pada Mamanya,
Zia mengangguk,
"Air putih saja Zi."
Kata Zia.
Zizi mengangguk,
Zizi lantas berjalan ke dapur bersih di lantai tiga itu, untuk mengambilkan air Mamanya.
"Bobi dan Rain, sekarang tidur di lantai dua Zi?"
Tanya Zia.
Zizi yang berjalan mendekat membawakan satu gelas air tampak mengangguk,
"Tadinya Zizi yang tidur di lantai dua, menjaga kamar kakek, tapi sepertinya yang harus dijaga malah Scot dan Gil, jadi Zizi pindah ke lantai tiga, sementara Bobi dan Rain pindah lantai dua menemani Aron."
Tutur Zizi.
Zia mengambil gelas berisi air putih dari tangan Zizi, lalu meneguknya pelahan.
"Tadi Zizi lagi mules, tidak tahu ada kunti dibully,"
Kata Zizi.
"Anakmu itu dua, bahaya kalau tidak diawasi, yang dulu saja pocong diikat dilumuri saos, apa kamu tidak merasa bersalah?"
Zia geleng-geleng kepala,
Dia pikir cuma dia yang gagal mendidik anak, ternyata anaknya juga gagal mendidik anak juga.
Zizi duduk di sofa satunya, menemani Mamanya.
"Susah Ma dibilangin juga, lagian kuntinya ngapain lewat sini, jalanan lebar lewat sini."
Zizi malah nyalahin kuntinya, tipe orangtua yang tak mau anaknya yang salah, wkwkwk...
"Haiish kamu ini, kebiasaan ujungnya bela anak-anak. Sudahlah, Mama mau rehat sebentar, kamu turunlah, kasihan itu Papa dan suamimu, keluarga Paman Ziyan masih lama tiba di Jakarta,"
Ujar Zia akhirnya.
Zizi menghela nafasnya,
"Ya... Ya... Baiklah Ma, Zizi akan turun jadi tuan rumah."
**-------------**
Sebuah mobil hitam melesat menerobos pekatnya malam, duduk di dalamnya seorang laki-laki muda dengan balutan celana dan kemeja hitam.
Mobil itu menuju komplek perumahan elite di daerah Kemang.
"Pastikan tak ada yang mengenalimu."
Seseorang memberikan pesan suara di aplikasi chat nya.
"Berisik."
Hanya itu yang ia katakan untuk merespon pesan suara yang baru saja ia dengarkan.
Tak ada niat untuknya mengirim balasan, ia hanya seperti bicara pada udara malam saja.
Mobil terus melesat, hingga kemudian benar-benar memasuki kawasan elite yang dimaksud.
Tampak di sana sini pengawal dan juga dibantu pihak kepolisian mengamankan lokasi, tentu ini jelas tidak heran mengingat banyaknya tamu dari kalangan orang-orang yang bukan orang biasa.
Sosok laki-laki muda itu sama seperti halnya yang lain diminta berhenti sebentar di pintu gerbang utama, seorang petugas menanyakan identitasnya,
Laki-laki muda itupun dengan santai mengambil salah satu kartu identitas miliknya dari dompet, dan menunjukkannya pada petugas.
"Baiklah, selamat malam Tuan, terimakasih atas kerjasamanya."
Ucap si petugas manakala melihat kartu identitas yang ditunjukkan laki-laki muda tersebut.
Laki-laki muda itu lantas menutup kaca mobilnya lagi, lalu membawa mobilnya melaju perlahan untuk mencari tempat memarkirkan mobilnya.
Setelah terparkir, laki-laki muda itupun bersiap turun, dan sesuatu yang aneh terjadi...
Wajahnya tiba-tiba berubah, dari yang semula ia adalah laki-laki muda tampan, tiba-tiba menjadi laki-laki tua yang wajahnya penuh keriput.
Laki-laki itu lantas turun dari mobil, berjalan menuju rumah duka, berbaur dengan tamu lainnya.
Mata laki-laki itu sesekali menatap sekeliling, seperti mencoba mengenali satu persatu sosok yang ada di sana.
Hingga...
Ia menangkap sesosok perempuan bule yang duduk di atas pohon depan rumah duka.
Perempuan bule itu seperti mengawasi sekitar.
Laki-laki aneh itupun cepat bersikap biasa saja, ia sudah tahu bahwa ada bagian dari keluarga ini memang bukan manusia,
Di dalam rumah, tampak cucu mendiang Ardi Subrata duduk karena tampaknya sudah kelelahan menemui tamu yang tak kunjung selesai.
Cucu yang merupakan penerus perusahaan itu siapapun tentu saja sudah sangat familiar baik dari nama maupun wajahnya.
Laki-laki itu berjalan bersama tamu lain untuk sekedar menyalami cucu si Tuan Ardi Subrata,
"Tuan Zion, kami turut berbela sungkawa."
Satu persatu tamu menyalami Zion yang terlihat menganggukkan kepalanya dan tetap memaksakan senyuman ramahnya.
"Tuan Zion, saya turut berduka cita."
Laki-laki yang aneh itu mengucapkan kalimat yang sama dengan tamu lain, ia tak lupa menyalami tangan Zion.
"Terimakasih... Terimakasih..."
Kata Zion.
Laki-laki itu lantas bergerak menjauhi Zion setelah bersalaman, suasana terlihat aman, cicit menantu yang kabarnya juga sepertinya bukan manusia tak tampak ada di ruangan tersebut, laki-laki itupun segera mencari jenazah Ardi Subrata yang kini disemayamkan di satu ruangan khusus dengan penjagaan dari pengawal Alpha Centauri.
Beberapa orang memberikan penghormatan terakhir, laki-laki itu menghampiri mereka untuk bergabung.
"Lakukan dengan cepat dan usahakan tak sampai ada yang tahu."
Begitu pesan si pengirim pesan suara sejak laki-laki itu berangkat.
Laki-laki aneh itu tampak menghela nafas, lalu...
Saat akhirnya gilirannya memberikan penghormatan, ia bersama salah satu tamu yang tertinggal juga.
"Dia orang yang sangat baik, aku tak akan pernah melupakan jasa beliau."
Kata orang yang berdiri di samping si laki-laki aneh.
Tampak laki-laki aneh itu tersenyum ala kadarnya, dan mengangguk saja.
Ia baru akan melakukan penghormatan dan sambil bersiap melancarkan misinya, ketika si orang yang berdiri di sampingnya bicara lagi,
"Tuan Ardi Subrata itu salah satu pengusaha terbaik yang pernah hidup di muka bumi."
Haiish...
Laki-laki aneh itupun mendesis, matanya berkilat-kilat, tapi ia tetap berusaha sabar,
Orang yang berdiri di sebelahnya itu lantas menyeka air matanya,
Lalu...
"Bahkan anak saya disekolahkannya sampai jadi sarjana dan sekarang sudah sukses, mengangkat harkat martabat saya yang semula hanyalah OB yang sering dipotong bayarannya oleh perusahaan sebelum perusahaan itu akhirnya diambil alih Pak Ardi Subrata,"
Laki-laki itupun terus bicara, membuat konsentrasi laki-laki aneh jadi buyar sama sekali.
Akhirnya karena kesal, laki-laki aneh itupun tiba-tiba wajahnya berubah bersisik, ditariknya kerah baju si laki-laki yang bicara terus itu...
Namun...
**------------**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!