NovelToon NovelToon

Malam Setelah Dirimu

CH - 1 : Sanda Sambiru

Laki-laki itu berlari kencang ke ujung gedung, berteriak dengan kuat sekali, di tengah kegelapan malam dan di antara orang-orang yang berlalu-lalang.

"Kenapa harus akuuu....... kenapa harus luka yang datang, mengapa tidak dengan dirimu...... mengapa engkau baik-baik saja dan aku harus begini...." teriak nya dari ujung gedung

Ia begitu histeris dan hilang arah, pikirannya sudah tak karuan dan melihat ke arah bawah.

Ia melihat jalanan penuh sesak, manusia berlalu-lalang tanpa peduli atas manusia lainnya, ia begitu merasa sepi meski sedang memandang keramaian, di atas gedung lantai 10 itu, ia mulai berpikir kosong dan hendak untuk jatuh.

"Apakah aku harus selesai saat ini?" pertanyaan dalam hati nya

Baru saja ia akan menjatuhkan tubuh nya ke jalanan yang penuh dengan pesakitan, keluar suara teriakan perempuan dari belakang nya.

"Sanda, apa yang kau lakukan, apakah kau melupakan ku? Bagaimana kau bisa berpikir untuk mengakhiri hidup mu Sanda, ada aku di sini, yang selalu menunggu dirimu dari kejauhan. Tak bisa kah kau sadar Sanda," teriak Perempuan itu kepada Pria yang hampir bunuh diri itu, Pria itu bernama Sanda

Sanda menoleh ke belakang, dan melihat wajah perempuan itu dengan penuh kesedihan.

"Maafkan aku, Farisa, maaf," ucap Sanda sembari menjatuhkan dirinya ke jalanan

*Kisah kembali pada 2 tahun yang lalu*

Seorang Pria yang tampak tidak memiliki kelebihan apapun di dalam hidup nya, yang kini duduk di hadapan jendela kamar nya di lantai 2, dengan memegang satu buah buku catatan kecil.

Ia sedang termenung melihat burung berkicau dan berlalu-lalang di hadapan nya. Ia seperti lumayan banyak berpikir, sampai-sampai Ibu nya memanggil pun ia tak sadar.

"Sandaa..... Sandaaa, makan Sandaa...." ucap Ibu Sanda

Ibu Sanda yang terus memanggil Sanda lebih dari 3 kali pun, mulai berusaha naik ke kamar Sanda yang berada di lantai 2 untuk memanggil nya.

"Aih, sedang apa Anak ini, dipanggil Ibu nya sendiri tidak ada respon sama sekali," gerutu Ibu Sanda dari dalam hati

Berjalan Ibu Sanda sampai ke depan kamar Sanda, ia pun mulai mengetuk pintu kamar Sanda itu.

*TokTokTok* suara ketukan

"Sanda, kau ngapain saja, Ibu memanggil mu tapi kau tidak merespon," ucap Ibu Sanda

Sanda yang mendengar suara Ibu nya pun, langsung tersadar dari lamunan-lamunan yang baru saja ia lamunkan.

"Eh, Ibu," ucap hati Sanda

"Iya, Bu, kenapa?" tanya Sanda kepada Ibu nya

"Ibu baru selesai masak makanan untuk mu, jangan lupa makan, sudah Ibu siapkan di meja makan," ucap Ibu Sanda

"Baik, Bu. Sebentar lagi Sanda turun," ucap Sanda kepada Ibu nya

Ibu Sanda pun turun ke lantai bawah sembari meninggalkan Sanda yang masih berada di dalam kamar nya.

Ia melihat kembali burung-burung yang berlalu-lalang dengan kicauan nya masing-masing.

"Bagaimana burung-burung ini bisa selalu bahagia, bergembira ke sana kemari, padahal ia tidak tau mau sejauh apapun ia pergi berkelana, setinggi apapun ia terbang dengan sayap nya, apakah ia akan mendapatkan makanan atau tidak." ucap batin Sanda

"Tapi, setidaknya jika burung saja yang hidup nya tidak pasti, bisa bahagia dengan kegiatan yang ia lakukan, bahkan lebih dari sekedar menjalani tugas nya tetapi juga mencintai dan merayakan apa yang terjadi, masa seorang manusia seperti ku selalu mengeluh dengan keadaan," ucap batin Sanda lagi

"Ah sudah lah, mari aku turun dan makan, nanti Ibu bisa jadi marah kembali," ucap batin Sanda kembali

Kali ini, ia langsung pergi turun ke bawah, dengan meletakkan buku catatan kecil yang barusan ia pegang di atas meja belajar nya.

Buku catatan kecil itu berisikan puisi-puisi dan sajak dari seorang Sanda.

Sanda merupakan seorang pelajar, yang di mana kini ia tengah berada di kelas 3. Dan ia sedang sibuk-sibuk nya untuk mempersiapkan diri untuk ujian semester akhir.

Nama lengkap nya Sanda Sambiru, ia berasal dari keluarga yang cukup kesulitan pada waktu ia masih kecil, namun kini keluarga nya sudah lumayan berkecukupan. Ia anak pertama dari 3 bersaudara, ia memiliki Adik Perempuan dan Adik Laki-laki. Adik pertama nya yang Perempuan bernama Salisa Alaska, dan Adik bungsu nya yang Laki-laki bernama Langit Semesta.

Sanda adalah orang yang tidak bisa di definisikan, karena terkadang dia bisa saja menyukai keramaian atau bahkan kadang dia bisa saja menjauh dari keramaian itu. Atau mungkin bisa saja dia mencintai kesendirian, tetapi ia juga bisa saja membenci kesendirian itu. Atau mungkin ia bisa menyukai dan membenci keadaan dari dalam waktu yang bersamaan.

Ia terlalu sulit untuk bisa di definisikan secara rinci.

*Sanda kini sudah berada di meja makan*

Sanda yang kini tengah duduk sendiri dengan sepi, sembari menyantap hidangan yang telah di masak oleh Ibu nya. Pun, ia kini tiba-tiba langsung terpikirkan akan seorang Perempuan yang baru saja ia temui di perpustakaan sekolah nya beberapa hari yang lalu.

Perempuan yang manis dan cantik bagi nya, pada waktu itu Perempuan itu sedang mencari buku tentang sajak, dan kebetulan ada Sanda di sana, sedang mencari buku matematika.

Sanda yang memang sedari kecil suka membaca buku apapun, mulai teralihkan pandangan nya kepada si Perempuan itu, sementara untuk dirinya mencari buku matematika yang seharusnya ia cari karena ada tugas yang harus ia selesaikan pun, ia kesampingkan sebentar.

"Permisi," ucap Sanda sembari mendekati Perempuan manis dan cantik itu

Perempuan itu menoleh kepada Sanda dan tersenyum.

"Iya," ucap Perempuan itu

"Saya melihat dirimu sedang mencari buku, tetapi dari tadi saya perhatikan, tak ada buku yang kau ambil, kalau boleh tau, buku apa yang kau cari?" tanya Sanda kepada nya

"Buku tentang sajak, aku ingin membaca nya," ucap Perempuan itu kepada Sanda

"Oh, apakah ini?" ucap Sanda mengambil buku nya sendiri dari dalam tas nya

Perempuan itu pun tersenyum melihat buku yang Sanda keluarkan, karena bagi nya jelas saja, ia mencari buku cetak tentang sajak, bukan sedang mencari buku tulis.

"Bukan," ucap Perempuan itu kepada Sanda

"Bukan kah kau tadi mencari buku sajak?" tanya Sanda

"Ya," ucap Perempuan itu dengan masih saja mencari

"Ini buku sajak, walau bukan seorang penulis atau penyair mahsyur yang menulis nya, tetapi ini sudah menjadi kumpulan sajak dari ku," ucap Sanda kepada Perempuan itu

"Bila kau mau, bisa ku pinjam kan buku ini untuk mu," ucap Sanda kepada Perempuan itu

"Tidak perlu," ucap Perempuan itu kepada Sanda

Sanda pun kembali mengunci tas nya, dan buku nya, ia letakkan tepat di rak sebelah Perempuan itu.

"Bila kau ingin membaca sajak, bisa kau ambil di sini, bila tidak ingin, tinggalkan saja, tidak apa-apa," ucap Sanda kemudian pergi dari samping Perempuan itu

Sanda kembali mencari buku matematika yang harus ia temukan.

CH - 2 : Sebuah Catatan Kecil

Perempuan itu masih terdiam melihat buku yang Sanda tinggalkan, di mana Sanda tiba-tiba saja pergi tanpa kembali lagi menengok ke belakang. Dengan rasa penasaran, buku itu akhirnya di ambil oleh sang Perempuan tersebut.

"Pria aneh, bagaimana bisa dia meninggalkan buku sajak nya sendiri tergeletak di lemari ini, kalau aku benar-benar tak mengambil nya, sudah dipastikan buku ini akan diambil oleh orang yang takkan mungkin mengembalikan nya lagi." ucap Perempuan itu

Ia pun mengambil buku itu dan mulai membaca satu per satu sajak-sajak yang di tulis oleh Sanda.

..."Burung yang bahagia di cakrawala"...

Dari sini aku mengetahui,

bahwa bahagia tak perlu materi,

dari sini aku mengerti,

bagaimana menikmati cinta di kala tak berarti.

Awan yang hitam,

maupun langit yang tak karuan,

burung-burung itu berterbangan dengan bahagia,

tak pernah mengenal keluh dan kesah.

Ia pergi setinggi mungkin untuk mencari,

yang sebetulnya belum tentu ia temui,

tapi dengan kebahagiaan yang ia syukuri,

bisa makan ataupun tidak ia tetap bernyanyi ke sana kemari.

Burung-burung yang senang,

tak peduli kicauan nya lebih banyak daripada makanan yang ia dapat,

ia selalu bahagia untuk terus melanjutkan perjalanan menuju jingga.

Pergi sebebasnya,

pulang sebelum malam tiba,

tak peduli akan sedih atau suka,

hari-hari harus berjalan dengan bahagia.

Burung-burung itu selalu,

menemani pilu dengan nyanyian lagu.

-Sanda Sambiru

Tertegun, seorang Perempuan cantik itu membaca sajak dari seorang Pria yang baru saja ia kenal, di dalam perpustakaan itu. Dan dari dalam buku itu pun, ia mengenal nama Pria tersebut.

"Ah, siapa dia sebenarnya, bagaimana bisa dia menjadikan burung dan kisah-kisah nya itu menjadi sajak," ucap hati seorang Perempuan itu

Perempuan itu kembali melanjutkan bacaan yang ia baca, ia mulai membaca menggeser halaman yang tadi, ke halaman selanjutnya.

..."Ruang tengah yang sunyi"...

Di dalam ruang tengah,

aku sendiri bersama kegelapan lampu yang padam,

berteman sepi di kala yang lain pergi,

ku rasa, aku tak di tengah melainkan menepi.

Ruang tengah ini penuh,

dengan kebahagiaan dan gaduh,

dengan luapan cinta dan rindu,

maupun sampai rasa kesal dan malu.

Ruang tengah tak memberi ku ruang sendiri,

bahkan ketika orang seisi rumah pergi,

aku selalu merasa di temani,

oleh aquarium dan buku tulisan ku sendiri.

Ruang tengah,

ku harap suatu hari kau mau bekerja sama,

bila seorang perempuan sampai di sini,

izinkan lah ia tenang dan nyaman sampai kembali pergi.

-Sanda Sambiru

Untuk kesekian kali nya, Perempuan itu kembali tertegun dan menjadi sangat penasaran kepada Pria yang baru ia kenal tadi, yaitu Sanda.

Ingin ia membaca lagi tulisan yang lainnya, tiba-tiba Sanda kembali hadir di samping nya.

"Kau baca juga," ucap Sanda

Si Perempuan itu langsung cepat-cepat meletakkan buku Sanda kembali ke lemari.

"Tidak, aku tak berniat membaca nya, aku hanya heran, bila tak ku pegang, nanti di ambil orang dan boleh jadi takkan dapat kembali lagi kepada mu," ucap Perempuan itu

Sanda pun tampak tak mendengar si Perempuan karena sibuk mengembalikan buku matematika yang tadi ia pinjam.

Perempuan itu pun melihat Sanda dengan geram, karena merasa diasingkan, ia pun menghampiri Sanda dan berkata.

"Hei, Pria yang cukup aneh, ini buku mu, aku tak ingin membaca ini," ucap Perempuan itu

"Tinggalkan saja di sini bila tak ingin," ucap Sanda sembari merapikan rak buku yang baru saja ia masukkan buku matematika itu

"Nanti hilang, jangan salahkan aku," ucap Perempuan itu

"Jika memang harus hilang, biarlah hilang," ucap Sanda

Perempuan itu melihat Sanda dengan heran.

"Kau ini," ucap si Perempuan dengan marah kepada Sanda

Sanda kemudian memutar badannya, menghadap ke Perempuan yang manis dan cantik itu.

"Bila perkataan ku ada yang menyinggung hati mu, maafkan lah," ucap Sanda sembari memandangi mata nya

Perempuan itu pun terdiam di dalam pandangan Sanda.

"Aku tak berniat membuat kau kesal di pertemuan pertama dirimu dan saya, tapi, memang niat ku hanya ingin meminjamkan buku sajak ku kepada mu, barangkali kau membutuhkan sebuah riset untuk apa saja yang ingin kau lakukan dari kata-kata," ucap Sanda kepada Perempuan itu

Perempuan itu masih terdiam melihat Sanda, dia tak habis pikir atas sikap Sanda kepada nya.

"Aku izin pergi dahulu, bila berkenan membaca sajak ku, silahkan bawa, bila tidak, buang ke mana pun kau ingin," ucap Sanda sembari pergi meninggalkan nya

Perempuan itu melihat Sanda melewati nya dengan pertanyaan di kepala nya.

"Manusia jenis apa dia, baru kali ini aku bertemu orang yang sangat tidak mampu untuk di amati," batin Perempuan itu

Waktu pun berlalu, dan tiba lah jam pulang sekolah.

Perempuan itu melihat Sanda pulang dengan berjalan kaki dan memakai tas yang lumayan sudah usang.

"Bagaimana bisa dia pulang sekolah dengan berjalan? Tidak lelah kah dia di perjalanan?" tanya hati Perempuan itu ketika melihat Sanda

Buku yang tadi dipinjam kan Sanda kepada si Perempuan itu, kini di bawa Perempuan itu pulang, walau sebelumnya sempat hampir ia tinggalkan di kelas nya.

Tak lama kemudian, jemputan dari Perempuan itu pun datang.

"Sayang, ayo naik," ucap Ibu-Ibu yang membuka kaca mobil nya

"Eh, iya Ma," ucap Perempuan itu sambil menaiki mobil nya

"Apa yang kamu lihat, Sena? Tumben sekali tidak sadar bahwa Mama sudah sampai di hadapan mu," ucap Ibu Sena

Perempuan yang cantik dan manis bagi Sanda itu, Bernama Sena.

"Tidak, Ma. Tadi Sena ke perpustakaan untuk mencari buku tentang sajak, karena ada tugas bahasa indonesia yang mengharuskan Sena mencari beberapa contoh sajak-sajak dari seorang penyair," ucap Sena kepada Mama nya

"Lalu? Buku nya sudah ketemu?" tanya Mama Sena sembari menjalankan mobil nya menuju arah pulang

"Belum," ucap Sena kepada Mama nya

Mama Sena kemudian melihat ke arah tangan Sena.

"Kalau belum, lantas itu buku apa?" tanya Mama Sena sembari menunjuk buku yang di pegang oleh Sena

"Oh ini, ini......" ucap Sena dengan bingung untuk menjelaskan ke Mama nya

Kemudian Mama Sena mengambil buku itu dari tangan Sena, dan melihat buku itu.

"Ini buku sajak, kata mu bukan," ucap Mama Sena setelah melihat buku yang di pegang Sena itu

"Iya, tapi ini buku sajak yang ditulis seorang siswa biasa, bukan penyair yang harus Sena cari untuk melakukan riset," ucap Sena kepada Mama nya

Kemudian Mama Sena mulai membaca tulisan di depan buku itu.

"Catatan kecil, sajak dan puisi, Sanda Sambiru."

CH - 3 : Toko Buku

Sena yang kini sedang berada di dalam kamar nya, sedang duduk dan melihat ke arah buku yang tadi diberikan oleh Sanda.

"Bagaimana buku ini bisa ia berikan kepada ku begitu saja, padahal dia tidak mengenal ku," ucap hati Sena

"Dan juga, buku ini hampir penuh dengan sajak-sajak nya, apakah dia tidak takut kehilangan seluruh sajak ini?" tanya Sena di dalam kepala nya, sembari memandang ke arah luar jendela kamar nya

*Dari sisi Sanda.

Sanda kini tengah berada di toko buku, dekat sekolah nya, ia menepi di sana sendiri, membaca buku yang sudah ia beli dari 1 minggu yang lalu.

"Eh anak muda, di sini kau rupa nya," ucap seorang Bapak-bapak pemilik toko buku itu

Sanda pun menoleh ke arah nya.

"Iya Pak," ucap Sanda sembari tersenyum

"Sendirian saja kau?" tanya Bapak itu

"Ya, seperti itu lah, Pak," ucap Sanda

Bapak itu ikut duduk di samping Sanda, sembari bertanya.

"Kenapa kau selalu suka sendirian saja ke sini? Tidak kah kau ingin sekali-kali mengajak kekasih mu?" tanya Bapak itu

Sanda tersenyum, pikirannya, mana mungkin dia membawa kekasih nya, punya saja tidak.

"Tidak, Pak." jawab Sanda

"Kenapa?" tanya Bapak itu kembali

"Tidak punya," jawab Sanda lagi

"Ah, penipu besar kau anak muda," ucap Bapak itu sembari melihat ke arah Sanda

"Pria tampan dan berkarisma seperti mu, masa tidak memiliki kekasih," ucap Bapak itu lagi

"Ya, saya sedang belum ingin jatuh cinta, Pak," ucap Sanda

"Itu kan mulut kau saja, anak muda. Soal hati, siapa yang mengerti," ucap Bapak itu

Sanda pun diam saja.

"Tapi, kau pernah kan jatuh cinta?" tanya Bapak itu lagi

"Tentu, Pak," ucap Sanda

Kini Sanda tampak serius, ia meletakkan buku yang ia baca, di meja yang berada di hadapan nya.

"Lalu, kau ungkap kan?" tanya Bapak itu sembari menyalakan sebatang rokok

"Tidak," ucap Sanda

Bapak itu menghisap rokok terlebih dahulu, baru bertanya kembali.

"Kenapa?" tanya Bapak itu

"Karena itu hanya menjadi urusan hati saya, tak perlu mengganggu perasaan orang lain," ucap Sanda kepada Bapak pemilik toko buku itu

"Haha," tawa kecil si Bapak

Dari tertawa kecil nya Bapak itu, membuat Sanda sedikit bertanya-tanya di kepala nya, ada apa?

"Kenapa, Pak?" tanya Sanda

"Ketika kau mulai mencintai Perempuan, yang punya urusan bukan hanya hati mu, anak muda," ucap Bapak itu sembari melihat ke arah Sanda

"Secara tidak langsung, dia pun juga, walau ia tidak tau tentang perasaan mu," ucap Bapak itu kepada Sanda, sembari menghisap rokok nya

Sanda memikirkan ucapan Bapak itu.

"Semua terserah kepada mu, anak muda, mau percaya dengan ku atau tidak. Yang pasti, bila timbul pengharapan di dalam hati mu, beritakan lah kepada dia yang membuat cinta di dalam dada mu, beritakan saja, meski belum tentu ia ingin mendengar berita itu. Setidaknya, kau lega dan tenang, meski kadang-kadang, jawaban dari seorang Perempuan cukup menyakitkan," ucap Bapak itu

Sanda masih diam.

"Ya sudah, Bapak masuk dulu ke dalam toko, ada orang memesan buku lagi untuk dikirimkan ke alamat yang jauh, harus ku persiapkan terlebih dahulu buku nya, aku permisi," ucap Bapak itu dengan mematikan rokok nya, sembari menepuk pundak Sanda dan berdiri lalu pergi

"Ya, Pak," ucap Sanda

Sanda di sana masih duduk sendirian, setelah Bapak si pemilik toko buku itu masuk, dia ditinggalkan sendiri dengan pertanyaan yang ramai di dalam kepala nya.

*Dari sisi Sena.

Sena yang tadi melirik ke arah luar jendela, kini mulai melihat buku sajak milik Sanda yang berada di atas kasur nya.

"Sungguh Laki-laki aneh yang tak mampu ku tebak sikap nya," ucap Sena

Ia berjalan mengambil buku sajak yang tadi diberikan oleh Sanda, ia mulai membaca halaman berikut nya.

..."Gadis Manja Di Pelupuk Mata"...

Duduk seorang gadis manja,

di depan teras rumah dan senja,

menangis rindu kepada suasana,

mencekam keheningan di dalam keramaian kepala.

Suara nya seolah baik-baik saja,

melihat perjalanan matahari seolah sengaja,

tak sedikit pun ia ingin mengeluarkan air mata,

tapi dari sikap nya ku tau, ia sedang berduka.

Ia tersedu setelah menyeduh,

air teh yang manis itu menjadi pahit karena rindu,

ia melupa setelah menyeka,

rupa jatuh juga air dari kelopak mata.

Dari jendela ku yang tinggi,

mampu melihat tempat duduk nya yang sendiri,

meski di depan ku ia selalu tampak bahagia,

tapi siapa kira, di dalam pelupuk mata nya menyimpan lara.

-Sanda Sambiru

"Siapa gadis yang disebut nya?" tanya hati Sena

"Apakah dia sudah memiliki kekasih?" tanya Sena lagi

"Ah, sudah lah, kenapa harus aku pikirkan itu, tidak penting sekali. Siapa peduli dia sudah mempunyai pasangan atau tidak? Tidak ada hubungannya dengan ku," ucap hari Sena menepis pertanyaan nya sendiri

*Dari sisi Sanda.

Kini hari mulai membentuk sendu, matahari hampir jatuh, Sanda melihat ke arah toko buku, gerai toko pun sudah ingin di tutup rapuh. Sanda berdiri, kemudian menghampiri Bapak si pemilik toko buku itu.

"Mari saya bantu," ucap Sanda sembari membantu Bapak pemilik toko itu menutup toko nya

"Tak perlu repot-repot anak muda, ini tugas ku," ucap Bapak itu kepada Sanda

"Secara tidak langsung, aku sudah berada di sini, Pak. Berarti termasuk tugas ku juga membantu sesama manusia," ucap Sanda sembari mengunci pintu yang sedari tadi Bapak pemilik toko itu sedikit kesulitan

Setelah Sanda berbicara kepada Bapak pemilik toko seperti itu, Bapak itu pun tersenyum tipis sembari melihat ke arah Sanda.

Tak lama kemudian, Sanda selesai mengunci pintu toko buku milik Bapak tersebut.

"Terima kasih, anak muda," ucap Bapak pemilik toko setelah Sanda memberikan kunci toko itu kepada si Bapak

"Sama-sama, Pak," ucap Sanda

"Ku harap kau mengerti maksud ku tadi," ucap Bapak pemilik toko kepada Sanda

"Ya, Pak. Aku perlahan-lahan paham," ucap Sanda kepada Bapak pemilik toko buku itu

"Saya izin pamit," ucap Sanda sembari menyalami Bapak itu

"Ya, terima kasih sekali lagi," ucap si Bapak

"Sama-sama juga," ucap Sanda

Kemudian, Sanda berlalu pergi.

*Dari sisi Sena.

"Sena," teriak Mama nya dari depan kamar nya

Kamar Sena terletak di lantai 2.

"Iya, Ma. Kenapa?" tanya Sena

"Turun, makan, Mama sudah masak makanan kesukaan mu," ucap Mama Sena

"Sena masih kenyang, Ma," ucap Sena

"Yakin? Kamu tidak mau turun ke meja makan? Untuk melihat siapa yang datang hari ini ke rumah?" ucap Mama Sena

Sena yang mendengar ucapan dari Mama nya itu pun langsung berdiri kemudian berlari ke arah pintu kamar dan membuka nya.

"Sepertinya Sena sudah mulai lapar, Ma, hehe," ucap Sena membuka pintu kamar sembari tersenyum kepada Mama nya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!