NovelToon NovelToon

Never Forget

MEET AGAIN

Prolog

Hello, Kawan sebelum membaca Never Forget! Jangan lupa untuk membaca part 1, Only you ya.. Awal hubungan Dino dan Milka.

Mungkinkah, kesalahan yang ku buat dapat ku tebus?

...----------------...

May I hope ? Until I met you again - Dino

Hari ini aku memulai hariku yang baru di Indonesia. Aku akan membuka lembaran baru.

"Matcha tea, atas nama Naomi." Panggil petugas dan meletakkan minuman itu di rak pengambilan produk.

"Terima kasih" Balas Naomi. Ia berharap harinya akan lebih baik.

"Naomi! Hi! Long time no see. How are you?" Peluk Ratih erat dipertemuan tak terduga ini.

"I'm fine Tante, What are you doing?" Balas Naomi. Suasana menjadi sedikit canggung setelah perpisahan Naomi dan Dino, mereka tidak lagi bertemu atau berhubungan satu sama lain.

"Oh, Tante sedang kumpul-kumpul arisan bersama teman-teman. Tante baru saja sampai pagi ini. Kamu sudah ketemu dengan Dino. Dia sudah kembali ke Indonesia dan menjalankan bisnis keluarga Bratayudha. OMG! I'm forget, what are you doing?" Balas Ratih yang selalu ramah, ia juga memperkenalkan Naomi kepada semua teman-temannya. Beberapa dari mereka menyadari bahwa Naomi adalah kekasih dari Dino ada juga yang belum tahu.

"Saya sudah menganggap Naomi seperti anak saya sendiri." Ucap Ratih dengan wajah gembira kepada semua teman arisannya. Ada juga di sana yang memuji Naomi, mengatakan bahwa Ratih sangat beruntung mendapatkannya sebagai menantu.

"Ma!" Panggil seorang pemuda. Suaranya begitu khas, hati Naomi mulai bergetar setiap mendengar namanya. "Hi, Dino! Hurry Up!" Panggil Ratih dengan santai seolah tidak terjadi apapun antara Naomi dan Dino.

"Ma, sorry tadi kelamaan di toko kue. It's your favorite cake." Ucapnya sebelum mengucapkan selamat ulang tahun untuk wanita yang sudah melahirkannya.

"Naomi!" Panggil Dino, ia baru sadar jika Naomi juga hadir di sana. "Terima kasih karena udah mau hadir di acara ulang tahun mamaku." Dino ingin memeluk Naomi sebagai ucapan terima kasih.

"Dino, maaf aku kesini bukan untuk.." Dino langsung menutup mulut Naomi dan membawanya pergi menjauh untuk sementara waktu. "Aku tahu kamu datang kesini karena urusan lain. Please, Naomi jangan kecewakan mama aku ya. Anggap aja kali ini datang untuk mamaku. Mama aku senang banget ngeliat kamu Naomi." Pinta Dino.

"Stop Dino, aku gak punya waktu untuk bermain- main sama kamu. Kita udah putus jadi stop bersikap baik sama aku." Balas Naomi jutek.

"Putus gak harus musuhan kan? Aku minta maaf karen kejadian waktu itu. Bisakah kita tetap berhubungan baik?" Dino mengajukan tangannya pada Naomi.

"Jangan berharap, aku sudah melupakanmu dan semua kenangan tentang kita." Balas Naomi menohok, perkataan ini cukup membuat Dino sakit dan hancur.

"Sesuatu hal yang baik, kamu bisa melupakan aku. Aku melihat kamu jauh lebih baik dan bisa meraih cita-citamu. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Balas Dino mencoba untuk menutupi perasaannya yang tidak baik-baik saja.

"Dino, Naomi!" Panggil Ratih. "Apa yang kalian lakukan disini? Ayo masuk, kita makan siang bersama." Panggil Ratih, dia meminta Dino untuk membawa Naomi kedalam.

"Dalam hubungan kita yang salah adalah aku. Mama aku gak ada hubungannya. Lagian, ini juga sudah siang. Ayo kita makan, aku akan mengantarmu pulang setelahnya." Dino mengulurkan tangannya pada Naomi. Terlihat bekas luka di telapak tangan Dino masih sangat jelas. Ayo! Kata Dino melihat Naomi masih saja diam. Sedetik kemudian, Dia menggandeng tanganku erat, membawaku ke dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh teman mamanya. Aku tak menyangka Dino yang dingin dan tidak suka keramaian bisa berkumpul dengan teman-teman Tante Ratih dengan santai.

"Kapan kalian marriage?" Ceplos Ratna kakak kandung Ratih yang selama ini tinggal di Swiss. "Kalian sudah lama pacaran, gak baik jika terus menunda. Usia Dino sudah cukup untuk menikah." Tambahnya membuat Naomi semakin tidak nyaman.

"Tante, aku masih menunggu kesiapan dari Naomi." Balas Dino semakin membuat Naomi jengkel.

Dino! Apa maksud kamu. Kesiapan? Pernikahan? Aku tidak akan terjebak lagi. Sudah cukup Dino, aku tak ingin mengulangi rasa sakit yang sama.

Naomi menatap Dino yang tersenyum kepada semua yang hadir disitu.

Rasanya ingin sekali aku memegang tangannya, aku ingin bertanya apa maksud dari ucapannya. Aku ingin tahu, apa di hatinya masih ada diriku, mengapa terus memberiku harapan? Mengapa. Aku tak kuasa menahan air mata yang ingin sekali keluar dari kedua mataku. Aku tak sanggup menatap kedua matanya.

"Naomi, kenapa kamu diam saja?" Tanya Dino. Apakah ia tidak nyaman bersama denganku? Mengapa dia menjadi murung?"

"Buat apa aku bicara?" Ucapnya membuat Dino berpaling, ia menatap Naomi dengan intensitas yang lebih meskipun wanita itu tidak sekalipun melirik padanya. "Apa yang mau kamu katakan? Aku bersedia untuk mendengarnya?"

"Aku tidak ingin berbicara apapun, karena sepuluh kalimatku bisa kamu patahkan dengan satu kalimat mu."

"Nom." Dino mencoba menenangkannya. Ia memajukan posisinya mengarah pada Naomi. "Naomi, aku.." Sebelum keinginannya terucap Naomi langsung meninggalkan ruangan itu bahkan tanpa berpamitan dengan Ratih ataupun Dino.

"Dino" Panggil Ratih, "Kenapa Naomi?" Ia kembali bertanya, hal yang tidak bisa Dino katakan.

"Naomi!" Kejar Dino. "Naomi, aku sedang bicara, tunggu!" Panggilnya lagi namun Naomi tetap mengindahkannya. Ia terus melaju meninggalkan restauran itu. "Naomi, sejak kapan kamu jadi begini? Naomi, telinga kamu bermasalah? Kamu tidak bisa mendengar aku memanggil namamu!" Ucapnya lagi masih tidak di pedulikan oleh wanita itu.

"Naomi!" Dino menarik lengannya dan membawanya ke sebuah gang sempit di pinggir restauran.

"Lepas! atau aku akan berteriak!" Ucap Naomi berteriak didepan Dino. "Naomi, kamu gak perlu teriak-teriak!" Balas Dino dengan sabar menenangkan Naomi.

"Jangan sentuh aku!" Teriaknya lagi menggila. "Jangan ikutin aku. Aku gak ingin melihat wajahmu." Tambahnya bergegas pergi.

"Berarti kamu gak butuh sponsor untuk pergelaran black swan kamu." Ucap Dino dari jauh. "Kenapa berhenti?" Tanya Dino lagi. "Bukankah kamu datang kesini untuk hal itu, Ibu Naomi." Dino mendorong Naomi hingga sampai ke samping mobil. Ia lalu berbisik, "Aku adalah sponsor utama proyek ini. Ini sebabnya aku datang ke kampus kamu kemarin. Naomi jangan lupa, aku adalah atasanmu di kantor." Dino memperingatkan Naomi tentang statusnya dalam proyek impian Naomi.

"I hate you." Balas Naomi.

"Tatap aku saat bicara katakan you hate me!"

"I hate ..." Naomi tak sanggup mengatakannya. "Apa mau kamu Dino?" Tanya Naomi tak berdaya, ia tidak dapat membohongi dirinya tentang rasa yang sebenarnya masih ada.

"Jawab aku, siapa Alexander?"

"My boyfriend." Balas Naomi.

"Your boyfriend? Lalu apakah kamu sudah lupa apa yang terjadi di Prancis satu tahun yang lalu? Apakah pacarmu tahu?" Lanjut Dino mulai mendominasi suasana.

"Tidak ada yang terjadi, aku tidak pernah menganggap hal itu ada diantara kita. I totally forget about that."

"Apakah ini jujur? Kamu melupakan semuanya?" Dino merasa terpukul dengan jawaban Naomi. Melupakan? Semudah itu? Naomi kamu jahat, kamu selalu mudah berpindah hati. Jahat kamu!

"Go!" Dino mengusir Naomi bahkan mendorongnya hingga jatuh.

"Dino, aku membenci kamu! Aku benci!" Teriak Naomi. Egois! Egois!

"Prove me!" Balas Dino tegas dan tajam.

SAME

Selamat kamu diterima sebagai karyawan PT. Profla - Sabrina.

"Aku keterima kerja! Omaaa! Aku keterima kerja!" Teriak Naomi. Ia berlari keluar kamar dan menari-nari diruang tamu. "Aku keterima kerja!" Ucapnya lagi. Rasanya seperti mendapatkan lotre.

"Oma aku siap-siap dulu." Dia begitu senang sampai-sampai menabrak meja yang ada di sudut dinding dekat kamarnya. "Aduh!" Tapi dia tetap tersenyum dan lanjut menari. Hari ini dapat kerja ucapnya terus menerus sambil merapihkan bajunya. Berjalan dengan senang hati sambil melantunkan lagu dengan bergumam. "Ibu Naomi ya. Silahkan langsung naik ke ruang HRD." Dia langsung diantarkan ke ruang HRD. Ia menaiki lift menuju lantai 14, semakin mendekati lantai tersebut rasanya deg degan tapi dia tetap semangat.

"Selamat pagi." Sapa orang-orang di sana sangat ramah. Membuatnya kaget, tak menyangka semua karyawan di sana sangat sopan dan ramah. "Selamat pagi.." Balasnya tapi ada juga yang membicarakannya dan meliriknya seperti melihat orang dari planet luar. "Silahkan Bu." Salah satu orang di sana memintanya untuk masuk seorang diri sambil memberikan amplop coklat berisi datanya. "Masuk sendiri aja..." Ucapnya takut.

"Permisi pak. Saya Naomi, karyawan baru untuk departemen Marketing." Ucapnya sambil memberikan amplop datanya.

"Kenapa telat? Kalau kamu dihadapkan oleh klien yang membuat kamu marah, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya orang itu dilihat mengarah ke arah jendela yang menghadap ke gedung-gedung pencakar langit Jakarta.

"Bersikap Sabar! Berdialog dan mencari solusi." Ucap Naomi dengan tegas. "Oh ya...Ibu Naomi." lelaki itu berbalik arah dan tersenyum padanya. "We meet again, Ms. Naomi." Sapa nya. "Visi dan Misa yang bagus, Nom. Follow me!" Ucapnya menyuruh kan mengikutinya ke ruang kerjanya dilantai 25, CEO PT. Plofa. Dino Bratayudha.

"Dino!" Naomi kaget mendengar, suara laki-laki yang baru saja menyapanya.

"Naomi tunggu!" Teriak Dino sambil mengelap bajunya dengan handuk. Naomi tidak perduli dan langsung berlari. Dino pun mengejarnya, "Naomi, tunggu. Kamu datang kesini untuk wawancara? Aku belum selesai berbicara sama kamu. Ayo kita kembali lagi ke ruangan aku."

"Tidak perlu. Aku akan cari kerja ditempat lain." Jawab Naomi terburu-buru.

"Kenapa? Aku mau kamu jadi sekretaris ku lagi Nom." Balas Dino.

"Aku gak akan mau kerja sama kamu. I hate you!" Ucapnya membuat Dino terdiam. Banyak mata yang menyaksikan hal ini.

"Aku gak tahu jika perusahaan ini bagian dari Bratayudha."

"Ini perusahaan aku Nom. Tidak ada hubungannya dengan Bratayudha." Jawabnya.

"Apa kamu tidak merindukan aku?" Tanyanya lagi.

"Bukankah kamu tidak ingin melihatku lagi? Aku sudah punya pacar namanya Alexander. Jadi lepaskan tangan kamu dan menjauh lah dari ku saat ini juga." Dia mendorong Dino dan masuk ke lift. Dino mengejar Naomi ke lantai dasar, dan menariknya keluar dari lift. Semua orang melihat mereka, "lepasin aku.."

"Naomi... kita bisa bicara baik - baik bukan kayak gini caranya."

"Aku gak perlu bicara baik-baik. Aku udah bilang, aku sudah melupakanmu. Aku sudah punya pacar dan namanya..."

"Alexander..." Balas Dino. "Aku dengar dengan jelas. Tapi permasalahannya kamu adalah karyawan di kantor ini. Kamu sudah menandatangani surat kontrak kerja. Jadi kamu harus profesional." tegas Dino, ia menarik Naomi mendekat, "Kamu pikir aku peduli sama kamu. Aku tahu hati kamu Nom." bisiknya. "Temui aku di kantorku 10 menit dari sekarang."

...****************...

"Mulai hari ini. Kamu akan mengantikan Bu Sari sebagai sekretaris ku. Ini tempat kamu dan di sana meja aku." Dino menunjuk meja yang berada ditengah itu sebagai mejanya.

"Dino, aku melamar bukan untuk sebagai seorang sekretaris. Aku melamar untuk posisi PR." Balas Naomi.

"Sabrina gak info kalau ada orang baru yang aku pilih untuk masuk di posisi itu. Kamu gak cocok untuk posisi itu." Balasnya lagi membuat keduanya terlibat dalam sebuah percekcokan.

Aku gak mau Din. Aku mengundurkan diri!" Ancam Naomi yang tak digubris oleh Dino. " Silahkan, bukankan kamu butuh pekerjaan untuk membayar semua hutang-hutang rumah panti?" Ucap Dino dengan santai, ia menyenderkan dirinya pada sebuah bangku hitam kulit yang nyaman.

"Aku bisa cari pekerjaanku sendiri." Naomi tidak ingin kalah dari Dino.

"Ok! Sekarang kamu mau kerja di bagian mana? Tapi bukan PR. Aku akan hubungi HR, dan merekomendasikan kamu di posisi itu. Selain itu, aku akan bantu kamu membayar hutang panti. Tidak gratis, aku akan memotongnya sebesar 30% dari upahmu tiap bulan plus bunga 10%. Gimana?"

"Dino, kamu keterlaluan. Kamu udah banyak berubah, kamu lebih cocok jadi seorang rentenir! Aku gak akan terima tawaran kamu."

"Stop Naomi! Aku gak ingin berdebat. Ini adalah keputusanku." Dove melemparkan berkas Naomi di hadapannya, "Kamu lupa Aku bisa dengan mudah menghubungi semuanya." Sambil melempar sebuah amplop berisi list perusahaan yang dilamar oleh Naomi namun tak satupun menerimanya. "Kamu mau coba?" Tantangnya.

"Dino! Apa salah aku sama kamu? Masalah Gilang? Kamu yang tinggalin aku!" Naomi mulai kesal, rasanya ingin sekali menghajar Dino. "Stop! Jangan berdebat soal ini. Cukup sampai disini. Hallo, tolong beritahukan pak Cakra untuk ke ruangan saya."

"Kembalilah ke kursi mu dan lakukan tugasmu. Dino mengusir Naomi pergi dari hadapannya. "Hutang Panti akan aku bereskan." Ucapnya lagi.

"Aku gak butuh uang kamu!" Naomi hendak meninggalkan Ruangan kerja Dino. "Naomi, apa keadaanmu sudah baik-baik saja?" Tanya Dino menghentikan langkah kaki Naomi.

Mengapa Dino bertanya seperti itu padaku? Apa yang dia ketahui tentang keadaanku. Tidak! tidak ada yang tahu soal ini kecuali Oma Murni.

Naomi tetap terdiam dan tidak berbicara apapun.

"Apa masih ada orang yang selalu mengikuti mu? Dimana kamu tinggal sekarang? Kembalilah ke Condominium." Dino memberikan kunci Condominium mereka kepada Naomi. "Aku gak butuh uang atau perhatian dari kamu." Ucapnya setelah menampar wajah Dino.

"Aku mengundurkan diri." Tegas Naomi.

Dino tertawa mendengarnya. "Semudah itu, kamu mundur. Semudah itu juga kamu melupakan apa yang terjadi diantara kita. Perlu aku ingatkan kamu lagi?" Dino berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Naomi. Mendorongnya hingga menempel pada dinding, terperangkap dalam pelukannya.

"Aku masih mengingat dengan jelas kejadian malam itu saat di acara perhelatan summer satu tahun yang lalu." Dino terus mengintimidasi Naomi. Naomi tak ingin terus berada di bayang intimidasi Dino, ia memutuskan untuk melawan dengan balas menggoda Dino.

"Aku tahu, aku adalah wanita yang kamu peluk dengan penuh kehangatan." Balasnya balas menggoda Dino. Sekilas Dino merasakan kata-kata itu masuk kedalam hatinya. Hatinya mulai bergetar.

"It's just one night." Balas Naomi dengan sombong.

"One night!" Dino sangat kecewa. Ia ingat bagaimana cara Naomi memeluknya, menciumnya dan menghabiskan malam yang cukup panas dengannya.

"Aku akan mengundurkan diri!" Ucap Naomi lagi.

"Bagaimana dengan panti? Kamu rela mereka tinggal di jalanan?" Balas Dino dengan nada yang tinggi.

"Aku memang meninggalkan kamu Naomi. Tapi kamu lupa apa yang aku katakan malam itu. Hidupmu adalah milikku, Tubuhmu juga adalah milikku." Dino lalu menarik Naomi, "Liat mata aku Nom, aku akan selalu mendapatkan apa yang aku mau!" Ia lalu mencium Naomi dan tak melepaskannya sedikitpun.

Naomi terus bergerak mencoba lepas dari Dino. Namun, ia semakin mengeratkan pelukan di pinggangnya. "Auuu!" Keluh Dino, ia meraba ujung bibirnya yang terluka. "Nomi, kamu gigit aku?" Tanyanya kesal.

"Aku bukan Naomi yang dulu Dino. Naomi yang begitu mencintai kamu. Aku melakukan segalanya untuk kamu. Sekarang, aku adalah Naomi yang ingin melupakanmu." Balas Naomi dengan nada bergetar, tapi tekadnya sudah bulat. Dia bahkan tak ingin melihat Dino. "Naomi" Panggil Dino melemah, ia cukup terpukul dengan perkataan Naomi barusan. Matanya berkaca, otot pada mukanya juga menegang. "Apakah kamu menyesali masa lalu kita?" Tanyanya.

"Ia, aku menyesali pertemuan kita, kebersamaan kita, semua tentang kita dimasa lalu! Cukup aku gak mau bahas lagi! Jangan ganggu aku Dino. Aku sudah cukup tenang selama dua tahun ini!" Pinta Naomi kesal, ia juga merasakan pedih di hatinya.

"Nom, happy birthday." Ucap Dino memeluknya dari belakang, "Aku berharap kamu bisa bahagia." Ia lalu memberikan sebuah kotak berisi sebuah kotak musik yang dibelinya saat berada di Italia.

Tok! Tok! Tok!

"Pak Dino, memanggil saya? " Kata Pak Cakra dari sudut pintu yang belum terbuka semua.

"Iya, Pak Cakra silahkan duduk." Balasnya sementara Naomi masih menatapnya. "Kamu masih ada urusan? Ruangan saya tidak menerima orang yang bukan karyawan kantor. So, kamu bisa keluar sekarang." Dino lalu mengambil CV Naomi dan menghancurkannya di mesin penghancur.

Bertapa hancurnya hati Naomi melihat apa yang dilakukan Dino. Dalam hati ingin sekali mengutuk lelaki itu. Perubahan besar terjadi dalam diri Dino. Dimana Dino ku yang dulu? Dino yang selalu mengutamakan ku. mencintaiku. Dino yang pernah menjadi calon ayah anakku. Naira akhirnya memutuskan untuk keluar, setiap langkahnya begitu berat. Luka yang ingin di tutupnya terbuka lagi. Rindu yang di tahannya justru semakin membuatnya menderita.

"Pak Cakra, segera lunasi hutang-hutang panti itu dan Naomi." Titah Dino pada asistennya itu. "Pak, tolong pesankan kue cheesecake untuk saya sore ini."

Naomi, aku bukan Dino yang dulu. Dino yang memilih untuk menghindar. Kali ini aku tidak akan menghindar. I still love you!

*****

"Oma, Naomi pulang." Ucapnya disambut pelukan Oma Murni yang selalu bisa membuatnya tenang. "Kak Naomi!!!" Teriak anak-anak yang lain.

"Kakak bawain kalian kue cheesecake." Naomi lalu menunjukkan kue tersebut dan meminta anak-anak untuk mencicipinya. "Kak, kita udah kenyang, di ruang makan banyak sekali kue cheesecake." Kata Chika salah satu anak panti, umurnya masih 4 tahun.

"Kue cheesecake?" Ulangnya, "Seseorang mengirimkan 50 pieces cheesecake untuk kita." Oma Murni coba menjelaskan semuanya. "Dia juga membelikan cheesecake strawberry khusus untuk kamu." Tambahnya lagi semakin membuat Naomi yakin orang yang dia maksud adalah Dino. Setelah melihat kotak kue nya ia semakin yakin bahwa orang itu adalah Dino. Toko kue yang mengirimkannya adalah toko kue favorite Dino dulu. Di toko itu juga Dino belajar membuat kue khusus untuk Naomi.

Sementara itu, di kamar Dino.

"Dino, aku masih menyimpan foto itu?" Tanya Tina pada anaknya lalu memeluknya dengan hangat.

"Ma, mana mungkin aku melupakan anak aku." Ucapnya. "Hari ini aku bertemu dengan Naomi. Dari tatapannya, dia sangat tidak menyukaiku." Ucapnya sambil memeluk Tina dengan erat. "Dia mau melupakan Dino." Tina hanya bisa memeluk anaknya sambil berbagi kesakitan yang dirasakan sang anak.

*****

Satu jam sebelum kepulangan Naomi. Dino datang ke Panti Asuhan.

"Oma Murni" Sapa Dino.

"Dino, sudah lama kamu tidak berkunjung kemari." Balas Oma memeluknya. "Aku juga merindukan Oma." Dino membalas pelukan itu.

"Buat apa kamu kesini" Teriak salah satu orang yang tak asing untuknya. Dia bahkan melempari Dino dengan garam, "Pergi! Tidak ada tempat untuk mu disini!"

"Hentikan! Dino sebaiknya kamu ikut sama Oma." Oma mengajak Dino ke kamarnya.

"Oma!" Dino memberikan hormat sambil bersujud. "Dino datang untuk meminta maaf atas apa yang terjadi pada Naomi. Dino memang tidak pantas untuk Naomi. Kesakitan Naomi akibat Dino, berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya." Pinta Dino sambil berlutut di depan Oma.

"Dino, apa yang kamu lakukan untuk Naomi sudah lebih dari cukup." Peluk Oma Murni. "Oma, tidak pernah menyalahkan mu, Nak." Pelukan itu membuat Dino tak kuasa menahan air mata. Mereka menangis bersama, "Oma akan terus menjaga Naomi untuk kamu."

Sementara itu, di malam hari ia masih duduk sambil menatap meja Naomi. Dengan, segelas anggur di depannya. Ia ingat kejadian setelah perpisahan dengan Naomi. Ia hancur dan mabuk-mabukkan. Tak lama, Bu Sari masuk dan mengantarkan beberapa dokumennya. "Bu .. Besok Naomi akan masuk kerja sebagai sekretaris saya seperti dulu"

"oh ya, bagus pak. Mulai besok ruangan Ibu saya pindahkan ya.." ucapnya sebelum Bu Sari pergi meninggalkannya.

Ia memutar kursinya, dan mengingat bagaimana dinginnya Naomi padanya. "Peri kecilku sudah berubah menjadi peri salju. Begitu dingin hatinya." ucapnya. "Aku merindukanmu Naomi.."

----

Flashback Sweet Moment,

Dino terburu-buru masuk ke Ruangannya dan Naomi sudah menunggunya untuk mengajak pulang bersama.

"Nom, sorry. Hari ini kita gak bisa pulang bareng lagi. Aku ada meeting bentar lagi. Kamu langsung pulang. Biar Bu Sari yang handle." ucapnya. Naomi terdiam, namun otaknya berpikir. Naomi dengan 1000 akal tidak akan pernah kalah dari lelaki yang 10 tahun dikenalnya. "Loh kamu ngapain? Ayo Nom. Aku mau jalan ini." Ucap Dino lagi. Naomi langsung menarik duduk di bangkunya. Ia lalu duduk diatas paha Dino. Ia lalu memeluk Dino dan mencium kedua pipinya.

"Naomi! Kamu ngapain sih? Ini di kantor Nom. Bisa diliatin karyawan Nom." Dino berusaha mencegah Naomi.

"Aku kangen sama kamu Din." Naomi berusaha ingin mencium Dino dan memeluknya erat.

"Gak akan ada yang liat, Dino." Tambah Naomi, ia manja sekali.

"Nom, jangan disini. Aku ada meeting penting." Cegah Dino. Namun, Naomi menang. Ia mendapatkan ciuman Dino.

"Ok! Tunggu! Kita makan malam setelah selesai meeting." Ucapnya menggelengkan kepala melihat sikap manja Naomi yang tidak biasa. Akhirnya dia luluh juga.

"I love you. Aku mau selalu dekat sama kamu." Ucap Naomi manja tidak seperti biasanya. Dino hanya bisa menghela napasnya panjang. Tiba-tiba, Bu Sari datang dan melihat mereka berdua.

"Bu Sari." Naomi langsung berdiri dari posisinya dengan ekspresi malu. Tapi tidak dengan Dino yang lebih santai.

"Naomi, sekarang kamu keluar. Aku mau ketemu klien aku." Pintanya dan langsung meninggalkan gedung bersama Bu Sari.

"Pak, apakah ada rencana menikah waktu dalam waktu dekat?" Tanya Bu Sari. "Maybe!" Balas lelaki itu.

...****************...

PAST

Sebulan setelah pertemuan itu, Dino belum lagi bertemu dengan Naomi. Beberapa proyek besar yang di handle perusahaannya ditambah Hendrik yang sudah pulang membuat dirinya semakin sibuk.

"Din, kapan kamu berniat untuk melamar Tessa? Kalian sudah sangat dekat selama di England." Celetuk Hendrik saat mereka membahas konsep design yang harus mereka gunakan untuk konstruksi selanjutnya.

"Kenapa pa? Dia mau segera menikah? Papa bisa jodohkan dia dengan salah satu rekan bisnis papa." Balasnya tak peduli.

"Dino!" Bentak Hendrik merasa tak suka dengan jawaban itu. "Papa maunya kamu yang menikah bukan orang lain."

"Kapan aku pernah dekat dengannya. Papa yang diam-diam menyuruh dia masuk ke apartemen aku. Aku bahkan gak pernah bicara panjang lebih dari 10 menit selain urusan kantor. Jadi aku gak pernah merasa dekat dengan dia. Atau perlu aku bantu carikan yang sesuai?" Balas Dino menohok.

"Aku gak akan menikah dengan orang sembarangan." Tambahnya lalu menyodorkan design konstruksi yang sudah dia check dan setujui kepada ayahnya untuk segera di tandatangani.

"Jangan berharap kamu bisa bersama dengan wanita itu!" Ancam Hendrik.

"Bagaimana jika aku memaksa!" Tantang Dino membuat Hendrik naik pitam. "Papa, akan membuat dia menderita." Ancamnya lagi.

"Seperti saat papa membunuh cucu didalam kandungan Naomi. Pa, ingat sesuatu yang berarti di keluarga kita ada bersama Naomi." Balasnya.

"Dino, sejak kapan kamu jadi kurang ajar sama papa!"

Kali ini Dino membantah ayahnya dan mengatakan, "Aku akan selalu hormat sama papa. Aku adalah anak kandung papa. Aku gak mau papa bersedih seperti aku yang pernah kehilangan anakku. Aku bahkan baru tahu setelah dia sudah pergi." Balas Dino tak kuasa menahan semua rasa penyesalan yang dalam di hatinya. Ia tak ingin bertengkar dengan ayahnya. Ia memilih untuk meninggalkan ruangan itu.

"Papa, lakuin itu karena gak mau liat kamu sakit di akhir!" Ucap Hendrik yang tak di hiraukan oleh Dino.

Malam terasa begitu sepi, seseorang duduk sendirian dengan 6 botol bir kaleng disampingnya sambil memandang jauh ke langit. Berkali-kali, lelaki itu mengusap air mata yang keluar dari matanya. Sesekali ia menertawakan dirinya. "Milka, apakah kamu melihat kakak dari sana? Apakah kamu kecewa?" Teriak Dino frustasi.

Ia berbicara lagi,

"Milka, papa bilang semua yang dilakukannya adalah untuk kebaikan kakak, kebaikan apa? Ada apa dengan Naomi, mengapa papa begitu membencinya." Tanyanya lagi. Dia berharap seseorang bisa menemaninya. Berharap seseorang bisa menjadi temannya berbagi cerita. Ia mencoba menghubungi Adam berkali-kali, namun tak ada respond. Ia hanya bisa merenung sambil menyandarkan dirinya di sisi depan tempat tidurnya yang menghadap ke kaca besar. Dari kaca itu, ia dapat melihat indahnya kota, lampu-lampu gedung pencakar langit.

"Kamu melihatku, Milka? Apakah kamu juga melihat Naomi? Apa yang sedang dilakukannya. Aku merindukannya." Ia kembali meneguk bir.

"Milka! Kakak rindu sama kamu." Teriaknya lalu menengguk bir kaleng itu lagi. "Aku gak boleh mabuk, aku gak boleh menyalahkan diri sendiri." Ucapnya dalam keadaan mabuk.

Hatiku terasa hampa, setelah memilih untuk meninggalkannya hari itu, tidak ada kebahagiaan di dalam diriku. Aku seperti mayat hidup yang berjuang untuk bertahan. Aku seorang pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahku sendiri yang menghancurkan hubunganku. Ayahku yang paling aku hormati dan sayangi membayar seseorang untuk menjebak kekasihku. Aku, laki-laki yang lari dari kenyataan dan memilih meninggalkan wanita yang paling aku cintai. Disaat ia rapuh, aku memilih cara paling kejam untuk meninggalkannya.

Andai dia tahu, aku memilih pilihan tersulit dari yang ada saat itu. Aku sangat menderita dan sangat merindukannya.

"Dino! Lo ngapain mabuk-mabukkan di sini. Semua orang di rumah nyariin Lo." Teriak Adam panik ketika melihat Dino dengan kaleng Bir yang berserakan dimana-mana.

"Aku kangen sama Milka, Dam!"

"Bukan disini tempatnya, bukan dengan minum-minum. Besok gw temenin ke sana." Ucap Adam memapahnya menuju mobil.

"Aku udah gak bisa ke sana. Aku gagal melindungi orang yang aku cintai." Balasnya lalu pingsan tak sadarkan diri.

"Dino! Lo kenapa jadi begini sih. Dua tahun yang lalu Lo memilih meninggalkan dia. Bahkan disaat gw minta kalian kembali tapi Lo menolak. Sekarang, Lo menderita sampai seperti ini." Adam memasangkan sabuk pengaman dan mengantarkan Dino ke rumahnya.

Selama diperjalanan ia turut memikirkan sahabatnya itu. Ia ingat pembicaraan mereka terakhir sebelum Dino memutuskan untuk pergi. Ketika itu Dino datang ke apartemennya dalam keadaan basah kuyup dan panas tinggi. Ia tidak sadarkan diri sampai dua hari. Dalam keadaan tidak sadarkan diri ia selalu mengatakan maaf.. maafin aku.

"Dino! Lo udah sadar?" Sapa Adam ketika sahabatnya itu bangun.

"Adam, apa yang akan Lo lakukan ketika orang yang kita hormati secara tidak sengaja menyakiti dan menghancurkan hidup wanita yang Lo cintai?"

Tanya parau dan frustasi.

"Minta maaf, perbaiki kesalahan." Balas Adam santai, ia lalu bertanya apa yang sebenarnya di hadapi Dino.

"Aku gak bisa memperbaikinya, kesalahan ini terlalu fatal. Bagaimana caranya Dam!" Dino menangis. "Papaku Dam yang telah membayar Gilang untuk menghancurkan hubungan aku." Ucapnya.

"Aku telah menyakiti Naomi selama ini."

"Dino. Kenapa Lo nangis. Bagus kalau Naomi gak pernah mengkhianati kamu. Bagus dong!"

"Papa gw yang menyebabkan Naomi keguguran!" Balasnya membuat Adam terdiam. Matanya kini berubah ketika melihat Dino begitu hancur dan rapuh. Sahabat yang selalu menguatkannya kini menghadapi kenyataan pahit. Dalam hati ia tidak percaya, Hendrik yang sudah dia anggap seperti ayahnya tega melakukan itu semua.

"Aku gak sanggup menemui Naomi." Peluknya.

Seminggu setelahnya, Dino meminta pengacaranya untuk merubah surat kepemilikan Condominium atas namanya menjadi milik Naomi. Selain itu, dia juga membeli sebuah studio ballet untuk Naomi.

"Din, maksud Lo apa? Lo mau pindah ke Inggris. Lo jangan jadi pengecut!"

"Ini cara terbaik untuk aku dan dia. Dia berhak dapat laki-laki lebih baik."

"Lo yakin bisa kehilangan dia. Bisa liat dia sama cowok lain? Bohong Lo!" Kecam Adam kesal.

"Aku akan selesaikan malam ini." Balas Dino lalu meninggalkan ruang kerjanya.

*****

2 Tahun yang lalu, tepat dihari Dino memutuskan untuk pindah ke Inggris setelah menghabiskan malam bersama Naomi.

"Dino, itu Naomi. Dia ngejar Lo! Pak berhenti." Ucap Adam.

"Jalan Pak. Jangan berhenti!"

"Ja-ngan Dam." Dino mencegah Adam. Dino menutup matanya menitihkan air mata.

*****

"Naomi, ini gw Adam. Gw perlu bantuan Lo. Gw mau Lo datang ke apartemen Dino. Gw akan kasih tahu Lo kenyataan yang sebenarnya. Lo bersedia?" Tanya Adam.

"Aku gak mau lagi berurusan dengan dia." Balas Naomi namun hatinya tetap ingin tahu.

Apa yang harus ku pilih. Haruskah aku membuka kembali lembaran masa laluku?

Lembaran yang begitu menyakitkan tentang Dino.

"Maaf tapi dia adalah masa laluku."

...****************...

Naomi sadarlah Dino adalah bagian dari masa lalu mu, dia sudah meninggalkanmu. Sekarang kamu udah hidup dengan bahagia. Kamu sudah punya Alexander. Dia lelaki yang baik. "Naomi! Stop memikirkan Dino!" Ucapnya menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Tidak! Dia tidak boleh, dia tidak boleh ada di dalam pikiranku!" Jawabnya. "Lebih baik aku menghubungi Alexander!"

"Alexander kamu dimana?"

"Aku sedang diluar bersama atasanku. Ada apa?" Tanya Alexander. Naomi mengajaknya bertemu untuk makan malam bersama dengannya. "Baik, sampai jumpa Naomi." Ucapnya.

"Ada apa Alex?" Tanya atasannya yang tak lain adalah Dino.

"Naomi, mengajak saya pergi makan malam." Perkataan itu jelas menganggu Dino. "Lalu? Kamu terima?" Jawabnya lagi.

"Kamu suka sama Naomi? Kamu tahukan alasan mengapa saya membayar kamu untuk menjaga Naomi." Jawab Dino.

"Maaf Pak. Saya akan segera membatalkannya." Balas Alexander.

"ALEX!" Panggil Naomi.

"Naomi!" Panggil Alex kaget melihat dirinya. Tidak hanya Alex wanita itu juga kaget dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

"Jadi selama ini kamu dan Dino saling kenal dan berhubungan? Kenapa kamu gak kasih tahu aku Alex!" Tanya Naomi bertubi-tubi."

"Waktu itu bukan tempatku untuk berbicara" Naomi langsung menamparnya. "Stay away from my life!" Ucapnya lalu menyiram segelas air kepada Dino. "Kamu gak akan bisa mempermainkan aku! Meskipun kamu orang kaya!"

Dino hanya diam dan membersihkan bajunya. Namun tangannya dengan cepat menarik Naomi dan meminta Alexander untuk pergi dan kembali bekerja. "Naomi! Apa salah Alexander? Kenapa kamu harus tampar dia?" Dia sampai berdiri dari bangkunya dengan muka yang emosi dan menahan rasa sakit pada hatinya.

"Dia itu! lelaki yang aku harapkan bisa membuat aku melupakanmu!" Ucap Naomi dengan mudah. "Aku ingin melepaskan mu dan semua yang terjadi di masa lalu."

Dino terdiam dan menatap Naomi dengan tajam, tangannya tak ingin melepaskan Naomi. Ia meletakkan sapu tangan yang diberikan Alexander, dan membuangnya keatas meja. Dino berjalan mendekati Naomi dengan ekspresi tak percaya, "Naomi, aku gak akan minta maaf sama kamu. Ingat baik-baik kata aku, kamu tidak akan bisa melupakan aku." Ia menarik Naomi ke pelukannya dan menatap kedua matanya. Ia meraba rambut Naomi dengan lembut, pipinya dan bibirnya. Ini membuat Naomi risih. Dia lalu berbisik di telinga Naomi, seperti sedang menggoda.

"Hanya orang bodoh dan egois yang berbohong pada dirinya sendiri. Mengaku orang lain sebagai pacarmu. Alexander orang yang aku bayar untuk mengusik hidupmu, paham!" Dino lalu mengecup bibir Naomi.

"Aku jauh lebih baik. Aku kenal dan hafal semua tentangmu Naomi." Ia mengelus kulit lembut Naomi. Sentuhan itu membuat Naomi melirik padanya. Dino lalu pergi meninggalkannya.

"Dino! Aku menyesal mengenal kamu ... menyesal mencintai kamu .... menyesal...."

Dino hanya bisa menyimpan semua dalam hatinya. Meskipun harus merasakan teriris setiap kali Naomi bicara.

Naomi kalau aku bisa bicara, saat ini hatiku seperti tertusuk duri mendengar semua perkataan dari bibirmu. Kalau kamu tahu yang sebenarnya, kamu gak akan mau menemui ku Nom.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!