NovelToon NovelToon

Gairah Adik Istriku

1. Prolog

pengenalan karakter dan cerita

Kemayang sari. seorang gadis yang penuh keceriaan, dan hidup bergantung dengan kakak nya Maria.

pada saat Mayang berusia sepuluh tahun, kedua orang tua mereka meninggal dunia.

Maria harus mengurus Mayang sendiri dan bekerja, bagi Maria Mayang adalah segala-gala nya, harta yang di tinggalkan oleh kedua orang tua nya.

Maria begitu menyayangi Mayang lebih dari diri nya sendiri.

apa pun, akan Maria lakukan demi kebahagian Mayang.

apa pun itu.

Maria sudah memiliki suami yang bernamakan Dimas Anggara.

Dimas adalah anak dari pemilik kampus ternama di kota mereka, namun Dimas tidak ingin mengunakan kebesaran nama orang tua nya.

Dimas lebih memilih menjadi seorang dosen di kampus tersebut.

Maria sangat bersyukur memiliki Mayang dan suami yang begitu menyayangi nya.

☘️☘️☘️

"Mayang, boleh mbak minta sesuatu dari mu?" ucap Maria lembut dan mengelus punggung tangan Mayang adik nya.

"mbak. mengapa harus izin, bukankah apa yang Mayang miliki itu juga adalah milik mbak Maria." jawab Mayang lugas dengan senyum menghias wajah cantik nya.

"iya, kamu benar. apa yang kamu miliki itu juga milik ku, begitu juga sebaliknya." jawab Maria lembut.

"Mayang. mau kah kamu menikah?"

Mayang terkejut atas pertanyaan yang Maria lontarkan.

Mayang yang semula fokus dengan buku-buku pelajaran nya, harus ia alihkan pandangan ke arah sang kakak.

"apakah kakak sudah bosan menghidupi ku?" tanya Mayang dengan suara bergetar.

"tidak Mayang! bukan begitu" Maria menyambangi Mayang yang duduk di atas lantai.

dengan hati-hati Maria merengkuh adik kesayangannya.

Mayang yang sejak tadi tak bisa menahan haru nya, Mayang pun menangis.

"dengar. mbak hanya ingin melihat kamu bahagia Mayang, mbak gak mau kamu hidup kesusahan nanti nya"

"tapi, mengapa mbak meminta Mayang segera menikah?"

"itu .... karna mbak mau kehidupan kamu lebih terjamin dik..." jawab Maria lembut.

Maria masih terlihat tenang.

"aku masih sekolah mbak, dan ... usia ku juga masih sangat muda"

"umur tidak mengukur patokan untuk menikah dik." dengan lembut Maria mengelus punggung tangan Mayang.

"dan ... kamu sebentar lagi akan segera lulus SMA, itu artinya, kamu sudah cukup mampu untuk membina rumah tangga."

Mayang menggelengkan kepala.

☘️☘️☘️

Mayang masih memikirkan semua permintaan Maria kakak nya. Mayang tidak habis pikir, apa sebenarnya tujuan Marian memintanya menikah muda. yang belum pernah terlintas di dalam benak Mayang sebelum nya.

keinginan Mayang adalah memenuhi semua mimpi nya, Mayang ingin berpendidikan tinggi agar bisa membanggakan Maria.

agar Maria bangga memiliki adik sepertinya.

"kuliah pun bisa kita lanjutkan dik, walau pun kita sudah menikah, dan ... kamu masih bisa berkarier."

semua ucapan Maria seolah berputar di kepala Mayang, seperti kaset yang terus di putar ulang.

Mayang bahkan tidak bisa memejam mata, Mayang merasa terganggu pikirannya.

dengan siapakah ia akan dinikahkan? Mayang tidak tau, Mayang pun tidak memiliki kekasih.

Mayang sangat gelisah, Mayang ingin bercerita namun kepada siapa?.

untuk saat ini Mayang sangat membutuhkan seorang teman untuk bercerita.

berbagi segala rasa gundahnya.

Mayang tidak ingin Maria kecewa padanya, Mayang merasa berhutang kepada Maria, selama delapan tahun terakhir ini Maria lah yang menghidupi Mayang bahkan sampai bisa sekolah di tempat yang elite.

jika menolak. maka Mayang takut Maria akan kecewa, jika ia menurut maka masa depannya akan di pertaruhkan.

ia, jika suaminya mengizinkan kan Mayang berkarier, jika tidak?.

"pupus sudah cita-cita ku" keluh Mayang

Mayang menghela nafas berat, dan tanpa ia sadari ia terlelap juga dalam bertempur dalam pikiran sendiri.

☘️☘️☘️

di meja makan semua hidangan sudah tersusun rapih, Maria segera menyiapkan kopi untuk Dimas dan segelas susu untuk Mayang tentu nya.

Maria begitu menyayangi Mayang, hingga tidak ingin ada kekurangan dalam kehidupan Mayang sedikit pun.

"mas, nanti pulang jam berapa?" tanya Maria lembut.

"agak sore, mar" jawab Dimas tak kalah lembut.

"aku nanti mau ke rumah mama." izin Marian.

"ia sudah, pulang jangan sore-sore ia!" ucap Dimas di sela menyantap sarapan pagi nya.

"mbak, aku berangkat ya" pamit Mayang pada Maria.

"sarapan dulu may! ini sudah mbak buat kan susu untuk mu" Maria menunjuk segelas susu di atas meja.

dengan berat hati Mayang menurut, takut sang kakak akan tersinggung jika ia menolak.

"kamu mau lanjut kuliah dimana may?" tanya Dimas pada Mayang.

"aish, dimana ya?" ucap Mayang bingung.

"di tempat mas saja!" jawab Dimas santai.

"setuju" sambung Maria.

Maya hanya terdiam, tidak menanggapi permintaan Maria.

Mayang banyak melamun, tidak seperti biasanya.

biasanya Mayang terlihat begitu cerewet, selalu bicara tanpa jeda.

"lagi kemasukan may?" tanya Dimas heran.

biasanya adik iparnya ini akan bertingkah seperti orang yang hilang kesadaran, selalu merancau tidak jelas.

selalu menceritakan teman-teman sekolahnya, atau dia berhasil mengerjai seseorang.

tapi mengapa Mayang terlihat berbeda? matanya pun terlihat bengkak seperti orang yang habis menangis semalaman.

"hai ... kuda Nil, apakah kamu sedang ada masalah?" tanya Dimas penasaran.

Mayang hanya menjulurkan lidah, selama ini Mayang dan Dimas memang tidak pernak akur, selalu bertengkar. entah apa yang mereka ributkan.

"sotoy" jawab Mayang seadanya.

"hih, nggak sopan" ucap Dimas kesal.

Maria yang melihat tingkah Mayang dan Dimas sudah tidak heran lagi.

pertengkaran keduanya memang sering terjadi, sudah biasa bagi Mayang dan Dimas jika berdekatan.

"sudah lah ... aku mau berangkat"

pamit Mayang sambil menyambut tangan Maria dan menciumnya dengan takzim, tak juga lupa Mayang menyambut tangan Dimas walau mereka sering terjadi perdebatan, namun Mayang tetap menghormati Dimas sebagai kakak ipar nya.

"dik, hati-hati" pesan Marian yang di angguki kepala oleh Mayang.

tak lama juga Dimas menyusul pergi ke kampus,.

tinggal lah ... Maria dan juga asisten rumah tangganya.

semenjak menikah dengan Dimas, Maria tidak di perbolehkan untuk kembali bekerja.

walau sangat di sayangkan, karier yang Maria miliki cukup bagus. tapi Maria lebih memilih patuh kepada keputusan Dimas.

jadi selama Maria berhenti bekerja, Dimas lah yang sudah membiayai kehidupan Mayang saat ini.

Maria sangat bersyukur memiliki suami seperti Dimas, dalam segala hal Dimas sangat mengerti.

prioritas Maria saat ini adalah Mayang dan Dimas.

Maria sudah memiliki janji dengan mama mertuanya, pergi kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lanjut.

Maria selalu melibatkan mama mertua, setiap maria ingin mengambil langkah tentunya.

beruntung Maria memiliki mama mertua yang sangat baik, bahkan Maria pun tidak kekurangan kasih sayang dari Bu Dina.

Bu Dina, tidak memiliki anak perempuan. Bu Dina memiliki dua anak lelaki yang bernama Dimas dan Rangga.

sebab itulah, Bu Dina sangat menyayangi Maria menantunya.

menolak

setelah Maria sampai di rumah, Maria segera menyiapkan kebutuhan Dimas didalam kamar. mulai dari baju, dan juga handuk.

sudah jadi kebiasaan Maria memenuhi kebutuhan Dimas di rumah. walau Dimas menolak itu semua, tapi Maria tetap memenuhi tugasnya sebagai istri.

melayani Dimas sudah menjadi tugasnya, Maria segera memasak di bantu oleh asisten rumah tangganya.

begitu tulus Maria melayani kebutuhan Dimas, dan Mayang.

Maria berhati malaikat, namun ambisi Maria untuk mempersatukan Dimas dan Mayang sangat kuat.

mampukah Maria meyakinkan Dimas? apakah Dimas mau memenuhi keinginan Maria?.

apa alasan Maria hingga ia begitu kuat untuk mempersatukan mereka berdua.

sedangkan, Maria begitu mencintai Dimas Anggara.

☘️☘️☘️

"may. Lo ngapa sih?. mukanya dari tadi di tekuk aja?" tanya Rara keheranan melihat sikap Mayang saat ini berbeda.

namun Mayang tetap pada posisinya, menatap langit-langit kamar, dimana Mayang sedang berada di rumah Rara.

Mayang terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga tidak mendengar pertanyaan Rara.

hingga Rara merasa takut melihat tingkah Mayang yang seperti orang tidak bernyawa.

Rara pun memberanikan diri untuk menghubungi Adit, Adit adalah teman sekelas mereka.

Adit sudah lama menaruh hati pada Mayang, tapi sayang, Mayang begitu sulit di luluhkan.

Mayang lebih memilih berteman dari pada menjalin hubungan, Adit pun menurut walau dalam hati Adit sulit untuk menerima.

"may," panggil Adit, dan Rara bersamaan.

namun, siempunya nama tidak hiraukan.

hingga Adit memberanikan diri mendekati Mayang, dan sedikit mengguncang bahu mayang dan membuat Mayang tersadar dari lamunannya.

"Lo, nangis may?" sapa Adit, teman di bangku SMA ku.

"kok, Lo disini dit?." tanya Mayang, keheranan.

"ditanya, malah balik nanya." jawab Adit kesal.

"Lo, ada masalah ..?!,"

Mayang, menggeleng kepala, walau sejujurnya ia ingin sekali bercerita tapi ... mayang tahan.

siapa tau mbak Maria hanya mengerjainya.

semoga.

"elo ... ngapain disini dit?." Mayang bangkit dari tidurnya, segera duduk di tepian ranjang.

"tanya aja sama Rara!." Adit menunjuk Rara menggunakan dagunya.

"lagian, Lo ... kayak orang kesurupan. bengong aja, takut tau gue." sungut Rara.

Mayang tersenyum getir.

"iya, udah lah ... gue mau balik, udah sore juga." seru Mayang, dan segera bangkit menyambar tas miliknya.

"gue anter?" tanya adit Mayang mengangguk setuju.

setelah berpamitan dengan Rara, Mayang segera masuk kedalam mobil Adit. dan duduk di samping kemudi.

"may, Lo masih inget kan..?!" Adit membuka percakapan.

Mayang memutar kepala menatap Adit dengan seksama.

"maksud, Lo ... ?!" Mayang balik bertanya.

"kalau kita udah lulus nanti, Lo bakal Nerima gue 'kan?,"

"iya, tapi ..."

"apa lagi may?" Adit terlihat frustasi dan menambah laju kemudi lebih tinggi.

"dit, stop!" teriak mayang.

bukan apa, Mayang takut dengan kecepatan tinggi, mengingat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.

Mayang jadi trauma, sebab itu lah Mayang marah pada Adit.

"oke. kita jadian!" ucap Mayang dengan nada tinggi.

Adit yang terkesan atas ucapan Mayang, tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, perlahan Adit menepikan kendaraannya.

"beneran, may?." tanya adit, senang hingga tatapan mereka bertemu dalam beberapa detik.

Mayang mengangguk, Mayang bernafas lega, setidaknya Mayang sudah bisa menjadikan Adit sebagai calon suaminya jika Maria masih mempertanyakan perihal pernikahan.

tapi ... apakah Adit bersedia menikah muda dengannya?.

masalah itu kembali mengganggu pikiran Mayang.

"makasih ya, may, kamu sudah mau jadi cewe aku" ucap Adit tulus, terlihat jelas Adit begitu bahagia.

lagi-lagi mayang mengangguk kepala. Mayang tidak tau harus menjawab apa.

🍀🍀🍀

setelah Mayang sampai di rumah, Mayang segera turun dari mobil Adit di sambut oleh Maria dan juga Dimas.

"makasih ya dit, udah mau nganterin." ucap Mayang lembut yang masih berdiri disamping mobil Adit.

"iya, yayang ku." jawab Adit dengan senyum mengembang diwajahnya tak lama Adit pun pulang.

Adit ingin berpamitan dengan Maria, dan juga dimas, tapi ... Mayang melarang lebih dulu.

Mayang sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengenalkan Adit sebagai kekasihnya.

"kok, Adit gak disuruh mampir" seru Dimas.

"Adit, buru-buru mas" kilah ku.

"ya sudah, yuk masuk!" ajak mbak Maria.

dengan lembut ia menuntun diri ini masuk lebih dalam lagi kedalam rumah.

"mandi gih sana! setelah itu kita makan."

aku mengangguk setuju, mengingat tubuh sudah terasa sangat lengket, benar juga kata mba maria.

setelah mandi aku menjadi sangat rileks dan segar. segera turun menghampiri sepasang pasutri itu di meja makan.

setelah tiba dimeja makan aku menjatuhkan bokong di kursi ketiga dari MB Maria, dan mas Dimas, sengaja memberi sedikit jarak dari mereka agar aku merasa nyaman.

segera ku isi piring dengan nasi dan beberapa lauk dan sayur, lantas ku santap semua hidang dengan cepat, ingin segera menjauh dari mbak Maria sengaja menghindari dari perkara pernikahan. mungkin lebih tepatnya menghindari.

ukhuk ukhuk.

aku ter-batuk, segera mbak Maria mengulurkan segelas air dan ku sambar dengan cepat langsung ku teguk hingga tandas.

"pelan-pelan donk, may!" mas Dimas menasehati.

ku lihat mbak ku tersenyum manis, manis sekali. hingga aku tidak pernah melihat mbak ku ini marah dengan ku atau pun dengan mas Dimas.

setelah selesai segera aku bangkit dan segera mendorong kursi yang aku duduki tadi.

"mas, mbak, Mayang duluan ya, ada tugas yang harus Mayang kerjakan." pamit ku.

kulihat Mbak Maria mengangguk setuju.

lagi-lagi aku berdusta, sebenarnya tidak ada tugas tambahan atau, apa pun itu?.

☘️☘️☘️

"mas, aku ingin membicarakan sesuatu." ucapku. ketika aku dan mas Dimas sudah mengambil tempat kami masing-masing di atas kasur.

"mau membicarakan apa sih sayang?. tumben izin dulu?, apakan pembicaraan ini sangat serius?!."

jujur, aku takut untuk membahas ini, takut, jika harus berbagi suami. tapi ... lebih takut lagi jika aku harus berbagi suami dengan orang lain. lebih baik aku berbagi suami dengan mayang, kami masih tinggal serumah, dan aku masih bisa dekat dengan mas Dimas, masih banyak poin yang aku dapat dari hubungan segitiga ini.

dan ... aku memberanikan diri sebelum berucap, ku tarik nafas sedalam mungkin dan ku hembuskan dengan pelan.

"apakah ... mas Dimas, mau menikah lagi?" ucapku,

aku berusaha terlihat setenang mungkin agar tidak terlihat gugup di depan mas Dimas.

"pertanyaan apa itu Maria? ucap mas Dimas, dengan kesal.

"mas, menikahlah.." aku terdiam beberapa saat "menikahlah dengan Mayang mas." lanjutku lagi dengan hati-hati

"lelucon mu tidaklah lucu maria."

"tolong ... penuhilah permintaan terakhirku mas."

Dimas bangkit dari tidurnya, ia Dudung menghadap Maria yang masih terbaring di atas kasur.

Maria segera bangkit, "tolong mas," mohon ku.

"apa, kamu ... pikir pernikahan adalah sebuah mainan?!." Dimas terlihat marah.

"aku serius mas, aku tidak sedang bergurau, menikahlah dengan Mayang mas, ... aku akan sangat bahagia jika mas Dimas mau memenuhi permintaan ku."

permintaan maria

setelah pembicaraan Maria tempo lalu aku menjadi kepikiran atas permintaannya. ada apa dengan Maria ku?. setahuku tidak ada seorang istri yang mau berbagi suami bukan, tapi ... maria?!.

aku masih menyimpan banyak tanya, ataukah Maria sedang bergurau saja. tapi ... Maria tidak terlihat sedang bergurau saat itu. apa lagi ia memintaku menikah dengan Mayang yang tak lain adalah adiknya sendiri.

aku menghela nafas berat, ada apa dengan maria ku?. jika dia sedang dalam masalah lalu ... mengapa dia tidak mau berbagi cerita dengan ku.

waktu sudah menunjukan pukul 4 sore dimana aku harus segera pulang kerumah, bersyukur aku tidak ada jadwal lembur beberapa hari ini.

segera ku kemas peralatan kerjaku, laptop dan lain sebagainya kumasukkan kedalam tas kerja, dan segera ku tinggalkan ruangan dimana tempat ku mengais rezeki.

ku ayunkan langkah kaki menuju kelorong dimana kendaraan roda 4 terparkir disana segera ku buka pintu dan duduk di belakang kemudi.

pada saat aku asik mengendalikan kemudi, aku seolah melihat sosok wanita yang aku kenal lantas aku pun memperlambat laju kendaraan yang aku kemudikan.

dan benar saja aku mengenal wanita itu, ia sedang duduk bersama seorang pria, mungkin saja itu kekasihnya, tapi sayang aku tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria tersebut.

aku pun melanjutkan perjalan ku agar segara sampai dirumah tepat waktu. tidak ingin istriku menunggu terlalu lama, aku tahu Maria sekarang sedang mempersiapkan sesuatu katanya dari sambungan telepon tadi.

entahlah ... mengapa Maria Akhir-akhir ini sering membuat teka teki menurutku.

seolah aku kehilangan sosok wanita yang aku kenal selama ini, wanita yang sudah menemaniku selama ini.

wanita yang penuh kejujuran, kini penuh dengan kerahasiaan. seolah aku tidak mengenal dia lagi.

segera ku tepi kan kendaran roda 4 ku didalam garasi, dan segera turun tidak lupa juga kubawa peralatan kerja ku.

"assalamualaikum..." salam ku, setelah membuka pintu dan melangkah lebih kedalam rumah, tapi ... rumah begitu sepi.

kemana wanitaku yang setiap aku pulang berkerja selalu menyambut kepulangan ku. Bukankah dia yang sibuk memintaku agar pulang tepat waktu?!.

"sayang!" panggilku, aku berusaha mencari sosok wanita yang selama ini mengisi hatiku tapi ... aku tidak menemukannya.

aku berjalan kearah dapur biasanya, Maria sedang sibuk memasak disana tapi tidak kudapatkan sosoknya disana.

aku berbalik arah, berjalan menuju kearah kamar, segera ku putar gagang pintu, dan pintu terbuka Maria tidak nampak juga batang hidungnya.

aku melepas pakaianku dan meraih handuk untuk membersihkan diri, segera masuk ke kamar mandi, setelah selesai aku segera melalukan kewajiban ku melakukan 4 raka'at ku.

tidak ingin menunda-nunda waktu.

bahkan setelah selesai sholat pun Maria tidak kunjung hadir, dimanakah istriku itu?!.

sibuk dengan pemikiran sendiri,

hingga aku lupa tidak melakukan panggilan via telepon. ya aku segera meraih ponsel milik ku, segera ku tekan nama Maria disana.

tersambung tapi ... tidak diangkat.

"apa yang sedang kamu rencanakan sayang?!." aku berbicara sendiri.

aku berjalan keluar dari kamar mencari keberadaan bik Ning, mungkin bik Ning tahu kemana Marian pergi dan sejak kapan.

"Bik! Bik Ning" panggilan yang menggema namun tidak ada tanda-tanda kehidupan dirumah ini.

bahkan Mayang pun belum pulang. biasanya jika aku pulang kerja Mayang juga sudah ada dirumah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya di ruangan ini.

aku mencoba bersikap tenang ... mungkin, Maria sedang keluar ditemani oleh bik Ning.

terdengar suara langkah kaki mendekat, "itu pasti Maria" gumam ku, aku segera membukakan pintu.

aku menghela nafas berat, ternyata bukan Maria.

"kenapa, mas?" aku keheranan melihat wajah mas Dimas terlihat kusut, tidak seperti biasanya.

dan ... tumben juga dia membukakan pintu untukku. ah ... mungkin aku terlalu percaya diri, sadar Mayang dia Kaka ipar mu, suami kakak mu Maria. batinku menggerutu, lalu aku berjalan masuk kedalam melewati mas Dimas.

aku segera masuk kedalam kamar merebahkan diri. jujur aku ingin sekali memiliki suami seperti sosok mas Dimas, lelaki yang memahami agama dan bertanggung jawab, juga penuh kesabaran.

selama aku ikut tinggal dengan mba Maria belum pernah sekalipun aku mendengar mereka bertengkar, benar-benar pasutri idaman.

aku hanya tertarik dengan sifat kehangatan dari mas Dimas, dia bahkan menganggap ku seperti adik kandungnya sendiri bukan sebagai ipar.

beruntung sekali aku, memiliki Kakak yang begitu menyayangi aku dan ipar yang begitu perduli padaku.

disaat aku sibuk dengan lamunanku, aku tersadar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.

"siapa?" jawabku.

"mas, mau bertanya may"

aku segera bangkit, dan membuka pintu kamarku.

"iya, mas, ada apa ya?." tanya ku, sebab mas Dimas belum pernah terlihat secemas ini.

"apa, mba mu tidak memberikan kabar padamu hari ini?"

"tidak," jawabku cepat "memangnya mba Maria kemana mas?" aku malah balik bertanya bo**hanya aku.

"mas tidak tau, dari tadi mas sudah menghubungi berkali-kali, tapi ... tidak ada jawaban, dan ... sekarang hp mba mu dimatikan" jawab ku apa adanya.

"Bik Ning, ada?" tanyaku, sebab ini bukan kali pertama kakak ku pergi menghilang. jika mba Maria pergi pasti bik Ning turut serta, entah kemana mereka, aku tidak tau.

kulihat mas Dimas menggeleng kepala, sedih aku melihatnya. entah apa yg dilakukan kakak ku jika menghilang seperti ini.

aku berusaha mengalihkan perhatian, "mas Dimas, sudah makan?!." tanyaku, iya hanya menggeleng sebagai jawaban.

lantas aku keluar dari kamar menuju dapur, aku harus mempersiapkan makan malam, malam ini untuk kami.

setelah selesai dengan masakan segera ku hidangkan di atas meja dan tersusun rapi.

memang masakan ku tidak seenak masakan mba Maria, setidaknya lumayan lah..

aku segera memanggil mas Dimas, "mas makan malam sudah siap" aku memberi tahu.

"mas, tidak lapar may"

"mas, harus makan. kalau mas tidak makan gimana mau nyari mba Maria coba." kata ku hati-hati

lantas kulihat ia segera bangkit dan berjalan menuju dapur. aku tersenyum senang setidaknya mas Dimas, mau makan.

setelah mas Dimas, makan. sekarang giliran ku yang makan, aku sengaja tidak melakukan makan bersama tidak ada mba Maria diantara kami. aku tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

kami pun pergi mencari mba Maria, menyusuri jalanan kota. dari rumah-rumah temannya. tapi kami tidak menemukan Mba Maria disana.

"kita mau cari kemana lagi mas?!."tanya ku.

"sebaiknya kita pulang dulu, besok lanjut lagi" aku mengangguk setuju.

setelah memasuki kamar, terdengar suara ponselku berdering. aku tersenyum senang, ternya dia menghubungi juga akhir nya.

Dimas

"ia, sayang"

maria

(.....)

Dimas

"jangan bercanda" jawabku, bagai mana tidak, dia selalu membahas ini.

maria

(.....)

sambungan pun terputus.

aku mengacak rambut ku kasar..

"haruskah aku turuti keinginan mu" gumam ku dan terduduk lesu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!