NovelToon NovelToon

The Antagonist

BAB 1 : Emosi

"Jian Mei...Jian Mei kenapa nasib hidupmu bisa semenyedihkan ini." gumam Jian Mei.

Ya gadis itu adalah Li Jian Mei berusia 26 tahun dan sekarang ia adalah seorang pengangguran yang menyedihkan.

Ia baru saja dipecat dari pekerjaannya yakni seorang guru di sebuah taman kanak-kanak, ia dipecat karena tidak sengaja membuat salah satu muridnya terluka.

Sebenarnya itu bukanlah kesalahan dirinya, waktu itu adalah jam istirahat dan ia melihat kedua muridnya sedang bertengkar di dekat rak sepatu, mereka saling mendorong sampai akhirnya membuat rak sepatu itu goyah dan menimpa mereka.

Jian Mei yang melihat kejadian itu tentu saja disalahkan karena tak segera melerai kedua muridnya tersebut, padahal ia mengetahui kalau rak itu memang sudah rapuh dan belum diganti.

Dengan perasaan sedih dan kecewa Jian Mei pulang ke apartemennya, ia terduduk di kasurnya ditemani dengan segelas alkohol yang berada di genggaman tangannya.

"Arghhh...aku benar-benar bosan." ucap Jian Mei.

Akhirnya ia mengambil laptop kesayangannya yang tergeletak diatas meja. Laptop itu adalah hadiah dari mantan suaminya. Ya, Jian Mei adalah seorang janda, ia menikah di usia yang cukup muda yakni 20 tahun. Ia bercerai dengan suaminya karena kekerasan yang ia terima.

Kekerasan itu juga membuat Jian Mei kehilangan janin yang sedang ia kandung. Meskipun ia masih mencintai suaminya saat itu, Jian Mei lebih memilih untuk bercerai daripada ia harus bertahan dengan orang yang telah menyakiti dirinya.

Untuk mengalihkan rasa sedihnya Jian Mei menyibukkan dirinya dengan berkuliah dan setelah itu ia bekerja sebagai seorang guru, rasa sakit dan kesedihan Jian Mei seakan hilang saat melihat murid-muridnya tersenyum senang saat ia mengajar mereka.

Apalagi masa kecil Jian Mei juga tidak terlalu menyenangkan, ia kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan, hal itu membuat ayahnya sangat membenci Jian Mei.

"Ahh...sudahlah, kenapa aku harus teringat masa lalu yang tidak menyenangkan itu, lebih baik aku melihat hal-hal yang bahagia saja." ucap Jian Mei.

Jian Mei pun membuka sebuah situs novel online, karena memang ia sangat suka membaca. Ia terus menggerakkan kursor laptop miliknya. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah novel dengan judul yang sangat menarik yaitu "Pembalasan Yuan Zi Lan".

"Judulnya sangat menarik tapi novel ini belum tamat, akan sangat menyebalkan kalau aku menjadi penasaran ditengah jalan cerita." ucap Jian Mei.

Meskipun sudah membaca dan mencari novel lain yang sudah tamat tapi entah kenapa novel dengan judul "Pembalasan Yuan Zi Lan" tadi benar-benar membuat dirinya sangat penasaran.

Pada akhirnya Jian Mei memutuskan untuk membaca novel tersebut meskipun belum tamat. Jian Mei benar-benar fokus membaca isi dari novel tersebut.

■■■■■

Awal cerita novel tersebut menceritakan tentang masa kecil Yuan Zi Lan yang hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya telah meninggal dan harta peninggalan keluarganya dibawa kabur oleh para pekerja dirumahnya, untuk bertahan hidup Zi Lan yang masih kecil terpaksa harus mencari belas kasihan dari orang lain, terkadang untuk mengisi perutnya yang kosong ia harus mencuri dari para pedagang di pasar.

Sampai suatu hari saat sedang melancarkan aksi mencurinya, Zi Lan tertangkap oleh para pedagang dan ia dipukuli oleh mereka, Zi Lan kecil hanya bisa menangis dan memohon ampun pada mereka.

"Hikss...hikss...ampun paman, bibi. Ampuni aku hikss...aku terpaksa mencuri karena sangat kelaparan...jangan menendang tubuh kecilku hikss...sangat sakit..." ucap Zi Lan dengan berderai air mata.

Sayangnya suara kecil Zi Lan tak terdengar oleh mereka, mereka terus memukul dan menendang Zi Lan sampai anak itu terluka diseluruh tubuhnya, bahkan ia juga muntah darah.

Kegiatan kejam itu dihentikan oleh seorang pendekar berwajah tampan yang amat gagah. Ia meminta para pedagang itu untuk berhenti memukuli Zi Lan.

"Apa kalian semua ini seorang pengecut ? Beraninya mengeroyok anak kecil yang tak berdosa. Sejak tadi ia berteriak mohon ampun tapi kalian tak mendengarnya dan justru semakin ingin membunuhnya." ucap pria tersebut.

Tentunya para pedagang itu tak terima dan mereka menjelaskan kalau Zi Lan sudah berkali-kali mencuri dagangan mereka, namun mereka kini sudah sangat kesal dengan perbuatan Zi Lan.

Pendekar tersebut akhirnya membayar kerugian yang diakibatkan Zi Lan pada pedagang-pedagang itu. Seperginya para pedagang, ia sangat tak tega melihat kondisi Zi Lan yang mengenaskan.

Ia terbaring lemah di atas tanah, pendekar itu akhirnya membawa Zi Lan pulang. Ia memutuskan untuk mengangkat Zi Lan menjadi muridnya.

Saat sudah dewasa Zi Lan bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Wei Lian dan mereka saling jatuh cinta, gadis itu adalah anak dari Yang Mulia Wei Meng Fan. Sayangnya dari awal Wei Meng Fan sangat tak menyukai dirinya.

Namun karena ancaman dari Wei Lian akhirnya Wei Meng Fan merestui hubungan mereka. Sayangnya lagi-lagi Wei Meng Fan membuat hati Zi Lan terluka dan semakin membenci dirinya.

Pada suatu malam kediaman Wei diserbu oleh pembunuh bayaran dan mengakibatkan Wei Meng Fan terbunuh. Sejak Kematian ayahnya kehidupan Wei Lian semakin menyedihkan.

Ia ditindas oleh ibu tiri dan adik tirinya yang juga menjadi selir dari suaminya. Wei Lian juga kehilangan putra tersayangnya karena sejak bayi ia memiliki tubuh yang lemah.

Karena rasa cemburu pada kehidupan adik tirinya itu Wei Lian membunuh putra Lu Meixi dengan suaminya. Hal itu membuat ia dihukum didalam penjara. Zi Lan sendiri tak langsung membunuh Wei Lian karena ingin gadis itu merasa tersiksa disetiap detik hidupnya.

■■■■■

Jian Mei benar-benar terbawa perasaan saat membaca novel tersebut

"Sial, kenapa novelnya belum update lagi, ceritanya jadi menggantung begini." ucap Jian Mei kesal.

Jian Mei sendiri sampai menangis karena membaca novel tersebut, bukan sedih karena perjuangan Zi Lan tetapi sedih karena nasib Wei Lian.

"Lian itu hanya membutuhkan perhatian dari Zi Lan saja, lagi pula sejak awal cinta Wei Lian sangat tulus. Hidup Lian juga tak ada bahagianya sama sekali lalu kenapa bisa dia menjadi tokoh antagonis disini ? Benar-benar penulis tak berotak." gumam Jian Mei.

Jian Mei pun mencari alamat surel milik penulis novel tersebut, setelah mendapatkannya ia mengirim pesan spam pada penulis itu.

"Maaf ya kakak penulis, aku begini karena memang cerita yang kau buat itu menguras emosiku, kenapa Wei Lian harus bernasib seperti itu, bahkan kisah hidupnya juga mirip denganku, sama-sama kehilangan orang dan hal yang dicintai." gumam Jian Mei.

Jian Mei sendiri akhirnya ketiduran karena kelelahan menangisi nasib Wei Lian dan dirinya, apalagi ia juga sangat mabuk karena alkohol yang ia minum.

Jian Mei akhirnya terbangun dengan rasa sakit di kepalanya, ia sendiri juga terkejut dengan keadaan kamar yang sangat asing baginya, bahkan ia juga tak memakai pakaiannya sendiri.

"Nyonya Wei Lian, apakah anda sudah terbangun ?." tanya seseorang dibalik pintu kamarnya.

"Wei Lian ? Aku masuk ke sebuah novel ? Atau ini cuma mimpi ?." gumam Jian Mei yang kebingungan dengan situasi saat ini

BAB 2 : Transmigrasi

Jian Mei yang baru saja terbangun terkejut dengan suasana kamar yang sangat asing baginya, bahkan ia juga tak memakai pakaiannya sendiri.

"Kenapa aku memakai pakaian yang kuno begini ?" Gumam Jian Mei

"Nyonya Wei Lian apakah anda sudah bangun ?" Ucap seseorang di balik pintu kamar.

"Wei Lian ? Apa yang dimaksud itu aku ? Aku masuk ke sebuah novel ? Atau ini cuma mimpi karena aku terbawa perasaan semalam ?" Gumam Jian Mei yang kebingungan dengan situasi saat ini.

"Saya akan masuk kedalam Nyonya." Ucap wanita dibalik pintu.

Jian Mei sendiri hanya diam mematung, ia masih bingung dengan apa yang ia alami saat ini.

Jian Mei bertanya pada wanita yang ada didepannya itu, "Kamu tadi memanggilku apa ?."

Wanita itu tentu saja bingung, namun pada akhirnya ia tetap menjawab pertanyaan tersebut, "Wei Lian." Jawabnya

Jian Mei yang mendengar itu terjatuh lemas ke lantai, ia tak menyangka akan bertransmigrasi kedalam sebuah novel yang ia baca tadi malam.

Ia memang bersedih atas nasib Wei Lian, namun ia tak menyangka kalau ia harus menjadi Wei Lian.

Akhirnya selama beberapa hari Jian Mei hanya mengurung diri didalam kamar karena ia masih syok dengan apa yang dia alami saat ini bahkan saat pelayan datang dan bertanya pada dirinya, Jian Mei hanya mengabaikan mereka.

Di malam hari yang begitu dingin Jian Mei keluar dari dalam kamarnya. Ia berjalan melewati beberapa ruangan sampai akhirnya ia berada diluar kediamannya. Ia berjalan menuju sebuah jembatan.

Ia memandangi kolam yang kini berada dibawahnya, ia melihat betapa indahnya pantulan bulan. Melihat keindahan itu membuat Jian Mei kembali terenyuh.

"Di dunia nyata ataupun disini hidupku benar-benar kesepian. Wahai dewa sebenarnya apa kesalahanku ? Mengapa sekarang aku harus menanggung kesedihan Wei Lian ? Aku memang kasihan dengan tubuh ini namun bukan berarti ingin menggantikannya." Ucap Jian Mei dengan penuh kesedihan

Saat ia menangis Jian Mei dikejutkan dengan kedatangan seorang pelayan, ia memarahi dirinya yang keluar dengan pakaian tipis padahal angin malam ini sangat dingin.

"Nyonya Lian! Kenapa anda keluar dengan pakaian tipis begini ? Apa anda ingin jatuh sakit ? Kalau memang ingin sakit jangan mengeluh saat harus meminum obat!" Omel pelayan itu Wei Lian.

Mendengar itu Jian Mei merasa sangat iri masih ada seseorang yang mengkhawatirkan Wei Lian, biarpun sekarang yang berada didalam tubuh ini adalah raga dari Jian Mei.

"Masuklah sekarang Nyonya, melihat kondisi anda yang seperti ini benar-benar membuatku bertambah sedih." Omel pelayan itu sekali lagi.

Tak ingin pelayan itu terus mengomel Jian Mei pun kembali masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat, pelayan itu juga menyelimuti tubuh Jian Mei dengan selimut.

"Cepatlah tidur Nyonya, aku akan membakar dupa yang anda sukai agar tidur Nyonya malam ini nyenyak." Kata pelayan itu

Setelah membakar dupa dan mematikan beberapa lilin pelayan itu pun pergi meninggalkan Jian Mei sendirian.

Jian Mei yang sendiri seolah sudah terbiasa dengan bau dupa tersebut akhirnya terlelap dalam tidurnya.

Dalam tidurnya ia bermimpi melihat Wei Lian sedang menangis sambil memanggil nama Wei Xu Xian yang tak lain adalah anak dari Wei Lian.

Lian menangis sambil memegang baju putranya itu dengan sangat erat.

"Anakku xian er, ibumu ini sangat merindukanmu, anakku yang malang kenapa kau harus pergi secepat ini ? Ibumu ini sangat kesepian." Ucap Wei Lian.

Kini Jian Mei melihat beberapa memori bahagia antara Lian dengan putranya.

Ia memperhatikan Wei Xu Xian yang memiliki mata berwarna keabu-abuan yang sangat indah saat dilihat, hidung yang mancung dan bibir yang tipis, wajahnya sangat menawan biarpun ia masih kecil. Sayangnya kulit Xian Er sangatlah pucat karena daya tahan tubuhnya sangatlah lemah.

Jian Mei berjalan mendekati Lian yang sedang menemani putranya bermain. Hingga kini tersisa beberapa langkah lagi jarak diantara mereka.

Tiba-tiba saja Wei Lian menoleh ke arah Jian Mei, mata mereka kini saling bertatapan. Wajah Wei Lian yang tadinya cerah kini menjadi sangat suram, kini bahkan ia melihat Wei Lian menangis darah.

"Arghhhh....putraku Xian Er." Ucap Wei Lian berkali-kali.

Jian Mei akhirnya terbangun dari tidurnya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, matanya pun juga sembap karena ia menangis dalam tidurnya.

Jian Mei bergidik ngeri dengan mimpinya barusan, seingatnya adegan Wei Lian menangis darah dan menyebut nama putranya itu tak ada didalam novel.

"Apa adegan tadi itu bakal terjadi di episode berikutnya ?." Gumam Jian Mei

Jian Mei terus memikirkan mimpinya tadi, kalau memang mimpi tadi adalah salah satu adegan novel yang belum di upload ia benar-benar tak habis pikir dengan penulis novel ini.

"Apa dia tak membaca surel yang telah kukirim ? Bagaimana bisa dia setega itu pada Wei Lian. Tokoh protagonis di novel Pembalasan Yuan Zi Lan seharusnya adalah Wei Lian, dia adalah korban disini!" Ucap Jian Mei yang sangat marah.

"Baiklah kalau memang maumu untuk membuat Wei Lian mati sia-sia maka aku akan menghalanginya wahai novelis. Aku akan membuat Wei Lian terus hidup!" Kata Jian Mei.

Jian Mei pun mengambil sebuah kertas, kuas dan tinta untuk menulis beberapa informasi dan kejadian yang ia ingat di novel Pembalasan Yuan Zi Lan.

Meskipun tak terlalu banyak karena memang novelnya belum tamat tetap saja membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menulis karena Jian Mei yang sudah lupa dengan beberapa alur cerita.

Jian Mei baru menyelesaikan tulisannya ketika matahari sudah terbit.

"Nyonya apa anda sudah bangun ? Aku akan masuk kedalam kamar." Ucap pelayan didepan pintu.

Jian Mei sendiri sudah tau kalau itu pasti pelayan yang suka memarahi dirinya. Akhirnya pelayan itu pun masuk. Dan benar saja ia langsung mengomel begitu melihat Wei Lian.

"Kenapa kamar ini sangat berantakan ? Apa anda tak tidur lagi semalam ? Lihatlah kantung mata anda yang menghitam itu!" Ucap pelayan itu dengan kesal.

"Apa kau Liuli ?" Tanya Jian Mei yang merasuki tubuh Wei Lian

Pelayan itu langsung tersenyum namun tak lama senyuman itu hilang dari bibirnya.

"Apa anda tau kalau sekarang aku sangat bahagia Nyonya ? Setelah sekian lama anda membisu namun kenapa anda bertanya seperti itu ? Apa anda benar-benar melupakanku ?" Jawabnya dengan isak tangis.

Jian Mei akhirnya tau kalau pelayan itu memanglah Liuli, dia adalah pelayan setia Wei Lian.

Liuli juga sering mendapat siksaan karena kesetiannya pada Wei Lian. Bahkan ketika Wei Lian sudah mulai dianggap gila oleh semua orang ia sama sekali tak meninggalkan Wei Lian.

Bahkan setiap harinya ia akan berlutut memohon agar Wei Lian dibebaskan dari penjara yang menyiksanya.

BAB 3 : Pesta

Dengan telaten Liuli membasuh tubuh Wei Lian dengan rendaman air yang sudah dicampur dengan bunga dan beberapa wewangian.

"Inilah yang kusuka setelah masuk di dunia ini, selalu ada pelayan yang menyiapkan segala keperluanku." Batin Jian Mei

Tak ingin terlalu terlarut dalam kenyamanan ini Jian Mei pun bertanya pada Liuli.

"Sekarang hari apa dan tahun berapa ?" Tanya Jian Mei

Liuli memandang Wei Lian dengan perasaan iba, ia tak menyangka kalau Nyonya yang ia layani ini akan kehilangan beberapa ingatannya karena kesedihan yang berlarut-larut.

"Sekarang adalah hari selasa tahun 208613 Nyonya. 1 bulan lagi akan memasuki musim dingin Nyonya." Jawab Liuli

Wei Lian terdiam mendengar jawaban itu, seingatnya tahun ini adalah tahun kematian putranya.

"Kalau begitu dimana Xian Er sekarang?." tanya Wei Lian dengan penuh semangat

Mendengar pertanyaan Nyonya nya itu Liuli hanya bisa menunduk, ia bingung harus menjawab bagaimana lagi. Namun Wei Lian terus mendesak dirinya untuk menjawab pertanyaan dirinya.

"Nyonya, Tuan Muda Xian Er sudah meninggal 2 bulan lalu. Ampuni aku Nyonya, aku tau kalau anda tak suka membicarakan hal itu." ucap Liuli sambil bersujud dihadapan Wei Lian.

Perasaannya begitu sesak setelah mendengar jawaban dari Liuli, ternyata baru 2 bulan sejak kematian Wei Xu Xian, pantas saja tubuh Wei Lian sering tiba-tiba bergetar hebat begitu ia memikirkan Wei Xu Xian.

Namun Jian Mei sedikit bersyukur setidaknya ia masuk ke novel ini sebelum Wei Lian dipenjara.

"Bangunlah Liuli, aku sendiri yang memaksamu untuk menjawab jadi tak perlu merasa bersalah begitu." Ucapku menenangkannya.

Liuli akhirnya mengangkat kepalanya dan ia segera membantu Wei Lian untuk berpakaian.

"Aku akan mendandani Nyonya dengan sangat cantik." Ucap Liuli dengan bersemangat.

"Sudahlah, jangan berlebihan mendandaniku, lagipula tak ada juga tamu yang ingin bertemu denganku." ucap Wei Lian.

Mendengar itu Liuli kembali mengomel, ia tetap bersikeras mendandani Wei Lian dengan sangat cantik, karena hari ini Istana Wei akan kedatangan tamu penting.

"Nyonya adalah pemilik sesungguhnya dari Istana Wei ini tapi malah Lu Meixi yang selalu menyambut mereka sejak menikah dengan Tuan Zi Lan." Gerutu Liuli

"Hari ini banyak sekali pendekar tangguh dari dunia persilatan akan datang, kalau sampai anda tidak muncul nantinya Lu Meixi akan semakin semena-mena, setidaknya tunjukkan wajah anda pada mereka walaupun hanya beberapa menit." Ucap Liuli lagi.

Akhirnya Wei Lian mengiyakan permintaan Liuli untuk menyambut kedatangan tamu. Liuli sendiri sangat kegirangan mendengar itu, sejak kematian putranya, Wei Lian memang tak pernah keluar dari dalam kediamannya ini.

"Sekarang berapa usia putra Lu Meixi ?" Tanya Wei Lian

"Astaga Nyonya benar-benar lupa ya ? Hari ini Tuan muda Yuan Zi Yu sekarang berusia 3 tahun Nyonya. Kenapa anda tiba-tiba bertanya soal dia ?" Tanya Liuli balik

"Tak ada apa-apa, hanya penasaran saja karena kurasa Zi Lan terus bersama Lu Meixi karena ada anak itu." Jawab Wei Lian.

Tiba-tiba saja Jian Mei berpikir mungkin saja jika Wei Lian tidak berlarut-larut dengan kesedihannya Zi Lan akan peduli pada dirinya.

Jian Mei juga baru menyadari kalau tubuh Wei Lian benar-benar tak terawat dengan baik, bukan karena Liuli yang tak mengurusnya dengan benar. Namun karena Wei Lian yang tak peduli pada dirinya sendiri.

"Baiklah, mulai hari ini aku akan merawat tubuh ini dengan baik dan membuat Zi Lan kembali kedalam pelukanku. Kau pasti juga akan bahagia kan Wei Lian ?" Ucap Jian Mei dalam pikirannya sendiri.

Aula Tamu Istana Wei

"Bukankah dia Tuan Muda Kedua Xu Ye Han ?"

"Itu memang Xu Ye Han."

"Aku tak tahu kalau dia juga akan ikut berkunjung ke Istana Wei." Gemuruh semua orang saat melihat masuknya rombongan dari Sekte Xu.

"Dia memang dewa keabadian surgawi." Ucap seorang wanita saat orang yang mereka sebut Xu Ye Han itu melewati dirinya.

Ye Han hanya melirik dan tersenyum saat mendengar ucapan wanita itu.

"Selamat datang di Istana Wei kami kedua Tuan Muda Xu." Ucap Yuan Zi Lan dengan sangat ramah.

Hari ini Yuan Zi Lan memang mengundang beberapa sekte aliran bela diri terdekat untuk merayakan hari ulang tahun putranya dengan Lu Meixi.

Setelah semua tamu datang di aula, Yuan Zi Lan mengucapkan terima kasih pada mereka.

"Terima kasih atas kehadiran kalian semua disini untuk merayakan hari ulang tahun putraku Yuan Zi Yu. Kuharap anda semua akan menikmati hidangan dan hiburan yang akan kami persembahkan sebentar lagi." Ucap Yuan Zi Lan.

Saat hiburan pertama akan dimulai tiba-tiba saja suara drum di luar dibunyikan dengan sangat keras.

"Yang Mulia Wei Lian memasuki aula." Teriak pengawal diluar.

Kedatangan Wei Lian sendiri membuat terkejut banyak orang, bahkan Zi Lan sendiri juga ikut terkejut. Ia tak menyangka istri pertamanya itu akan keluar dari kediamannya.

"Tak kusangka ia akan muncul di acara bahagia ini." Ucap Zi Lan

Wei Lian POV

Begitu aku tiba semua tamu yang hadir berdiri dan memberi salam padaku. Aku pun juga membungkuk untuk membalas salam dari mereka sebagai bentuk kesopanan.

Kulangkahkan kaki ku mendekati Zi Lan, dapat kulihat kalau ia cukup terkejut dengan kedatanganku. Wajah Lu Meixi pun juga seperti menahan amarah, karena kedatanganku maka dia harus pergi dari sisi Zi Lan agar aku sebagai istri pertama dan pemilik istana ini bisa duduk disitu.

■■■■■■■

"Kau tau Kak kalau tadi aku merasa Wei Lian yang digosipkan sangat cantik itu hanya omong kosong. Ternyata aku salah mengira wanita tadi adalah Wei Lian." bisik Ye Han pada kakaknya itu.

"Hust! Jaga mulutmu itu adikku, Nyonya Meixi bisa saja merasa terhina kalau ia mendengarnya." ucap Tuan Muda Pertama Xu pada adiknya itu.

Xu Yu Hen terus memperhatikan Wei Lian dengan kedua matanya yang tajam.

"Matanya, bibir dan hidungnya sangat indah, kulitnya juga seputih salju. Benar-benar gossip yang tidak dilebih-lebihkan." gumam Ye Han

Di sisi lain, Wei Lian dapat melihat dan mendengar bahwa para tamu membicarakan soal kemunculannya setelah sekian lama.

"Lihatlah wajah sombongnya itu."

"Bukankah dia itu gila ? Kenapa dia berada disini ?"

"Kudengar kemampuan bela dirinya sangat buruk."

Lu Meixi tiba-tiba saja menyuguhkan sebuah teh pada Wei Lian, "Kak bukankah aku tak mengundangmu, mengapa kau datang kesini ? Apa kau tak malu datang ke pesta orang ?"

Tiba-tiba saja Wei Lian berdiri dan mengatakan sesuatu, "Istana Wei ini adalah milikku, mengapa aku harus butuh ijinmu ? Ini juga kewajibanku sebagai tuan rumah untuk memberi salam pada para tamu yang hadir."

Lu Meixi pun berusaha mendebat Wei Lian, "Seharusnya yang menjadi bintang hari ini adalah aku dan putraku tapi kau malah menghancurkan semuanya."

"Jadi kau mengakui bukan kalau aku lebih bersinar daripada dirimu ?" Tanya Wei Lian

Lu Meixi hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Wei Lian, apalagi ada beberapa tamu yang menahan tawa, sedang Wei Lian sendiri langsung berpamitan pergi meninggalkan aula acara karena rasa sesak di dadanya.

"Ini bukan perasaan milikku tapi milik Wei Lian." gumam Jian Mei.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!