NovelToon NovelToon

Let Me Love You

Bab 1.

Andin tergesa-gesa berangkat menuju restoran. Hari ini adalah giliran kerja malam untuknya.Biasanya menjelang sore, restoran pasti ramai. Letaknya yang strategis di pusat kota dan tempatnya yang nyaman untuk nongkrong, menjadikan nya tempat makan favorit.

Selain itu, restoran tempat Andin bekerja sering didatangi oleh kelompok mafia dan

para ketua geng.

Seperti malam ini, mereka sedang berpesta antar dua kelompok. Mulanya semua berjalan baik-baik saja. Namun salah satu anggota memicu keributan. Kedua kelompok itu kemudian keluar dan baku hantam di jalanan.

Pemandangan seperti ini sudah kerap kali terjadi, jadi Andin tidak heran dan takut lagi.

"Mereka bertengkar lagi paman??".

"Seperti biasa Din,,, ayo cepat kau bereskan

kekacauan ini".

"Baik paman".

Andin lalu memunguti gelas dan piring yang berserakan di meja dan di bar. Dia kemudian membersihkan tempat yang dipenuhi pecahan gelas. Biasanya setelah kejadian sepeti ini, salah satu anggota geng akan

memberi ganti rugi kepada paman pemilik restoran.

"Kurang ajar,, berani sekali mereka meremehkan mu".

"Kalau kakak mu sampai tahu, habis semua anggota mereka".

"Hei paman,,, kemari bawa kotak obat kesini".

"Andin,,tinggalkan itu dan layani tuan muda disana".

"Dia baru saja pulang dari luar negeri, dia adiknya kakak Jon".

"Baik paman".

Andin kemudian mendatangi meja tempat duduk kedua anggota tersebut. Tangannya terluka parah di telapak dan juga lengan nya.

Kemejanya bahkan sudah berubah warna menjadi merah darah.

"Kenapa tidak di bawa ke rumah sakit saja, lukanya harus dijahit".

Pemuda itu menatap Andin sesaat, kemudian berbicara padanya.

"Kau bisa melakukannya untuk ku??".

"Tapi disini tak ada obat bius dan jarum yang steril, aku takut kau akan kesakitan".

"Aku tak butuh obat bius,, jahit tangan ku sekarang juga".

"Apa kau yakin???".

"Lakukan.....!!!!!! sekarang.....!!!!".

Andin diam dan menyiapkan peralatan seadanya untuk menjahit luka di tangannya.

Dia membuka alkohol dan ditaruh di dalam baskom. Dia lalu membakar jarum yang akan digunakan untuk menjahit.

Andin memandangi wajah pemuda itu, tak sedikitpun rasa sakit nampak di wajahnya.

Dia tetap tenang dan tak bereaksi sama sekali.

Pemuda itu adalah Bramantyo. Dia adik dari ketua geng yang terkuat di kota ini. Dia baru pulang dari Amerika untuk bersekolah. Siapa sangka di kemunculannya yang pertama dia justru dijadikan bulan-bulanan oleh anggota geng yang lain.

Dan akhirnya dia berada di sini. Tangannya dijahit karena lemparan botol dan menghantam kaca mobil dari kelompok kakak

Sam. Mereka mengira Bram hanya pemuda biasa yang akan merebut daerah kekuasaan

di tempat ini.

"Aku sudah menghubungi kakak Jon".

"Dia akan segera kesini bang".

"Kak Jon meminta Abang ke rumah sakit".

"Tak perlu,, sebentar lagi selesai".

"Berikan uang pada gadis ini dan antar aku ke apartemen".

"Lain kali kita buat perhitungan pada mereka".

"Selesai,,,tapi kau tidak boleh banyak bergerak".

"Kalau tidak lukamu tidak akan kering".

"Terima kasih,, aku pergi dulu".

Setelah Bram pergi, Andin membersihkan noda darah dimeja dan memungut uang yang

diberikan oleh lelaki itu.

"Kau sangat pintar Andin,, tak salah paman mempekerjakan mu disini".

"Kasihan sekali dia, kepulangan nya justru disambut dengan luka".

"Iya paman,,, mereka tak kan pernah berubah".

"Tega menyakiti orang hanya demi uang".

Andin kembali meneruskan pekerjaan nya di restoran tersebut. Sudah bertahun-tahun Andin bekerja di sana, jadi dia sudah hafal dengan luka, darah dan kematian. Tak jarang dia pun kadang jadi korban perkelahian diantara geng-geng di sana.

"Paman,, aku belum melihat Andin,, dia sakit hari ini??".

"Dia ada di dalam Toni,, kau mau minum apa?".

"Biar Andin yang melayani ku".

Paman Burhan pemilik restoran ini sudah menganggap Andin sebagai putrinya sendiri.

Andin sangat rajin dan cekatan. Dia juga bukan gadis penakut. Makanya paman cocok sekali dengan Andin.

Pernah suatu ketika Andin terkena lemparan botol dari pelanggan yang mabuk, tapi dia tetap bertahan dan mengusir pemabuk yang membuat onar tersebut, barulah dia mengobati luka di kepalanya.

Jadi kalau hanya tentang pemabuk dan perkelahian, sudah menjadi hal biasa baginya.

"Andin,, Toni menunggumu di depan, ambilkan dia minum".

"Iya paman".

Andin menghampiri meja Toni. Dia bertanya minuman yang ingin dipesannya. Melihat Andin, Toni langsung memegang tangan Andin dan menariknya ke dalam pangkuan Toni.

"Lepaskan aku,, katakan kau pesan apa??".

"Aku ingin memesan mu, bolehkah??".

"Hmmm....langkah i dulu mayat ku baru kau bisa membawaku pergi dari sini".

"Jangan sok jual mahal Andin".

"Ok,,, kalau kau tak ingin pesan, aku pergi".

"Pekerjaan ku masih banyak di dalam".

"Baiklah....aku pesan bir, tapi kau temani aku minum.....oke??".

"Ini pesanan mu, dan minum sendiri, sekarang bukan waktuku untuk bersantai".

"Aku akan membayar gaji mu pada paman, asal kau mau duduk sebentar disini".

"Toni,, jangan ganggu Andin, biarkan dia bekerja".

"Hmmm...dasar pak tua, mengganggu kesenangan orang saja".

Andin meletakkan botol bir dan gelas di meja.

Sesudah itu dia kembali menyelesaikan masakan nya di dalam.

Toni masih saja berharap Andin yang menemani nya minum. Dia mencari-cari wajah gadis pujaan nya itu.

Bramantyo tiba di apartemennya. Baru sekarang dia merasakan nyeri di lengan nya.

"Rico,, tolong kau belikan obat anti nyeri, dan bilang pada kakak ku kalau aku sudah di apartemen".

"Baik boss,, siap meluncur".

Bram terpaksa harus menahan nyeri dan sakit

Dia tidak mau berurusan dengan polisi dan rumah sakit. Apalagi, kelompok kakaknya pasti sudah membalas dendam atas hal ini.

Rico kembali dengan membawa makanan dan obat untuk Bram. Dia segera melayani tuan nya tersebut.

"Besok pagi, bawa gadis itu kemari".

"Aku ingin dia menggantikan perban dan membersihkan lenganku".

"Baik boss".

Rico segera keluar dari kamar dan menunggu di ruang depan. Dia menghubungi kakak Jon dan melaporkan keadaan adiknya. Kakak Jon memerintah kan nya untuk menjaga Bram di apartemen.

"Kalian sudah membuat celaka adik ku".

"Rasakan pembalasan yang ku kirim untuk kalian".

Kelompok geng kakak Sam dibuat babak belur oleh anak buah kak Jon. Dia membalaskan dendam untuk luka adiknya

pagi tadi.Anak buah kak Sam melarikan diri.

Salah satunya bersembunyi di restoran paman Burhan.

"Toni,,, cepat masuk, anak buah kak Jon sedang mencari kita".

"Apa,,, sialan!!".

Toni dan temannya tadi segera menuju dapur milik paman Burhan. Andin yang melihat mereka sampai geleng-geleng kepala.

"Keluarlah Din, katakan kau tak melihat kami dari tadi".

"Cepat bereskan minuman yang di atas meja".

"Salah kalian sendiri,,, berkelahi tidak ada habisnya".

"Jadi malah aku yang dibuat repot".

"Jangan banyak bicara,, cepat kerjakan".

Buru-buru Andin mengambil gelas bekas Toni dan menyembunyikan di belakang. Ketika rombongan kak Jon sampai, mereka mencari ke restoran dan tak menemukan satu orang pun di sana. Mereka lantas pergi meninggalkan restoran.

...****************...

Bab 2.

Setelah rombongan geng kak Jon pergi, Toni dan teman nya keluar dari tempat persembunyian nya. Mereka melanjutkan minum sambil sesekali menggoda Andin.

Paman Burhan memperingatkan Toni agar menjauhi Andin. Dia tak ingin gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya itu menerima perlakuan yang tidak pantas.

"Kau tenang saja paman, kalau Andin bersedia, sekarang juga aku mau menikahinya".

"Bagaimana Andin,, kau setuju??".

"Kau sudah mabuk Toni, sebaiknya kau pulang".

"Jangan sampai rombongan kak Jon menemukan mu dalam keadaan seperti ini".

Andin menyuruh teman Toni untuk membawa

temannya tersebut pulang ke apartemen nya.

Selama ini memang semua orang sudah tahu kalau, Toni menaruh hati pada Andin. Tapi

Andin tak pernah sekalipun menanggapinya.

Sampai larut malam, Andin baru menutup restoran nya. Dia bersiap-siap untuk pulang ke kost nya..Paman Burhan mengantarnya sampai depan gang. Untungnya Andin

mendapat tempat kost yang dekat dengan

restoran paman Burhan, jadi tak perlu susah pulang bila kemalaman bekerja.

Andin masuk ke rumah kost nya. Tanpa disadarinya, dari tadi ada sepasang mata yang mengawasi tingkah laku Andin tersebut.

Setelah memastikan itu tempat tinggal Andin, lelaki itu meninggalkan tempat persembunyian nya.

Pagi-pagi sekali Andin sudah terbangun. Suara ribut ketukan di pintu membuatnya jadi terganggu. Dengan malas dia bangun dan berjalan ke depan untuk membuka pintu.

"Hei,,,bertamu juga ada waktunya,,, kau tak tahu aku lembur semalam".

Belum selesai Andin protes, pria itu sudah lebih dulu membekap mulutnya dan mengangkatnya ke dalam mobil. Mereka membawa Andin pergi, menjauh dar rumahnya.

"Hei......siapa kalian, kenapa membawaku seperti ini??".

"Kau diam saja, jangan banyak bicara, atau kami tak segan-segan padamu".

"Tapi katakan aku salah apa??".

"Biar boss kami nanti yang mengatakannya padamu".

Andin terdiam. Mau tak mau dia harus menuruti kata-kata mereka. Sampai di basemen, Andin dibawa ke atas menuju apartemen. Mereka berhenti di depan pintu apartemen mewah, lalu melapor pada pemiliknya.

"Kami sudah membawa gadis ini boss".

"Suruh dia masuk, dan kalian boleh pergi".

Kedua laki--laki yang membawa Andin tersebut lantas membuka pintu apartemen.

Andin disuruh masuk ke dalam dan pintu ditutup kembali. Rupanya kedua orang itu adalah pengawal dari pemilik apartemen mewah ini.

Andin masuk ke dalam ruang tamu yang masih gelap. Seketika lampu ruangan dinyalakan dan pria itu muncul di hadapan Andin.

"Bukan nya kau yang.........".

"Ini peralatan mu, bersihkan lukaku dan ganti perban nya sekarang !!!".

Andin menangkap kotak obat yang dilemparkan ke arahnya. Pria itu duduk dan

meletakkan lengan nya di atas bantal.

Andin mendekatinya dan duduk di depan nya.

Dia membuka kotak obat dan mengambil alkohol. Perban yang menutupi lengan dibukanya perlahan.

"Tunggu......ambilkan bir di dalam kulkas untuk ku".

"Cepat...!!!!".

Andin kaget dan buru-buru mengambil bir untuk diminumnya.

"Seharusnya kau ke rumah sakit, mereka lebih profesional untuk urusan seperti ini".

"Jangan banyak bicara, aku tak mau orang lain menyentuhku".

"Cepat lakukan....!!".

Dengan hati-hati Andin membersihkan luka di lengan Bram. Sesekali dia meniup luka tersebut, berharap Bram tidak kesakitan. Bram memandangi ekspresi wajah dari Andin.

Dia menelusuri wajah cantik Andin yang ekspresinya berubah-ubah. Raut wajahnya yang cantik dan mempesona serta matanya yang tajam namun memikat. Bram bahkan tak berkedip sama sekali ketika menatap Andin.

"Selesai........".

"Lukamu sudah hampir kering,,sebentar lagi pasti sembuh".

Bram tak mendengarkan perkataan Andin. Dia justru memegang pipinya dengan tangan yang lain. Wajahnya semakin mendekat ke arah wajah Andin. Bram mengusap lembut bibirnya, dan kemudian menciumnya.Bram ******* bibir Andin dan membasahinya.

Andin terkejut mendapat ciuman yang tiba-tiba. Namun entah terbawa suasana, atau karena lembutnya ciuman dari Bram, Andin terlihat menikmati gerakan spontan dari Bram

tersebut.

Bram melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Andin yang masih basah. Mereka berdua sama-sama kehabisan nafas menikmati ciuman spontan tadi.

"Maaf, mungkin karena pengaruh bir ini, aku jadi bersikap kurang ajar padamu".

"Itu......aku akan bereskan kotak ini dulu".

Muka Andin tampak merah merona. Dia merasa malu dengan kejadian barusan.

Buru-buru dia pergi ke belakang untuk mengatur degup jantungnya yang masih berdebar-debar.

"Aku harus pergi,,masih ada sedikit waktu untuk meneruskan tidurku sebelum ke restoran paman Burhan".

"Ambil uang itu dan libur lah hari ini".

"Jangan,,,aku bukan perawat, tak pantas rasanya kalau aku mengambil upah.

"Ambil.....atau kau mau melawan perintahku??".

Buru-buru Andin mengambil uang yang ada di atas meja. Kemudian dia segera melangkah ke arah pintu.Andin keluar dari apartemen, dan pengawal Bram sudah menunggu di depan untuk mengantarnya pulang.

Sampai di rumah, Andin kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bayangan tentang ciuman tadi terus saja ada di pikiran nya.

"Jangan bermimpi Andin,, kau ini siapa??".

"Itu hanya karena pengaruh alkohol".

"Tapi itu tadi ciuman pertamaku"

"Kenapa justru bukan dengan dia???".

Andin masih saja berperang dengan kata hatinya. Siapa sangka ciuman pertamanya diambil begitu saja.

Di atas kasur, perut Andin berbunyi keras. Rupanya dia belum sarapan dan ini hampir makan siang. Di rumahnya hanya ada mie instan. Kali ini terpaksa Andin memasak seadanya. Lagipula sebentar lagi giliran nya

masuk kerja.

Dia bergegas mandi dan berpakaian setelah selesai makan. Uang pemberian dari Bram disimpannya di dalam laci. Dengan berjalan kaki, dia berangkat menuju restoran paman Burhan.

Sampai di sana, Toni sudah menunggunya.

Melihat Andin, dia langsung menghampirinya.

"Ini dia kesayangan ku,, kali ini kau sedikit terlambat".

"Minggir Toni, aku harus bekerja".

"Temani aku minum dulu, sayang!!!"

"Toni, lepaskan aku, atau paman Burhan yang akan memukulmu".

Bukannya melepaskan Andin, Toni malah merangkul pundaknya dan mengajaknya duduk di meja. Dia memaksa Andin untuk melayani minuman nya.

"Toni,, jangan mengganggu Andin terus, lepaskan dia".

"Baik paman,,tak masalah".

Kali ini paman Burhan menyelamatkan nya lagi. Andin memukul kepala Toni dengan tas yang dibawanya. Toni bukanya marah, tapi malah tertawa sangat keras.

"Aku suka kalau melihatmu marah seperti itu".

"Kau semakin tambah cantik".

"Kurasa aku sudah tergila-gila padamu".

Andin terus saja berjalan cepat meninggalkan meja Toni. Dia lalu segera membersihkan restoran dan menyiapkan pesanan pelanggan.

Tanpa ada yang tahu, rupanya gerak-gerik Andin dan Toni sudah diawasi oleh seseorang. Dia menelpon Bram untuk melaporkan semua kejadian di restoran.

Tangan Bram terkepal menahan amarah. Dia geram dengan kelakuan Toni. Sayang, tangan nya masih terluka, jadi dia hanya menyuruhnya tetap mengawasi Toni.

Tak berapa lama, restoran Andin kedatangan anggota geng baru. Mereka berpesta merayakan ulang tahun boss nya. Minuman dan makanan dipesan semua, sampai Andin kewalahan melayani nya.

Sampai larut malam, Andin baru bisa pulang ke kost nya. Dia kelihatan capek sekali. Sampai di rumah, dia langsung tertidur.

...****************...

Bab 3.

Pagi hari yang sama. Pengawal Bram membawanya ke apartemen untuk membersihkan luka dan mengganti perban.

Ada pemandangan berbeda pagi ini di apartemen Bram. Andin melihat banyak sekali makanan yang terhidang di meja makan. Andin mendekati tempat duduk Bram dengan kotak obat di tangan nya.

"Apa kau makan sebanyak itu setiap hari??".

"Jangan banyak bertanya, cepat kerjakan tugasmu".

Dengan cekatan, Andin melepas perban dan membersihkan luka di tangannya. Setelah itu, dia memasang kan perban yang baru di luka kaitannya.

"Lukanya sudah kering,, mungkin besok pagi kau tinggal memotong benangnya saja".

"Tidak akan terasa sakit karena kulitnya sudah menutup sempurna".

Andin berdiri dan hendak keluar dari apartemen, sebelum tangan Bram menahan telapak tangan Nisa.

"Habiskan makanan itu, baru kau boleh pulang".

"Aku,,,, sebanyak ini????".

"Kau jangan bercanda, perutku tidak akan sanggup menampung nya".

"Ya,, karena perutmu penuh dengan mie instan".

Andin tersipu malu. Dia kemudian kembali duduk di meja makan.Atau kalau tidak, dia akan lebih lama lagi berada di sini.

Andin sudah ingin memulai makan, ketika dilihatnya Bram hanya duduk diam di sofa. Dia menarik tangannya untuk bergabung dengan Andin di meja makan.

"Kau juga harus makan yang banyak,, kulihat badanmu juga kurus kering".

"Sembarangan saja kau bicara,, cepat makan!".

Andin mengambil kan makanan untuk Bram.

Melihat tangan nya kesulitan, Andin kemudian menyuapi nya. Setelah selesai dia lalu makan sendiri.

"Lain kali jangan makan mie instan lagi".

"Kau lihat badanmu kurus kering seperti itu".

"Hei......dari mana kau tahu aku makan mie instan tiap hari??".

"Dasar konyol !!!".

Andin meninggalkan apartemen Bram diantar oleh pengawalnya. Setibanya di tempat kost, Toni sudah menunggu di depan rumah.

"Kau darimana sepagi ini, dan bukankah dia anak buah kak Jon".

"Aku bekerja sambilan, jadi perawat orang kaya".

"Kau sendiri, mau apa kemari???".

"Aku membelikan sarapan untukmu".

"Untuk mu saja, aku sudah makan tadi??".

"Kau benar-benar tidak menghargai ku, setidaknya persilahkan aku masuk".

"Aku ngantuk,,, mau lanjut tidur sebelum berangkat kerja".

"Dah Toni.....sampai jumpa lagi nanti".

"Andin,,, kau benar-benar.....!!".

Toni sangat jengkel melihat Andin menutup pintu rumahnya. Sarapan yang dibelinya pun masih utuh. Dia malah penasaran, karena Andin pulang diantar pengawal kak Jon. Toni

berpikir, apa mungkin Andin punya hubungan dengan boss besar itu.

Tangan Toni terkepal, kekesalan nya makin menjadi. Andin wanita yang dicintainya. Jadi tak mungkin Anton melepaskan nya begitu saja.

Andin melihat dari balik jendela. Memastikan kalau Toni sudah pergi dari rumahnya. Kemudian dia membersihkan rumahnya yang berantakan.Selesai itu, dia mandi dan bersiap berangkat kerja.

Baru separuh perjalanan dari rumahnya, Andin melihat perkelahian antar kelompok di jalanan lagi.Dia bingung mesti bagaimana. Mau terus, takut terkena sasaran, tapi kalau berbalik, kasihan pada paman Burhan.

"Ayo ikut aku".

Nisa terkejut karena tiba-tiba tangan nya ditarik menuju ke arah restoran paman Burhan. Nisa menoleh, dan dilihatnya Bram membawanya mendekati kerumunan orang.

Dia melindungi Andin dan langsung membawa masuk menuju restoran.

"Lain kali jangan ceroboh,,,kau bisa saja terluka".

"Tangan mu kan belum sembuh, kenapa kau pergi keluar?".

"Bukan urusan mu".

Bram segera berlalu meninggalkan restoran paman Burhan. Andin masih memperhatikan

Bram yang bergabung dengan kelompok kakaknya di jalanan.

"Kau lihat saja nanti, aku nggak bakal mau merawat lukamu lagi".

"Kau bilang bukan urusanku ,,,,baiklah aku paham sekarang".

Andin masih mengomel di depan pintu. Dia kesal dengan perkataan dari Bram tadi. Dia

tak sadar kalau paman Burhan sudah berdiri di sampingnya.

"Kau kesal dengan siapa???".

"Orang gila paman".

"Aku ke dalam dulu, daripada disini ikut gila".

Paman Burhan Lalu berdiri di dekat pintu. Pemandangan seperti ini sudah setiap hari dia saksikan. Masing-masing kelompok saling baku hantam setiap malam. Entah berebut lahan atau daerah kekuasaan.

Kali ini Toni terkena lemparan benda tajam. Kepalanya bersimbah darah. Dia masuk ke restoran paman Burhan.

"Hei...lekas kemari,, bawa Toni ke rumah sakit".

"Jangan paman, aku baik-baik saja".

Andin keluar dan melihat keadaan Toni. Dia lantas membawanya ke sofa.

"Luka mu parah, kau harus dibawa ke rumah sakit".

"Aku akan menelpon temanmu, biar dia membawamu sekarang juga".

"Temani aku ke sana,, kumohon".

"Tidak bisa Toni,, kasihan paman Burhan, apalagi di luar sedang rusuh".

"Itu mereka sudah datang,,, jangan cerewet dan cepat ke rumah sakit sekarang".

"Kalau beruntung kau bisa langsung pulang".

"Kabari aku nanti".

Teman-teman Toni menggotongnya ke dalam mobil. Lukanya harus dibersihkan dan dijahit.

Kalau cuma dibiarkan akan berakibat fatal.

Setelah memenangkan pertarungan, kelompok kakak Jon merayakan kemenangan di restoran paman Burhan. Mereka memesan banyak minuman dan makanan. Disana juga ada gadis-gadis penghibur.

Andin melayani mereka dengan cekatan. Semua pesanan ditaruh diatas meja. Andin

melihat Bram juga ada di sana. Dia duduk di pojokan terpisah dengan yang lain.

"Kau ingin pesan sesuatu?".

"Berikan aku minuman terbaik disini".

"Baik, tunggu sebentar".

Andin mengambilkan minuman dan juga makanan, dan menaruhnya di atas meja Bram. Tak berapa lama, seorang gadis menghampiri mejanya. Dia terlihat sedang asyik mengobrol dengan Bram. Sesekali gadis itu menuangkan minuman ke gelas Bram.

"Ayo Bram, minum lagi, malam ini kita berpesta".

"Pulanglah,, kau sudah mabuk".

"Aku masih ingin menemanimu di sini".

"Atau kita kembali ke apartemen mu saja".

Bram tidak mendengarkan perkataan gadis itu, dia memanggil pengawalnya untuk mendekat.

"Antar dia pulang, dan pastikan dia masuk ke rumahnya".

"Baik kakak".

Wanita itu meronta-ronta tak mau pergi dari sisi Bram. Dia sudah sangat mabuk. Namun tak ingin pergi dari restoran.

Andin memperhatikan semuanya. Wanita itu sangat cantik dan terlihat serasi bersanding dengan Bram.

"Andin,, jangan menghayal terlalu tinggi, kau bukan siapa-siapa baginya".

"Cuma karena satu ciuman, bukan berarti dia jatuh cinta padamu".

"Ayo sadar Andin!!!".

Andin memukul-mukul kepalanya. Dia terlalu tinggi berharap, mengira kalau Bram mencintai nya. Rupanya dia salah menduga, Bram ternyata sudah punya kekasih.

"Ada apa dengan kepalamu,, kau sakit??".

"Tidak paman,, aku tidak apa-apa".

"Bereskan meja depan itu dan kau boleh pulang".

Andin membereskan meja dari gelas-gelas yang berserakan. Dia merapikan semuanya.

Setelah nya dia bersihkan bagian belakang restoran.

Bram masih duduk di mejanya. Teman-temannya sudah pergi dari tadi. Dia memperhatikan Andin membereskan pekerjaan nya. Andin sengaja tidak menegurnya karena masih kesal dengan perkataan Bram tadi.

"Aku pulang dulu paman".

"Hati-hati, ini sudah malam".

"Ya, paman!!".

Andin keluar dari restoran paman Burhan. Di jalan masih banyak anak muda yang berlalu-lalang. Sebagian masih bergerombol membentuk kelompok.

Andin berjalan dengan cepat. Tapi badan nya bersenggolan dengan pemuda mabuk. Pemuda itu marah dan memaki Andin.Saat dia hendak memukul Andin, sebuah tangan menahannya dan mendorongnya ke belakang.

"Pergi sekarang.....!!!".

"Maaf kak....".

Nisa menoleh dan melihat Bram berdiri di

di belakangnya. Raut wajahnya terlihat sangat marah. Pemuda itu lari ketakutan.

...****************...

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!