Disebuah desa kecil,tinggallah seorang gadis yang menjadi kembang desa itu.Hanna Anindya gadis cantik yang lugu,pemalu dan cenderung pendiam ini hidup seorang diri sejak menjadi seorang yatim piatu.
Kedua orang tuanya tewas tertabrak mobil yang dikendarai oleh seseorang yang hingga kini tak terlacak siapa yang telah menabrak kedua orang tua nya.Penabrak itu melarikan diri dari tanggung jawab dan meninggalkan orang tua Hanna yang tergeletak di jalan dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Misterius dan tak terpecahkan aparat,siapa pengendara mobil yang menewaskan kedua orang Hanna tersebut.Tak ada saksi mata dan tak satupun barang bukti dilokasi kejadian yang bisa dijadikan sebagai petunjuk.
Maklumlah,desa itu sangat terpencil,jauh dari kota dan tak terpasang cctv satupun disana.Apalagi peristiwa itu terjadi pada malam hari hingga menyulitkan penyelidikan kepolisian.
"Astaghfirullahal adzim....".Hanna terkejut ketika sebuah mobil tiba-tiba menepi didepannya.Terlebih ketika seorang lelaki yang rasa dikenal Hanna itu keluar dari mobil.
Tanpa ragu Hanna mendekati lelaki yang pernah bertetanggaan dan teman sepermainan nya semasa remaja dulu."Fandy,ini kamu kan?".
Lelaki bernama Fandy yang berperawakan kurus itu melepaskan kacamata hitamnya.Seraut wajah cantik menerjang netra hitam nya dan tangannya langsung menyambar tangan Hanna.
"Hanna,kamu kah ini?.Ya Allah,kamu keliatan makin cantik aja Han".Mata Fandy keblinger melihat rupa Hanna yang kian beranjak dewasa semakin cantik ditunjang dengan tubuh yang molek dan semampai.
Hanya saja penampilan Hanna terlihat biasa.Berpakaian sederhana dan seadanya.Ya,jika saja tubuh Hanna dibungkus pakaian yang bagus akan terlihat lebih cantik dan elegan.
Hanna tertawa lepas.Fandy terpesona dan pangling melihat nya,seolah baru melihat wanita cantik saja."Kamu ini Fan.Liat aku kayak liat bidadari dari surga aja".
"Ehhh,maaf.Aku lupa Han".Fandy jadi lupa diri saking terpesonanya pada Hanna sampai lupa melepaskan jabatan tangan nya jika Hanna tidak mendahului."Tapi aku serius kok Hanna.Semakin dewasa kamu makin cantik".
"Makasih untuk pujian mu.Tapi kamu berlebihan Fan.Cewek dekil dan norak begini dibilang cantik".Hanna tersenyum mesem melihat penampilan nya sendiri.
Entah mata Fandy sudah rabun yang memuji nya sedemikian rupa atau cuma menyindir nya secara halus.Ditilik dari kaos lengan panjang dan celana jeans belel yang membalut tubuhnya,tak ada bagus-bagus nya sama sekali.
Fandy geleng-geleng kepala oleh kerendahan hati Hanna.Sejak dulu dan sekarang Hanna tak berubah sama sekali.Masih rendah hati seperti dulu"Kamu gak berubah Hanna.Selalu rendah hati dan gak suka di puji.Tapi ngomong-ngomong,apa kesibukan mu sekarang Hanna?".
"Kerja dan kerja Fan.Tapi aku butuh uang tambahan lagi,Fan.Penghasilan ku sekarang gak bisa menutupi kebutuhan hidup ku sehari-hari".Hidup seorang diri menjadi anak yatim-piatu sangat sulit dihadapi Hanna.
Hanna hanya mengandalkan gaji kecilnya dan upah buruh cuci pakaian tetangga ketika libur bekerja di konveksi.Terkadang tidak sedikit tetangga yang mengulurkan tangannya tapi Hanna menolak karna tak mau mengandalkan pemberian orang lain.Hanna ingin menghidupi dirinya dengan hasil keringatnya sendiri.
Secercah senyum menghiasi wajah Fandy.Ini saatnya melancarkan aksinya sebagai seorang mucikari."Hanna Kamu mau gak?,kerja menjadi seorang foto model?.Bayarannya cukup besar,Hanna.Mungkin berlipat-lipat melebihi gaji mu sekarang".
Menjadi seorang foto model?.Siapa yang tak mau?.Mustahil Hanna tak tergiur tawaran Fandy yang langka didapat nya.Hanna percaya ucapan Fandy tapi gamang.Tak mungkin la bisa menjadi seorang model dengan mudahnya.
"Serius Fan?.Kamu gak bohong kan?".Hanna menyelidiki Fandy dengan tatapan nya memastikan jika Fandy sedang tidak membual.
"Iya lah Hanna.Aku gak mungkin nawarin kamu kalo cuma omong kosong".Fandy meyakinkan Hanna yang seolah tak percaya jika la serius.
"Mau sih mau Fan.Tapi aku gak punya bakat menjadi model".Hanna tak meragukan ucapan Fandy lagi untuk menjadikan nya seorang foto model yang dibayar tinggi dengan mudah.
Tetapi tak semudah itu untuk menjadi seorang model kan?.Harus memiliki Talenta dan modal yang besar.Apalah dirinya sekarang yang tak lebih bagaikan remahan biskuit didalam toples.
"Itu bisa diatur.Asalkan kamu mau,nanti juga ada yang bantuin kok".Fandy tak ingin kehilangan Hanna yang bisa menjadi ladang uang nya.
"Aku mau aja Fan".Hanna mulai kehasut bujuk rayu Fandy yang sangat membutuhkan uang,tapi melihat keadaan nya sekarang sangat tidak memungkinkan untuk menjadi seorang foto model."Tapi masalah nya,aku gak percaya diri,Fan.Gadis dekil kayak aku mana bisa jadi model kan?".
Baju yang dikenakan nya sekarang sangat jauh dari kata modis.Lusuh dan ketinggalan jaman.Ahhh,yang benar saja jika la lulus seleksi menjadi model meski parasnya cukup mumpuni dan tingginya memenuhi syarat.
"Itu gak masalah,Hanna.Tinggal di dandani sedikit aja,kamu bakal keliatan cantik,Hanna.Percaya deh sama aku,Hanna".Fandy takkan melewatkan gadis secantik dan semolek Hanna untuk dijadikan lahan uang nya.
Ya,setidaknya la akan mendapat jatah yang lebih banyak dari gadis-gadis yang la orbitkan sebelumnya.Apalagi Hanna terlihat naif dan masih perawan.Pastinya akan meraup untung berkali lipat dari biasanya.
"Tapi aku gak punya modal buat beli gaun yang bagus,Fan".Hanna tak mau memaksakan diri menjadi modelis disaat kebutuhan hidup semakin menghimpit nya.
Tak ada yang bisa didapat secara instan kan?.Semua butuh modal dan usaha.Apalagi menjadi model bukanlah perkara mudah.Banyak biaya yang harus dikeluarkan.
Fandy kelewat bingung,Hanna tak mudah diperdaya dan banyak mencari alasan.Padahal tinggal bilang mau atau tidak saja kan beres.Tidak harus bertele-tele.
"Ahhh,kamu banyak tapi nya Hanna.Soal itu gak perlu kamu pikirkan lagi,Han.Dengar ya!,kamu harus mengubah takdir mu mulai sekarang.Kesempatan gak bakalan datang dua kali kan?.Jadi,sebaiknya terima aja tawaran ku ini Hanna".
Hanna merenung memikirkan tawaran Fandy...'Benar juga apa kata Fandy.Mungkin inilah kesempatan yang diberikan Tuhan pada ku.Kalau gak sekarang kapan lagi?'.
Hanna ingin merubah garis hidup nya yang syarat dengan kemiskinan.Yahhh...siapa tau jalan yang diberikan Tuhan melalui Fandy.Jika belum mencobanya takkan pernah tau hasilnya kan?.
"Ya sudah.Aku mau Fan.Kapan aku mulai kerja?,dan dimana tempatnya?".Hanna menerima tawaran Fandy yang menggiurkan tanpa berpikir panjang lagi.
Siapapun pasti akan tergiur ditawari pekerjaan menjadi seorang foto model dengan bayaran yang besar.Apalagi ketika kesusahan sedang membelit Hanna.Hidupnya sekarang sangatlah pelik dan berat.Tapi Hanna tetap bertahan ditengah pasang surutnya gelombang kehidupan.
Hanna termakan bujuk rayunya,senyum licik Fandy melebar.Petualangannya ke Desa tempatnya berdomisili dulu telah membuahkan hasil."Ok,kalau begitu besok kamu ikut aku ke Jakarta.Disana aku bakalan mengubah takdir mu,Hanna.".
Mata Hanna seketika melotot kearah Fandy dan membatin,'Apa-apaan Fandy ini?,aku gak mungkin meninggalkan rumah meskipun rumah ku enggak mewah'...
Sejauh mata memandang,Hanna tak pernah pergi jauh dari rumah nya yang mungil.Hanna tak mungkin bisa hengkang dari Bandung dan menginjak kota Jakarta yang masih sangat asing dimatanya.
"Jakarta?.Kenapa harus disana sih Fan?.Gak bisakah disini aja?.Aku gak punya cukup uang buat tinggal di Jakarta,Fan.Kehidupan disana beda dengan disini kan Fan?".
Fandy menggaruk kepalanya yang terasa gatal mendengar Hanna terus menerus mencari alasan."Kalau masalah uang biar aku aja yang urus Hanna.Kamu gak harus keluar uang sepeser pun.Disana kamu akan ditanggung sepenuhnya oleh agensi.Kamu paham Hanna?".Fandy tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang bisa membuat nya ikut kebanjiran untung.
Hanna cukup mumpuni dan menarik untuk menjadi sumber ATM berjalan nya disaat kerjaannya cuma mencari,menghasut dan mengelabui gadis yang lugu dan polos seperti Hanna.Kapan lagi bisa meyakinkan Hanna jika bukan sekarang?.
"Iya deh.Aku terima tawaran kamu Fan.Tapi apa yang kamu katakan itu semua bukan cuma isapan jempol kan Fan?".
Fandy menyunggingkan senyum kemenangan yang lebar.Hanna mulai berminat dan tertarik dengan tawaran nya meski Hanna masih saja meragukannya."Aku ini pernah tinggal disini dan kita ini teman,Hanna.Gak mungkin aku menjerumuskan kamu pada hal-hal yang buruk kan?".
Hanna menimbang sejenak tawaran Fandy.Apalagi yang harus dipikirkan nya lagi selain dirinya sendiri?.Orang tua sudah tidak ada dan yang tersisa kini hanyalah dirinya.Sepatutnya la mencari kebahagiaan nya sendiri dan pergi mengejar peruntungan tanpa ada yang la beratkan untuk ditinggal pergi.Sekarang tak ada yang bisa menghentikan langkahnya kemana pun la pergi.
Dulu ketika orang tuanya masih hidup,boleh saja membatasi pergaulannya.Bersikap posesif dan protektif.Tapi sekarang semuanya berbeda dan sudah berubah.Kehidupannya sekarang la sendiri yang mengendalikan dan memutuskan apa yang menurutnya baik.
"Baiklah.Aku menurut saja jika memang kamu bisa ku percaya Fan".Hidup tanpa orang tua dan jauh dari sanak saudara membuat Hanna tak ingin menunda peluang yang ada di depan mata.
Hanna tak ingin hanya mengandalkan penghasilan nya sekarang yang tidak besar dan tak mau berkutat lagi dengan kekurangan.
Satu masalah teratasi.Fandy senang tak terkira,Hanna telah masuk ke dalam perangkap nya."Oke kalau begitu.Besok pagi aku jemput kemari.Kamu harus siap sebelum aku datang".
"Aku paham Fan.Besok pagi aku akan bersiap".Hanna mengiyakan saja ajakan Fandy tanpa memikirkan baik dan buruknya,benar atau tidaknya tawaran Fandy itu.
Yahhh,mau bagaimana lagi.Hanna kebelit masalah ekonomi yang kian hari kian banyak dan mahal.
'Bagus Hanna'...Hati Fandy sorak gembira.Ternyata Hanna bisa diperdaya juga oleh nya."Baiklah.Sampai jumpa besok Hanna".Fandy melenggang masuk ke dalam mobil nya dan melesat dari hadapan Hanna.
Hanna terkagum dengan perubahan Fandy yang terlihat mapan dan sukses ditilik dari mobil mentereng yang dikendarai Fandy.
'Ahhh,rasanya pasti menyenangkan bisa seperti Fandy.Aku gak sabar untuk segera pergi ke Jakarta'...Hanna menelan rasa yang bergolak dalam batinnya.
Ya di Jakarta.Hanna berharap bisa mengubah garis nasibnya di kota yang banyak menelurkan kesuksesan pada para pendatang baru disana.
Meskipun tidak menjadi seorang selebritis,menjadi foto model boleh juga.Ya setidaknya itu lebih baik dibandingkan keadaannya sekarang yang hanya gadis biasa dan banyak dipandang sebelah mata oleh orang berstatus sosial lebih tinggi dari nya.
👇🏻👇🏻👇🏻
*Apa kabar semua?.Hatiku berdebar tak karuan.Semoga awal cerita nya gak membosankan ya.Cukup menarik dan bisa menghibur teman-teman semua...
Makasih sudah mampir ke cerita ku ini.Semoga semua suka dan sehat selalu untuk semua...Love you 💕
✨
Perbekalan pakaian sudah disiapkan Hanna didalam koper.Tak lupa Hanna membawa bingkai foto bergambar kedua orang tuanya yang sudah tenang di peristirahatannya yang terakhir.Beberapa lembar uang seadanya dan ponsel diselipkan Hanna di tas selempangnya.
Berdebar kencang jantung Hanna ketika menunggui Fandy diteras rumah yang belum juga datang padahal sinar sang Surya mulai terlihat menguning diufuk barat sana.
Campur aduk perasaan Hanna sebelum akan berangkat ke kota yang teramat sangat asing baginya.Belum menginjak kota Jakarta rasa resah dan gelisah yang berbaur menjadi satu sudah mengungkung hatinya.Apalagi jika sudah tiba di Jakarta nanti.
Perasaan Hanna yang tak karuan kian berdebar ketika mobil Fandy datang dan menepi didepan rumahnya.Hanna melangkah mendekati Fandy yang bergeming dihadapan bundaran setir dengan kaki yang bergetar.
Hanna mengetuk kaca mobil Fandy yang masih tertutup.Hanna tersenyum kearah Fandy yang mengulas senyuman begitu kaca pintu mobil dibuka Fandy."Haiii Fan?.Akhirnya kamu datang juga.Kupikir kamu membual dan gak jadi menjemput ku".
"Aku bukan orang yang suka mengingkari janji Hanna.Aku pasti datang kemari untuk menjemput mu".Fandy tak mungkin mengingkari janjinya menjemput Hanna yang akan mendulang keuntungan baginya.
Dengan malas Hanna memutar kornea nya yang legam,sampai bulu matanya yang lentik turut berputar seperti kincir angin."Kamu ini Fan.Mudah sekali tersinggung.Maafkan aku yang gak pandai berbasa-basi ini Fan".
"Ya sudahlah.Lupakan saja Han.Ayo masuklah Hanna!.Simpan dulu koper mu dibagasi".Apa yang disuruh Fandy,Hanna turuti tanpa berbicara sepatah kata.
Sejurus Hanna memasang seat belt,Fandy menginjak gas mobilnya dengan hati riang menuju ke kota yang penuh mimpi dan harapan indah Hanna yang takkan mungkin pernah menjadi nyata.
Paling menyenangkan hati Fandy ketika bayangan uang gepokan bertebaran di pelupuk matanya.Sudah pasti uang yang diterimanya dari seseorang yang akan menampung Hanna nanti,terhitung sangat besar sekali jumlahnya.
Fandy melesatkan lebih cepat mobilnya dengan senyuman yang tak surut diwajahnya.Ia tak sabar ingin segera menikmati hasil kelicikannya dalam menjebak gadis seperti Hanna yang naif dan mudah dibodohi.
Pandangan Hanna tak lepas menatap jendela kaca yang memamerkan keindahan alam pedesaan yang dilewatinya bersama Fandy.Antara percaya dan tidak percaya la meninggalkan desa yang penuh dengan kenangan terindah sekaligus terburuk dan terpahit ketika kehilangan kedua orang tuanya yang tewas dengan tragis.
Segelintir ingatan pahitnya kembali memutari kepalanya.Masih teringat jelas ketika menemukan jasad kedua orang tuanya terbujur kaku di jalanan dengan bersimbah darah.
'Ya Allah,hamba titipkan pada Mu orang yang ku sayangi di paribaan nya yang terakhir.Aku yakin Engkau menempatkan ayah dan ibu di surga Mu yang terindah'...Terselip kalimat do'a dalam batin Hanna yang menjerit ingin sekali menangis mengenang kilas balik kejadian memilukan hati nya.
Ingin rasanya Hanna mengutuk orang yang telah melenyapkan nyawa orang tuanya tapi bingung pada siapa.Kini Hanna hanya bisa pasrah dan menyerahkan segalanya pada Sang Pengatur kehidupan yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi ini.
Lagipula Hanna yakin jika orang yang telah membuat orang tuanya meninggalkan dunia dan dirinya seorang diri takkan hidup tenang.Biarlah Sang Khalik yang maha adil,mengurus orang yang dengan tega membuatnya menjadi yatim-piatu.
Tiada yang dapat menghalangi campur tangan Tuhan terkecuali atas ijin-Nya.Semua yang telah terjadi sudah menjadi kehendak-Nya.Apa daya Hanna jika yang terjadi pada nya sudah ditetapkan Tuhan.
✨
"Maaf,maafkan akuuu...".
Rayn Ibrahim Thariq terbangunkan mimpi buruknya yang menyapa ketika Matahari belum naik keatas.Mimpi buruk yang terasa nyata kembali menari dipikirannya itu telah menganggu tidur nyenyak nya.
"Hah...hah...hah...".Helaan nafas Rayn tersengal sesaat ketika terduduk di spring bed king size nya seperti sehabis lari maraton."Aku mimpi buruk lagi.Kenapa aku terus memimpikan itu?,kenapa?".Bergema teriakan Rayn dikamar nya yang hening,berinteror monokrom dan mewah serta luasnya dua kali seluas lapangan badminton.
Entah keberapa kali mimpi itu hadir dalam bawah sadar nya dan bertandang ketika Rayn tidur.Sudah lama berlalu namun peristiwa naas yang dilakukannya tanpa sengaja telah menghilangkan nyawa orang lain masih saja menghantui dirinya.
Rayn menyambar gelas yang berisi air mineral diatas nakas dan meneguknya guna mengusir rasa yang membelenggu hatinya.Rayn terpukul dan menyesali harus memimpikan hal yang sama.Bukan satu atau dua kali melainkan sering dan kerap sekali.
Pernah Rayn ingin mengakhiri hidupnya sendiri karna terbelenggu oleh perbuatannya yang sudah lari dari rasa tanggung jawab.Kembali keberadaan wanita paruh baya yang menjadi Mama nya mengurung niat Rayn.
Alasan itu membuat Rayn tak mungkin meninggalkan satu-satunya orang tua yang tersisa dalam hidup nya itu seorang diri dimana sang ayah sudah tak ada lagi didunia ini.Apalagi la anak tunggal yang harus menjaga dan melindungi Mama nya untuk menggantikan posisi mendiang Papa nya.
Belum lagi Rayn dibebani harus mengurus perusahaan yang ditinggalkan mendiang sang Papa.Mustahil Rayn bisa mati secepat itu dengan mudahnya dan tanpa beban berat yang dipikul.Dosanya dan rasa tanggung jawabnya itu masih belum terbayarkan dan bahkan mungkin takkan pernah terampuni oleh Tuhan.
Tok,tok,tok...
Ketukan pintu mengagetkan Rayn yang termenung ditepi kasur."Rayn sayang!.Kamu sudah bangun nak?.Ayo turun dan sarapan dulu.Mama sudah siapkan makanan kesukaan mu".Suara Mama Rayn,Aruni,mengobrak-abrik keheningan pagi dibalik pintu kamar Rayn.
"Iya Ma.Sebentar lagi aku turun Ma".Beranjak dari kasur Rayn kekamar mandi dan membasuh muka nya dengan air yang mengalir deras di wastafel.
Mata Rayn tak berkedip menatap bayangan wajah nya yang muram dicermin.Raut mukanya seakan mewakili getirnya kemelut dalam hati Rayn saat ini.
Pemandangan yang disuguhkan cermin wastafel itu seketika membuat Rayn sadar jika dibalik parasnya yang tampan menyimpan suatu trauma yang berat dan penyesalan yang terkubur didasar sanubarinya.
Meninggalkan kamar mandi,Rayn keluar kamar dan menuruni anak tangga ke ruang makan.Duduk disamping Aruni yang sudah menanti nya dimeja makan.
Gestur Aruni menunjukkan betapa sayangnya pada Rayn dengan mengambilkan Rayn makanan."Rayn,Mama akan berziarah ke makam Papa.Kamu mau ikut?.Ini hari ulang tahun Papa lho.Mama mau menyapa Papa disana dan mengucapkan selamat ulang tahun".Terasa ada yang mengganjal nafas Aruni mengingat hari ini adalah ulang tahun mendiang suaminya yang sudah tiada lima tahun silam.
Selintas Rayn mengukir senyum masam Aruni menyingung soal pemakaman."Mama sendiri saja.Aku tidak kuat jika mendatangi ke makam Ma".
Bukan Rayn tak mau menyambangi makam Papa nya.Hanya saja setiap kali melihat tanah yang mengubur jenasah Papa nya,dada Rayn terasa sesak.
Karna ulahnya Papa nya menghembuskan nafas terakhir sesaat setelah la melangkah pergi dari rumah selepas bersitegang.
"Kamu masih terpukul dengan meninggal nya Papa?.Apa kamu tidak sayang Papa?".Sedikitpun Aruni tak menyalahkan kematian suaminya yang terkena serangan jantung dengan tiba-tiba setelah bertengkar hebat dengan Rayn yang hingga kini tak tau jelas alasannya.
Takdir tak dapat ditolak dan Aruni tak bisa menyalakan Rayn atas meninggalnya sang suami meski penasaran apa yang dibahas Rayn dan mendiang suaminya kala itu.
Pernah Aruni ingin menanyakan apa yang memicu pertengkaran antara Rayn dan mendiang suaminya,akan tetapi tertahan dipangkal lidahnya.
Sekilas Rayn melirik Mama nya dengan ekor matanya yang tajam."Bukan begitu Ma.Aku tidak mau bersedih dan tidak kuat jika melihat Mama menangisi batu nisan Papa".
"Baiklah.Mama mengerti jika itu alasan mu.Tapi jangan lupa untuk mendo'akan selalu almarhum Papa disetiap diraka'at terakhir mu selesai kamu bersujud,nak".Apalagi yang diharapkan Aruni untuk kebaikan suaminya yang sudah almarhum selain do'a anak yang Sholeh dan do'a nya setiap kali menunaikan ibadah.
"Tentu Ma.Sudah pasti akan selalu ku do'akan Papa setiap kali tanganku menengadah pada Allah".Selain do'a yang dipanjatkan pada Sang Illahi di penutup sholat nya untuk mendiang Papa nya,Rayn tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Baiklah.Mama akan pergi sekarang ke makam.Selesai makan,kamu pergilah ke rumah Adrian.Tadi Adrian menelpon Mama terus karna ponselmu tidak aktif".
"Iya Ma.Aku sengaja matikan ponsel ku sejak tadi malam.Adrian selalu mengusik ku setiap larut malam jika ponselku tidak ku matikan".
"Ya sudah.Mama pergi dulu ya sayang.Kan Mama sampaikan pada Papa nanti jika kamu tidak datang menengok nya karna alasan konyol mu itu".
"Ckkk,Mama ini.Alasanku tidak konyol tapi bukti rasa sayang ku pada Mama dan almarhum Papa".Rayn terasa ingin menampar wajah nya sendiri ketika melontarkan kata-kata sayang yang tak dapat disampaikan pada almarhum Papanya.
Sayang,bibir Rayn terasa aneh bicara soal sayang yang pada kenyataannya la telah merenggut nyawa Papa nya karna kejujuran dan pengakuan nya pernah menghilangkan nyawa orang lain.
"Ok,ok.Baiklah.Tidak perlu kesal begitu.Mama cuma menggoda mu saja Rayn.Lihatlah!.Ketampanan mu jadi pudar karna muka mu masam begitu".Aruni menggoda Rayn dengan mencolek mulut Rayn yang menampung makanan terlihat mengerucut.
"Haishhh,Mama".Bola mata Rayn berputar dengan kesal melihat Mama nya langsung beranjak pergi seraya tertawa setelah menggoda nya.
"Dah sayang.Mama pergi ya.Ha,ha,ha...".Aruni meninggalkan Rayn seorang diri di meja makan masih dengan terbahak lepas.
"Astaga!".Nafsu makan Rayn mendadak menghilang sejurus dengan datangnya Adrian yang tiba-tiba merampas ayam goreng ditangannya.Padahal tinggal sesenti lagi paha ayam itu hampir masuk ke dalam mulutnya jika tidak dirampas Adrian.
"Bro,Lo sengaja matiin handphone Lo demi menghindari gue kan?".Tanpa permisi Adrian menggigit ayam milik Rayn.
Rayn melototi Adrian yang dengan santainya menyantap makanan kesukaannya."Apaan sih ini kucing garong?,jam segini sudah nongol dirumah gue".
"Astaga Ren.Gue,sahahat Lo yang heren nya gak hahis-hahis ini,Lo hilang huhing harong.Keherlaluan Lo Ren".
Rayn dibuat kesal namanya dipelesetkan Adrian yang mulutnya komat-kamit tak jelas,lantaran sambil mengunyah makanan."Nama gue Rayn,bukan Ren".
"Beda tipis,b*ngke".
Tangan Rayn langsung mendarat di kepala Adrian yang mengatainya '******' dengan sangat jelas sekali."Lo yang b*ngke,Dri.Tukang celup sana,celup sini.Kayak teh celup cap buaya buntung aja Lo Dri".
Rahasia Adrian yang tak semua orang tau diungkapkan Rayn dengan gamblang didepan sang Predator Cinta Satu Malam itu sendiri,yang sontak mendapat respon kepalan tangan Adrian di bahu Rayn.
"What the heck?.Lo pikir Lo perjaka tulen apa?".Adrian tak terima dikatai teh celup cap buaya buntung oleh Rayn,sementara Rayn sendiri pernah menjadi petualang liar sejati.
"Memang bukan,tapi gue gak kayak Lo yang sering gonta-ganti teman kencan setiap akhir pekan".Entengnya Rayn membalikkan keadaan.
"Ahhh,gila Lo Ren.Lo udah semena-mena sama gue.Jangan marah kalo makanan Lo gue habisin".Adrian yang lapar mata setiap kali melihat wanita cantik dan makanan langsung menyambar piring makan Rayn yang masih penuh dengan nasi goreng.
"Dasar!,memang Lo beneran kucing garong!".Tanpa pedulikan Adrian yang menghabiskan sisa makanannya,Rayn beranjak dari kursinya dan kembali ke kamarnya dengan hati seperti eceng gondok.
Ya,pasalnya Rayn kesal.Mana tak dimana Adrian seperti kucing garong yang sukanya merampas makanannya setiap kali la makan dan bergonta-ganti pasangan.Tapi mau bagaimana lagi jika temannya yang satu ini memang sudah begitu bawaannya sejak Rayn mengenal Adrian di dunia gemerlap,ketika la nyaris mati dikeroyok pemuda yang mabuk jika tidak diselamatkan Adrian.
Namun kebiasaan Rayn yang kerap main ke night club setiap akhir pekan seiring waktu berkurang sejak Papa nya wafat.Tapi parahnya,Adrian masih saja menghabiskan waktu diklub malam dengan atau meski tanpa Rayn.
Adrian tak bisa meninggalkan kebiasaannya yang sudah mendarah daging itu.Kenikmatan sesaat dan kepuasan hasrat adalah hal yang paling hakiki bagi Adrian.
Adrian langsung menyusul Rayn ke kamar yang lebih mentereng dari kamar miliknya selesai menyantap habis nasi goreng Rayn.
Rayn yang duduk ditepi ranjang,memantulkan bola basket dilantai.Bola itu dilempar Rayn ke keranjang basket yang menggantung ditiang besi dekat pintu kamarnya.
Mirisnya bola itu membentur kepala Adrian yang melongok di pintu begitu Adrian masuk kamar Rayn."Ahhh,dasar Lo ******.Lo kira pala gue keranjang basket apa?".
"Ahahaha....".Bukannya marah dikatai b*ngke,Rayn malah terbahak melihat Adrian terlihat kesal oleh ulah jahilnya yang tak disengaja itu."Rasain tuh karma akibat main sosor makanan gue,ha,ha,ha....".
"Bahagia amat Lo Ren,liat gue menderita".Adrian yang mengelus kepalanya akibat korban kejahilan Rayn,kian meringis melihat Rayn terpingkal-pingkal.
Tawa Rayn mereda seiring Adrian berjalan kearahnya."Dri,sebenarnya Lo mau apa kemari?.Lo bukan mau pinjam duit kan?".Rayn paling tau kebiasaan Adrian yang hobi nya meminjam uang.
"Itu Lo tau.Gue gak usah bilang lagi dah".Adrian mengakui tapi niatnya datang ke rumah Rayn bukanlah untuk meminjam uang.
"Parahhh Lo Dri.Don Juan kere kayak Lo tapi sok-sok an belaga tajir.Suka menghamburkan uang demi memuaskan nafsu bejat Lo itu".Rayn menoyor kepala Adrian yang duduk disisi kanan nya.
"Apalah arti hidup ini jika keindahan ciptaan Tuhan yang sempurna dan memabukkan itu gak gue nikmati,Ren".Adrian balik meninju dada Rayn yang berkaos oblong putih.
"Triple kill buat Lo,Dri.Istigfar Lo!.Jangan campur adukkan antara Tuhan dan umatnya yang Lo anggap sebagai pemuas hasrat Lo itu".Rayn geleng-geleng kepala oleh kebobrokan moral Adrian yang menyangkut pautkan dua sisi yang sudah jelas sangat berbeda.
"Astoge.Lo marah padahal Lo sendiri juga bukan manusia suci.Lo harus ingat pada dosa Lo terdahulu Ren.Berkaca Lo sebelum menghakimi gue".Adrian menyentil perasaan Rayn dengan kata-kata nya yang tajam.
Adrian memang tau rahasia Rayn yang terjadi beberapa tahun silam ketika Rayn mencurahkan seluruh beban yang menggulung hatinya.
Sejurus rahasianya diungkit Adrian,ingatan Rayn kilas balik pada masa itu.Tak terima ucapan Adrian yang melenceng kemana-mana,tangan Rayn mencengkeram kerah baju Adrian,dan tajamnya menatap Adrian yang tersudut ditepi ranjang."Apa Lo bilang Dri?.Lo mengintimidasi gue dengan menyerang titik kelemahan gue heuh?.Lo pikir gue sengaja melakukan itu hah?".
Rayn paling sensitif jika menyangkut rahasianya yang tak diketahui siapa pun terkecuali Adrian dan mendiang Papa nya itu,kembali dibahas.
Rayn tersentak ketika tangannya di hempas Adrian yang terasa mencekik leher Adrian itu."Tenang kawan!.Maaf!,gue khilaf.Gue gak bermaksud mengingatkan Lo pada sesuatu yang melemahkan diri Lo,Ren".
Amarah Rayn meledak.Bogem mentah nya nyaris melayang di muka Adrian jika saja Adrian tak menghindar."Maaf Lo bilang,setelah Lo memancing emosi gue,Dri?".
Rayn menjauhi Adrian ketika emosi nya sudah tak terkontrol baik dan memilih pergi ke balkon dengan ekspresi masih kesal.
"Sorry Bro.Gue akui gue salah.Sebaiknya kita lupakan masalah ini,ok?.Anggap gue gak bilang apa-apa".
Rayn menetralisir degup jantung nya yang terpacu cepat gegara Adrian dengan memandangi awan yang tak bertepi ujung nya."Lain kali,sebaiknya Lo pikir dulu sebelum bicara Dri.Diam saja kalo Lo gak tau yang sebenarnya".
Kembali ingatan Rayn merekam kejadian yang membuat nya trauma dan menyisakan penyesalan yang terasa tak ada habisnya dan tak pernah terkikis oleh waktu.
"Ok,baiklah.It's all over.Forget it!,kawan".
Sekilas Rayn menatap Adrian yang merangkul bahunya."Cepat katakan!.Apa yang Lo mau sampai datang kemari?".
Biasanya Adrian takkan bertandang ke rumah nya jika tak terlalu penting.Adrian pasti akan menelponnya jika butuh sesuatu.
Lantaran ponsel Rayn dari kemarin petang Rayn nonaktifkan,tak urung Adrian pun menyusul Rayn ke rumah."Ren,Lo tau kan kalo besok hari ulang tahun gue?.Tapi gue ingin merayakan nya bersama Lo di Starlight malam ini".
Rayn memutar bola matanya yang legam dengan malas diiringi decak kesal."Ckkk,otak Lo memang gak bisa jauh dari tempat itu Dri.Kenapa mesti disana sih?".
Rayn pernah berjanji dalam hati nya untuk tak menginjak tempat yang membuat nya hilang akal sehat dan meracau tak jelas lagi.
Do'a nya untuk mendiang Papa nya takkan bisa terkabul jika kerjaannya terus ke night club dan menenggak miras.Selain itu Rayn ingin menjaga perasaan Mama nya yang sensitif.Jika Mama nya melihatnya mabuk lagi,apa jadinya nanti?.
"Ayolah kawan.Untuk malam saja Lo datang,ok?".
Rayn menghela nafas yang berat.Adrian masih saja mendesaknya untuk datang ke tempat lucknut itu."Gue gak janji,Dri".
"Pokoknya,Lo harus datang.Gue bakal tunggu Lo disana Ren".
Rayn menyugar rambutnya yang diacak-acak Adrian sebelum teman agak s*ngkleknya itu menghilang dari pandangannya."Ahhhh,dasar.Pala gue jadi pusing gegara kadal got itu".
Rayn mengaktifkan ponselnya yang masih nonaktif.Beberapa panggilan tak terjawab menghiasi layar ponsel nya.Yahhh,siapa lagi jika bukan dari Adrian.
Ada pesan baru juga di Wh*ts*pp yang belum terbaca.Rayn membaca pesan yang dikirim dari salah satu kolega bisnis nya.
"Oh shiiit!.Hampir saja gue lupa kalo siang ini ada janji di restoran dengan tuan Alvarez".Rayn menyambar handuk dan bergegas ke kamar mandi.
Jika Rayn tidak segera meluncur ke restoran menemui koleganya,hancur kerjasama dengan investor asing dari Singapura itu yang akan menanamkan modal diperusahaan nya agar lebih berkembang dan mendunia.
✨
Bukan ke studio foto atau rumah agensi model kaki Hanna berpijak sekarang.Melainkan di hotel mewah dan berbintang lima.Ya,Fandy membawa Hanna ke hotel yang menyatu dengan night club dan restoran di area tertentu.
Sebodoh dan selugu nya Hanna,masih bisa membedakan antara studio foto dan hotel meski tak pernah memasuki hotel secara langsung.Tentu Hanna heran,mengapa Fandy membawa nya ke tempat yang tak pernah diinjak nya sama sekali?.
Kaki Hanna terhenti diarea lobby hotel yang berarsitektur gaya Eropa."Fan,kenapa kita disini?.Apa yang akan kamu lakukan pada ku sebenarnya?".Hanna merasakan sesuatu yang janggal dibawa Fandy ke hotel.
Fandy yang berjalan di depan Hanna,kembali mundur kearah Hanna."Tenang saja Hanna.Memang disini tempat yang akan mengangkat mu dari kesulitan.Kamu jangan takut Hanna,studio foto nya ada didalam hotel ini".
"Yakin kamu Fan?.Kamu gak mengerjai ku kan?".Hanna menatap selidik Fandy,ingin memastikan jika Fandy tak berniat buruk padanya.
"Astaga Hanna.Kenapa pikiran kamu selalu negatif sih?.Harusnya kamu itu berterima kasih,karna aku ,kamu akan bergelimang uang".
Hanna tak bisa mencerna ucapan Fandy yang membingungkan nya."Maksud kamu apa sih Fan?.Aku gak paham".
"Bukankah pekerjaan kamu nanti,bakal menghasilkan uang yang banyak sebagai foto model?".
Ucapan Fandy yang satu ini baru dimengerti Hanna."Baiklah.Aku mengerti".
"Good girl.Sekarang,kamu tunggu disini.Aku harus menemui manager tempat ini dulu sebelum memperkenalkan nya pada mu,Hanna".
"Baiklah.Tapi jangan lama-lama Fan.Aku takut".
"Ok!.Aku cuma butuh waktu 15 menit".
Hanna terus dihantui perasaan takut begitu Fandy melangkah pergi meninggalkan nya sendiri di lobby hotel.Tamu hotel yang berseliweran menatap Hanna aneh.Dihotel semewah ini bisa didatangi juga tamu yang norak dan kampungan seperti Hanna yang berpakaian sangat sederhana sekali dengan alas kaki hanya menggunakan sendal murahan dan membawa koper kecil yang sudah usang.
Hanna tak memperdulikan tatapan orang lain yang menghakimi nya dengan pandangan merendahkan.Keindahan arsitektur yang disuguhkan hotel itu lebih menarik perhatian nya ketimbang mengindahkan mata-mata yang terlihat melecehkannya.
"Seperti bermimpi rasanya aku bisa ada ditempat semewah ini sekarang".Matanya tak berkedip menatap kemewahan hotel yang memanjakan dan menghipnotis nya dari rasa takut.
"Benarkah jika aku akan bekerja di hotel semewah ini?.Apa mungkin aku diterima sebagai foto model?".Masih menggantung bagaimana nasibnya ke depan.
Tapi bagaimana pun jalannya,Hanna berharap jika Fandy benar-benar akan mengangkat derajatnya menjadi lebih baik lagi mulai dari sekarang.
👇🏻👇🏻👇🏻
*Haiii ketemu lagi sama penulis amatir yang hobinya melanglang buana ke dunia fiksi ini.
Selamat membaca ya readers...
Semoga sehat selalu,sukses dan bahagia...💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!