NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Kakak Ipar

Wedding Day

Aresha Angelista gadis berusia dua puluh dua tahun yang sering di sapa Are baru saja resmi menjadi istri dari seorang pria bernama Alvin Valentino Ardiansyah.

Alvin merupakan putra kedua dari Nathan Ardiansyah dan Valentina Ardiansyah. Alvin bekerja sebagai CEO di perusahaan AV Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

Keduanya menjalani pernikahan akibat perjodohan yang di sepakati oleh kedua orang tua mereka. Tanpa adanya cinta keduanya menerima perjodohan dengan maksud dan tujuan masing masing.

Dengan dekorasi mewah yang di sewa dari WO ternama membuat rumah Ardiansyah nampak terlihat begitu megah dan tentunya tidak kalah dengan ballroom hotel berbintang lima yang sering di sewa untuk acara pernikahan.

Setelah acara ijab qobul selesai tiba saatnya acara resepsi di mana kedua pengantin duduk bersanding menerima ucapan selamat dan doa restu dari para tamu undangan.

Nampak sahabat dari Are berjalan menghampiri kedua mempelai untuk memberikan ucapan selamat dan doa restu untuk kebahagiaan keduanya.

" Are." Ucap Naya langsung memeluk Are yang berdiri di depannya.

" Selamat Are ku sayang, selamat atas pernikahan lo, gue nggak nyangka secepat ini lo bakal ninggalin kita, gue doakan semoga lo hidup bahagia bersama pria yang sekarang menjadi suami lo, dan cepat berikan ponakan untuk gue." Ucap Naya melepas pelukannya.

" Amin... Makasih ya Nay lo udah datang di hari bahagia gue." Ucap Are.

" Harus donk, masa' sahabat nikah gue nggak datang sih." Ujar Naya yang di balas senyuman oleh Are.

" Happy wedding say, semoga lo bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah." Ucap Yola.

" Amin terima kasih Yo." Ucap Are.

" Selamat Are, samawa ya." Ucap Nadin.

" Amin makasih Nad." Ucap Are.

" Oh ya kenalin ini suamiku, namanya Mas Alvin, Mas kenalkan mereka bertiga sahabatku." Ucap Are menunjuk Alvin yang sedari tadi diam saja.

" Selamat atas pernikahan kalian Kak, kami titip Are ya, tolong jaga dan bahagiakan dia, jangan pernah kamu melukai hati sohib kami karena kami tidak akan tinggal diam." Ujar Naya menyalami tangan Alvin.

" Hmm." Gumam Alvin menarik tangannya.

" Ckk dingin amat." Cibir Naya.

" Ar kalau lo nggak bahagia dengan pernikahan ini, lo bilang sama gue ya, gue akan bantu lo lepas dari pernikahan ini." Ujar Naya melirik Alvin.

" Apa maksud dari ucapanmu?" Tanya Alvin menatap tajam ke arah Naya.

" Ya barang kali Are nggak bahagia hidup sama pria dingin macam lo Kak, gue bakal bawa Are pergi jauh dari sini." Ucap Naya membuat Alvin melotot ke arahnya.

Dari ketiga sahabat Are, memang Naya lah yang paling dekat. Ia bisa merasakan apa yang sedang Are rasakan saat ini.

" Tenang saja say, jangan khawatirkan gue! Lo tahu gue bisa jaga diri kok." Ucap Are.

" Tentu lah Are kami kan kuat sekuat baja." Sahut Naya di sambut tawaan dari Are, Yola dan Nadin.

" Ya udah kami ke sana ya Ar, sekali lagi selamat buat pernikahan lo." Sambung Naya.

" Makasih guys." Sahut Are.

Are dan Alvin kembali duduk di kursi pengantin. Alvin menatap ke arah Are yang terlihat begitu cantik dengan make natural membuat hatinya berdesir.

" Kenapa temanmu bisa berbicara seperti itu? Apa yang kamu ceritakan kepada dia?" Tanya Alvin.

Are menatap ke arah Alvin membuat tatapan keduanya bertemu. Are segera membuang tatapannya ke arah lain.

" Aku tidak menceritakan apa apa kepada mereka tentang pernikahan kita, Naya memang orangnya seperti itu, dia sahabat yang paling dekat dan bisa mengerti apa yang sedang aku rasakan saat ini, tapi kamu tenang saja, tidak perlu di pikirkan Mas." Sahut Are lembut.

" Aku memang tidak memikirkan itu, lagian juga tidak penting bagiku kau mau mengadu pada siapapun aku tidak peduli." Sahut Alvin.

Are menghela nafasnya pelan sambil memejamkan mata menahan sesak dan emosi yang melebur menjadi satu di dalam hatinya.

Mami Valen menghampiri Are dan Alvin di ikuti Papi Nathan dan Erald di belakangnya membuat kedua pengantin kembali berdiri.

" Maaf sayang kami baru kemari, tadi ada client Papi yang datang jadi kami harus menemui mereka dulu." Ucap Mami Valen menatap keduanya.

" Tidak pa pa Mi." Sahut Alvin.

" Selamat atas pernikahan kalian berdua sayang, semoga kalian berbahagia dan Mami harap kamu bisa sabar menghadapi sikap Alvin ya, kalau dia salah tegurlah dia, jangan sungkan sungkan karena itu merupakan salah satu kewajiban seorang istri." Ucap Mami Valen memeluk Are.

" Iya Aunti terima kasih, doakan semoga Are bisa membawa kebahagiaan untuk Mas Al." Sahut Are.

" Jangan panggil Aunti lagi donk, sekarang kan kamu sudah menjadi putri Mami jadi panggil aku Mami seperti Alvin memanggil Mami" Ujar Mami Valen.

" Ah iya Mi maaf." Ucap Are.

" Tidak pa pa sayang, doa terbaik untukmu." Sahut Mami Valen.

Mami Valen beralih memeluk Alvin sang putra tercinta.

" Selamat sayang, sekarang kamu sudah punya tanggung jawab penuh kepada istrimu, Mami harap kamu bisa berubah menjadi lebih baik, dan kalian berdua bisa hidup bahagia tanpa adanya orang ketiga." Ucap Mami Valen melepas pelukannya.

" Terima kasih Mi." Sahut Alvin.

" Dan ingat jangan pernah kamu sia siakan batu permata dan lebih memilih batu kali yang tidak ada harganya, atau kau akan menyesal selamanya dan di saat itu Mami tidak akan mau membantumu." Bisik Mami Valen membuat Alvin mengepalkan tangannya.

Mami Valen meninggalkan mereka berdua, sekarang gantian Papi Nathan yang mengucapkan selamat kepada mereka.

" Sayang selamat ya, Papi berharap kamu bisa hidup bahagia bersama wanita pilihan kami, yakinlah jika pilihan kami tidak akan salah, jaga dia sebelum kamu menyesal karena kehilangannya." Ucap Papi Nathan membuat Are mengerutkan keningnya.

Are merasa ucapan Papi Nathan begitu ambigu dan mengisyaratkan ada sesuatu yang mereka tutupi darinya. Tapi apa? Are bertanya tanya dalam hatinya.

" Iya Pi." Sahut Alvin.

Papi Nathan beralih menyalami menantunya.

" Selamat sayang dan selamat datang di keluarga Ardiansyah, semoga kau selalu bahagia." Ucap Papi Nathan.

" Terima kasih Pi." Sahut Are.

" Selamat adikku sayang, semoga berbahagia." Ucap Erald memeluk Alvin.

" Jagalah istrimu dan terimalah dia sebagai jodohmu, jangan pernah kau menyakitinya, Abang akan mengawasimu selama satu tahun ini." Bisik Erald.

" Aku nggak peduli Bang, dan jangan pernah memaksa aku untuk menuruti apa kemauan kalian karena aku sudah menuruti permintaan kalian dengan menikahinya." Alvin membalas bisikan Erald.

Ingin rasanya Erald meninju wajah adiknya yang keras kepala itu nemun Ia memilih untuk meninggalkan keduanya karena Ia tidak mau merusak acara pernikahan Alvin.

" Bukankah dia Kakakmu?" Tanya Are menunjuk punggung Erald.

" Iya." Sahut Alvin singkat.

" Kenapa dia tidak memberikan selamat kepadaku? Apa dia tidak menyukaiku?" Tanya Are lagi.

" Tidak perlu banyak bertanya, sekarang kita bergabung saja bersama keluargaku." Ucap Alvin turun dari pelaminan.

" Mas." Panggil Are membuat Alvin menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke belakang menatap Are yang hanya berdiri saja.

" Ckk manja." Decak Alvin.

Alvin menghampiri Are lalu menggandengnya turun dari atas pelaminan. Are tersenyum melihat perhatian kecil dari Alvin.

" Terima kasih." Sahut Are.

Mereka berjalan menghampiri keluarga Ardiansyah yang sedang berkumpul di meja vvip.

" Nah ini pengantin barunya ke sini." Ucap Tante Cia adik dari Papi Nathan.

" Halo Tante." Sapa Are.

" Hai sayang, sini duduk." Ucap Tante Cia.

Are duduk di kursi sebelah Tante Cia, sedangkan Alvin duduk di sebelahnya.

" Tante ucapkan selamat untuk kalian berdua, semoga kalian bisa hidup bahagia seperti Tante, dulu kami menikah juga tanpa adanya cinta di antara kami, namun kami saling membuka hati untuk menerima satu sama lain, dan alhamdulillah kami bisa hidup bahagia sampai saat ini." Ucap Tante Cia menggenggam tangan Om Irvan suaminya.

" Insya allah aku menerima Mas Alvin dengan sepenuh hati Tante, aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk Mas Al." Sahut Are.

" Tuh dengerin Al, istrimu saja bisa menerima kamu juga harus bisa menerimanya donk, dan mulai sekarang lupakan Ren....

Ucapan Tante Cia terhenti saat Om Irvan menyenggol tangannya.

" Sayang jangan gitu." Ucap Om Irvan.

" Ah iya maaf Mas." Sahut Tante Cia.

" Kenapa Tan? Mas Al harus melupakan Ren, Ren siapa? Apa Mas Al sudah mempunyai kekasih?" Selidik Are.

" Ah tidak...." Sahut Tante Cia membuat Are semakin yakin jika ada yang mereka sembunyikan darinya.

" Kak Are umurnya berapa sih? Kok keihatannya kita seumuran ya?" Tanya Vebby, anaknya Tante Cia.

" Dua puluh dua." Sahut Are.

" Owh pantesan Kakak terlihat masih sangat muda ternyata kita seumuran." Sahut Vebby menganggukkan kepalanya.

" Oh ya Kak, berarti Erald akan tinggal bersama mereka begitu?" Tanya Tante Ria membuat semua orang menatap Erald.

" Iya tapi hanya satu tahun saja, aku menyuruh Erald untuk mengawasi Alvin supaya dia tidak berulah, jika sudah bisa di pastikan Alvin sudah berubah maka Erald akan ke luar negeri mengurus bisnisnya yang ada di sana." Sahut Mami Valen.

" Mami sebentar, kenapa sedari tadi kalian bilang Mas Al harus berubah, memastikan Mas Al tidak berulah, terus Tante Cia bilang Mas Al harus melupakan Ren, ini apa ya Mi maksudnya? Kenapa sepertinya kalian menyembunyikan sesuatu tentang Mas Al dariku? Katakanlah sebenarnya ada masalah apa dengan Mas Al Mi?" Tanya Are menatap Mami Valen.

Mami Valen menatap Alvin dan Are bergantian. Are mengerutkan keningnya menatap mama mertuanya untuk menanti jawabannya.

" Sebenarnya aku......

Aku apa hayo?????

Tebak di kolom komentar ya...

Jangan lupa untuk like koment vote dan hadiahnya biar author semangat ya....

Terima kasih untuk readers yang sudah memberikan suportnya untuk author...

Semoga sehat selalu....

Miss U All...

TBC....

Sudah Punya Pacar

" Sebenarnya aku sudah punya kekasih."

Jeduar......

Bagai di sambar petir di siang bolong tubuh Are mendadak menjadi kaku.

" Apa?" Pekik Are tidak percaya.

" Alvin." Bentak Mami Valen membuat Are tersadar dari keterkejutannya.

Beruntung tamu sudah tidak seramai tadi. Jadi mereka tidak akan menjadi sorotan.

" A... Apa kamu bilang Mas? Kamu sudah punya kekasih? Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku sebelumnya?" Tanya Are menatap Alvin.

" Kau tidak perlu tahu alasannya." Sahut Alvin.

"Jika memang kamu sudah punya kekasih kenapa kamu menerima pernikahan ini? Harusnya kamu menikah saja dengan kekasihmu itu bukannya menikahiku kan." Ujar Are menatap Alvin.

" Sudah aku bilang kamu tidak perlu tahu alasannya, dan kamu tidak tahu apa apa, jadi diamlah." Ketus Alvin.

" Kenapa kamu membuat aku menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian? Kau membuat masalahku semakin rumit saja." Lirih Are.

" Masalahku dengan dia saja belum selesai, ini malah timbul masalah lagi." Batin Are.

" Tidak Are jangan bilang seperti itu, kamu bukan orang ketiga di sini, kami memilihmu menjadi istri Alvin karena memang kau pantas mendampinginya." Ucap Mami Valen.

" Lalu apa sebutan untukku Mi? Apa sebutan untuk wanita perebut pacar orang? Kenapa Mami tidak mengatakannya kepadaku tentang masalah ini? Apa Mami memang sengaja mau membohongiku supaya aku menerima perjodohan ini?" Tanya Are.

" Bukan begitu maksud Mami sayang, Mami akui Alvin memang dekat dengan seorang wanita, tapi Mami tidak menyukai wanita itu, Mami tidak akan pernah memberikan restu Mami untuk Alvin dan wanita itu." Ujar Mami Valen.

" Sudahlah Are, pernikahan sudah terjadi, Mami mohon jangan bahas wanita itu lagi, dia tidak berarti apa apa dalam keluarga ini, sekarang kamu istri sah dari Alvin dan Mami mohon jangan sampai kamu menyerah hanya karena hubungan Alvin dengan wanita itu, jika dia masih berhubungan dengan Alvin maka yang pantas di sebut pelakor adalah dirinya, jadi mulai sekarang buatlah Alvin mencintaimu agar Alvin melupakan wanita tidak tahu malu itu." Ucap Mami Valen.

" Di sini aku yang pelakor Mi, aku merebut Mas Al darinya." Sahut Are sedih.

Sebagai sesama wanita Ia bisa merasakan apa yang saat ini pacar Alvin rasakan.

" Tidak sayang kamu bukan wanita seperti itu, kamu wanita baik baik dan terhormat, jangan menyalahkan dirimu untuk semua ini, sekarang pembahasan tentang wanita itu stop sampai di sini, Mami tidak mau mendengarnya lagi kau paham kan." Ujar Mami Valen.

" Tapi Mi." Sahut Are.

" Stop! Tidak ada pembahasan orang yang tidak penting untuk kita bahas titik." Tegas Mami Valen.

" Baik Mi, maaf." Sahut Are.

" Mami benar sekarang Alvin adalah milikku, bagaimana pun caranya aku harus berusaha mempertahankan milikku dari siapapun, sungguh hadiah yang mengejutkan, di awal pernikahan sudah di terpa badai duluan.... Kau harus kuat Are, demi tujuan utamamu." Gumam Are dalam hati.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam hari Alvin membawa Are ke rumahnya. Ia berjalan menuju kamarnya di ikuti Are dari belakang. Are mengedarkan pandangannya menatap rumah berlantai dua yang terlihat begitu bersih membuatnya terheran.

" Siapa saja yang tinggal di sini Mas?" Tanya Are sambil menaiki tangga.

" Kenapa?" Tanya Alvin dingin.

" Aku ingin tahu saja siapa yang tinggal di rumah sebesar ini." Sahut Are.

" Aku dan Bang Erald, dan ya jadi orang jangan norak, terlihat kampungan dan tidak berpendidikan." Cibir Alvin.

Deg.....

Hati Are mencelos mendengar ucapan Alvin.

" Saat ini aku memang bukan siapa siapa, tapi kau akan lihat beberapa tahun lagi Alvin, aku akan membuatmu malu menatapku." Batin Are.

Ceklek...

Alvin membuka pintu kamarnya namun Ia tidak masuk ke dalam membuat Are mengerutkan keningnya.

" Masuklah." Ucap Alvin.

" Kamu mau kemana Mas?" Tanya Are saat Alvin hendak meninggalkannya.

" Aku mau menemui kekasihku, kenapa?" Tanya Alvin menatap Are.

" Bukan ini yang aku mau Mas, jika kamu lebih memilih kekasihmu kenapa kamu menerima perjodohan ini?" Are balik bertanya.

" Aku sama sepertimu kan? Aku menerima perjodohan ini karena warisan, dan aku yakin kau menerima perjodohan ini karena uang." Ucap Alvin memandang rendah Are membuat harga diri Are terluka.

" Kalau aku menolak perjodohan ini Mami sama Papi akan mencoret namaku dari daftar pewaris keluarga Ardiansyah, dan itu artinya aku tidak akan mendapatkan apa apa, mau di kasih apa coba kekasihku kalau aku tidak punya uang." Sambung Alvin.

Are memejamkan matanya mencoba meredam emosinya. Ia harus bersabar menghadapi suaminya. Ia berjanji kepada dirinya sendiri akan membuat Alvin mencintainya, walaupun Ia juga tidak mencintai Alvin namun Ia hanya ingin menikah sekali dalam hidupnya. Entah itu akan terwujud atau tidak biarlah takdir yang menentukannya.

" Mas menjalin hubungan dengan wanita lain di saat kamu sudah menikah hukumnya dosa Mas." Tutur Are.

" Dia bukan wanita lain, kamu yang hadir di antara kami Are, jadi sadar diri dan jangan banyak bertingkah kalau kamu tidak mau aku berbuat kasar sama kamu, urusi urusanmu sendiri dan jangan pernah mencampuri urusanku." Ucap Alvin tidak terima.

" Dan ingat! Walaupun aku menerima perjodohan ini namun bagiku pernikahan ini tidak ada artinya, kau tidak berarti bagiku dan aku tidak akan pernah mrnganggapmu sebagai istriku, karena yang aku cintai hanya Rena kekasihku, kau paham." Tekan Alvim mencengkram kuat dagu Are.

" Argh sakit Mas." Keluh Are.

" Aku akan berbuat lebih kasar kalau kau berani bertanya ataupun mencampuri urusanku." Ucap Alvin menarik kasar tangan Are lalu mendorong tubuh Are hingga terjengkang di atas ranjang.

Alvin berjalan keluar dan...

Brak...

Alvin menutup pintu dengan kasar. Are menatap nanar pintu yang sudah tertutup rapat. Ia menggenggam kelopak bunga yang berada di atas ranjangnya.

Seharusnya malam ini menjadi malam bersejarah dalam hidupnya, seharusnya malam ini menjadi malam yang indah seindah ranjang yang sudah di hias begitu cantiknya. Namun takdir berkata lain. Are harus menerima pil pahit kehidupannya.

" Beginikah suami yang aku percaya bisa menjadi imam dalam rumah tanggaku? Apakah ini sikap suami yang aku percaya bisa menjaga dan melindungiku? Jangankan mencintaiku, Ia justru mempunyai wanita lain dalam hidupnya, bahkan di malam pengantin kami Ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama kekasihnya di bandingkan dengan aku istri sahnya.... Ya Tuhan apakah ini takdir hidupku yang harus aku jalani, ini semua terjadi karena ibu tiri kejam sepertinya, Nenek lampir itu tega mengirimku kepada pria dingin seperti Alvin." Monolog Are.

" Heh ibu tiri.... Dia bahkan tidak menganggapku sebagai seorang anak, dia hanya peduli pada harta Papaku saja selama ini, sejak Papa meninggal dia memperlakukanku dengan buruk, sekarang kau bisa tertawa menikmati harta warisanku tapi aku tidak akan diam saja, aku akan merebut semua milikku suatu hari nanti Nyonya Sarita." Ucap Are tersenyum smirk.

Ya selama ini Are tinggal bersama ibu tirinya. Ibu tiri yang hanya mencintai harta Papanya saja. Perusahaannya hampir bangkrut dan dia butuh suntikan dana, itulah sebabnya Nyonya Sarita menerima tawaran Mami Valen untuk menjodohkan Are dengan Alvin. Dan membuat Are berakhir di sini.

Tanpa mau berpikir terlalu dalam, Are berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai Ia naik ke atas ranjang lalu memejamkan matanya berharap bisa melupakan semua kesedihannya.

" Hah kenapa aku nggak bisa tidur ya?" Ujar Are menatap langit langit kamarnya.

" Sepertinya aku lapar nih, sedari pagi kan memang aku nggak makan apa apa." Ujar Are.

Are turun dari ranjang lalu keluar menuju dapur. Ia membuka kulkas yang berisi macam macam bahan makanan, namun karena Ia malas memasak akhirnya Ia hanya memasak mie instant saja.

Lima menit mie instant yang Are masak sudah siap di santap. Ia duduk di meja makan lalu memulai acara makan malamnya.

" Miris sekali.... Pengantin baru di tinggal pergi sama suami, makan malam cuma pakai mie instant, ya ampun nasibku sama buruknya saat tinggal dengan nenek lampir itu." Gerutu Are.

" Suamiku menghabiskan malam bersama wanita lain, di sini aku sendirian hanya di temani oleh semangkuk mie instan yang akan melelapkan tidurku." Gumam Are.

" Hah untuk apa aku memikirkan suami nggak ada akhlak itu, itu tidak penting Are... Memangnya kenapa kalau dia menghabiskan malam bersama kekasihnya? Toh aku juga tidak peduli dengan apa yang akan dia lakukan, aku juga tidak mencintainya, aku menyetujui pernikahan ini juga karena menghindari si nenek lampir itu, aku akan menyusun rencana untuk mendapatkan hakku kembali, dan kamu Alvin.... Aku sumpahin kamu bakal kena karmanya karena sudah mencampakkan aku di hari pertama pernikahan kita, kamu sepuluh aku sebelas, kamu selingkuh aku balas, aku juga bisa melakukan seperti apa yang kamu mau Alvin brengsek." Gerutu Are sambil menyeruput kuah mienya.

" Jangan keseringan makan mie instant."

Uhuk... Uhuk.... Uhuk....

Siapakah yang datang? Kira kira Alvin bukan ya?

Untuk part awal enteng enteng aja dulu ya....

Puncak konfliknya di tengah tengah aja...

Jangan lupa like koment vote dan hadiahnya biar author semangat....

Terima kasih untuk readers yang sudah memberikan suportnya untuk author semoga sehat selalu...

Miss U All....

TBC

Perlakuanmu

Uhuk... Uhuk.....

" Nih minum." Ucap Erald menyodorkan segelas air putih.

Are menerimanya lalu segera meminumnya.

" Makasih Kak." Sahut Are.

" Sama sama." Sahut Erald duduk di depan Are.

" Kenapa malam malam keluyuran ke dapur? Lapar?" Tanya Erald menatap Are.

" Iya Kak, apa Kakak mau?" Tawar Are menatap Erald.

" Emangnya enak?" Tanya Erald membuat Are mengerutkan keningnya.

" Emang Kakak nggak pernah makan mie instant?" Tanya Are.

" Tidak." Sahut Erald menggelengkan kepalanya.

" Lalu kenapa ada mie instant di sini?" Are bertanya lagi.

" Itu biasa di masak sama pak satpam di sini, kalau kamu mau memasakkan untukku, aku mau mencobanya." Ujar Erald.

" Baiklah aku habiskan dulu punyaku, setelah itu aku akan memasak untukmu." Ucap Are kembali memakan mienya sampai habis.

Setelah menghabiskan mienya Are segera memasak mie lagi untuk Erald.

" Are." Panggil Erald.

" Iya Kak." Sahut Are membalikkan badannya menatap Erald.

" Alvin kemana? Sepertinya dia tidak ada di rumah, dari tadi Kakak tidak melihatnya." Ucap Erald.

" Dia pergi ke rumah pacarnya Kak." Sahut Are enteng.

" Apa? Ke rumah pacarnya? Bagaimana bisa dia melakukan itu?" Tanya Erald tak percaya.

" Iya Kak." Sahut Are kembali sibuk dengan kegiatannya di depan kompor.

" Mau apa lagi dia ke sana? Kenapa dia tidak mendengarkan ucapan Mami sih." Gerutu Erald.

" Jangan terlalu di pikirkan Kak, mungkin Mas Al mau mengakhiri hubungannya dengan pacarnya dan memulai hubungan baru denganku." Ujar Are meletakkan semangkuk mie instant kuah di depan Erald.

" Daripada pusing mikirin Mas Al, mendingan makan dulu Kak." Sambung Are kembali ke tempat duduknya.

" Tapi tidak seharusnya dia bersikap seperti itu Re, dia meninggalkanmu di saat malam pengantin kalian dan malah pergi ke rumah pacarnya lhoh, dia benar benar keterlaluan." Ujar Erald menyeruput kuah mienya.

" Tidak masalah Kak, lagian tidak ada yang bisa kami lakukan saat berdua kan, kami dua insan yang baru bertemu tanpa saling mengenal terlebih dulu, tanpa adanya cinta kami tidak bisa melakukan hal layaknya pasangan suami istri yang saling mencintai Kak." Ujar Are.

" Kau benar Are, tapi seharusnya Alvin bisa menghargai perasaanmu, pernikahan bukan untuk main main, pernikahan adalah janji kita kepada Tuhan Are, dan ada kewajiban di dalamnya untuk saling menjaga perasaan satu sama lain, apalagi perasaan istri kita, tapi sayangnya Alvin tidak memiliki pemikiran seperti itu." Sahut Erald menghela nafasnya pelan.

" Iya Kak, tapi tidak pa pa aku memakluminya Kak, kalau aku berada di posisinya aku mungkin akan melakukan hal yang sama Kak." Ucap Are.

" Kak." Panggil Are.

Erald menatap ke arah Are.

" Ada apa?" Tanya Erald.

" Kalau boleh aku tahu, siapa sih pacar Mas Al dan bagaimana orangnya sampai sampai Mami nggak merestui hubungan mereka." Ucap Are.

" Dia wanita naif Re, namanya Renata... Dia mendekati Alvin hanya untuk memanfaatkan uangnya saja, tapi Alvin tidak menyadarinya, kami sudah berulang kali mencoba memberi pengertian kepada Alvin namun Alvin tidak percaya dia buta akan cintanya kepada wanita itu." Terang Erald.

" Lalu tujuan kalian menikahkan aku dengan Mas Al apa Kak?" Tanya Are.

" Kami semua berharap besar kepadamu Re." Sahut Erald.

" Harapan? Harapan apa Kak?" Tanya Are memastikan.

" Kami ingin kamu bisa merubah Alvin menjadi laki laki yang lebih baik, tolong kami Are! Buatlah Alvin berpaling dari wanita itu, buatlah Alvin mencintaimu Re, jika sampai Alvin menikahi wanita itu maka keluarga kami akan hancur, Kakak mohon padamu." Ucap Erald menggenggam tangan Are.

Deg... Deg....

Jantung Are berdetak sangat kencang.

" Ada apa dengan jantungku? Kenapa aku nervous begini? Apakah aku.... Ah tidak tidak... Tidak Are... Jangan sampai kau menyukai kakak iparmu sendiri." Batin Are segera menarik tangannya.

" Ah maaf, Kakak tidak sengaja." Ucap Erald.

" Tidak pa pa Kak." Sahut Are.

" Gimana Are? Apakah kamu bisa berjanji kepada Kakak untuk membuat Alvin jatuh cinta sama kamu dan melupakan Rena?" Tanya Erald penuh harap.

" Aku tidak bisa berjanji Kak tapi aku akan berusaha sekuat mungkin, tapi jika aku tidak berhasil maka jangan paksa aku untuk tetap bersamanya." Ujar Are.

" Terima kasih, apapun keputusanmu nanti kami akan menghargainya." Sahut Erald.

" Terima kasih Kak." Sahut Are.

" Kakak udah selesai makannya kan? Kalau udah aku mau kembali ke kamar Kak." Sambung Are.

" Baiklah silahkan." Sahut Erald.

" Selamat malam Kak." Ucap Are.

" Malam Re." Sahut Erald.

Are beranjak meninggalkan Erald.

" Re." Panggil Erald membuat Are menghentikan langkahnya.

" Iya Kak." Sahut Are menatap Erald.

" Mimpi indah ya." Ucap Erald.

" Thank you Kak." Sahut Are kembali melanjutkan langkahnya.

Erald tersenyum manis menatap kepergian Are.

" Kamu harusnya bersyukur memiliki istri seperti Are Al, tapi kenapa kamu malah melukainya, semoga kamu segera menyadarinya sebelum terlambat." Monolog Erald.

...----------------...

Pagi hari Alvin pulang dalam keadaan mabuk. Ia berjalan sempoyongan menuju kamarnya.

Brak brak brak...

Alvin menggedor pintunya dengan keras membuat Are yang baru saja selesai mandi berlari ke arah pintu.

Ceklek.....

Are membuka pintunya. Alvin langsung menerobos masuk ke dalam menabrak tubuh Are.

" Awh." Pekik Are.

Alvim berbalik menatap Are dengan tatapan tajam.

" Kau." Ucap Alvin menekan leher Are dengan tangannya.

" Gara gara kau kekasihku jadi marah padaku." Bentak Alvin semakin menekan tangannya membuat nafas Are terasa tercekik.

" Wanita sepertimu seharusnya tidak aku biarkan hidup, seharusnya aku membunuhmu sebelum kau mengacaukan semuanya, kau membuatku kehilangan kekasih yang paling aku cintai." Ucap Alvin dengan nada tinggi.

" Perempuan mata duitan, tidak tahu diri, dan tidak berpendidikan... Cih... Benar benar kelas rendahan." Cibir Alvin.

Erald yang sempat mendengar kegaduhan mendekati kamar Alvin. Dan betapa terkejutnya Ia saat melihat Alvin sedang mencekik leher Are.

" Alvin." Bentak Erald.

Brugh...

Erald mendorong keras tubuh Alvin hingga tersungkur ke lantai.

Uhuk.. Uhuk.... Uhuk....

Are terbatuk batuk menahan rasa sesak di dadanya. Erald segera mengambilkan minum untuk Are.

" Minum dulu Re." Ucap Erald.

Tanpa berkata apa apa Are segera meminumnya hingga tandas.

" Terima kasih Kak." Ucap Are setelah nafasnya lega.

" Apa yang terjadi hmm?" Tanya Erald lembut.

" Sepertinya Mas Al mabuk." Sahut Are.

" Astaga Alvin... Kamu mabuk." Ucap Erald menghampiri Alvin yang masih tersungkur di lantai.

" Kenapa bisa seperti ini Al, sudah tahu kamu tidak bisa minum masih nekat aja, untung kamu sampai rumah... Dan ya Abang tidak suka sikapmu yang kasar kepada istrimu sendiri, seharusnya kamu itu menjaganya, melindunginya bukan malah menyakitinya Al." Ujar Erald membantu Alvin berdiri, Ia memapah Alvin sampai ke ranjangnya.

" Hah... Wanita itu." Ucap Alvin menunjuk Are.

" Dia wanita pembawa sial... Gara gara aku menikahinya Rena marah padaku, dia mengancam akan meninggalkan aku Bang, aku tidak bisa kehilangannya, aku sangat mencintainya Bang." Racau Alvin.

" Ingatlah Alvin kau sudah memiliki istri." Ucap Erald.

" Dia bukan istriku, hanya Rena yang akan menjadi istriku Bang." Sahut Alvin.

" Kamu benar benar...

" Sudahlah Kak, percuma bicara sama orang mabuk." Ujar Are memotong ucapan Erald.

" Maafkan Alvin ya Re." Ucap Erald.

" Iya Kak." Sahut Are.

" Biar aku saja Kak." Ucap Are saat Erald hendak melepas sepatunya.

" Baiklah, Kakak keluar dulu kalau dia berbuat macam macam sama kamu, teriaklah! Kakak pasti akan menolongmu." Ucap Erald.

" Makasih Kak." Sahut Are.

" Sama sama." Ucap Erald mengacak rambut Are. Setelah itu Ia keluar dari kamar Alvin lalu menutup pintunya.

Are membuka sepatu Alvin dengan pelan. Ia menatap wajah Alvin yang terlihat begitu rapuh.

" Maafkan aku Mas jika aku menjadi penghalang untuk hubungan kalian, aku juga tidak menginginkan semua ini, rasanya aku ingin pergi begitu saja saat ini, tapi aku sudah berjanji pada Mami dan Kak Erald untuk membuatmu menjauhi wanita itu, aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta kepadaku, aku berjanji jika dalam beberapa bulan ini aku tidak berhasil, maka aku akan pergi menjauh darimu." Monolog Are menatap Alvin yang sudah memejamkan matanya.

Mampukah Are membuat Alvin jatuh cinta?

Terus like koment vote dan hadiahnya untuk penyemangat author ya...

Terima kasih untuk readera yang sudah memberikan suportnya kepada author, semoga sehat selalu...

Miss U All...

TBC....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!