Melvin Reed berpikir bahwa dia sudah menangkap seekor jangkrik, Serangga yang menandai datangnya musim panas. Namun, Ternyata yang di tangkapnya adalah seekor kecoak.
Kecoak Adalah binatang menjijikkan di musim panas.
"Mel mengapa ada kecoak di tanganmu? " Savana berjalan kearahnya dan dengan polosnya bertanya.
"Iya, Mel. Untuk apa kamu menangkapnya? "Elaine tampak bingung.
Melvin berbalik dan tersenyum kecut. "Kamu tahu mengapa? Sebab kecoak itu sama tanggung nya dengan kita!"
Ya. Melvin memang tanggung, Tetapi juga bernasib buruk.
Awalnya, Dia mengira musim panas ini akan sangat menyenangkan.
Namun, Ternyata dia harus menjadi seorang pengasuh yang sibuk dan lelah.
Dia harus mengasuh kedua belas adik perempuannya.
Dengan dua belas anak gaduh yang mengikutinya ke mana-mana, Apa yang dia harapkan dari musim panasnya?
Seharian penuh main rumah-rumahan?
Keluarga Reed adalah keluarga biasa-biasa saja.
Yang menonjol dari keluarga itu hanya jumlah keturunannya.
Namun, Di Kota Kasau, dimana orang-orang lebih mementingkan status dari pada jumlah keturunan, Keluarga Reed sama sekali tidak menonjol.
Kakek Melvin memiliki tiga saudara laki-laki. Ayahnya memiliki delapan saudara kandung, dan Melvin sendiri memiliki dua belas saudara perempuan.
Di generasi ayahnya, keturunan semuanya itu laki-laki. Di generasi Melvin, Kecuali Melvin sendiri, sisanya adalah perempuan semuanya.
Adiknya yang paling besar dua tahun lebih muda darinya.
Dikarenakan jumlah anak yang terlalu banyak dalam keluarga itu, anak-anak di panggil dengan nama panggilan yang mudah di ingat.
Nama panggilan biasanya akan di berikan berdasarkan urutan mereka lahir.
Melvin adalah anak satu-satunya anak laki-laki di keluarga itu dan pamannya sibuk di musim panas ini. Jadilah dia memikul tanggung jawab untuk mengasuh adik-adik perempuannya.
"Kakak Kecoak, Aku lapar!" Olivia Reed, yang nama panggilannya si pertama, Bercanda.
Sebagai adik perempuan tertua alih-alih meringankan tugas Melvin, Olivia suka mengusili Melvin.
"Aku juga, Kakak Kecoak!" Tonia Reed mengekor.
"Kalian berdua bukannya membantu malah mengejak kakak laki-laki kalian. Bagus sekali, adikku sayang! bagus sekali!"
Melvin berucap seraya menggertaka giginya karna gemas.
"Terima kasih, Kak! Thea, coba ceritakan, apa yang kamu liat tempo hari?" Olivia menatap Thea sambil tersenyum lebar.
"Tempo hari, aku melihat..."
Melvin buru-buru menutup mulut Thea.
"Baiklah, kalian menang! aku akan memasak untukmu!"
Olivia tahu kelemahan Melvin karna Thea kebetulan melihat Melvin dicampakan oleh mantan pacarnya, Melvin tidak mau adik-adik perempuannya tahu tentang hal itu, jadi dia harus mengalah.
Ketika dia bergegas kedapur, sebuah suara muncul di kepalanya.
[Sistem Pengasuh Adik Yang Menakjubkan (PAM) memilihmu!
[Pilihan ditetapkan!
[Selamat, kamu mendapatkan dua ratus lima puluh miliar rupiah sebagai hadiah pemula.
[Selamat, kamu mendapatkan sepuluh kali lipat hadiah pertama.
sekarang kamu memiliki dua triliun dua ratus lima puluh miliar rupiah!
[ Tugas baru: Ajaklah adikmu jalan-jalan diluar! Selesaikan tugas ini dan dapatkan hadiahnya! ]
Melvin berhenti dan mengusap keningnya.
Dia bertanya-tanya, apakah terlalu lama mendengar teriakkan adik-adik perempuannya telah membuat berhalusinasi.
Bisa jadi...
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi.
Sebuah pesan terkirim di ponselnya.
[ Nasabah Yang Terhormat, Uang sejumlah Rp. 2.550.000.000.000
telah di transfer ke rekening anda.
saldo Anda saat ini: Rp. 2.550.000.600.000. Saluran bantuan:12138 ]
Astaga!
Melvin terkejut hingga ponsel terlepas dari tangannya.
ini sungguhan!
[ Tidak perlu panik, Hadiah ini berasal dari sumber yang legal! ]
Tangan Melvin bergetar karna terlalu gembira.
Dia punya Sistem.
Sistem ini di rancang untuk mengkompensasi Melvin karna dia telah mengaduk adik-adik perempuannya!
"Ada apa?" Olivia bertanya.
"Tidak apa-apa" Melvin membungkuk untuk mengambil ponselnya. Dia menelan ludah dan berkata, "Ayo makan di luar."
Dia harus mengajak mereka keluar untuk menyelesaikan tugas.
"Serius?" Olivia memicingkan matanya pada Melvin.
"Iya." Melvin mengangguk.
"Hore! Aku mau makan Hamburger!" Teresa mengangkat tangannya dan berseru.
"Aku mau Fondue!" Telma terkikik.
"Aku ingin Steik!"
"Aku mau Barbekyu!"
Adik-adiknya mengoceh.
Melvin menepuknya tangannya dan menyarankan. "Tidak ada restoran yang memiliki semua menu yang kalian minta. Ayo pilih satu dahulu. Kita coba menu lainnya nanti!
"Aku putuskan Barbekyu saja!"
Makanan cepat saji adalah makanan sampah, Foundue terlalu panas, sedangkan steik membosankan.
Hanya daging panggang yang setidaknya sesuai dengan pilihan menu sebagian besar adik-adiknya.
Ada restoran Barbekyu mewah di kota Kasau yang menyediakan daging segar dan jenis makanan lainnya.
Melvin pernah melihat iklannya di sebuah video. Sekarang dia punya uang. Dia harus pergi dan mencicipinya sendiri.
Yang terpenting, Beberapa dari adik-adiknya tahu cara membuat Barbeku yang lezat.
Mereka adalah Olivia dan Tonia.
Setelah memberi tahu orang tuanya, Melvin dan adik-adik perempuannya berangkat.
[ pembayaran berhasil! ]
[ pembayaran berhasil! ]
[ pembayaran berhasil! ]
...
Melvin menggesek kartu tiket busnya sebanyak tiga belas kali.
Supir bus itu merasa geli.
"Apa kamu mengajak muridmu di TK berjalan-jalan?"
Melvin terkekeh, "Bukan, mereka semua adik-adik ku."
"Banyak sekali..."
Supir itu terkesiap mendengar penjelasan Melvin.
Melvin berpikir untuk membeli mobil, tetapi ada masala lain.
Dua belas adik-adik perempuannya tentu tidak akan muat di dalam sebuah mobil.
Tempat pemberhentian bus tepat di luar mal. Menumpangi bus lebih nyaman dari pada naik kereta bawah tanah.
Setelah beberapa saat, Melvin dan adik-adik turun dari bus.
"Adik-adik, Ayo berkumpul! aku akan mengabsen kalian," Seru Melvin dengan suara lantang.
"Olivia!"
Olivia menurut dan menjawab, "Hadir!" Dia bisa makan enak dengan gratis. Tentu saja suasana hatinya sangat baik.
"Tonia!"
"Disini!"
"Thea!"
"Ada..."
...
"Teresa!"
"Hadir!"
Teresa menjawab dengan suara yang menggemaskan.
Melvin mengangguk senang dan berkata, "Bagus. Semuanya ada disini. Ayo pergi makan Barbekyu!
"Ingat, Jangan berlarian di restoran! kalau kalian membutuhkan sesuatu, katakan padaku!"
"Baik, Mel!"
Adik-adik perempuannya menjawab serempak.
Orang-orang yang lewat mau tidak mau memperhatikan mereka.
Dua belas adik perempuan? Dua belas gadis belia!
"Astaga! Bagaimana caranya bisa memiliki anak sebanyak itu?"
"Apakah Kamu bodoh? Mereka bukan saudara kandung.
Bagaimana mungkin seorang ibu bisa melahirkan begitu banyak anak?"
"Aku selalu ingin punya saudara perempuan.
Dua belas saudara perempuan, pasti sangat menyenangkan!"
"Kamu bisa memilikinya dalam mimpi!"
Melvin membawa adik-adiknya masuk mal, sementara Olivia mengikuti dari belakang untuk menjaga mereka.
Mengawasi anak-anak itu sungguh tidak mudah. Melvin senang mendapatkan bantuan dari Olivia.
Tonia masih muda, namun dia pandai menjaga diri. Ketika dia baru masuk SMA, Olivia sudah duduk di kelas dua.
Thea yang duduk di kelas delapan, juga sudah bisa menjaga dirinya.
Flora baru memasuki Tahun pertamanya di SMP, sementara Faye adalah murid kelas lima.
Sisanya adalah murid kelas satu dan dua, Kecuali Elaine dan Teresa yang masuk TK.
Mereka segara naik ke lantai lima.
Di mal itu, setiap lantainya berisikan toko-toko yang mirip. Namun, lantai lima berisikan restoran kelas atas yang harga makanannya tidak terjangkau oleh dompet orang-orang kebanyakan.
Biasanya, orang-orang datang dalam kelompok kecil, antara tiga sampai lima orang.
Jarang sekali terlihat orang datang dengan selusin anak untuk makan.
Olivia tertegun melihat dekorasi lantai itu. Dia berlari kearah Malvin dan berbisik, "Aku tidak mampu membeli makanan disini. Pasti sangat Mahal."
Melvin menepuk kepala Adiknya dengan lembut. "Jangan khawatir! aku punya uang."
"Namun..."
Belum sempat Olivia mengatakan sesuatu, Melvin mengajak adik-adik perempuannya.
"Ayo kita makan disini!"
"Asyik!"
Teresa berteriak kegirangan seraya mengangkat kedua tangannya ke atas.
Saudara-saudara perempuan lainnya pun berbaris masuk.
"Mel, Aku..."
Melvin langsung menyela Olivia, "Jangan Khawatir!"
Raut muka Olivia terlihat masam, Dia bertanya-tanya apakah makanan disana akan menghabiskan semua tabungannya. Dia tidak rela berpisah dengan tabungannya.
Meskipun dia belum tahu persis harga makanannya, dia punya firasat bahwa tabungannya tidak cukup untuk membayar harga makanan di sana.
Pelayan yang bertugas di depan restoran terkejut melihat Melvin dan rombongannya.
Namun, dia dengan cepat menguasai diri dan bertanya, "Untuk Berapa Orang?"
Tidak ada ekspresi merendahkan di wajah pelayan itu, Gadis itu menyambut pelanggan nya dengan senyuman.
Malvin dengan dengan profesionalisme yang di tunjukkan oleh pelayan itu.
"Tiga belas, Kami ingin memesan ruang makan privat. kalian punya koki yang memanggang daging untuk kami, bukan?"
Malvin bertanya sambil menuntun adik-adiknya masuk.
"Benar. Setelah pemesanan makanan selesai, seorang koki akan membantu untuk memasak daging."
Pelayan itu kemudian menunjukkan sebuah makan privat yang luas.
Setelahnya, dia meletakkan daftar menu yang tabal di atas meja.
Melvin memberikannya kepada Olivia dan menyeringai, "Pesan saja yang kalian suka! Aku yang traktir!"
Setelah Olivia membantu adik-adik duduk di kursi, dia duduk dan mulai membaca menu.
[ Daging Sapi Has Dalam Super: Rp. 30.000/gram.]
[ Kepiting Raja Emas: Rp. 12.000.000/500gram ]
[ Lobster Afrika: Rp. 11.250.000/ekor. ]
...
Makanan di beberapa halaman berikutnya harganya lebih mahal lagi.
Olivia pun gemetar. Dia bahkan tidak sanggup memegang daftar menu itu dengan benar.
Tiba-tiba, dia membanting daftar menu itu ke atas meja.
Dengan wajah memerah dia merintih, "Mel, ayo kita ke tempat lain saja."
Melvin mengerjap, "Ada apa? Apakah makanan di sini tidak membuat mu berselera?"
Dia tau Olivia pasti merasa ngeri melihat harganya, jadi Melvin terus menggodanya, "Kalau nanti uangku tidak cukup, kamu harus membantuku!"
Rasanya Olivia ingin menangis. Dia bahkan tidak bisa membeli satu ekor kepiting dengan seluruh uang tabungannya!
"Olivia, Ada apa?" Tanya Teresa seraya menatap Olivia dengan bingung.
"Olivia pasti kelaparan!" Elaine mencoba menjawab.
"Bagus! Makin lapar, Makin lahap makannya!"
Telma menambahkan komentarnya penuh semangat. Dia sudah tidak sabar untuk memulai pasta makanan itu.
Olivia tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetar. "Mel, makanan ini ... mahal."
Sang pelayan menunggu dengan sabar. Dia tidak tau apakah sanggup membayar atau tidak.
Mereka tidak seperti orang bodoh yang tidak tahu diri.
Walaupun anak-anak itu berpakaian sederhana, banyak juga orang kaya yang memiliki gaya hidup sederhana seperti itu.
Pelayan cantik itu bernama Chelsea Nash. Dia baru saja lulus kuliah.
Selain penampilan nya yang menarik, restoran itu juga menginginkan staf pelayanannya mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi dan penguasaan bahasa asing yang baik.
Lagi pula, orang-orang yang mereka layani kebanyakan dari kalangan kelas atas.
"Mahal?"
Melvin meminta daftar menu itu dari Chelsea.
Setelah membukanya, dia berkata, "Tidak terlalu mahal.
"Aku ingin memesan satu kepiting satu, dua lobster, delapan ratus gram daging sapi, lima rarus gram daging kambing.
"Satu porsi bulu babi, empat porsi bubur krim.
"Spageti ... Wah! Aku mau satu, ekstra pedas. Anggur ... Tidak,tidak,tidak. Jus jeruk saja, tiap orang satu!"
Jantung Olivia berdebar seiring dengan tubuhnya yang tidak berhenti gemetar.
Dia berteriak dalam hati, Mel sudah gila! mengapa tadi aku mau masuk kesini bersamanya?
Tolong!
Aku mau pulang saja!
Apakah sebaiknya aku pura-pura sakit perut dan kabur?
Chelsea merasa bahagia saat mendengar pesanan Melvin. "Baiklah! pilihan yang bagus! apakah kamu memiliki kartu anggota? kamu akan mendapatkan diskon dua puluh persen."
"Kartu anggota? aku tidak punya. Bagaimana cara mendapatkannya?" Tanya Melvin.
Chelsea tersenyum lebar.
Dia akan mendapatkan komisi yang tinggi untuk setiap kartu anggota yang berhasil dia tawarkan ke pelanggan.
Chelsea dengan cepan menjelaskan, dengan menghabiskan dua ratus empat puluh juta rupiah untuk sekali makan, kamu akan mendapatkan kartu anggota biasa.
"Jika mengisi ulang kartu dengan satu miliar rupiah, kamu bisa meningkatkan kartu keanggotaan mu menjadi kartu Naratama perak, dua setengah miliar rupiah untuk kartu Naratama Emas, dan dua belas miliar rupiah untuk kartu Naratama Berlian.
"Kartu Naratama Berlian adalah kartu terbaik di restoran kami. Pemilik bisa menikmati banyak layanan khusus.
"Kami memiliki lima ratus jaringan restoran di seluruh dunia dengan segala jenis masakan. Kartu Naratama bisa di gunakan di setiap restoran.
"Ditambah lagi, kami sudah berkerja sama dengan hotel telaga. Anggota Naratama kami dapat memesan layanan khusus dari hotel setiap kali mereka menginap."
Melvin mengangguk-angguk saat mendengar penjelasan sang pelayan.
Dia bisa mendapatkan kartu anggota itu karena dia sudah kaya sekarang.
Dengan dua triliun dua ratus lima puluh miliar rupiah di rekeningnya, mendapatkan kartu Naratama Berlian adalah hal yang mudah.
"Baik, buatkan aku kartu anggota!" Melvin berkata lantang.
"Baik. Bolehkan aku bertanya jenis yang mana?" Suara Chelsea tiba-tiba menjadi halus dan lembut.
"Berlian!" jawab Melvin tegas tanpa keraguan sedikit pun.
Berlian?
kartu Naratama Berlian?
Dua belas miliar rupiah! Chelsea akan mendapatkan komisi sebesar satu miliar dari transaksi ini!
Chelsea bener bener di buat bengong oleh rezeki yang tidak terduga ini.
Namun, dalam sekejap mata. Dia segera kembali menguasai diri. Masih terlalu celar untuk merayakannya. Lagi pula, dia belum menerima uangnya.
"Baiklah! Aku akan meminta seseorang untuk mendaftarkan kartumu secepatnya!"
Chelsea dengan sigap berbalik dan berlari keluar.
Disaat yang sama, Sistem PAM mulai berbicara dengan Malvin di kepalanya.
[ Biaya pertama yang kamu kelurkan untuk adik-adikmu akan mendapatkan potongan sepuluh kali lipat! ]
Melvin meraung terkejut ketika mengetahui nya.
"Tunggu!'
Mendadak dia berseru.
Chelsea berbalik dan menoleh pelan kearah Malvin dengan tatapan khawatir.
"Ada apa, Tuan?"
"Aku mau masing-masing dari kami mendapatkan satu kartu!"
Chelsea tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.
"Apa?"
Melvin mengulangi, "Buatkan kami kartun Naratama Berlian, Masing-masing satu!"
Chelsea merinding.
"Mohon tunggu sebentar," ujar Chelsea dengan cepat.
Dia berlari keluar secepat mungkin dengan sepatu hak tingginya.
Chelsea membatin, Mel benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.
Melihat kepergian Chelsea, Olivia sudah tidak mampu membendung kemarahannya lagi.
"Mel, kamu pasti sudah gila!" Seru Olivia
Tonia pun menimpali, "Mel, ayo kita pergi dari sini saja. Kalau kita pergi sekarang, mereka tidak akan bisa menangkap kita!"
"Kita berpura-pura saja ingin pergi ke kamar mandi. Begitu ada celah, kita langsung kabur!" Usul Thea.
Flora menelan ludah dan berkata, "Mel, ayo, pergi. Kami tidak akan menyalahkan mu!"
Teresa duduk dengan tenang seolah dia sedang berada di kelas. Dia berkata, "Mel, kalau uangmu tidak cukup, aku bisa meminjamkan uang sakuku padamu Akan tetapi, kamu harus mengembalikannya! Uang sakuku itu lebih dari empat ratus lima puluh ribu rupiah!"
Melvin memandang saudari-saudarinya itu sambil tersenyum.
Dia berkata, "kalian tidak perlu cemas, aku tahu apa yang kulakukan."
"Tidak. Semuanya, ayo, kita seret Mel keluar dari sini!" Seru Thea.
Thea berdiri dan hendak berlari menghampiri Melvin.
Olivia juga sudah bersiap untuk beraksi.
Akan tetapi, pada saat yang sama, Chelsea datang bersama dua orang pria.
"Habislah kita!"
Semua saudari Mel terpaksa mengurungkan niat mereka untuk Kabur sekarang.
Sambil tersenyum lebar, Chelsea berkata, "Tuan, mereka adalah manajer dan staf kami yang akan membantu untuk membuatkan kartu untukmu!"
Danny berkata sambil tersenyum,
"Halo, Tuan. Perkenalkan, namaku Danny Wilkinson, manajer di tempat ini. Sunggu suatu kehormatan bagiku bisa membantumu."
"Halo, tolong buatkan kartu Naratama Berlian untuk masing-masing adikku. Aku akan membayar biaya pembuatan kartunya dengan kartu kredit," pinta Melvin.
Melvin mengeluarkan ponselnya. Fungsi komunikasi Medan dekat kompatibel dengan ponsel Melvin dan dia telah menghubungkan rekening banknya ke ponsel nya itu.
Danny sedang mengeluarkan mesin kartu kredit dan menekat tombol harga dengan nilai seratus enam puluh lima miliar rupiah.
Danny melihat Malvin meletakan ponselnya di atas mesin kartu kredit itu.
Waktu seakan berhenti sesaat.
Semua orang di ruangan itu menyaksikannya dengan gugup.
Tidak berselang lama, mesin kartu kredit itu pun berbunyi, [ pembayaran berhasil! ]
"Berhasil?
Apa!"
Semua orang di ruangan itu sungguh tercengang!
Mereka masih syok, Chelsea pun membatin, seratus enam puluh lima miliar rupiah!
Pembayaran berhasil!
Chelsea tidak bisa mempercayainya!
Dia akan mendapatkan komisi sepuluh persen dari kartu ini.
Itu berarti dia bisa mendapatkan lima belas miliar rupiah.
Dengan uang sebanyak itu, dia bisa membeli sebuah rumah kecil di Kota Kasau!
Chelsea merasa sangat beruntung.
Melihat pembayaran itu telah berhasil di lakukan, Danny pun tersenyum lebar.
"Maaf mengganggu, Tuan. Bolehkan aku meminya data pribadimu?" Tanya salah seorang staf dengan wajah tersenyum.
Sementara staf itu sedang memperoses kartu Malvin, Danny berlalu meninggalkan ruang makan privat bersama Chelsea setelah berpamitan pada Malvin.
Danny dan Chelsea berdiri di luar ruang makan privat. Melihat tubuh Chelsea yang gemetar, Danny berkata "Tenangkan dirimu. Ingat, tetaplah bersikap sopan. Pergilah dan sajikan makanan untuk mereka."
"Baik!" Jawab Chelsea.
Gadis itu pergi sambil berjingkrak kegirangan dan hampir jatuh karena sepatu hak tingginya.
Sepeninggal Chelsea, lutut Danny terasa lemas hingga membuat nya kehilangan keseimbangan. Dia sampai berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh.
Danny berguman, "benar-benar mengejutkan! Orang kaya zaman sekarang memang mengerikan!"
Melvin dan para saudarinya masih berada di ruang makan privat.
Staf yang memperoses kartu Melvin dan adik-adik itu terlah menerima data berupa nama, usia, serta foto wajah mereka. Untuk nomer telpon, kedua belas saudari itu memberikan nomer Melvin.
Staf itu kemudian pergi, menyisakan Melvin dan adik-adiknya di ruangan itu.
Olivia, Tonia, dan adik-adik lainnya menatap Melvin lekat lekat.
Melvin menyesap kopinya dan bertanya, "Mengapa kalian menatap ku seperti itu?"
"Apa kamu tidak ingin menjelaskannya?" Tanya Olivia.
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan. Aku kaya! Itu saja. Percayalah, aku mendapatkan uang itu dengan cara baik-baik." Ujar Melvin
Melvin hanya mengatakan pada adik-adiknya bahwa dia mendapatkan uang itu secara legal dan tidak mengatakan hal lainnya.
Beberapa saat berlalu. Chelsea datang dengan membawa kereta dorong yang berisi makanan mereka dan mulai menyajikan di atas meja. Seorang koki menyusul masuk dan mulai memanggang daging.
"Aku mau yang pedas!"
Elaine berkata dengan riang sambil memegang pisau dan garpu di kedua tangannya.
"Aku tidak mau. Aku mau yang manis!" Kata Nina.
"Kalau begitu aku juga!" Seru Elaine, seraya menyesal.
"Mel, ini untukmu," Ujar Esther.
Esther memberikan satu sendok besar selada makanan laut pada Melvin.
"Esther baik sekali!" Puji Melvin.
Melvin menyentuh kepala Esther dan berkata pada saudarinya yang lain, "Kalian makanlah yang banyak! Jangan sampai ada yang tersisa."
Melvin melihat hidangan di atas meja mereka. Dia lalu berkata pada Chelsea, "Tolong bawakan kami lebih banyak daging sapi dan daging kambing. Oh, dan dua kentang!"
"Baik, mohon tunggu sebentar!" Jawab Chelsea.
Chelsea meninggalkan ruang makan privat.
Beberapa saat kemudian, dia datang kembali dengan membawa kereta dorong. Dia menaruh bubur krim di atas meja, menyerahkan daging mentah untuk sang koki, dan akhirnya meletakan spageti di depan Melvin.
Melvin melahap spageti, daging panggang dan selada makanan laut. Rasanya sangat enak.
Olivia menelan ludah saat melihat semua makanan lezat di depannya. Dia membuang semua keraguannya dan melahap makanan itu dengan bersemangat. Dia membatin, aku akan bicara dengan Melvin setelah ini.
Tak berselang lama, Danny masuk dengan membawa kartu anggota dan memberikannya kepada Melvin.
Danny berkata, "Tuan Reed, ini adalah kartu anggota milikmu dan saudari-saudarimu. Untuk total harga makanannya, Tuan menghabiskan delapan puluh delapan juta lima ratus rupiah.
"Saat ini, restoran kami menyediakan diskon untuk setiap menu makanan kami. Berhubung tuan memiliki kartu anggota, tuan akan mendapatkan diskon tambahan.
"Jika di potong diskon, total harganya menjadi tujuh puluh lima juta lima ratus ribu rupiah. Berhubung ini adalah kali pertama tuan makan di sini, tuan hanya perlu membayar tujuh puluh lima juta rupiah saja.
Ketika Danny selesai bicara, Sistem PAM terdengar di kepala Melvin.
[ Total biaya yang di keluarkan telah kembali sebesar sepuluh kali lipat! Total pengembalian sebesar satu triliun tujuh ratus miliar rupiah. ]
Nominal uang yang di isi ke dalam kartu anggota juga di hitung sebagai pengeluaran. Akhirnya, Melvin telah membayar tagihan makanannya menggunakan kartu itu.
Dia membatin, Aku sama sekali tidak mengeluarkan uang sedikit pun untuk jamuan ini. Aku malah mendapatkan lebih banyak uang!
Melvin meletakkan garpunya, mengambil kartu-kartu itu dari Danny, dan membagikannya ke setiap saudarinya.
"Simpanlah kartu ini baik-baik. Kalian bisa datang kesini kapan pun kalian mau. Namun, ingatlah untuk tidak memberikan kartu kalian kepada siapa pun!
"Elaine, Teresa, Kalian dengar aku atau tidak?" Tanya Melvin.
Elaine dan Teresa sedang bersaing tentang siapa yang bisa makan lebih banyak, sementara Telma adalah jurinya. Elaine dan Teresa mengangguk untuk menganggapi pertanyaan Melvin, kemudian masukan kartu itu ke kantong celana mereka. Setelah itu, mereka melanjutkan kompetisi nya.
Melvin menggelengkan kepalanya dengan pasrah dan berkata, "Makanlah pelan-pelan. Jangan sampai tersedak."
Sang koki dengan sabar meletakkan bulu babi di samping daging panggang pada masing-masing piring mereka.
Chelsea, yang tengah menunggu di luar, kini tidak perlu melakukan apa pun selain menunggu Melvin.
Dia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya bahwa dia akan mendapatkan uang sebesar lima belas miliar rupiah.
Danny, yang datang dari sisi seberang, berjalan menghampiri Chelsea.
Dia berkata, "Chelsea, selamat! kamu mendapatkan begitu banyak komisi bulan ini!
"Aku kemari untuk memberitahumu bahwa kantor pusat telah memutuskan bahwa mulai sekarang kamu tidak perlu melayani tamu lain. Kamu hanya akan melayani Tuan Reed.
"Kamu akan menerima gaji tiga kali lipat, dan kantor pusat ingin mempublikasikan prestasimu di semua perusahaan. Bersiaplah untuk wawancaranya."
"Apa?"
Chelsea syok, kemudian menganggukkan kepalanya dengan antusias dan berkata, "Baik!"
Kabar baik terus berdatangan silih berganti.
Melvin adalah orang yang sangat penting bagi Chelsea sekarang.
"Aku makan Lima potong daging sapi, sementara kamu hanya makan empat. Aku menang!"
Di ruang makan privat itu, Elaine berkata pada Teresa dengan ekspresi bangga seraya mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Teresa memasang wajah cemberut. "Aku hanya ingin menyisakan tempat di perutku untuk lobster!"
Sissy dan Savana makan dengan tenang, tidak membuat keributan sama sekali. Dalam waktu singkat, mereka telah makan dengan porsi yang banyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!