Ketika suara hujan mengalun lembut membasahi bumi di pagi ini, Maya yang tengah berbaring di atas kursi sofa terlihat langsung membukakan bola mata nya secara perlahan.
Gadis tersebut terlihat diam tatkala dia mendengar suara penuh kekesalan dan ocehan tajam yang terdengar dari arah lantai bawah.
Sejenak Maya memejamkan kembali bola mata nya sembari gadis itu berusaha untuk menarik nafasnya secara perlahan.
kemudian dia beringsut dari posisi nya secara perlahan.
"Kau lihat si pemalas itu? Bahkan dia mengabaikan ocehan ku, aku sudah bilang menikahi perempuan tidak berguna yang tidak menghasilkan anak memang benar-benar membuat sakit kepala satu keluarga, lama-lama aku bisa mati karena dia"
Seperti biasa suara ibu mertuanya terdengar mulai memekakkan telinga di mana wanita tua itu terus menggerutu di sepanjang pernikahannya bersama suaminya mengeluh soal anak yang tak kunjung hadir di antara mereka.
Belum lagi ocehan soal kata malas yang keluar dari bibir mertuanya tersebut serta dirinya yang tidak becus mengurus rumah dan tidak pandai memasak sehingga bisa membuat orang serumah mati kelaparan.
Realitanya ketika satu ocehan perihal soal kapan anak-anak hadir di Antara pernikahan dia dan suami nya yang diluncurkan oleh mertuanya terdengar, tidak pernah ada yang tahu jika selama 6 tahun pernikahan dia dan suaminya, laki-laki itu sekalipun tidak pernah menyentuh dirinya. jadi bayangkan bagaimana mungkin dia bisa melahirkan seorang anak dan memberikan mertuanya seorang cucu yang diharapkan.
Bahkan sebaik apapun dan sesempurna apapun dia di rumah tersebut pada akhirnya apa yang dia lakukan tidak akan pernah dihargai.
"Lihatlah memasak saja tidak becus, apa dia tidak pernah di ajarkan bagaimana cara nya membuat masakan enak? Oh ya Tuhan seharusnya dia tidak menjadi menantu ku, karena lama-lama selain mati karena rasa masakan yang berantakan, gaya lamban nya dalam bekerja bisa membuat aku mati kelaparan cepat atau lambat"
Mertua nya terus saja mengoceh sejak tadi, mengabaikan perasaan nya yang mungkin terluka karena ucapan wanita tersebut.
"kak apa kau tidak bisa turun dengan cepat?"
Lagi suara seseorang mengejutkan dibawah sana, itu adalah suara adik iparnya.
Maya bergegas turun menuju ke lantai bawah, menuruni satu persatu anak tangga dengan gerakan yang cepat.
"Susun buku-buku sekolah ku dengan cepat kak"
Gadis muda itu kembali bicara, mendesak Maya agar bergerak dengan cepat.
setelah selesai menyusun barang-barang didalam tas nya, Maya langsung bergerak mendekat kearah dapur, dia menyiapkan makanan untuk sarapan pagi sang mertua dan adik ipar nya.
tidak dia pedulikan bagaimana mertua nya menatap diri nya, bahkan masih bisa dia dengar samar-samar ketika mertua nya terus mengumpat nya di depan sana dengan sang adik iparnya.
"Benar-benar menantu tidak berguna"
Maya hanya bisa menghela nafas nya pelan.
Setelah cukup lama berkutat dengan kegiatan memasaknya dan menyelesaikan semua nya,Maya langsung menyajikan makanan tersebut ke atas meja makan.
melihat dia menyajikan makanan dengan wajah mendung dan gelap seketika membuat mertua nya kembali menggerutu dan berkata.
"lihatlah bahkan dia tidak memperlihatkan senyuman nya dengan wanita tua ini, huh sejak awal aku sudah bilang, dia tidak pantas menjadi menantu di keluarga kita, tapi kakak mu tetap tidak mendengarkan ucapan wanita tua ini"
Mertua nya bicara sambil meraih gelas air minum yang ada dihadapan nya.
"bahkan rasa masakan nya pun sangat buruk sekali"
sembari wanita paruh baya lebih itu dan ipar nya mulai melahap makanannya, alih-alih berterima kasih seperti kebiasaan yang sudah-sudah wanita tua itu selalu berkata betapa tidak puas juga sangat tidak sesuai dengan selera nya makanan yang dibuatkan oleh Menantunya tersebut.
selalu ada celah untuk menghina dan mencari-cari titik kesalahan nya meskipun sedikit saja.
"Apa kau tidak bisa memasak dengan baik? Aku heran bagaimana bisa Perempuan seperti kamu menjadi istri dari Mawangsa"
Wanita itu mulai mengoceh setelah perut nya terisi dengan kenyang.
"Hampir seperti makanan seekor anjing"
lanjut nya lagi.
orang-orang berkata kekuatan ocehan ibu-ibu akan bertambah kencang saat pasokan makanan telah memenuhi perut mereka dan itu sangat berlaku kepada mertua nya.
Maya hanya diam, dia mencoba menahan tangan nya yang gemetaran, mengejek dirinya sendiri yang terlihat bodoh dan tidak berguna.
menahan perasaan atas segala penghinaan yang harus dia terima selama bertahun-tahun lamanya.
"Dibandingkan dengan Shinta, jelas kamu kalah jauh dari nya, ohhh ya Tuhan jika saja kecelakaan itu tidak terjadi, pastinya yang berdiri menjadi menantu keluarga Heri jaya adalah Shinta bukan nya kamu"
kata-kata tersebut meluncur dari bibir mertuanya, Maya tidak menjawab, dia mencoba menggigit bibir bawahnya sambil menahan air matanya agar tidak tumpah.
6 tahun pernikahan mereka, nama Shinta jelas tidak pernah hilang di antara mereka.
"Aku Heran kenapa kamu masih mau bertahan di rumah ini, kenapa tidak berfikir untuk pergi secepat nya dari sini? Kau benar-benar Perempuan berwajah tembok"
Maya tidak menjawab sama sekali, lebih memilih untuk tetap diam, membereskan sisa makanan dan piring-piring makan secara perlahan.
"ibu jangan seperti itu"
Setidaknya suara adik ipar nya sedikit membuat dia merasa senang, tapi detik berikutnya Kalimat yang di ucapkan gadis itu cukup membuat sakit hati nya.
"jika tidak puas dengan masakan kakak ipar ketika kak Shinta bangun kak Mawangsa pasti akan membawa nya kemari dan dengan sukarela membuat kan makanan sesuai dengan selera kita"
Kali ini Maya terlihat menggenggam perlahan gelas yang ada ditangan nya.
"Bukankah kak Mawangsa sedang menemani kak Shinta? Kabar nya gadis cantik itu mulai menampakkan kemajuan dalam kesehatan nya"
Rasanya saat ucapan tersebut keluar dari bibir adik iparnya, ada jutaan jarum yang menghantam seluruh tubuhnya termasuk jantung nya.
apakah aku benar-benar tidak pernah di anggap selama 6 tahun ini?!.
kalimat tersebut sering meluncur dari balik hati nya.
"kakak jangan marah, bukan kah kakak tahu bagaimana perasaan kakak Mawangsa? Jangan berkecil hati soal apa yang aku ucapkan barusan"
meskipun dia tahu kalimat tersebut persis seperti sebuah ejekan, setidaknya ucapan yang dikeluarkan masih terdengar penuh kelembutan dan sopan santun yang mendalam.
******
Didepan halaman rumah mendominasi berwarna putih dengan bangunan mewah bergaya Eropa tersebut terlihat sebuah mobil Mercedes Benz e-class keluaran terbaru Tampak berhenti di depan bangunan mewah tersebut.
Seorang laki-laki dengan wajah tampan dan rahang tegasnya terlihat turun dari mobil tersebut, menggunakan setelan jas mahal dari brand new season tahun ini, menampilkan kesempurnaan sang pemilik tubuh sempurna dengan tinggi sekitar 185cm lebih tersebut.
Perpaduan wajah sempurna dengan alis mata hitam lebat, bola mata indah setajam elang serta bulu mata hitam yang dipadupadankan dengan hidung mancung serta bibir indah menggoda Tersebut semakin menambah tingkat ketampanan serta kadar kharismatik luar biasa nya, katakan Perempuan mana yang tidak akan tergila-gila pada laki-laki seperti itu?!.
bahkan Maya pun iya, dulu dibuat tidak bisa bernafas karena begitu memuja nya.
begitu berada di pintu masuk rumah, bola mata laki-laki tersebut dan bola mata Maya saling bertemu namun laki-laki tersebut jelas menatap Maya dengan tatapan yang begitu dingin dan membunuh lantas Sepersekian detik kemudian laki-laki tersebut langsung membuang pandangannya
Maya terlihat diam, ikut membuang pandangannya nya sembari bergerak kedalam ikut mengabaikan laki-laki tersebut.
Dan seperti biasa ketika Mawangsa kembali kerumah mereka, Maya akan menyiapkan kebutuhan laki-laki tersebut layaknya seorang istri.
Saat ini dia tengah menyiapkan air hangat untuk digunakan sebagai pemandian sang suami, tapi ketika dia tengah fokus dengan perkejaan nya tiba-tiba Mawangsa menghentikan kegiatan nya dan mengejutkan dirinya.
"Besok Shinta akan pindah kemari dan tinggal disini"
Degg
Seketika jantung Mayang seolah-olah berhenti berdetak, nafasnya terdengar begitu berat dan hati nya jelas terasa begitu sakit.
Nama Shinta seolah-olah menjadi mimpi buruk didalam hubungan mereka.
"Bersiaplah untuk keluar dari rumah dan mencari tempat tinggal lain"
Hah…?!.
Maya terlihat mendengus didalam hati, menahan rasa sakit dan air matanya agar tidak tumpah.
Jika biasa nya dia diam, kali ini bolehkah dia sedikit saja membantah?.
"bagaimana jika aku tidak setuju dan tidak mau?"
Maya mencoba mengambil keberanian nya, kalimat tersebut meluncur dengan cepat diiringi rasa sakit yang tidak berkesudahan.
Sebenarnya tangan nya cukup bergetar saat ini, tapi Maya mencoba menekan-nekan tangan nya untuk menetralisir perasaan kacau dan sedih nya.
orang-orang bilang ketika hati mu terasa begitu sakit dan air mata mu siap tumpah, menekan bagian salah satu urat nadi mu bisa menunda perasan tersebut sejenak.
Mendengar ucapan Maya seketika membuat Mawangsa mencibir dan mendengus kasar.
"aku harap kau tidak lupa bagaimana pernikahan kita berjalan sejak awal"
laki-laki itu mencoba mengingatkan dirinya soal perjanjian lalu yang mungkin nyaris dia lupakan.
Maya seketika membulatkan bola matanya, menatap punggung laki-laki tersebut yang kini mulai menjauhi dirinya.
yah seharusnya dia ingat dan tahu diri, jika bukan karena kecelakaan yang di alami Shinta hingga membuat Mawangsa terdesak keadaan, jika bukan karena tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan Shinta, mungkin pernikahan mereka tidak akan pernah terjadi hingga hari ini.
lupakah dia?.
dia lah yang terlalu banyak berharap dengan pernikahan mereka.
Dimasa lalu karena sebuah kecelakaan besar membuat Shinta sang kekasih Mawangsa mengalami masa kritisnya.
Lucunya satu-satunya orang yang bisa di andalkan dan bisa menyelamatkan Shinta adalah Maya.
karena Maya sejak dia masih duduk di bangku SMA sudah jatuh cinta pada Mawangsa, gadis itu menggunakan kesempatan tersebut untuk mendapatkan laki-laki tersebut dengan kepolosan dan kebodohan nya.
"Aku akan membantu nya tapi dengan syarat menikahlah denganku"
Apakah dia harus tertawa ketika mengingat cerita 6 tahun yang lalu? Bagaimana akhir nya dia menjadi nyonya Mawangsa.
Dan Laki-laki Tersebut menerima tawaran nya karena dalam keadaan mendesak, bahkan saat dokter berkata Shinta tidak memiliki kesempatan untuk bangun dari tempat tidurnya, pada akhirnya laki-laki tersebut langsung menyetujui kesepakatan yang dibuat Maya.
Kini siapa sangka Shinta sadar dari keadaan nya bahkan sudah mulai bangun dari posisi nya ketika pernikahan mereka telah berjalan selama 6 tahun.
"bersiaplah untuk pindah hari ini juga, aku tidak ingin Shinta melihat wajah mu saat dia datang kerumah hari ini"
Begitu dia membuka bola mata nya pagi ini, Mawangsa bicara kearah nya dengan nada yang begitu dingin dan datar.
Maya menatap Mawangsa dalam diam, dia memandang laki-laki yang dia cintai segenap hati nya selama 6 tahun pernikahan mereka itu untuk beberapa waktu.
6 tahun menikah jelas bukan waktu sebentar, setidaknya sepasang suami istri yang hidup bersama pasti terselip sedikit rasa cinta, tapi sepertinya tidak pernah ada bagi Mawangsa, dia benar-benar tidak bisa mengenali sosok suaminya sedikit pun selama pernikahan mereka.
Sejenak Maya mencibir didalam hatinya, dia bangun dari tempat tidur nya kemudian mencoba mengangkat kepalanya di hadapannya Mawangsa.
"Aku adalah istri mu, kenapa aku yang harus keluar ketika dia kembali?"
Tanya Maya dengan tatapan nya.
mendengar ucapan Maya seketika Mawangsa mengeratkan rahangnya sambil menggerakkan gigi nya, laki-laki itu mengepalkan tangannya dengan keras.
"Kau membohongi aku selama 6 tahun pernikahan kita, kau tahu apa yang dikatakan Shinta ketika pertama kali dia bangun? 6 tahun yang lalu kau lah yang menabrak nya dan hampir membunuh nya di masa lalu"
Mendengar ucapan Suaminya Seketika Maya mengerut kan keningnya, dia langsung terkejut sambil membulatkan bola matanya.
"Apa?"
Jelas saja dia bertanya dengan rasa terkejut bukan main, sejenak tubuhnya membeku.
"kau benar-benar perempuan ular yang luar biasa, menipuku,memaksa ku menikah dengan ku dan menyembunyikan semua nya selama 6 tahun belakangan"
Tidak, itu jelas tidak benar, Maya fikir bagaimana bisa Shinta berkata begitu kepada Mawangsa.
"ini kesalahpahaman, itu tidak benar"
Dia berusaha untuk membela diri, menyangkal tuduhan yang diberikan kepada dirinya.
bagaimana bisa?!.
dia jelas bukan gadis seperti itu.
"Bahkan meskipun aku menangis darah dan menjelaskan semuanya ribuan kali sekalipun apakah kamu akan percaya kalau aku tidak melakukan bukan?"
Maya sudah mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi tapi suami nya mana mungkin percaya, namun yang mengherankan kenapa Shinta bisa mengatakan pada Mawangsa jika dialah penyebab kecelakaan kala itu.
"tanpa perlu kau jelaskan pun aku sudah tahu bagaimana sifat asli mu"
ucap Mawangsa cepat, menatap nya dengan pandangan mencibir.
"dasar pelacur murahan"
begitu kalimat itu meluncur di balik bibir laki-laki dihadapan nya itu, seketika Maya menatap mata Mawangsa, tiba-tiba dia menemukan rasa jijik yang begitu luar biasa.
Maya tersenyum begitu pahit, Waktu Enam tahun bukan sebentar, dia menghabiskan masa muda nya mendampingi laki-laki tersebut, ketika semua orang bersenang-senang dengan kehidupan remaja mereka dia mendampingi Mawangsa dengan segenap jiwa, menunggu Shinta bangun dari tidur nya, terus setia dan sabar diperlakukan bagaikan seorang babu demi mendampingi Mawangsa.
Meskipun tidak dilirik dan dilihat pengorbanan yang diberikan nya selama ini, Maya tetap bertahan berbalut senyuman di balik rasa luka dan perih.
lalu saat Shinta sadar dan bangun lihat bagaimana laki-laki ini mengusir nya dan lihat bagaimana Shinta membalas kebaikan nya.
Mawangsa seketika mendengus, kemudian laki-laki itu melemparkan kalimat yang kembali menyakiti hati Maya.
"kau bisa memilih satu diantara dua pilihan, mau ditendang keluar atau keluar lah sendiri dengan cara terhormat"
setelah berkata begitu Mawangsa langsung membuang pandangannya, dia bergerak dengan gagah menjauhi Maya, Membiarkan gadis tersebut menatap punggung kokoh nya yang bergerak semakin menjauh.
suara hantaman pintu kamar Terdengar memekakkan telinga, seketika air mata Maya tumpah tidak tertahankan.
******
Ketika Maya kembali mendengar ocehan ibu mertu nya dari lantai atas dimana sebenarnya dia telah bersiap dengan kegiatan biasanya untuk menyiapkan makan pagi, seketika Maya menarik kasar nafasnya.
Gadis itu tampak diam untuk beberapa waktu sembari memejamkan bola matanya, membiarkan kedua tangan nya memegang disisi kiri dan kanan Lemari tolet nya.
lalu tiba-tiba gadis tersebut membuka bola matanya, Maya melepaskan afron masak yang melekat di tubuhnya dengan gerakan cepat lantas membuang nya ke lantai.
Gadis itu bergerak cepat turun kebawah menuruni satu persatu anak tangga.
adik ipar nya yang melihat sosok nya mulai turun dari tangga bicara kenapa dia belum menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.
"kenapa kakak belum menyiapkan sarapan pagi?"
Entah keberanian dari mana yang datang dari Maya, gadis itu menjawab dengan suara yang tinggi serta nada yang sedikit tidak bersahabat.
"kau fikir aku pembantu dirumah ini?"
ini untuk pertama kali nya dia bicara dengan nada Begitu sombong dan sedikit membentak.
"Apa?"
adik ipar nya jelas terkejut mendengar ucapan Maya.
"Ibu…"
gadis muda itu berteriak kesal, memanggil ibu nya yang ada di ruangan lain, mencoba mengadu kelakuan kakak ipar nya yang berani bicara membentak dan dengan nada yang begitu tinggi.
"kakak ipar tidak mau membuat kan kita sarapan pagi, apa ibu dengar? Bahkan kakak ipar membentak ku barusan"
hah….?!.
Maya mendengus, dia fikir adik iparnya benar-benar seorang pengadu.
Mertua nya jelas lari tergopoh-gopoh dari arah ruangan lain, menatap Maya dengan bola mata hampir keluar sembari membawa sebuah rotan ditangan nya.
"kau bilang apa? Membentak? Tidak mau membuat kan sarapan?"
Wanita tua itu berteriak lantang, bergerak cepat mendekati Maya dan bersiap memberikan pukulan telak dengan rotan yang ada di tangan nya kearah Maya.
Begitu rotan tersebut melesat hampir melewati tubuh Maya, hal tidak terduga terjadi, Maya buru-buru langsung menahan rotan Tersebut dengan tangan kirinya hingga membuat ibu mertua dan adik ipar nya terkejut setengah mati.
"kau…?"
Wanita itu terlihat begitu marah.
"kau punya kemampuan untuk melawan ku sekarang? Apa kau ingin di ceraikan oleh Mawangsa sekarang juga?"
Bentak wanita itu kesal.
Alih-alih takut kali ini Maya benar-benar memiliki keberanian untuk dirinya sendiri.
"Aku akan pergi secepat nya"
mendengar jawaban Maya jelas saja membuat wanita itu mendelik kaget.
"apa? Kau….!"
dia kembali ingin memecut Maya tapi Perempuan itu secepat kilat menahan kembali tangannya.
"sekali saja anda melukai tubuhku, aku akan membuat tuntutan ke pengadilan dengan pasal penyiksaan"
Ucap Maya sambil melotot tajam kearah wanita tua tersebut hingga membuat mertua nya seketika membeku.
6 tahun dia fikir dia bertahan di dunia ini, jika dia masih bertahan sungguh bodoh diri nya.
Dia tidak akan mau lagi menjadi bodoh dan lemah.
Hingga akhirnya setelah berkata begitu, Maya langsung melesat keluar dari rumah tersebut menuju ke arah depan.
Siapa sangka didepan sana sebuah mobil Ferrari Flamboyan keluaran terbaru tahun ini sudah menunggu didepan pintu rumah besar tersebut, terlihat seorang laki-laki berwajah tampan mendominasi melambaikan tangan kearah Maya sambil melebarkan senyuman nya.
"Sayang, kemarilah"
Hal tersebut jelas membuat ibu mertua Maya dan adik ipar nya membulatkan bola mata mereka Karena terkejut, mereka fikir harus langsung melaporkan nya pada Mawangsa sekarang juga.
Julian adalah teman masa kecilnya, laki-laki tampan dengan kharismatik luar biasa yang menjadi incaran semua gadis dan perempuan muda di seluruh kota A itu sejak tadi menunggu diri nya di depan.
siapa yang tidak terpesona pada ketampanan dan kesuksesan nya, selain memang tampan Julian memiliki masa depan yang jelas cerah.
putra laki-laki penerus perusahaan Han Tse generasi kedua tersebut telah menjadi incaran banyak orang belakangan ini, semua gadis dan perempuan sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian nya.
Jadi jika Maya menjadi orang yang paling beruntung di antara semua orang apakah itu satu kebetulan atau keberuntungan?!.
Maya langsung masuk ke dalam mobil laki-laki tersebut tanpa banyak bicara dia langsung duduk tepat di samping Julian sambil menarik nafasnya pelan.
Tidak dia pedulikan lagi teriakan mertuanya di ujung sana ketika Julian memacu laju mobilnya menuju ke arah depan.
"Apa kau sudah memikirkan semuanya dengan matang?"
Julian bertanya kearah Maya dengan penuh semangat, tapi laki-laki tersebut tidak ingin menampakkan Rona wajah bahagianya atas keputusan Maya.
"tentu saja aku telah memikirkannya dengan matang, kau tahu?aku tidak memiliki sedikitpun kenangan indah atau satu memori yang bisa membuatku tidak ingin melepaskan seorang Mawangsa"
Jawab Maya cepat tanpa berniat menoleh ke arah Julian.
"Akulah yang terlambat menyadari semua keadaan, terlalu bodoh bagi ku ketika sebenarnya Semua orang telah memanfaatkan diriku tanpa aku sadari sama sekali"
lanjut nya lagi.
Julian jelas menghela nafasnya lega, ini kalau pertama dia melihat keseriusan di balik ucapan dan ekspresi Maya.
Bisa dilihat kali ini Maya begitu bersungguh-sungguh dengan ucapan nya, tidak ada kepalsuan di dalamnya dan sama sekali tidak ada keraguan yang tercipta.
Julian pada akhirnya memberikan sesuatu kepada Maya, sebuah amplop berwarna coklat yang berisi surat perjanjian perceraian.
Maya melirik sejenak ke surat perjanjian tersebut.
"Aku tidak menginginkan apapun dari perceraian kami"
Ucap gadis itu Itu kemudian.
Di masa lalu dia benar-benar tulus mencintai Mawangsa, tidak pernah terlintas di dalam pikirannya menginginkan apapun yang ada di diri Mawangsa kecuali hati laki-laki tersebut.
Tidak terlintas di pikirannya untuk mendapatkan hartanya,menguasainya atau bahkan berpikir ingin meraih apapun yang ada di dalam rumah atau bahkan juga perusahaan laki-laki tersebut.
Dia benar-benar tulus mencintai Laki-laki itu dari dalam lubuk hati nya, bersedia hidup hingga menua bersama Mawangsa, rela mengorbankan semua nya untuk suami nya bahkan bisa jadi diam-diam membantu laki-laki tersebut tanpa pernah diketahui dunia.
Setelah dia berkata tidak menginginkan apa-apa kepada Julian, Maya secepat kilat menandatangani berkas perceraian tersebut tanpa rasa ragu sedikitpun.
Setelah dia menandatangani surat perceraian itu Maya berkata kepada Julian.
"antarkan aku kerumah sakit"
Dia ingin langsung menemui maungsa di rumah sakit di mana Shinta Tengah dirawat.
Alih-alih menjawab Julian hanya mengangguk kan kepalanya, laki-laki tersebut melajukan mobilnya menuju ke arah rumah sakit sesuai dengan apa yang diperintah oleh Maya.
******
Di rumah sakit Maya benar-benar mendapati Mawangsa tengah merawat Shinta, bisa dia lihat bagaimana sifat hangat laki-laki tersebut mengurus dan menatap Shinta yang tidak pernah dia dapatkan selama 6 tahun pernikahan mereka.
Hatinya jelas terasa begitu sakit, tapi dia fikir dia tidak harus lagi meratapi hati nya, sebab ini kali terakhir mereka bersama dan menjadi sepasang suami istri tanpa cinta.
Melihat kehadiran Maya jelas membuat mawangsa meradang, apakah gadis tersebut ingin membuat kekacauan, laki-laki tersebut langsung berdiri dan mencoba menghalangi pandangan Maya dari Shinta.
Dia takut Maya akan mencelakai kekasihnya tersebut sama seperti enam tahun yang lalu.
Melihat adegan tersebut jelas membuat Maya semakin terluka, Begitu ironisnya pemandangan yang dia lihat bagaimana Mawangsa Begitu melindungi Shinta dan menampilkan kekhwatiran dan rasa cinta nya.
Pada akhirnya seolah-olah tersadar dari pemikiran dan rasa sedihnya, Maya langsung melempar surat perjanjian perceraian mereka ke arah mawangsa.
Sejenak Laki-laki tersebut mengurutkan dahinya, kemudian dia baru sadar jika itu merupakan surat perjanjian perceraian.
"ada apa Maya?"
Shinta bertanya dengan suara seolah-olah tidak berdaya, begitu lembut melankolis, Sangat di buat-buat dibalik telinga Maya, tapi jelas terdengar halus dan tidak berdaya di Balik telinga Mawangsa.
"Aku sudah menandatangani surat perceraian nya"
Maya langsung bicara pada intinya, enggan bertele-tele dan terlalu lama berada di ruangan tersebut, dia enggan melihat kemesraan kedua orang itu yang akan semakin menyakiti hati nya.
Mendengar ucapan Maya jelas saja Mawangsa Seketika membeku, entahlah sepertinya dia tidak benar-benar merasa siap untuk bercerai, laki-laki tersebut belum menyetujui nya.
"pulanglah kerumah, kita akan membicarakan nya nanti"
Mendengar ucapan Mawangsa jelas saja membuat Maya mencibir, sandiwara apa lagi yang ingin diciptakan Laki-laki tersebut.
"Kenapa? Apa kau jatuh cinta pada ku? Hingga tidak mau langsung menandatangani surat perceraian kita?"
tanya Maya kemudian berusaha untuk menekan nya.
apa?!.
Mawangsa jelas mengeratkan giginya.
"Sayang"
Pada akhirnya Shinta memanggil Mawangsa, membiarkan laki-laki tersebut menatap nya sembari dia mengangguk kan kepala nya.
pada akhirnya Mawangsa terdiam, Laki-laki tersebut secara perlahan menandatangani surat perjanjian perceraian itu.
Begitu surat perjanjian perceraian telah ditandatangani, Maya langsung mengambil berkas tersebut lantas dengan cepat dia keluar dari dalam ruangan kamar rumah sakit itu.
Percayalah begitu dia keluar dari arah pintu Maya langsung menyandar tubuh nya di daun pintu untuk beberapa waktu, dia mencoba menahan nafasnya sembari kedua telapak tangannya menutupi mulutnya.
setelah sekian lama berlalu ini kali pertama nya dia benar-benar menangisi sesuatu, seperti anak kecil yang kehilangan mainan paling berharga nya yang dicuri oleh orang lain diam-diam dibelakang nya, Maya memukul dada nya berkali-kali sambil berkata ini pasti baik-baik saja.
8 tahun mencintai laki-laki tersebut bukan waktu sebentar, bahkan mengorbankan banyak hal tanpa pernah Mawangsa ketahui.
2 tahun dia mencintai Mawangsa dalam diam, bahkan berkali-kali dia menemui laki-laki tersebut dalam keterpurukan nya, memberikan banyak memori pada laki-laki tersebut tanpa disadari Laki-laki itu.
Bahkan Shinta tahu betul bagaimana hati nya dan pengorbanan nya, bagaimana dia hampir mati beberapa kali hanya untuk menyelamatkan Mawangsa dengan nyawanya.
Lalu bagaimana bisa gadis itu?!.
Maya meraih sesuatu dari dalam tas kecil nya, dia meraih sesuatu didalam sana kemudian menatap benda kecil yang ada di tangan nya itu.
8 tahun pada saat ini semuanya sia-sia.
air mata nya tumpah diiringi rasa sakit yang tidak bisa dia deskripsi kan dengan kata-kata.
Dia terus berjalan sembari terisak sambil berusaha terus berkata didalam hati nya semua pasti baik-baik saja.
Semua sudah berakhir,yah semua sudah berakhir bukan? Lalu kenapa aku harus menangisi semua nya?!.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!