'Ah, rasanya seperti mimpi. Aku melihatmu di sini. Kau terlihat sangat gagah dengan menggunakan jas berwarna hitam, dan berdandan seperti layaknya seorang pangeran. Tubuhmu terpancar aura cahaya, yang dapat membuat hatiku terasa damai.
'Bahagia? Ya, aku merasa sangat bahagia dan aku merasa sangat terharu melihatnya. Cinta yang akan menjadi sebuah cerita keabadian untuk dikenang. Oh tidak, aku merasa sangat gugup berdiri di hadapanmu. Langkah demi langkah kakimu mendekat ke arahku secara perlahan, aku tidak pernah menyangka hal ini terjadi.'
Masih terekam jelas cerita itu dan masih kuingat dengan secara rinci perjalanan kisah itu. Aku masih bisa menggambarkan bagaimana semua itu berawal.
Ya, bagaimana cara kita memulai semua kisah itu. Aku, Alethasya. Terjatuh dalam kenangan, yang tak mungkin bisa kulupakan.
Semua itu berawal dari Tujuh tahun lalu, tepatnya saat usiaku baru akan menginjak Tujuh belas tahun. Kau datang di saat yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, caramu yang hadir dalam hidupku dengan cara yang tidak biasa. Membuatku merasa jika hal itu, tidak akan pernah bisa kulupakan dalam ingatan di kepalaku.
...****************...
Tujuh tahun yang lalu, aku sedang berada di dalam lamunanku menatap langit-langit kamar yang terasa sangat hampa. Aku tidak tahu harus melakukan apa, aku tidak tahu harus bagaimana, dan aku tidak tahu harus memikirkan hal apa.
Hati dan pikiranku sedang kacau saat itu, karena baru saja aku mengalami pengkhianatan atas nama persahabatan dengan teman-teman yang sangat akrab denganku dan aku mengalami kekecewaan atas nama percintaan dengan mantan kekasihku yang sebelumnya.
Rasanya sangat sesak, aku tidak bisa bernafas, aku tidak bisa bergerak dan aku tidak lagi memiliki rasa kepercayaan pada dua ikatan itu. Ya, aku tidak lagi memiliki kepercayaan dengan ikatan persahabatan dan percintaan.
Bagiku saat ini, dua ikatan itu hanya dapat menjeratku dalam kekacauan yang tidak seimbang. Sangat amat menyakitkan dan juga menyedihkan.
'Pernahkah kau tahu. Bagaimana rasanya dikhianati dan dikecewakan oleh sahabat dan kekasihmu yang menikammu dari belakang?'
Ya, salah seorang sahabatku dan mantan kekasihku berselingkuh. Sedangkan, sahabatku yang lainnya, membantu mereka untuk saling menutupi kenyataan itu.
Tidak hanya itu, aku harus menerima tamparan keras sebuah kenyataan. Bahwa, aku hanya dimanfaatkan oleh mereka. Mulai dari segi materi, hingga dimanfaatkan akal sehat.
'Ah, rasanya sangat bodoh sekali ya?'
Entah aku yang terlalu polos, atau mereka yang benar-benar iblis menjelma menjadi manusia.
Mulai dari saat itu, aku sangat berhati-hati untuk mempercayai orang lain. Bahkan, untuk mempercayai diriku sendiri.
Hari-hariku selanjutnya tetap sama, tidak ada yang berubah. Aku menghabiskan waktu untuk berbaring di kasurku dengan kehilangan rasa semangat, sambil menghisap rokok dan memandang langit-langit dinding kamarku yang terang dengan cahaya lampu remang-remang.
Aku masih saja melamun dan mengintrospeksi diri sendiri, untuk mencari letak kesalahanku. Aku tidak melakukan apa-apa selain hal itu, sambil mendengarkan musik-musik yang membosankan dari ponselku.
Ah bahkan aku sampai lupa, kalau aku memiliki ponsel yang mungkin bisa menghiburku selain memutar lagu. Akan tetapi, itu sangat membosankan. Setiap kali aku melihat ponselku, aku hanya melihat pesan-pesan singkat masuk dari mereka yang telah mengkhianatiku.
Isi dari pesan mereka selalu saja sama, "*Maaf*". Hanya itu yang bisa mereka katakan. Bukankah itu sangat membosankan?
Sejujurnya, aku sudah memaafkan mereka. Hanya saja, aku merasa semua sudah itu cukup. Tidak ada lagi yang perlu dilakukan selain, '*Menjauh dari sekitar orang-orang, toxic*.'
"Ah, pesan dari kalian itu sangat membosankan, lho." Kata yang selalu kuucapkan, setelah membaca isi pesan yang sama dari mereka semua. Aku tidak pernah membalas pesan dari mereka semua, semenjak aku mengetahui semua kebenarannya.
...****************...
Tak terasa, sudah satu bulan aku menjadi remaja yang sangat menikmati kesendirian. Tanpa kusadari pula, aku telah mengubah sifat dan sikapku menjadi seorang remaja yang introvert.
Hingga orang-orang yang ada di rumahku, merasa sangat muak melihatku menjadi seorang remaja yang tidak berguna.
Masa bodo, aku mulai menyukai hal yang sering kulakukan ini. Semenjak semua yang telah kualami itu, aku tidak lagi datang ke sekolah umum.
Melainkan aku mengakhiri pendidikanku di pertengahan SMK, dan aku memutuskan untuk mengikuti sekolah instan yaitu sekolah Paket C yang bisa mendapatkan ijazah hanya dengan sekali mengikuti ujian.
'Lantas, untuk apa aku harus repot-repot datang ke sekolah setiap pagi? Itu sangat merepotkan.'
...****************...
'Ah, ternyata sudah dua bulan ya?'
Pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutku pada diri sendiri. Selama itu pula, aku tidak lagi melihat ponsel dan melihat kabar terbaru di media sosial.
Karena mulai merasa bosan, terlintas dalam pikirku untuk iseng melihat media sosialku. Hal yang biasanya tetap saja terjadi, pesan dari mereka menumpuk hingga ratusan dengan isi pesan yang sama.
Aku mengabaikannya, dan aku coba melihat-lihat siapa saja yang mengirimku pesan selain para pengkhianat itu.
Masih sangat kuingat, Tujuh tahun lalu di malam hari pukul Tujuh lewat lima puluh menit. Ada sebuah pesan, dari orang yang tidak pernah kutahu dan tidak pernah kukenal sebelumnya.
"Siapa ya?" Tanyaku berbicara pada ponselku, saat melihat orang asing itu mengirim pesan. Akupun membaca isi pesan itu.
Ternyata, tidak hanya sekali ia mengirim pesan kepadaku. Beberapa pesan dari orang asing itu sudah menumpuk di kotak masuk, karena tidak pernah kulihat ponsel sebelumnya.
"Aletha, boleh kah aku bertanya?"
"Aletha.."
"Oi, balas dong"
"Hallo.."
"Yah, sombong banget"
Begitu isi pesannya. Karena rasa penasaran terhadap orang asing yang sok kenal denganku itu, aku langsung segera melihat informasi kontaknya. \[***Avoldi Kray***\]. Informasi kontak media sosial itu memberitahuku, bahwa itu adalah kau. Ya, kau. ***Avoldi Kray***.
Saat itu, kita hanya orang asing yang tidak saling mengenal. Akan tetapi, Kray sangat sok akrab mengajukan pertanyaan aneh kepadaku. Isi pesannya seperti ia sudah mengenalku sangat dekat.
Awalnya, aku berpikir untuk tidak merespon pesan itu. Namun, aku berpikir kembali.
'Kesempatan, sih. Mumpung, lagi bosan'. Gumamku dalam hati.
Akhirnya, akupun membalas pesan dari Kray.
"Iya, mau tanya apa?" Balasku.
Sebenarnya, aku juga tidak berharap Kray membalas pesanku itu. Karena, yang kutahu. Seseorang yang datang dengan mudah lewat media sosial online, maka akan dengan sangat mudah menghilang seperti hantu online.
Tapi ternyata, ia membalasnya dengan sangat cepat.
"Akhirnya dibalas juga"
"Jadi begini, aku mau tanya sesuatu" Balasnya.
"Iya, mau tanya apa?" Balasku.
"Kaukan perempuan, hal apa sih yang paling disukai perempuan?" Balasnya yang mengajukan pertanyaan sangat konyol, yang sebenarnya aku juga sama sekali tidak tahu hal itu.
Pertanyaannya itu membuatku bengong dan bingung, aku berpikir sangat keras untuk dapat menjawabnya. Ya, memang benar aku adalah seorang perempuan. Tapi, bahkan aku tidak tahu apa yang disukai oleh perempuan pada umumnya.
Bagaimana tidak? Selama ini, aku bahkan tidak pernah menuntut apapun dari orang lain, aku juga tidak pernah berharap apapun dari orang lain. Ini sangat, menyebalkan.
Ada satu pertanyaan yang tidak bisa kujawab, padahal aku selalu unggul dalam sebuah pertanyaan dalam ujian sekolah walaupun aku menjawab asal sesuai yang masuk di dalam logika saja.
Ah sial, aku menghabiskan banyak waktu memikirkan pertanyaan konyol ini. Aku hanya dapat melongo menatap ponselku berulangkali membaca pertanyaan yang ada di pesan ini.
"Hallo? Yah, kok tidak di balas lagi?" Kray kembali mengirim pesan. Mungkin karena, aku berpikir terlalu lama untuk menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak tahu pastinya" Balasku, yang sangat jelas mencari alasan untuk mengulur waktu.
'Ah dasar bodoh, rupanya memang aku yang bodoh karena tidak bisa menjawab.'
"Kenapa kau bertanya padaku? Padahal kau bisa bertanya pada teman-teman perempuanmu yang lain" Tambah pesanku kepadanya.
Karena, terlintas dalam pikirku merasa sedikit heran. Jelas saja aku merasa heran, orang ini adalah orang asing yang sok akrab denganku.
Bahkan ia mengajukan pertanyaan aneh pada orang yang ia juga sama sekali tidak mengenalku. Dasar laki-laki yang sangat aneh.
"Ya, aku mau tahu pendapatmu." Balasnya.
"Aku memaksamu, untuk menjawab pertanyaanku." Balasnya lagi.
"Sudah gila kah manusia ini? Dia berkata memaksaku untuk menjawab pertanyaan nya?" Ujarku menggerutu pada ponselku, saat membaca isi balasannya saat itu.
Namun, entah mengapa aku tidak membantah atau mengabaikannya. Aku juga tidak berniat untuk memblokir kontaknya seperti yang biasa kulakukan pada laki-laki yang mengajakku berkenalan via media sosial online.
Justru aku malah berusaha mencari jawaban, dari pertanyaannya. Untuk terlihat sedikit pintar dalam menjawab pertanyaannya, aku malah bertindak licik dengan mengumpulkan jawaban dari Google.
Sampai akhirnya, aku menemukan sedikit jawaban.
"Baiklah, aku akan menjawabnya. Namun, aku tidak tahu pastinya." Balasku.
"Cepat katakan, aku sudah menunggu jawabanmu dari tadi, lho. Kau membuatku, sangat penasaran." Balasnya, dengan sangat cepat.
"Mungkin perempuan suka dengan perhatian, suka memakan coklat dan suka diberikan bunga." Balasku, sesuai apa yang dikatakan google.
"Oh begitu ya, apakah ada lagi selain itu?"
"Entahlah, aku tidak tahu banyak. Mungkin juga mereka suka dimanjakan. Tapi, kurasa tidak semua perempuan menyukainya." Balasku, yang sudah tidak punya akal.
"Menarik sekali. Bagaimana denganmu?" Balasnya dengan mengajukan pertanyaan, yang tidak bisa kupahami pastinya.
Aku berpikir, jika dia bertanya tentang pendapatku lagi soal perempuan. "*Sungguh, kau sangat gila saat itu, Kray*"
"Apa maksudmu?" Tanyaku, untuk memastikan tujuan dari pertanyaan terakhirnya.
"Maksudku adalah bagaimana denganmu? Apa yang kau sukai? Aku sangat ingin mengetahuinya!" Balasnya.
Saat membaca balasan pesannya itu, aku merasa terkejut. Aku sedikit tersipu malu, aku juga merasa terharu. Ini aneh, sangat menyenangkan.
Rasanya sungguh sangat menyenangkan, dari sekian lama dan sekian banyak orang yang kutemui bahkan dari beberapa orang yang menjadi mantan kekasihku.
Sekalipun tidak pernah ada yang bertanya tentang apa yang kusukai dan hal apa yang bisa membuatku menyukai hal itu, Ini benar-benar sangat kebetulan. Di saat aku sedang dalam kekacauan, ada seseorang yang mampu membuatku tersipu malu. Bahkan orang itu adalah orang asing yang tidak kukenal, astaga.
Rasanya sangat senang saat itu, sungguh. Orang itu membuatku salah tingkah, hanya dengan memberikanku pertanyaan sederhana itu.
...<-------------------------------->...
...*Pesan Author untuk pembaca setia*...
..."Hai Reader's. Mohon maaf apabila novel author ini banyak kesalahan dalam penulisan dan mungkin membosankan untuk dibaca, author masih dalam pembelajaran untuk penulisan novel. Terimakasih atas dukungannya. Dukungan dari kalian sangat berharga bagi author, author sangat membutuhkan kritik dan saran dari kalian. Agar author dapat mengembangkan sebuah karya novel menjadi lebih baik lagi"...
...Note : Plagiarisme melanggar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah mengaturnya secara jelas....
"Hallo, Aletha? Kenapa tidak dibalas?" Ia kembali mengirim pesan.
Bodohnya aku yang malah melamun, saat membaca pesan darinya pada pertanyaan yang sebelumnya.
"Biar aku tebak. Kau pasti sedang salah tingkah saat ini, atau mungkin kau tidak tahu cara mendeskripsikan keinginanmu sendiri?" Ia menambahkan pesannya.
'Hey, orang ini ajaib sekali.'
Aku merasa terkejut, saat ia dapat menebak dengan jelas bahwa aku sedang salah tingkah. Mungkin juga ia benar, aku tidak bisa mendeskripsikan apa yang kusukai.
Tak ingin membuatnya menunggu lama, aku memutuskan untuk asal menjawab pesannya.
"Ehem. Begini, aku tidak tahu apa yang kusukai. Aku hanya suka melakukan apa yang kusukai, untuk diriku sendiri." Balasku untuk pesannya.
"Sangat menarik. Aku juga menyukai hal itu. Tapi, yang sedang kutanyakan adalah jika seseorang ingin membahagiakanmu dengan sesuatu yang bisa dilakukan. Kau berharap dia melakukan hal apa dan memberikanmu apa?" Balasnya dengan sangat cepat.
'Payah, lagi-lagi aku dibuat salah tingkah dengan perkataannya.'
'Baiklah, aku akan meninggikan keinginanku agar ia berhenti membuatku salah tingkah.'
"Jika itu adalah kekasihku, aku hanya ingin ia tidak menyakitiku, tidak membuatku kecewa dan tidak berselingkuh. Jika itu adalah sahabatku, aku hanya ingin ia tidak mengkhianatiku apalagi berniat merebut kekasihku. Jika ia adalah temanku, aku hanya ingin dia menjadi teman yang baik untukku." Balasku.
"Baiklah aku mengerti sekarang. Kalau dari barang, apa yang kau inginkan?" Balasnya.
"Barang ya?" Tanyaku.
"Ya." Sahutnya.
"Kalau dari sebuah barang, aku tidak terlalu berharap diberikan apapun. Karena aku tidak menyukai sesuatu dengan tetap, terlebih lagi aku suka membelinya menggunakan uangku sendiri. Kau tahu? Karena aku tidak suka, hanya karena orang lain membelikanku sesuatu itu akan diungkit di kemudian hari. Hal itu akan sangat amat, membosankan sekali."
"Aneh, kukira saat kau memberitahuku tentang apa yang disukai wanita. Kau mendeskripsikan balasan sesuai dengan keinginan yang sejatinya terpendam dalam benakmu, ternyata sangat berbeda dari jawaban yang baru saja kau katakan." Balasnya yang terlihat jelas merasa sangat heran.
"Hahaha.. Aku melihat jawaban itu dari Google, karena sejujurnya aku tidak tahu apa yang disukai wanita." Jawabku dengan jujur kepadanya.
"Kampret, rupanya kau memanipulasi jawaban. Sangat sulit ditebak."
"Oh ya, dari jawaban tentang dirimu itu. Aku merasa jika kau tidak pernah diperlakukan seperti yang kau bicarakan itu oleh kekasih, sahabat atau temanmu. Apakah aku benar?" Balasnya yang kembali mengajukan pertanyaan, kepadaku.
Saat membaca pesan darinya itu, membuat hatiku merasa sedikit sesak. Aku tidak menyadari, jika ternyata aku memberitahu orang lain tentang apa yang kurasakan secara tidak langsung.
Rasanya sangat tidak pantas hal itu diketahui oleh orang lain, mungkin lebih baik kuakhiri saja percakapan ini. Daripada aku semakin jauh mengatakan hal-hal yang tidak semestinya kukatakan.
"Ini sudah cukup larut malam, aku akan tidur lebih awal." Balasku
"Ternyata kau lari dariku dirimu sendiri. Apa kau percaya, bahkan aku bisa merasakannya hanya dari kalimat yang kau tuliskan. Katakanlah, agar hatimu merasa sedikit lega. Kalau kau pendam sendiri, itu akan menjadi hal yang menyakitkan untukmu." Balasnya.
Ternyata ia sangat menyadari, jika aku benar-benar ingin lari darinya dan diriku sendiri.
Ah rasanya sangat sesak. Bahkan yang peduli denganku saat ini, adalah orang asing yang tidak kukenal sama sekali. Memang benar, aku sangat ingin menceritakan kekecewaan ini kepada orang lain. Namun kepada siapa? Sedangkan, dalang dari kekecewaanku ini adalah sahabat dan kekasihku yang sebelumnya itu.
Apa aku harus bercerita kepada anggota keluargaku? Itu tidak mungkin kulakukan, aku tidak ingin terlihat lemah di depan mereka. Kalau aku terlihat lemah hanya karena kekecewaan sepele seperti ini, bagaimana aku bisa menyemangati seluruh anggota keluargaku? Terutama, memberikan contoh sebagai seorang wanita yang kuat untuk adik-adik perempuanku.
"Aku tahu kau membaca pesanku, aku juga tahu kau merasa jika aku tidak pantas mengetahuinya. Aku mengerti itu, aku tidak akan memaksamu sampai kau siap menceritakannya." Ia kembali mengirimkan pesan kepadaku.
Aku merasa orang ini cukup asik untuk diajak berbincang, anehnya aku juga tidak merasa canggung untuk berbalas pesan dengannya. Biasanya, aku akan sangat amat berhati-hati saat membalas pesan dari orang yang tidak kukenal.
Namun kali ini berbeda, entah memang aku yang hanya sedang merasa kesepian atau Kray yang memiliki daya tarik tinggi untuk diriku.
"Ya, kau benar. Aku memang memiliki beberapa cerita, yang tidak ingin kuceritakan. Bisakah kita tidak membahas hal itu?" Balasku.
"Terima kasih karena kau sudah jujur, aku tidak akan bertanya lagi sampai kau siap menceritakannya. Baiklah kita bahas hal yang lain saja."
"Terima kasih." Balasku. Aku merasa lega, karena ia tidak memaksaku menceritakannya.
"Oh ya, ngomong-ngomong kau tinggal di mana?“ Tanyanya.
"Di rumah." Balasku.
"Sial, kau sangat lucu. Tapi aku bertanya dengan serius, Bambang." Balasnya.
Aku berpikir sejenak, apakah ada yang salah dari jawabanku itu? Di situasi ini, aku yang bodoh atau dia yang tidak mengerti? Dia malah tertawa membaca balasanku itu, bahkan mengubah namaku dengan panggilan nama orang lain. Yaitu, Bambang.
'Sial, Bambang adalah tukang bakso dekat rumahku.' Gumamku.
"Ya memang kenyataannya seperti itu, lho. Saat ini aku tinggal di rumah."
"Bukan itu maksudku. Maksudku adalah di daerah mana?"
"Oh, itu. Aku tinggal di kota A."
"Lumayan jauh ya. Kalau aku, tinggal di kota C." Balasnya.
Aku merasa heran, ia memberitahu tanpa aku bertanya. Bahkan, aku tidak pernah berpikir untuk menanyakannya.
"Tapi, aku tidak ingin tahu kau tinggal di daerah mana." Balasku.
"Sial, aku skakmat." Ujarnya.
"Saat ini apa aktivitasmu? Sekolah atau bekerja?" Kembali ia ingin tahu tentangku.
Ah aku sedikit bingung cara menjelaskannya, aku sudah tidak bersekolah umum ataupun bekerja. Aku hanya diam di rumah, melamun sebagai seorang yang berstatus tidak jelas saat ini.
Terkadang aku hanya mengambil tawaran pekerjaan sebagai pekerja lepas, dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Hanya itu saja yang kulakukan, untuk membantu pemasukanku sendiri.
Bukan anak sekolahan dan bukan seorang pekerja tetap. Aku tidak tahu mau jawab apa saat itu. Tapi, aku merasa itu tidak ada hubungan dengannya.
Lagi pula, aku sedang menunggu jadwal ujian sekolah paket C yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Dengan begitu, aku akan mendapatkan ijazah yang setara SMK/SMA setelah ujian selesai. Agar aku dapat lebih mudah mencari sebuah pekerjaan berstatus pekerja tetap.
"Aku tidak melakukan keduanya saat ini, aku menempuh sekolah instan dan saat ini aku belum memiliki ijazah untuk melamar sebuah pekerjaan yang berstatus tetap." Balasku.
"Oh begitu, jadi kau sedang menunggu ujian paket C untuk ijazah SMA ya? Tidak apa, sabarlah dulu. Kau bisa mencari pekerjaan setelah kau mendapatkan ijazah." Balasnya yang menyemangatiku.
"Ya begitulah. Bagaimana denganmu?" Balasku, aku mulai merasa penasaran kepada dirinya.
"Saat ini aku sedang bekerja di salah satu perusahaan transportasi umum milik negara." Jawabnya.
"Itu bagus, semangatlah."
"Ya, tapi apa kau tau? Beberapa rekan kerjaku sangat menakutkan dan sering menindasku."
"Tenanglah, mungkin mereka hanya iri. Kau tidak perlu menghiraukannya, fokus saja pada pekerjaanmu dan fokus saja dengan tujuanmu. Dengan begitu, kau tidak akan memikirkan hal yang tidak penting." Balasku yang menyemangatinya.
"Kau benar, kau berpikiran sangat dewasa. Aku merasa nyaman dan jauh lebih tenang, saat kau berkata begitu." Balasnya.
Aku dan Kray terus berbincang lewat pesan singkat, isi pembahasan itu semakin seru. Kami bercanda dan tertawa hanya dengan berbalas, ini cukup gila. Tapi ini sangat menyenangkan, ia benar-benar menghiburku hanya dalam waktu beberapa jam.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, saat itu Ibuku tidak sengaja terbangun dan melihatku masih tertawa sendiri memandang layar ponselku.
"Aletha, ini sudah pukul dua pagi. Tidurlah, kau akan sakit jika setiap hari kau selalu bergadang." Ujar Ibuku.
...<-------------------------------->...
...*Pesan Author untuk pembaca setia*...
..."Hai Reader's. Mohon maaf apabila novel author ini banyak kesalahan dalam penulisan dan mungkin membosankan untuk dibaca, author masih dalam pembelajaran untuk penulisan novel. Terimakasih atas dukungannya. Dukungan dari kalian sangat berharga bagi author, author sangat membutuhkan kritik dan saran dari kalian. Agar author dapat mengembangkan sebuah karya novel menjadi lebih baik lagi"...
...Note : Plagiarisme melanggar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah mengaturnya secara jelas....
Pengenalan anggota dan karakter keluargaku
***Ibuku, bernama Melisa***. *Ia adalah sosok Ibu yang baik hati, ia menerima semua anaknya dengan sangat apa adanya. Bahkan, ia dapat memaklumi kenakalan yang dilakukan anak-anaknya. Ia juga tidak pernah menekan anak-anaknya untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan, ia hanya berharap anak-anaknya bahagia*.
***Ayahku, bernama Setya***. *Ia adalah sosok ayah yang sebenarnya juga baik hati, hanya saja sikapnya sangat keras terhadapku dan saudara-saudariku. Tak jarang kekerasan fisik dan mental selalu kami terima, tak jarang juga ocehan pedas keluar dari mulutnya. Keputusasaan yang ia berikan kepada anak-anaknya, sering kali terjadi. Bahkan, alasanku tidak melanjutkan sekolah umum juga karena dirinya. Kami hanya berusaha mengerti keadaannya, jadi setiap anak-anaknya tidak berani menuntut banyak hal di luar kemampuannya. Dapat diberikan makan sebagai nafkah keluarga darinya saja, kami semua sudah merasa bersyukur. Tapi, ia juga memaklumi kenakalan anak-anaknya. Ia paling tidak akur denganku, semua itu jelas saja terjadi karena aku adalah anak yang sangat keras kepala. Sebelum ini, banyak insiden terjadi dalam hal pertengkaran dan beda pendapat antara aku dan dirinya. Tapi aku, dia tidak membenciku. Hanya saja ia menyadari, jika aku bisa jadi wanita yang kuat. Bahkan jauh lebih kuat dari ini*.
*Ayah dan Ibuku di karuniai lima orang anak, dan yang artinya aku memiliki empat orang saudara/i. Dua orang saudara laki-laki dan dua orang saudari perempuan*.
***Kakak laki-lakiku, urutannya anak pertama. Bernama Julian***. *Hemm, tak banyak yang kutahu tentangnya. Yang kutahu dia orang yang sangat pendiam, ia tidak pernah menceritakan apa yang ia rasakan. Sama sepertiku, yang juga seringkali tutup mulut dan memendam apa yang dirasakan sendiri. Ibu dan Ayahku selalu saja menerka-nerka tentang perasaannya, untuk mengimbangi penyakit yang di deritanya. Ya, ia memiliki sebuah penyakit. (Bipolar Disorder) itulah yang dikatakan dokter. Penyebabnya adalah, tekanan pada batin dan pikiran. Mungkin semua itu karena didikan Ayahku, yang sangat keras terhadap kami semua. Tapi penyakit kakakku itu jarang sekali kambuh, selagi semua anggota keluarga mengimbangi pikirannya dan tidak membuatnya sangat tertekan. Maka saat itu, ia berada di zona aman. Banyak yang bilang kalau penyakit itu adalah penyakit orang gila, tapi penurutku bukanlah seperti itu. Itu hanya sebuah penyakit kepribadian yang tidak dapat terkendali, saat penderitaannya terlalu banyak tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Karena sejauh ini, kakakku sangat normal seperti orang-orang pada umumnya dan seperti anggota keluargaku yang lainnya*.
***Adik laki-lakiku, urutannya anak ketiga. Bernama Kevin***. *Anak ini cukup terbuka dan juga nakal, sedikit keras kepala dan tidak suka diatur oleh siapapun. Ia sangat mirip denganku, dan juga mirip dengan Ayahku. Seorang anak laki-laki pemberontak, dan jalan pergaulannya mengikuti jalan pergaulanku. Tidak hanya itu, ia juga seorang anak laki-laki yang brutal, dan sering membuat masalah. Bahkan ia pernah mematahkan tangan temannya, saat berkelahi di sekolahnya. Adikku yang satu ini, amat sangat menyebalkan sekali*.
***Adik Perempuanku yang besar, urutannya anak keempat. Bernama Alice***. *Ia sedikit tertutup dan pemalu, tidak terlalu suka bergaul. Ia sangat berhati-hati dalam melangkah, ia juga selalu mendengarkanku saat aku berkata. "Jangan lakukan ini, karena ini contoh yang sangat tidak baik" Ia tidak mengikutiku sebagai perempuan perokok, bisa di bilang ia anak yang paling penurut dari yang lainnya*.
***Adik Perempuan ku yang paling kecil, urutannya anak kelima. Bernama Angela***. *Ah dia masih kecil, aku belum bisa mendeskripsikannya. Yang kutahu, ia hanya suka bermain dan sibuk meminta uang untuk membeli jajanan aneh dari warung saja*.
***Ya, betul. Aku adalah anak kedua. Namaku Alethasya***. *Aku tidak perlu mendeskripsikannya, kalian akan tahu setelah mengikuti semua alur cerita ini. Tidak ada yang spesial dari diriku, hanya saja. Jalan hidup yang kutempuh, penuh dengan bumbu asam manis. Selain itu, aku juga seorang wanita yang cukup keras kepala*.
*Baiklah perkenalan keluargaku sudah sampai di sini saja, aku akan melanjutkan kisahku*.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah Ibu mengingatkanku untuk segera tidur, akupun memberitahukan kepada Kray.
"Kray, aku harus segera tidur. Ibuku telah mengingatkanku, untuk segera tidur." Ujarku dalam pesan.
"Yah sayang sekali, padahal pembahasan kita cukup seru ya." Balasnya.
"Ya sudah, tidurlah. Tapi esok setelah kau bangun, jangan lupa kabari aku. Kau tidak boleh lari dariku, apa kau mengerti?" Tambahan pesan balasannya.
Aku bingung, saat ini Kray bukan kekasihku atau bahkan sahabatku. Ia hanya orang asing yang menghiburku, aku juga meyakini bahwa esok hari semua keseruan ini akan hilang bersama dirinya.
Jujur, aku tidak berharap banyak dengan dirinya. Karena aku tahu, orang asing yang tidak ada ikatannya sama sekali denganku akan mudah sekali untuk pergi meninggalkan. Apalagi hanya berkomunikasi via pesan singkat, sangat mudah untuknya menghilang secara tiba-tiba.
Jadi, aku mengikhlaskannya jika itu terjadi. Setidaknya, aku merasa bersyukur karena ia sempat menghiburku walau hanya dalam waktu yang sebentar. Aku juga sangat senang, dapat mengenal orang aneh seperti Kray.
Aku meyakini jika penguasa membantuku saat ini, untuk menghibur hatiku lewat Kray. Terima kasih atas hiburannya malam ini. Aku tidak akan pernah melupakan isi semua pesan gila ini.
"Baiklah." Balasku, secara asal.
Sesungguhnya, aku bukan tipikal orang yang suka mengirim pesan lebih dulu. Jadi, aku sudah tahu bagaimana selanjutnya. Jika esok, semua akan usai.
'Selamat malam, Kray. Terima kasih, untuk waktu yang sebentar ini. Kau sangat menghiburku malam ini.'
"Selamat malam dan selamat tidur, Aletha." Ujarnya dalam pesan terakhir, yang ia kirimkan itu.
Seakan ia tahu kalau aku mengucapkan selamat malam kepadanya, di dalam hatiku.
Akupun mematikan ponselku dan meletakkannya dekat dengan stop kontak untuk mengisi daya ponselku, agar baterainya penuh di hari esok.
Aku merasa, hari ini sangat berbeda dari hari biasanya. Aku bisa merasakan lega di dalam hati dan pikiran. Berkatnya, aktivitasku tidak hanya bengong menatap langit-langit kamar dan mendengarkan musik yang berkali-kali aku putar secara berulang-ulang setiap malam. Hanya saja, kebiasaan merokokku tidak bisa hilang.
...<-------------------------------->...
...*Pesan Author untuk pembaca setia*...
..."Hai Reader's. Mohon maaf apabila novel author ini banyak kesalahan dalam penulisan dan mungkin membosankan untuk dibaca, author masih dalam pembelajaran untuk penulisan novel. Terimakasih atas dukungannya. Dukungan dari kalian sangat berharga bagi author, author sangat membutuhkan kritik dan saran dari kalian. Agar author dapat mengembangkan sebuah karya novel menjadi lebih baik lagi"...
...Note : Plagiarisme melanggar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sudah mengaturnya secara jelas....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!