NovelToon NovelToon

DIA MILIKKU

Bab 1

8 tahun kemudian..

Di pagi hari seperti biasa Argana terbangun dari tidurnya, ia melihat keluar jendela kaca suara rintikan hujan membasahi rumahnya yang begitu indah.

Lalu Argana menuruni tempat tidur berjalan kearah dekat Jendela, ia menatap kearah taman belakang dengan tatapan datar. Setelah hampir 15 menit lamanya, Argana segera bersiap-siap berangkat kuliah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia pun keluar dari dalam kamar menuruni anak tangga menuju dapur, "Selama pagi tuan muda" sapa ibunya Rehan.

"Pagi bi" balas Argana mendudukkan diri diatas kursi sembari menerima sarapan paginya. "Jam berapa tadi papa sama mama berangkat ke L.A bi?".

"Sekitar jam 6 pagi tadi tuan".

"Mmmmm" begitu cukup lahap Argana sangat menikmati sarapan paginya. Ibunya Rehan yang melihat merasa senang tersenyum bahagia. "Aku sudah selesai bi, terima kasih untuk sarapannya".

"Iya tuan sama-sama" seperginya Argana, ibunya Rehan segera membersihkan bekas piring kotor Argana. "Meskipun tatapan matanya terlihat dingin, tapi hatinya tuan muda terlihat cukup hangat semenjak nona Reysa pergi meninggalkan Indonesia. Hhmmm, apa nona Reysa baik-baik saja? Tuan muda tidak beda jauh dari tuan Lucas sewaktu 20 tahun lalu".

Kemudian Argana melihat Rehan sedang memanaskan mobilnya.

"Paman!" panggilan.

"Oo, selamat pagi tuan muda" senyum Rehan dengan ramah. "Ini tuan kunci mobilny..

"Hari ini aku mau diantar saja. Ayo" ucap Argana memasuki mobil membuat Rehan segera mengantar tuan mudanya itu ke kampus tempat Argana menempuh pendidikannya. "Paman, tolong putarkan music untuk ku".

"Baik tuan".

Argana lalu menutup kedua matanya. Entah kenapa hati dan pikiran sedang tidak bersahabat dengannya, dan ia juga tidak tahu alasan kenapa hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Tuan muda baik-baik saja?" tanya Rehan melihat dari pantulan kaca. "Kenapa aku melihat tuan muda seperti..

"Aku baik-baik saja paman" potong Argana menatap keluar jendela kaca mobil dengan tatapan kosong. "Hanya saja aku merasa.." gantung Argana saat seorang wanita tersenyum manis kepadanya ketika berada di lampu merah. "Ais, aku tidak menyukai wanita itu".

"Hhhmm?".

"Tidak" jawab Argana.

Sesampainya di kampus, Argana keluar dari dalam mobil, namun sebelum ia keluar ia tidak lupa berpesan kepada Rehan untuk tidak menjemputnya sepulang kuliah.

"Argana!".

Ia mendengar seseorang sedang memanggil namanya membuat ia melihat kearah suara tersebut.

"Yah, kenapa kamu tidak menyahut ku?" kesal Bagas anak Flora bersama dengan Jose.

"Ah.. Maaf" jawab Argana menyandang tasnya diatas kedua bahunya.

"Kamu baik-baik saja?".

"Mmmmm.. Ayo".

"Oo".

Sejak Bagas memasuki usia 15 tahun, Flora sebagai ibunya pada akhirnya memberi izin kepada putra sulungnya itu tinggal di ibu kota atas tanggung jawab Jose sebagai ayahnya meskipun Jose saat ini masih berstatus sebagai suami Raniya.

Hingga sampai sekarang ini Bagas tetap bersahabat dengan Argana bahkan mereka berdua berada di kampus yang sama.

"Arga, kamu tau di kelas kita ada cewe cantik. Tapi seperti yang aku lihat, wanita itu tidak seperti keturunan Indonesia. Kamu tidak penasaran dengan wanita itu?" tanya Bagas melihat ekspresi wajah Argana yang tidak ingin tahu dengan wanita itu.

"Hey.. Ayolah Argana. Ada apa dengan mu?".

"Tidak apa-apa Bagas".

"Kamu belum makan dari rumah?".

"Sudah".

"Terus kenapa wajahmu.. Oo, wanita itu" Bagas langsung menahan lengan Argana begitu ia melihat wanita yang tadi ia bicarakan sedang berjalan kearah mereka berdua. "Arga.. Argana.. Itu dia wanita yang tadi aku bicarakan. Wah, dia cantik sekali" kagumnya tersenyum lebar.

"Hay!".

"Kamu siapa?" Argana bertanya siapa dirinya dengan wajah datar.

"Akh.. Hallo! Perkenalkan nama ku Nita dari kelas manajemen A. Salam kenal yah" jawab Nita mengulurkan tangan dihadapan Argana, namun bukannya membalas uluran tangan Nita, Argana malah pergi begitu saja dari hadapannya. "Wah, kenapa dia...

"Hahahaha.. Hallo Nita! Salam kenal juga. Senang berkenalan dengan mu. Kamu tidak usah memperdulikan dia, dari dulu emang orangnya seperti itu sejak kekasihnya pergi meninggalkan dia. Oh iya, kenalkan nama ku Bagas".

"Akh iya Bagas" senang Nita.

"Mmmm.. Kamu orang Indonesia asli Nita? Maaf yah kalau aku bertanya terlalu berlebihan".

"Tidak apa-apa Bagas. Papa ku orang Australia dan mama orang asli Indonesia dan kami sudah lama tinggal Indonesia, sebab itu aku sangat fasih berbahasa Indonesia".

"Oohh.. Gitu yah. Ayo dosen sebentar lagi akan masuk".

"Mmmm" angguk Nita.

Di dalam kelas begitu mereka berdua masuk keruangan tersebut. Nita melirik kearah Argana yang sama sekali tidak perduli dengan sekitarnya meskipun wanita-wanita yang berada di sebelahnya mencoba untuk mendekatinya.

"Oh iya Bagas. Siapa namanya?".

"Siapa?" Bagas melihatnya.

Nita menunjuk kearah Argana.

"Oh, namanya Argana Davison. Dia anak tunggal kaya raya. Siapa pun nantinya wanita yang berhasil menaklukkan hati seorang Argana, dia akan menjadi wanita yang paling beruntung dia dunia ini".

Nita mengerutkan keningnya. "Maksud kamu Bagas?".

"Mmmmm.. Ayahnya seorang Presdir dia perusahaan Asia group. Kamu tahu Asia group Nita?".

"Aku kurang tau Bagas. Soalnya aku berasal dari kota sebrang".

"Oh, aku pikir kamu asli sini" Bagas tersenyum menatap kedua bola mata Nita yang terus menerus menatap kearah Argana. "Kamu tertarik kepadanya?".

"Hhhmmm? Kamu barusan bilang apa?".

"Kamu menyukai dia?".

"Dia siapa Bagas?".

"Siapa lagi kalau bukan dia Argana hahahaha.. Terlihat sangat jelas dari kedua padangan bola mata kamu Nita kalau kamu menyukai dia".

"Hey.. Kamu ada-ada saja Bagas. Mana mungkin aku langsung menyukai dia yang berbeda kasta dengan ku. Udah, jangan dibahas lagi".

"Tapi kamu tidak bisa membohongi ku Nita kalau kamu berkata seperti itu. Ayo jawab aku, kamu menyukainya kan?".

"Tidak Bagas".

"Ayo jawab aku Nita".

"Aku sudah bilang tidak Bagas.. Aku tidak menyukainya. Harus berapa kali lagi aku memberitahu mu?".

"Benarkah?".

"Mmmmm.. Lalu bagaimana dengan mu?".

"Kenapa dengan ku?".

"Kamu menyukai ku juga kan?".

"Mmmmm" Bagas terlihat sedang berpikir membuat wanita yang berada di hadapannya itu tertawa.

"Kamu ngaku saja kalau kamu menyukai ku. Tidak usah berbohong".

"Terus kalau aku menyukai mu. Maukah kamu menjadi kekasih ku Nita".

"Tidak Bagas".

"Ck.. Hhmmsss.. Belum apa-apa aku sudah ditolak. Tidak apa-apa, aku akan berjuang untuk mendapatkan cinta mu Nita sampai kamu sendiri yang akan berkata. Bagas, maukah kamu berkencan dengan ku hahahhaha" tawa Bagas tampa ia sadari kalau Reza telah berada di delam kelas mereka.

Sedangkan yang lainnya telah terdiam dan juga Nita yang berada di sebelahnya.

Kemudian Reza berjalan kearah Bagas, ia menatap anak tersebut masih saja tertawa yang benar-benar belum menyadari kehadirannya.

"Bagas! Ada yang lucu?".

Deng!!

Seketika Bagas terdiam sembari melirik kesampingnya dengan gigi cengengesan.

"Ekh.. Pak Reza. Maaf pak, saya tidak tahu kalau bapak sudah datang. Maaf" tunduknya kembali.

Bab 2

Sekeluarnya Reza dari dalam kelas. Bagas kemudian mendekati Argana, "Sedang apa kamu Arga?".

"Kenapa?".

"Tidak, aku hanya ingin mengajak mu keluar. Ayo!".

"Mmmmm" gumam Argana menyambar tasnya.

Lalu Nita mendekati kedua orang itu, "Kalian mau kemana? bolehkah aku ikut bergabung mmm?".

Bagas lalu tertawa kecil, "Nita, kami ini laki-laki. Kenapa kamu tidak mencari teman mu wanita?" kemudian Bagas memanggil salah satu dikelas itu. "Septia.. Kamu mau kemana?".

"Ke perpustakaan. Ada apa Bagas?".

"Nita ingin ikut bersama dengan mu. Bisakah kamu membawanya pergi bersama mu?".

Septia lalu melihat kearah Nita, "Ayo!" ajaknya.

Namun bukannya mau, Nita malah menolaknya sambil berkata terimakasih atas tawarannya karena ia tidak ingin ke perpustakaan.

"Kalau gitu aku pergi dulu" ucap Septia pergi dari sana.

Sedangkan Argana yang ingin segera keluar dari dalam kelas itu, ia pun memilih langsung keluar dari dalam kelas mereka tampa perduli dengan Nita yang akan mengikuti mereka atau tidak.

"Yah.. Tunggu aku Argana" Bagas berlari mengejarnya sambil melirik kearah Nita yang sedang menatap mereka dengan tatapan kecewa. "Kasihan juga".

"Apa?".

"Nita" jawabnya.

.

Di dalam kantin belakang, Argana dan Bagas menikmati makan siang bersama dan seperti biasa mereka menikmati mie ayam.

"Oh iya Arga. Apa sampai sekarang Reysa belum pernah menghubungi mu?".

"Jangan membahasnya. Aku tidak ingin membicarakan dia".

"Kenapa? kamu benar-benar marah kepadanya? seharusnya kamu mengerti dia Argana dan alasan dia pergi meninggalkan kamu".

"Hentikan Bagas. Harus berapa kali lagi aku memberitahu mu kalau aku tidak ingin membicarakan dia?" Argana meletakkan sendok garpu ya. Ia menatap Bagas, "Aku tidak ingin lagi kamu menyebut nama itu dihadapan ku Bagas. Berhentilah mulai dari sekarang".

"Tidak usah membohongi ku Arga. Aku tahu kamu sangat kecewa kepadanya. Tapi cobalah untuk bertahan menunggu dia sampai pulang ke Indonesia. Setelah itu kamu bertanya alasan Reysa pergi meninggalkan kamu".

"Aku sudah selesai Bagas" Argana bangkit berdiri. Ia berjalan kearah si pemilik kantin, lalu meminta sebungkus rokok dan juga alat pemantik.

"Kamu mau kemana?".

Bukannya menjawab Bagas, Argana pergi begitu saja menuju taman belakang. Disana ia melihat sebuah kursi panjang, lalu mendudukkan diri diatas kursi tersebut sembari mengeluarkan sebatang rokoknya.

"Yah.. Kenapa kamu meninggalkan aku? Aku juga mau, tolong berikan untuk ku juga" pinta Bagas mengeluarkan tangannya dihadapan Argana. "Maaf. Aku bukan bermaksud menyinggung perasaan mu".

"Mmmmm" balas Argana.

Kemudian Reza yang berada di kejauhan melihat kedua orang itu. Ia berjalan mendekati mereka.

"Hhrrmmm.. Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Reza.

Seketika Argana dan Reza membuang puntung rokoknya.

"Iya pak. Ada apa?" Argana melirik kearah Bagas yang ikutan menunduk seperti dirinya. Lalu melihat bungkus rokoknya yang masih berada diatas kursi membuat Argana pada akhirnya mengangkat kepala. "Maaf pak".

Reza pun tersenyum, "Sejak kapan kamu merokok Argana? Jangan khawatir, aku tidak akan melarang mu merokok begitu juga dengan mu Bagas. Apa kalian berdua.. Tidak, seharusnya aku tidak ikut campur urusan pribadi kalian" Reza kemudian mendudukkan diri diatas kursi yang tadi mereka berdua tempati. "Ayo duduk!".

"Iya pak" hingga Reza diapit oleh Argana dan Bagas.

"Apa kabar ibu mu Bagas?" tanya Reza menyambar sebatang rokok Argana. "Sampai sekarang ibu masih betah tinggal di disana?".

Bagas tersenyum, "Apa pak Reza merindukan ibu ku? hahahaha".

"Hentikan. Aku hanya bertanya dia baik-baik saja atau tidak? kenapa kamu jadi tertawa?".

"Akh.. Maafkan aku pak" senyum Bagas kembali.

.

Sepulang kuliah Bagas meminta kepada Argana menemaninya kerumah sakit milik Jose. Disana kedua orang itu sempat bertemu dengan Raniya, namun Raniya yang sama sekali tidak menyukai Bagas begitu juga dengan Argana langsung pergi begitu saja dari hadapan mereka.

"Ibu tiri mu menakutkan sekali Gas" tawa Argana mengejek sahabatnya itu.

"Ais.. Dia pikir cuman dia saja yang tidak menyukai ku? Aku juga sama sekali tidak menyukainya" lalu Bagas mengetuk pintu ruangan Jose.

Tok... Tok...

"Pa, ini aku" ucap Bagas dari balik pintu.

"Masuk!" jawab Jose.

Bagas langsung mendorong pintu ruangannya, disana ia melihat Jose sedang disibukkan dengan beberapa berkas.

"Apa kami menganggu papa?" tanyanya menyuruh Argana duduk.

"Tidak, ada apa kamu kemari?" jawab Jose menutup berkasnya.

"Tidak ada apa-apa Pa. Aku hanya ingin memberikan ini. Kata mama selamat ulang tahun".

"Apa?" kaget Jose yang sama sekali tidak mengingat hari ulang tahunnya sendiri begitu juga dengan Raniya tidak mengucapkan kata-kata tersebut.

"Selamat ulang tahun om Jose" ucap Argana.

Jose langsung tersenyum melihat putranya itu dan juga Argana. "Terima kasih Argana dan juga Bagas yang sudah mengingat ulang tahun papa".

"Hehehehe.. Sebenarnya Bagas juga lupa kalau papa hari ini ulang tahun. Tapi karna mama Bagas jadi ingat".

"Mmmmm.. Terima kasih" kemudian Jose menyambar ponselnya. Ia menghubungi nomor Flora.

"Iya?".

"Terima kasih sudah mengingat ulang tahun ku" ucap Jose sambil membuka kotak yang berada di hadapannya itu.

"Ya. Kamu sudah membukanya? Kamu menyukainya?".

"Mmmm.. Aku sangat menyukainya".

"Syukurlah kalau kamu menyukainya. Maaf aku tidak bisa memberi mu barang mewah seperti yang kamu inginkan".

"Jangan berkata seperti itu. Hadiah dari mu jauh lebih berharga dari pada hadiah yang pernah aku dapatkan sampai aku tidak ingin berhenti mengucapkan terima kasih" balas Jose mendengar suara tawa Flora yang begitu amat ia rindukan.

Setelah Flora mematikan ponselnya, ia melihat kepada Bagas dan Argana kembali dengan senyum mengembang diwajahnya.

"Kalian mau makan apa?".

"Wah..!! Gas, kita dapat makan gratis" senang Argana bangkit berdiri menyandang tasnya. "Ayo om. Kita mau makan dimana?".

"Terserah kalian berdua saja" jawab Jose memakai jasanya. Setelah itu mereka bertiga keluar dari dalam ruangannya menuju sebuah restoran yang sangat populer dikalangan orang kaya.

"Om. Kenapa kita tidak mengajak tante Raniya?" tanya Argana di dalam mobil Jose.

"Dia sedang sibuk Arga. Dia tidak akan mungkin mau ikut. Oh iya, berapa lama orang tua kamu di luar negeri?".

"3 bulan om".

"Lama juga yah".

"Iya om".

Sambil menunggu mobil Jose tiba di restoran tersebut. Argana melihat ke jalanan kota yang begitu padat sehingga perjalanan mereka cukup memakan waktu hampir 30 menit lamanya.

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...

"Iya ma?" jawab Argana.

"Argana kamu lagi dimana? mama sama papa sudah tiba di L.A ya sayang".

"Iya ma. Argana sedang menuju restoran sama om Jose dan juga Bagas. Hari ini om Jose berulang tahun".

"Oh iya? Kalau gitu sampaikan ucapakan selamat ulang tahun mama sama papa yang sayang".

"Iya ma. Argana akan menyampaikan pesan itu".

"Iya sayang. Mama tutup yah. Baik-baik disana".

"Iya ma".

Bab 3

Di dalam restoran begitu Jose memesan makanan mereka. Ia izin kepada Bagas dan Argana ke dalam kamar mandi, namun saat berjalan, ia tidak sengaja menabrak seseorang membuat wanita itu hampir saja terjungkal kebelakang kalau saja tangan kanan Jose tidak segera menahan tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Jose membantunya berdiri tegak.

"Akhh.. Aku baik-baik saja. Terima kasih, tadi itu aku lagi buru-buru sampai tidak melihat kamu berjalan di hadapan ku. Maaf".

"Ah tidak apa-apa" senyum Jose membuat wanita itu seketika pangling dengan senyuman Jose yang begitu menggodanya. "Saya permisi dulu".

"A-ahh.. Iya" angguknya tampa ia sadari dari kejauhan sana Bagas tengah menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Ais.. Dasar wanita jaman sekarang. Apa dia tidak melihat kalau saja papa sudah tua, pastinya dia sudah menikah" kesal Bagas menatap tajam kearah wanita tersebut.

Lalu Argana melihat Bagas menghampiri wanita itu, "Kamu mau kemana?".

"Permisi!" ucap Bagas kepadanya.

Ia kemudian menatap Bagas dari atas sampai bawah dengan kening mengerut, "Kamu siapa? kamu mengenal saya?" tanyanya.

"Tidak, saya tidak mengenal anda. Saya hanya tidak suka kalau anda menganggu papa saya".

Wanita tersebut pun semakin kebingungan mendengar Jawaban Bagas.

"Maaf ya dek. Sepertinya kamu salah orang deh. Permisi" ia langsung pergi dari hadapan Bagas membuat Bagas semakin kesal kepada wanita itu.

Tidak lama kemudian Jose keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat Bagas berdiri ditempat yang tadi. "Kenapa kamu disini Bagas?".

"Tidak pa" geleng Bagas melangkah ke tempat duduknya kembali. Lalu Argana tersenyum, "Aku tidak suka melihat wanita lain mendekatinya".

"Aku tau itu" balas Argana.

Setelah itu pesanan mereka tiba, dengan senyum mengembang diwajah Argana dan Bagas. Mereka segera menikmati makanan tersebut.

_

_

Sepulang dari restoran, Argana menyempatkan diri singgah di rumah keluarga besar Davison. Disana ia melihat Kirana bersama dengan Dilan dan juga putra adiknya Reysa tengah menikmati secangkir kopi hangat di taman depan.

"Pa.. Itu bukankah bang Argana?" tunjuk Brian adiknya Reysa.

"Dimana?" tanya Kirana.

"Disana pa" Jawabnya melihat Argana berjalan kearah mereka. "Oo.. Hallo bang Argana" ia melambaikan tangan.

"Hallo!" balas Argana.

Kemudian Dilan melihatnya dari atas sampai bawah, "Apa yang membawa mu datang kemari?" tanyanya.

"Tidak, grandma yang menyuruh ku datang kemari paman" jawab Argana. "Kalau gitu aku masuk dulu" namun Kirana langsung menahannya, ia lalu menyuruh Argana menyeruput segelas teh hangatnya sebelum ia masuk menemui Isabella.

"Kamu mau cemilan ini?".

"Tidak bibi. Terima kasih".

"Argana!" Dilan meletakkan gelas kopinya. "Apa kamu masih memiliki hubungan dengan Reysa?".

"Kenapa paman bertanya seperti itu?" Argana terlihat bingung. "Sejak Reysa pergi meninggalkan Indonesia aku tidak pernah memiliki hubungan lagi dengan dia".

"Benarkah?".

"Iya paman".

"Bagus kalau gitu. Kamu boleh pergi".

Argana pun segera pergi meninggalkan mereka dengan tangan mengepal. Di dalam dapur, ia melihat Isabella tengah menyiapkan sebuah hidangan mewah di atas meja.

"Grandma" panggilnya.

"Kamu sudah datang?" Isabella tersenyum. "Ayo duduk, grandma sudah menyediakan menu spesial untuk mu. Kamu pasti sudah sangat lapar".

Argana lalu mendudukkan diri, ia tersenyum melihat menu yang berada dihadapannya itu begitu sangat enak.

"Terima kasih grandma sudah mau repot-repot membuatkan makanan ini untuk ku".

"Mmmm.. Ayo dimakan".

"Iya grandma" dengan cukup lahap Argana segera menikmati makanan tersebut meskipun ia sudah merasa sangat kenyang dikarenakan ia sudah makan bersama dengan Jose dan Bagas.

"Bagaimana? apa rasanya enak?".

"Masakan grandma tidak pernah gagal. Aku menyukainya" Argana menunjuk jempolnya.

"Syukurlah kalau kamu suka. Argana harus menghabiskannya".

"Siap grandma".

_

_

_

Diatas balkon seorang wanita cantik dengan rambut tergerai menatap ke arah perkotaan yang begitu padat dengan raut wajah termenung seorang diri sembari tatapan kosong.

Angin pun berhembus sampai menusuk pori-pori kulitnya membuat wanita tersebut merasa kedinginan disertai rambut panjangnya yang mengenai wajahnya.

"Argana, aku merindukan mu! Tidak kah kamu merindukan ku?" Reysa menarik nafas panjang. Ia menatap keatas langit, "Apa yang sedang kamu lakukan disana Argana? aku benar-benar sangat merindukan mu".

Kemudian Reysa melirik layar ponselnya, ia menatap wallpaper miliknya dengan senyum tipis. "Aku tau kamu pasti kecewa Arga. Maafkan aku karena harus pergi begitu saja tanpa memberitahu mu".

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...

"Iya Brian!".

"Hallo kak Reysa!" senyum Brian diseberang sana.

"Mmmm.. Kenapa Brian?" balas Reysa seperti biasa meskipun kelakuan kedua orang tuanya itu terhadap ia dan Brian sangat jauh berbeda bagaikan langit dan bumi. Reysa yang tetap kakak kandung Brian, ia selalu memperlakukan sang adik dengan sangat baik.

"Aku merindukan kak Reysa. Apa kak Reysa tidak merindukan ku?".

"Kakak juga merindukan Brian. Kamu baik-baik saja disana?".

"Mmmm.. Brian baik-baik saja kak".

"Lalu bagaimana dengan papa dan mama? apa mereka baik-baik saja? kakak sangat merindukan kalian Brian. Kakak titip salam ya sama grandma Isabella".

"Iya kk. Nanti Brian akan menyampaikan pesan kakak. Oh iya kak, tadi bang Argana kemari".

"Apa?".

"Bang Argana kemari. Papa sempat mengajukan pertanyaan dengannya, tapi aku tidak usah memberi tahu kak Reysa".

"Papa bilang apa Brian?" meskipun Reysa sudah tau apa yang telah Dilan ucapkan kepada Argana. Reysa tetap penasaran dan ingin langsung mendengar dari sang adik.

"Papa bilang kalau bang Argana tidak boleh menghubungi kakak lagi, kalau itu sampai terjadi papa akan marah besar dan kak Reysa selamanya tidak boleh balik ke Indonesia lagi".

"Apa? papa bilang kaya gitu?".

"Iya kak. Tapi bang Argana hanya bisa pasrah tampa berkata apa-apa lagi. Kakak baik-baik saja? Sepertinya kak Reysa harus benar-benar melupakan bang Argana. Papa sama mama sangat menentang hubungan kalian berdua dan paman Lucas juga tidak menyetujui hubungan ini".

Reysa kemudian menghela nafas berat, ia lalu mematikan ponselnya menatap kearah perkotaan padat itu kembali.

"Kenapa harus seperti itu? Apa salah ku harus mencintai Argana? Dan apa salah Argana mencintai ku? Aku tidak habis pikir dengan cara pikir kedua orang tua ku. Mereka benar-benar egois dan hanya mementingkan ego mereka sendiri" dengan air mata mengalir, Reysa langsung menyekanya.

Setelah itu ia masuk kedalam kamar. Menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur, sambil menatap keatas langit-langit kamarnya. Seraya mencoba secara perlahan-lahan menutup kedua bola matanya, namun bukannya berhasil tertidur. Pikirannya masih tertuju kepada Argana dan kedua orang tuanya.

"Hhhmmsss.. Ayolah. Besok ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan Reysa, kamu harus tertidur".

Dan lagi-lagi kedua bola mata itu tak kunjung-kunjung tertutup.

"Lalu aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan hiks..hiks..." hingga pada akhirnya Reysa menangis di bawah selimut tebalnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!