Assalamu'alaikum...
Hai para readers setia? akhirnya Mom putuskan juga buat luncurkan karya kedua ini, Mom mohon dukungannya ya, jangan lupa kasih like dan masukan favorit karya kedua Mom ini ya, kalau di kasih vote sama hadiah juga boleh banget loh, Mom tunggu ya.
Happy reading... 😘
...****************...
Seorang gadis cantik terlihat sedang berlari-lari menghampiri sebuah mobil box yang akan membawanya ke sebuah ball room hotel yang cukup terkenal di Kotanya. Tanpa menghiraukan keadaan jalanan di sekitarnya, gadis itu terus berlari hingga hampir saja tertabrak sebuah mobil sport yang melaju cukup kencang ke arahnya. Jenny Alexa, nama gadis cantik yang sedang berlari itu menjerit histeris ketika sebuah mobil sport berhenti tepat di hadapannya.
"Aaaaaaa!!!" Jerit Jenny saat sebuah mobil sport hampir saja menabraknya.
"Hei gadis bodoh! kau sudah bosan hidup ya! cepat minggir! aku sudah terlambat sekarang!" Umpat Kenny yang tak lain nama pria tampan di balik kemudi mobil sport yang hampir saja menabrak Jenny.
Bukannya menghindar, Jenny malah menghampiri pria tampan tersebut dengan wajah yang sangat kesal.
"Hei Tuan! seharusnya kau meminta maaf sekarang, untung aku tidak apa-apa, tampangnya saja yang tampan, tapi kelakuannya, hem! benar-benar minus," Jenny menunjukkan jari jempol tangannya dengan posisi terbalik ke arah wajah Kenny tanpa rasa takut sedikit pun.
Tanpa Jenny duga, Kenny turun dari mobil sportnya dan menghampiri gadis cantik itu dengan emosi yang sudah meluap.
"Apa kau bilang? dengar ya! di kamus seorang Kenny Alvaro tidak ada yang namanya minus! yang ada kau yang membuat minus mood ku hari ini! dasar gadis menyebalkan!" Ucap Kenny sambil berkacak pinggang dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lainnya dia gunakan untuk menunjuk wajah Jenny tepat di depan hidung mancung gadis itu.
"Maaf-maaf Tuan! tolong maafkan Adik saya ya, dia memang sedikit ceroboh! sekali lagi saya minta maaf ya, ayo Jenn! sebaiknya kita pergi saja sekarang!" Seru Rangga Kakak angkat Jenny yang sedari tadi sudah menunggunya.
"Tapi Ga! aku belum memberinya pelajaran! ini bukan pasal aku saja yang ceroboh menggunakan jalan, tapi dia juga salah! dia sudah memacu kendaraannya di atas rata-rata kecepatan berkendara! meski saat ini jalanan sedang sepi, tapi tetap saja tindakannya tidak bisa di benarkan, dia bisa saja membahayakan keselamatan pejalan kaki di sekitarnya," Papar Jenny yang terlihat masih saja emosi dan ingin meluapkan kekesalannya.
Bagi Jenny kebenaran dan keadilan harus di tegakkan pada semua kalangan tanpa pilih kasih dan pandang buluh. Karena peraturan di buat untuk di patuhi tanpa memandang ras atau pun kasta. Baik si miskin maupun si kaya, jika mereka melakukan kesalahan maka mereka wajib menerima hukuman dan mempertanggung jawabkan kesalahannya.
"Astaga! gadis menyebalkan ini ternyata tidak sebodoh yang aku pikirkan! ternyata dia mengetahui beberapa peraturan mengendara juga," Batin Kenny yang mengakui jika dia memang memacu kendaraannya di atas rata-rata kecepatan mengendara.
"Sudahlah Jenn, kita sudah sangat terlambat! sebaiknya kita bergegas saja, atau kau ingin di pecat juga ya dari pekerjaan ini?" Bujuk Rangga dengan ancamannya seraya menarik gadis itu agar segera pergi dari hadapan pria tampan itu.
"Haist! kenapa kau malah mengingatkan aku masalah menyebalkan itu lagi sih! ya sudahlah, ayo! dan kau Tuan menyebalkan dan sombong, aku akan laporkan sesegera mungkin kejadian ini, camkan itu!" Ancam Jenny sebelum benar-benar melenggang pergi meninggalkan Kenny.
"Heh! dia pikir aku takut apa dengan ancaman murahannya itu! haist... aku benar-benar sudah terlambat sekarang," Gumam Kenny sambil melihat jam yang melingkar di tangannya seraya memasuki mobil sportnya kembali dan melajukan nya ke tempat yang dia tuju.
Di perjalanan menuju tempat kerjanya, Jenny masih saja menggerutu dan berdebat dengan Rangga, dia menyalahkan Rangga karena sudah membiarkan orang sombong seperti Kenny lolos begitu saja dari tanggung jawabnya sebagai pengguna jalan yang seharusnya mentaati peraturan yang ada.
"Sudahlah Jenn! lagi pula sepertinya orang tadi bukan orang kaya biasa, kau tidak akan pernah menang jika melawannya!" Rangga begitu yakin jika Kenny bukan orang kaya sembarangan.
Di lihat dari mobil sport mewah yang di kendarai Kenny tadi, Rangga sudah bisa menebak jika Kenny sudah pasti bukan orang sembarangan, karena mobil sport mewah yang di gunakan Kenny itu merupakan mobil sport mewah limited edition yang harganya begitu fantastis.
"Arrrggh! pria itu benar-benar tidak boleh di biarkan! lihat saja, aku akan pastikan jika dia akan menyesali perbuatannya! pokoknya setelah pulang kerja nanti aku akan melaporkannya ke kantor polisi!".
"Eh... stop-stop Ga! kau tunggu di sini sebentar ya!" Jenny segera beranjak turun dari mobil box yang sudah Rangga tepi kan, dia segera menghampiri sebuah motor Polisi yang terparkir manis di depan sebuah Kafe.
"Astaga Jenn! kau benar-benar akan di pecat lagi jika seperti ini terus," Gumam Rangga yang benar-benar tak habis pikir dengan tingkah Adik angkatnya itu.
"Permisi Tuan! anda Polisi kan?" Teguran Jenny membuat seorang pria tampan berseragam Polisi dengan name tag Erfan langsung menoleh ke arahnya.
"Cantik!" Satu kata yang meluncur dari bibir Erfan setelah membalikkan tubuhnya ke arah Jenny.
"Cantik? nama saya Jenny Tuan, bukan Cantik!" Jenny yang kurang peka dengan masalah perhatian dari seorang pria sempat salah paham dengan ucapan Erfan.
"Hello??? Tuan! kau benar-benar seorang Polisi bukan? emm... Erfan, oh jadi nama anda Erfan ya?".
"Tuan! saya ingin membuat laporan, anda bisa menampung pengaduan saya kan?" Jenny terus saja berucap tanpa menghiraukan tatapan Erfan yang terus tertuju pada wajah cantiknya.
"Astaga! Hei Tuan! saya sedang berbicara padamu!" Petikan jemari tangan Jenny akhirnya membuat Erfan tersadar.
"Ah... maaf Nona, siapa namamu tadi?" Tanya Erfan setelah kembali tersadar dari rasa terpesonanya melihat wajah cantik Jenny.
"Jenny Tuan! oh iya, saya ingin membuat laporan pelanggaran lalu lintas, bisa kan?" Jenny segera menjelaskan niatnya yang sudah dia pikirkan sejak tadi.
"Pelanggaran lalu lintas? pasal apa?" Erfan menautkan kedua alisnya seraya mendengarkan laporan Jenny dengan seksama.
"Pasal pelanggaran penggunaan kecepatan berkendara Tuan, emm... ini nomer seri mobilnya! saya harap anda bisa menegakkan hukum seadil-adilnya untuk pemilik mobil tersebut, kalau begitu saya permisi Tuan, mari!" Ucap Jenny seraya memberikan secarik kertas yang berisi nomer seri mobil sport mewah milik Kenny.
"Tunggu-tunggu! jika kau ingin membuat laporan, kau harus meninggalkan nomer yang bisa di hubungi untuk di mintai keterangan nantinya,".
"Ini... tinggalkan nomer ponselmu di sini!" Erfan memberikan ponselnya agar Jenny segera memasukkan nomernya yang bisa di hubungi sewaktu-waktu.
"Emm... baiklah," Sahut Jeny seraya mengetikkan nomer ponselnya dan menyimpannya di kontak ponsel Erfan.
Setelah selesai, Jenny segera memberikan kembali ponsel milik Erfan pada sang empunya.
"Ok Nona, kalau begitu saya harap anda bisa bekerja sama dengan baik nantinya, kau harus siap kapan pun untuk di mintai keterangan!" Seru Erfan setelah memastikan nomer yang Jenny masukkan bisa di hubungi.
"Baiklah Tuan, kalau begitu saya permisi! semoga anda bisa secepatnya mengusut laporan saya ini, dan memberi orang itu hukuman yang seadil-adilnya," Jenny segera bergegas setelah berpamitan pada Erfan.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen dan favoritnya ya guys, gift sama vote nya juga boleh banget loh, see you next episode... 😘
Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan bagi Jenny, sehingga moodnya pun begitu hancur dan membuatnya tak bersemangat. Setibanya di sebuah bangunan ball room hotel, Jenny segera menuntaskan pekerjaannya secepat mungkin. Meski moodnya sudah hancur semenjak pagi tadi, namun Jenny harus tetap bersemangat melanjutkan pekerjaannya sebaik mungkin agar dia tidak kehilangan pekerjaannya lagi. Sebelumnya Jenny memiliki pekerjaan sampingan di sebuah Kafe yang cukup terkenal di sekitaran pusat kota, namun karena suatu hal, Jenny akhirnya harus berhenti bekerja dari kafe tersebut.
"Huftt! akhirnya selesai juga," Gumam Jenny setelah merampungkan pekerjaannya.
"Jenn, kita istirahat dulu yuk! kau mau makan apa?" Seru Rangga setelah merapihkan kembali peralatan dekornya.
"Emm... sepertinya aku akan membeli roti isi saja Ga, kalau kau mau membeli makanan yang lain, pergi saja! aku sedang tidak ingin membeli apa-apa saat ini,".
"Kau bukan sedang mengirit uang kan Jenn? ayolah! biar aku yang traktir kali ini, ayo!" Rangga segera menarik tangan Jenny dan membawanya ke sebuah Restoran.
"Ga! aku kan sudah bilang, aku hanya ingin roti isi saat ini, pergilah... bukannya kau juga harus menemui kekasihmu?" Jenny menepis tangan Rangga sedikit keras agar terlepas.
Rangga memang selalu perhatian pada Jenny, namun itu semua hanya perhatian seorang Kakak pada Adiknya. Semenjak kedua orangtua Jenny meninggalkannya berdua dengan sang Kakak, mereka akhirnya di adopsi oleh kedua orangtuanya Rangga yang merupakan tetangga dekat mereka saat di kampung halaman Ayahnya dulu. Kebetulan orangtuanya Rangga sering di bantu oleh kedua orangtua Jenny dulu nya, sehingga mereka merasa berhutang budi dan mencoba membalas budinya dengan mengadopsi kedua anak tetangganya tersebut.
"Shakira juga sudah menunggu di dalam Jenn, ayo! aku tau kau sedang mengumpulkan uang untuk terapi Kak Aldo kan! sudahlah, ayo!" Tanpa berpikir lagi Rangga segera menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam sebuah Restoran.
Di dalam Restoran itu sendiri ternyata sudah banyak sekali pengunjung dari berbagai kalangan. Restoran pilihan Rangga itu memang selalu ramai karena terkenal dengan makanannya yang bisa memanjakan lidah siapa saja yang menyantapnya, sehingga meski tempatnya tidak sebesar dan semewah Restoran mahal lainnya, Restoran tersebut selalu banyak pengunjung dan tidak pernah sepi dari pembelinya.
...****************...
"Hai Mom! hai Tante!" Sapa Kenny seraya mengecup pipi kanan dan kiri Mommy pujaan hatinya dan Mommy nya sendiri secara bergantian.
"Hai sayang! akhirnya kamu sampai juga, bagaimana? kau sudah siapkan kado untuk kejutannya kan? Mommy sedang membicarakannya dengan Tante Iren barusan," Ucap Mommy Bella yang tak lain Mommy nya Kenny.
"Kenny sudah memesannya sejak dua minggu yang lalu Mom, tapi Kenny belum sempat mengambilnya, mungkin nanti sore Kenny akan mengambilnya setelah pulang dari kantor," Sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa Restoran yang kini sedang dia singgahi, Kenny menyeruput secangkir kopi yang sebelumnya sudah Mommy nya pesankan sebelum dia datang.
"Nak Kenny benar-benar sangat sibuk ya akhir-akhir ini? kamu harus tetap menjaga kesehatan ya nak, jangan sampai kelelahan dan sakit!" Mommy Iren yang tak lain Mommy nya Renata sang pujaan hati Kenny memberi perhatian yang begitu tulus untuk sang calon menantunya itu.
"Pasti Tante, Kenny akan selalu menjaga kesehatan! karena Kenny akan memberikan kejutan yang tak akan pernah Renata lupakan malam nanti," Sahut Kenny sambil meraih ponselnya dari saku jas yang dia kenakan.
Kenny mengotak-atik ponselnya untuk mencari kontak sang gadis pujaan hatinya dan langsung menghubunginya. Setelah bunyi dering ketiga kalinya panggilan Kenny pun akhirnya di jawab oleh Renata.
"Ada apa Kenn? aku pikir kau sudah lupa padaku!" Seru Renata yang tak lain sang pujaan hati Kenny setelah sambungan telepon terhubung.
"Tidak akan Re, kau pasti kesepian ya akhir-akhir ini, sorry ya! akhir-akhir ini aku memang sedikit sibuk dengan masalah di kantor, tapi tenang saja! pokoknya besok aku akan mengosongkan jadwalku satu hari penuh untuk menemani kamu kemana pun yang kamu mau, ok!" Bujuk Kenny meyakinkan.
"Baiklah! akan aku pegang janjimu itu Kenn!".
Setelah puas mendengarkan suara sang pujaan hati, Kenny kembali ke perusahaannya untuk menghadiri meeting penting petang itu.
...****************...
"Hai sayang! kau sudah lama menunggu ya?" Sapa Rangga sambil mendaratkan bokongnya tepat di kursi samping Shakira kekasihnya.
"Engga ko, hai Jenn!" Shakira mengecup pipi kanan dan kiri Jenny bergantian.
"Hai Sha! maaf ya aku jadi mengganggu waktu kalian berdua," Jenny masih saja terlihat tidak enak hati karena harus mengganggu waktu Rangga dengan kekasihnya.
Padahal baik Shakira ataupun Rangga, mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu sama sekali. Karena dari awal Shakira sudah tau jika Rangga memang menyayangi Jenny seperti Adik kandungnya sendiri, dan Shakira juga tau kalau Jenny sudah di adopsi oleh kedua orangtua Rangga sejak kepergian orangtuanya beberapa tahun silam.
"Kau masih sungkan pada kami ya Jenn, padahal aku senang loh bisa makan bersama seperti ini, jadi lebih ramai dan seru!" Shakira tersenyum tulus ke arah Jenny sambil mengelus lembut punggung tangan Jenny agar meyakinkannya.
"Hm... kalian selalu baik padaku, lain kali aku yang traktir ya," Jenny membalas senyuman Shakira tak kalah tulus.
Beberapa menit kemudian makanan pesanan yang di pesan Shakira sebelumnya untuk mereka pun datang. Setelah semuanya habis di lahap ketiga anak manusia itu, Rangga mengantar Shakira terlebih dahulu kembali ke rumahnya dan meninggalkan Jenny yang masih ingin duduk menikmati minumannya di Restoran tersebut.
"Sha terimakasih ya makanannya, aku begitu berhutang banyak pada kalian, pokoknya awal bulan nanti giliran aku ya yang traktir kalian makan, ok!" Shakira menganggukkan kepalanya seraya tersenyum manis sebagai tanda setuju sebelum melenggang pergi meninggalkan Jenny.
Meski sebenarnya Shakira juga tau jika Jenny sedang membutuhkan banyak uang untuk terapi Kakaknya, tapi Shakira berusaha menghargai niat baik Jenny dengan mengindahkan ajakannya untuk mentraktirnya awal bulan nanti.
"Kalau begitu aku pulang duluan ya, kau benar-benar masih ingin di sini Jenn?" Jenny hanya mengangguk untuk meyakinkan sebelum akhirnya Rangga dan Shakira pergi meninggalkannya.
Setelah kepergian Rangga dan Shakira, Jenny berniat pergi ke toilet sebelum dia meninggalkan Restoran tersebut dan kembali bekerja. Namun disaat bersamaan seorang wanita paruh baya terlihat sedang memegangi kepalanya saat hendak memasuki toilet yang sama dengan yang ingin Jenny gunakan. Karena tidak tega dan merasa kasian akhirnya Jenny menghampiri wanita paruh baya tersebut dan langsung memberinya pertolongan.
"Duhh! sakit kepala menyebalkan ini kenapa harus kumat di sini sih? malu banget deh!" Umpat Mommy Bella yang tak lain wanita paruh baya yang sedang memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut kencang.
"Nyonya! apa anda baik-baik saja?" Jenny menghampiri Mommy Bella dan langsung memboyongnya untuk duduk di salah satu kursi pelanggan Restoran yang ada di dekat toilet tersebut.
"Ah... kepalaku sakit sekali, mana aku lupa lagi tidak membawa obat migrain nya!" Ucap Mommy Bella setelah berhasil duduk.
"Emm... jika aku belikan Nyonya obatnya di Apotek dekat sini mau tidak? aku janji akan segera kembali setelah mendapatkan obatnya," Mommy Bella mendongakkan kepalanya dan menatap wajah cantik Jenny dengan tatapan teduhnya.
"Benarkah?" Tanya Mommy Bella yang masih merasa ragu.
"Tentu saja Nyonya, aku akan segera kembali dengan obatnya jika Nyonya mau menungguku!".
"Ah... baiklah, aku akan menunggumu di sini!" Mommy Bella terlihat merogoh hand bag nya untuk mengambil uang yang akan dia berikan pada Jenny untuk menebus obat.
Namun belum sempat Mommy Bella memberikan uangnya, Jenny sudah mencegahnya dan meyakinkan agar Mommy Bella tidak perlu khawatir soal tebusan obatnya nanti. Jenny rasa uangnya masih cukup jika hanya untuk sekedar membeli obat migrain terbaik.
"Nyonya tunggu saja di sini, aku akan segera kembali!" Jenny segera beranjak dan bergegas mencari Apotek terdekat. Beruntung di sana merupakan pusat pertokoan yang menyediakan berbagai macam kebutuhan, sehingga Jenny tidak terlalu kesulitan untuk mencari Apoteknya.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak dukungan kalian ya guys... see you next episode 😘
...****************...
"Selamat datang Nona, ada yang bisa saya bantu?" Sapaan penjaga Apotek membuat Jenny segera menghampirinya dan mulai menanyakan obat Migrain terbaik yang ada di Apotek tersebut.
"Aku ingin membeli obat Migrain terbaik Kak, ada kan?" Ucap Jenny yang segera di kabulkan oleh si penjaga Apotek dengan memberinya satu box kecil obat Migrain terbaik dari Apoteknya.
"Tentu ada Nona, ini... obat ini adalah obat Migrain terbaik yang kami punya, sudah banyak sekali yang menggunakannya untuk pengidap penyakit yang sama, dan kebanyakan dari mereka mengatakan cocok dengan obatnya," Si Penjaga Apotek pun memberikan obat Migrain tersebut pada Jenny.
Tanpa menunggu lama lagi Jenny segera membayar obat tersebut dan bergegas kembali ke Restoran tadi.
"Semoga saja Nyonya tadi masih menunggu ku, kalau tidak percuma saja aku membelikan dia obat yang lumayan mahal ini!" Gumam Jenny seraya berjalan memasuki Restoran.
Bruk...
"Haist!! kau bisa berjal... kau!!" Tegur pria tampan yang sudah berhasil membuat mood Jenny hancur hari ini.
"Kau!! hm... ternyata kau masih berkeliaran bebas ya Tuan, tidak apa... aku yakin sebentar lagi kau pasti akan di hukum atas tindakanmu tadi pagi!" Jenny melipat kedua tangannya di depan dada dengan percaya diri.
"Heh! kau pikir aku takut dengan ancaman murahan mu itu! lihat saja nanti, siapa sih yang berani menghukum ku! sudah sana minggir! menghalangi saja!" Ucap Kenny sambil mencoba menerima panggilan telepon dari Asistennya.
"Arrggghhh!! dasar pria menyebalkan! bisa-bisanya aku bertemu lagi dengannya di sini!" Jenny kembali bergegas untuk memberikan obat yang sudah di belinya.
Beruntung wanita paruh baya tadi masih terlihat duduk di tempatnya semula Jenny meninggalkannya, akhirnya Jenny segera menghampirinya dan memberikan obat yang di belinya dari Apotek tadi.
"Nyonya, aku pikir tadi Nyonya akan pergi meninggalkan aku! ini... semoga obatnya bisa meredakan Migrain anda ya!" Mommy Bella menyunggingkan senyumnya setelah melihat kegigihan dan ketulusan gadis cantik di hadapannya.
"Apa kau pikir aku bisa kabur dengan sakit kepala menyebalkan ini?" Kekeh Mommy Bella, sedangkan Jenny terlihat canggung karena dia berpikir telah menyinggung perasaan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.
"Ma...maaf Nyonya, aku sama sekali tidak bermaksud begitu, aku..." Mommy Bella yang sudah tau jika gadis itu akan salah paham pun segera meraih tangan Jenny untuk dia genggam seraya memberinya senyuman terbaik dari bibirnya.
"Tidak apa-apa, aku mengerti kok! kau begitu tulus dan baik nak, kalau aku boleh tau, siapa namamu?".
"Kenapa kau mau menolongku sampai repot-repot membelikan obatnya?" Sesaat Jenny terdiam, tiba-tiba saja dia teringat sang ibu yang dulu juga memiliki riwayat penyakit yang sama dengan yang sedang di derita oleh wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini.
Sejurus kemudian akhirnya Jenny membuka suaranya kembali untuk memberitahu namanya.
"Namaku Jenny Nyonya!".
Seketika mata cantik Jenny mulai berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih jika harus mengingat masa-masa kebersamaannya dengan kedua orangtuanya, terutama dengan sang ibu yang selalu mengandalkannya kala sedang kumat penyakit Migrain nya.
Jenny yang sering di minta untuk membuat rebusan herbal, Jenny yang sering di andalkan untuk membuat bubur jika ada yang sakit, dan Jenny yang selalu telaten menyuapi kedua orangtuanya saat mereka sakit dengan sabar dan sayang.
"Hei! kenapa kau malah murung seperti ini? apa aku salah bicara ya? maaf ya, aku tidak bermaksud ingin membuatmu bersedih, Jenn!" Seketika Mommy Bella mendekapnya dan mengelus punggung Jenny dengan lembut.
Setelah kembali tenang, Jenny pun melerai pelukannya dan kembali di perlakukan lembut oleh Mommy Bella yang mengusap air matanya yang sudah berhasil membasahi pipi putihnya.
"Tidak apa-apa Nyonya, aku hanya teringat dengan Ibu ku saja barusan! dia juga memiliki riwayat penyakit yang sama dengan anda!" Jenny segera menata kembali perasaannya agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya.
Sebisa mungkin dia harus mengubur jauh-jauh perasaan rindunya kepada sang Ibu yang kini entah berada di mana. Semenjak Ayahnya meninggal. Ibu, Jenny dan Kakaknya tinggal bertiga di rumah peninggalan Ayahnya. Hingga suatu hari Ibunya tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Meninggalkan Jenny kecil dan sang Kakak yang masih remaja berdua di rumahnya yang ternyata akan segera di sita Bank akibat hutang peninggalan berobat Ayahnya yang tak terbayarkan.
Flash back start.
"Sayang! dengarkan Ibu baik-baik ya nak! kalian harus tetap saling menyayangi dan bersama bagaimana pun keadaan kalian kedepannya, hanya kalian yang Ibu punya sekarang, Ibu harap kalian bisa selalu bahagia sayang!" Jenny dan Kakaknya pun menerima pelukan hangat dari sang Ibu.
"Sekarang Ibu akan mencari pekerjaan untuk menyambung penghidupan kita bertiga, kalian doakan Ibu ya! semoga Ibu bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan, jika kalian sudah merasa lapar, makan lah segera! jangan menunggu Ibu, ok! sepertinya Ibu tidak akan kembali jika belum mendapatkan pekerjaannya, jadi kalian tidak perlu merisaukan Ibu, kalian paham kan!" Jenny kecil dan sang Kakak pun akhirnya menganggukkan kepala mereka pertanda mengerti dan paham.
Mereka berdua begitu patuh dan dan penurut dengan segala apa yang di ucapkan Ibunya. Setelah kepergian Ayahnya, Aldo yang tak lain nama Kakak kandung Jenny yang saat itu baru berusia 15 Tahun pun mencoba mencari pekerjaan ringan untuk membantu meringankan beban sang Ibu. Sedangkan Jenny yang saat itu baru berusia 10 Tahun, memilih mengurus rumah peninggalan almarhum Ayahnya sebisa mungkin.
"Kak! apa Ibu akan mendapatkan pekerjaan hari ini?" Jenny kecil terus saja memandang keluar jendela rumahnya saat hari mulai beranjak gelap seraya menunggu kedatangan sang Ibu dari pencarian pekerjaannya.
"Kita doakan saja ya Jenn, sebaiknya kita makan duluan saja! Kakak sudah sangat lapar sekarang, sisa makanan tadi pagi masih ada kan?" Jenny menganggukkan kepalanya dan menghampiri ruang makan bersama sang Kakak.
"Kak! kenapa Ibu belum juga pulang? apa sangat sulit ya mencari pekerjaan? atau jangan-jangan Migrain Ibu kambuh lagi, jadi dia gak kuat buat pulang!" Terka Jenny dengan segala kecemasannya.
"Semoga saja tidak Jenn, sebaiknya kau tidur saja jika mengantuk, biar Kakak yang menunggu Ibu, nanti kalau Ibu sudah pulang, Kakak akan membangunkan mu!" Aldo begitu tidak tega dengan adik kecilnya yang terus saja menunggu kepulangan sang Ibu.
Padahal sebenarnya Aldo sudah mengetahui jika sang Ibu tidak akan cepat kembali hari itu, karena pagi tadi Aldo tidak sengaja melihat sang Ibu menaiki bis dengan arah tujuan pusat kota yang jaraknya begitu jauh dengan daerah tempat mereka tinggal saat ini.
"Baiklah! kalau begitu bangunkan Jenny ya nanti, Jenny akan membuatkan Ibu makanan! Ibu pasti lelah setelah seharian mencari pekerjaan!" Jenny kecil akhirnya memilih memejamkan matanya yang memang sudah terasa mengantuk dan juga letih untuk beristirahat malam itu.
Malam yang menjadi malam pertama untuk dirinya dan sang Kakak yang tidak akan menemukan Ibunya kembali pulang ke rumah mereka.
Flash back done.
"Benarkah? lalu bagaimana Ibumu sekarang? apa dia sudah berangsur membaik? dia pasti sangat bersyukur memiliki putri cantik yang begitu perhatian seperti dirimu Jenn!" Sanjung Mommy Bella seraya mengelus rambut Jenny dengan lembut.
"Aku tidak tau Nyonya, sejak usiaku 10 Tahun, aku sudah tidak melihatnya lagi," Jenny tersenyum kecut seraya menundukkan kepalanya dan mengusap kembali bulir bening yang terus lolos dari pelupuk mata indahnya.
"Sudah tidak melihatnya lagi? kenapa? maaf, aku jadi banyak mengorek hal pribadimu Jenn!" Mommy Bella mengusap punggung tangan Jenny dengan lembut. Dia benar-benar menjadi penasaran saat Jenny menuturkan kisah hidupnya yang menyedihkan.
"Tidak apa-apa Nyonya, mungkin ini memang sudah jalan takdir hidup Jenny, Ibu meninggalkan Jenny dan Kak Aldo di hari ketiga Ayah meninggal dengan alasan mencari pekerjaan, namun sejak hari kepergiannya itu, dia tidak pernah kembali lagi sampai hari ini!" Lirih Jenny seraya menyeka kembali air matanya untuk kesekian kalinya.
Mommy Bella segera memeluk Jenny kembali begitu erat. Entah mengapa perasaannya begitu terasa sangat tersentuh setelah mendengar kisah hidup gadis cantik itu. Disaat Jenny menguatkan dan mengatur kembali perasaannya, seseorang datang menghampiri Jenny dan Mommy Bella dengan setelan seragam Polisinya.
Pria tampan itu menyapa kedua perempuan berbeda generasi tersebut dengan sangat ramah. Berbeda sekali dengan pria tampan yang akan segera menyusulnya menghampiri Jenny dan Mommy Bella setelah kedatangan pria berseragam Polisi tersebut.
"Hai Tante!!" Sapa pria tampan berseragam Polisi yang pernah Jenny temui.
"Hai sayang! kau sedang bertugas di sini ya?" Mommy Bella terlihat begitu akrab dengan pria tampan tersebut. Dia bahkan sampai merangkul pria tampan tersebut seperti anaknya sendiri.
.
.
.
.
.
.
Hayo udah ketebak kan siapa pria tampan berseragam Polisinya, jangan lupa tinggalkan jejak dukungannya ya guys, dan ikutin terus kelanjutan ceritanya...
See you next episode 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!