NovelToon NovelToon

Kesatria Dua Dimensi Episode 1 " PRAHARA Di RANAH MINANG

Chapter 1 " Mudik "

Karatau madang dihulu

Babuah babungo balun

Marantau bujang dahulu

Dirumah paguno balun

Petitih adat tersebutlah yang membuat keluarga mereka sampai saat ini menetap jauh dari kampung halaman mereka yaitu Minangkabau .

Ayah Sinto sudah merantau ke jakarta sejak beliau masih berusia 11 tahun Karena ikut pamannya yang sudah jauh lebih dulu tinggal di jakarta. Begitupun ibu sinto, sebagai wanita asli minang beliaupun dibesarkan dijakarta karena ayahnya yakni atuk sinto adalah seorang prajurit yang bertugas di ibukota . Sinto adalah anak ke dua dari tiga bersaudara dan mereka bertiga pun juga lahir dan besar di jakarta . Kakak sinto yang bernama Gadih ranti saat ini sudah kuliah semester empat di sebuah universitas negeri di jakarta . Sementara sinto sendiri saat ini masih duduk di bangku SMA sedangkan adiknya randi bersekolah di bangku SD , Meskipun mereka besar di perantauan sedikit banyaknya mereka sering juga mendengar cerita tentang permainya kampung halaman mereka seperti tentang begitu kentalnya adat istiadat disana hingga betapapun majunya teknologi dan perkembangan zaman tidak pernah mampu menggoyahkan kokohnya benteng adat disana . Menurut cerita masyarakat disana lebih memilih hidup secara tradisional dan Tidak begitu tertarik dengan teknologi modern dengan alasan ingin menjaga tradisi leluhur . Meskipun hal ini terasa sedikit aneh bagi sinto namun keindahan alam dan budaya yang selalu diceritakan atuknya seakan menepis keanehan yang timbul difikirannya .

Pucuk dicinta ular pucuk yang tiba ... ( hehehe . Just kidding )

Tahun ini nampaknya segala kerinduan sinto akan terhapus sirna karena pada liburan akhir tahun ini ayahnya memutuskan untuk pulang menjenguk kampung halaman . Entah apa sebabnya sudah sekian lama hidup di perantauan baru kali ini orang tua Sinto memutuskan untuk pulang menjenguk kampung halamannya . Mungkin kerinduan yg sudah tak terbendung dan pandemi virus yang mengancam di ibukota membuat situasi keluarga mereka sedikit rumit . Kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah membuat ayah sinto yang merupakan seorang pengusaha rumah makan tidak bisa lagi bekerja dan mumpung saat ini juga sedang libur akhir tahun maka ayah sinto mengajak mereka semua untuk sementara menetap dikampung saja. Sambil menunggu suasana ibukota kembali kondusif .

Tak terhingga girangnya hati sinto dan saudara - saudaranya karena akhirnya niat mereka untuk melihat kampung halaman kesampaian juga . Sinto membayangkan memandang indahnya ranah minang yg selama ini hanya ia lihat di Televisi dan di video klip lagu - lagu minang yang sering dibeli ayahnya .

Namun entah mengapa disuatu malam ayahnya bicara kepada sinto dengan setengah berbisik

" Sinto, Kamu harus janji saat di kampung nanti jangan banyak bikin ulah dan jangan coba - coba mengotak atik barang- barang yang ada di Rumah gadang kecuali atas izin dan sepengetahuan ayah dan atuk ".

Sinto bertanya - tanya dalam hati namun ia memilih memendam saja pertanyaan tersebut dikepalanya .

" Mungkin hanya karena aku suka iseng makanya ayah mengingatkan lagian kan disana adat istiadat sangat kental bisa jadi kalau kita tidak sopan bisa dihukum secara adat " ujar sinto dalam hati

Akhirnya waktu yang dinanti - nantikan datang dan mereka sekeluarga saat ini tengah berada di dalam sebuah kapal yang akan berlabuh tepatnya di pelabuhan Teluk bayur padang sumatera barat .

Sepanjang perjalanan khayal sinto terus mengembara seputar apa yang akan dilakukan nya nanti sesampai dikampung halaman. Pastinya ada satu hal yang paling menarik hatinya selama ini yaitu beladiri khas minangkabau yang biasa disebut silek atau silat . menurut atuk sinto silek atau silat minang itu sangat berbahaya .

" sepintas lembut namun sangat mematikan .. "

ujar atuk sambil mempraktekkan semacam getakan silat .

Atuknya sangat sering bercerita tentang ilmu bela diri yang satu itu dan karena itu Sinto yang memang suka dengan seni bela diri menjadi penasaran dan sangat ingin mempelajari silek minang dan pastinya kesempatan kali ini tidak akan ia sia - siakan .

Di tengah lautan lepas khayal pun semakin menjadi - jadi . Bocah itu tampak menarik nafas panjang sambil memandangi gugusan pulau yang nampak berbaris rapi nun jauh didepan .

Tiba - tiba atuknya datang sambil membawa dua gelas minuman hangat . satu gelas ia berikan pada sinto sementara gelas lainya ia minum dengan nikmat. Setelah meneguk minuman beberapa kali ia berucap sambil menatap serius pada sinto cucunya.

" Sinto , sudah berapa umurmu saat ini ?

" Enam belas tahun , memangnya kenapa tuk ? " Ujar sinto

Atuk Sinto saat ini sudah berusia Delapan puluh dua tahun namun tubuhnya terlihat masih kuat dan sehat karena Sebagai mantan prajurit ia sudah terbiasa ditempa dengan cara hidup yang disiplin dan juga sehat .

Orang tua itu menarik nafas panjang dan kemudian berkata

" Dunia ini sangatlah luas dan diluar sana banyak orang - orang yang percaya dengan kisah - kisah yang berbau mistis dan juga begitu banyak kejadian - kejadian yang terkadang mendukung kebenaran cerita - cerita tersebut meski terkadang tidak mampu di jelaskan dengan logika dan akal sehat , apa kau percaya dengan cerita - cerita seperti itu sinto ? ".

Sinto pun heran diberikan pertanyaan seperti itu karena Jarang - jarang atuk nya bicara seserius itu tetapi dalam hati sinto pun kemudian mencoba menghubungkan pertanyaan atuknya dengan ucapan ayahnya tempo hari saat mereka masih berada dirumah . Dan sinto saat itu memilih bertanya balik untuk memancing pembicaraan atuk menjadi lebih mendalam .

" Maksudnya tuk ? " Sinto pura - pura blo'on .

" maksudku kehidupan alam lain yang letaknya berbeda dengan alam yang kita tempati ini yakni alam yang tak kasat Mata !! " Ujar atuknya lebih serius . Mungkin karena ia melihat ekspresi bingung diwajah sinto .

Sinto pun mulai agak paham arah ucapan atuk dan ayahnya tempo hari dan kemudian dalam hati ia mencoba menyimpulkan sesuatu

" Sepertinya ada yang tidak beres dengan kampung halamanku " ujar sinto dalam hati

Namun dasar Sinto yang memang seorang bocah usil daripada menjawab pertanyaan konyol atuknya ia lebih memilih untuk mengerjai orang tua itu .

" Maksud Atuk sama seperti Dunia Paralel kan ? " Ia mengetahui konsep dunia paralel dari komik Dragon Ball yang paling ia gemari .

Kali ini justru atuknya yang mengernyitkan kening karena tidak paham maksud sinto

" Dunia Paralel adalah sebuah teori yang menyebut alam semesta ini terdiri dari berjuta planet dan masing - masing planet punya petarung terkuat dan Setiap petarung terkuat akan berebut juara di turnamen yang bernama turnament bela diri dunia, juara pertama akan mendapatkan Tujuh buah bola naga yang bisa mengabulkan satu permintaan "

Sinto menjelaskan dengan gaya guru didepan kelas dan Setelah itu dia nyengir dan ketawa cekikikan

Atuknya tambah bingung dan akhirnya sadar bahwa ia tengah dikerjai oleh cucunya dan sebelum dia bicara mendamprat sinto bocah usil itu langsung menjawab serius

" Iya iya tuk , Sinto mengerti maksud atuk , hantu kan ?? Maksud atuk itu sejenis Siluman , dedemit , gondoruwo atau apalagi itu ? Jin dan jun . ya ada kan jin dan jun ?? Itu bisa dilihat di film , Tapi sorry deh tuk kayaknya sinto sebagai bocah milenial dan modern nggak gak percaya hal - hal begituan karena sejauh ini belum ada bukti atau fakta ilmiah yang membuktikan hal itu memang ada , emang buat apa sih bertanya hal begituan ??? kurang kerjaan ya ?? . Aneh ...!! " celetuk sinto

" Emang kenapa Atuk nanya begitu ? " sinto mengulangi pertanyaan

Atuknya tidak jadi marah mendengar jawaban sinto dan sambil menarik nafas panjang dan dalam ia langsung saja memulai kisahnya .

" Begini sinto , Orang - orang minangkabau kuno sangat percaya bahwa segala sesuatu itu diciptakan berpasang pasangan seperti ada hitam dan ada putih , Ada baik dan ada buruk , ada panjang dan ada pendek , begitulah seterusnya "

Atuk menarik nafas panjang lagi dan sepertinya ia bingung mau menjelaskan darimana dan bagaimana cara cepat menjelaskan agar sinto lebih mudah mengerti .

" Begitu juga dengan alam ini sinto ada yang nyata dan ada juga yang gaib , Itu sebabnya minangkabau itu disebut sebagai alam minangkabau bukan Tanah minangkabau tidak seperti di tempat lain dan dari situ juga Orang Minang kuno mengambil ungkapan Berguru kepada alam atau Alam Takambang manjadi guru ". Jelas atuk

" Artinya org minang kuno sangat percaya dengan hal - hal berbau mistik dan takhayul donk tuk ? " Tanya Sinto mencemooh

" Hmhhh , kira - kira seperti itulah Sinto " atuk menjawab

Belum selesai mereka bercerita terdengar suara ibu sinto memanggil mengajak mereka makan

" Tuk ayuk kita makan dulu karena perut sinto udah lapar sekali nih " sambil mengusap perutnya sintopun berlalu dan Orang tua itu hanya bisa menggeleng dan mengikuti sinto dari belakang.

Setelah makan siang obrolan mereka terasa semakin seru hingga sampai masuk waktu magrib pun masuk dan mereka pun sholat magrib di kapal .

Setelah pembicaraan dengan atuk itu dugaan sinto tentang ada nya keanehan dikampung halamannya semakin kuat .

Sinto terbangun dari tidur pulas dan ketika ia memandang keluar ternyata kapal yang mereka tumpangi sudah berada di pelabuhan teluk bayur Sumatera barat . Baru saja ia menatap ke daratan Ia sudah terpelongo dengan keindahan arsitektur bangunan khas minangkabau Yaitu Rumah bergonjong atau Rumah Gadang yang atapnya menyerupai tanduk kerbau dilengkapi dengan ukiran - ukiran dinding dan tiang yang sangat keren dan menakjubkan .

" Wowwww Amazzzing , begitu Indahnya ," ujar kakak perempuan sinto dengan sangat girang Sambil merentangkan kedua tangan nya menyambut terpaan angin laut yang berhembus semilir.

Mereka semuapun bergegas mengemas barang - barang dan setelah semua selesai diturunkan ayah sinto pun memesan sebuah mobil yang akan membawa mereka menuju kampung tua yang bernama nagari taratak bungo yang konon ceritanya terletak nun jauh di pedalaman Ranah Minang dan hampir tak tersentuh yang namanya teknologi modern Dengan alasan ingin menjaga tradisi leluhur dan disanalah kisah petualangan sinto akan dimulai .

Bersambung

Next : chapter 2 ( Galanggang silek )

Kosakata

* atuk \= datuk \= kakek ( terkadang orang minang memanggil kakek dengan panggilan atuk )

* karatak madang diulu ...... dst

( pepatah kuno yang menyarankan kepada generasi muda minang untuk merantau mencari ilmu ke negeri orang )

#Ksatriaduadimensi

Chapter 2 " Galanggang silek "

Setelah lebih kurang dua belas jam di perjalanan dari pelabuhan teluk bayur akhirnya rombongan keluarga itu sampai di Nagari Taratak Bungo yaitu kampung halaman Sinto. Disana terlihat hamparan Pesawahan yang berjejer dikelilingi bukit karang yang berdiri kokoh . Bocah bernama sinto itu sejenak memandang sebuah bangunan tua yang menurut atuknya adalah Rumah Gadang Datuk Panduko alam yaitu Rumah gadang di kampung nya . Dalam Sekali pandang saja anak muda itu sudah bisa merasakan aura kewibawaan yang sangat kuat dari bangunan yang konon ceritanya sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu namun hingga sekarang masih terlihat gagah perkasa memancarkan aura mistik yang begitu kuat . ukiran indah menghiasi dinding serta atap yang terbuat dari jalinan ijuk disertai susunan gonjong yang sambut menyambut menyerupai tanduk kerbau menambah kuatnya pancaran mistis dari bangunan tersebut .

Angin sore itu bertiup kencang dari punggung bukit seolah memberikan kesejukan tersendiri bagi sinto. Ia tampak menghirup nafas panjang karena mendapatkan sebuah kedamaian yang sangat asing dan belum pernah ia rasakan sebelumnya .

" Sintooo !!! . tiba - tiba terdengar suara atuknya memanggil dan ternyata atuk dan seluruh anggota keluarganya sudah berada didalam sebuah rumah tua yaitu rumah neneknya. Rumah itu berdiri berhadap - hadapan dengan rumah gadang yang sangat menawan itu dan hanya berbatas oleh jalan dan halaman yang cukup luas .

Sinto pun segera menyusul kedalam kerumah .

Rumah kayu hitam berukuran lebih kurang dua belas kali delapan meter persegi tersebut masih terasa sangat kokoh . Entah jenis kayu apa yang dipakai untuk bahan bangunannya , Foto - foto hitam putih sedikit kusam terlihat rapi menggantung didinding dan sepertinya itu adalah foto profil para anggota keluarga dari berbagai generasi . Rumah tua itu selama ini dijaga oleh sepupu dekat nenek sinto dan ia pun hanya datang sesekali untuk merawat dan membersihkan rumah tersebut . karena nenek sekeluarga sudah lama di hidup rantau orang . Sinto memandang keluar dari jendela belakang dan disana terlihat hamparan sawah yang begitu luas membentang. bukit batu yang menjulang tinggi seolah selalu mengawasi tindak tanduk para penduduk desa serta padi yang masak bewarna kuning keemasan karena diterpa cahaya matahari Seperti menari gemulai dihembus oleh angin bukit.

Sinto merasa sangat tentram karena suasana itu karena sangat berbanding terbalik dengan kondisi di kota jakarta yang super bising dengan segala problemanya . Ingin rasanya Ia tinggal berlama - lama di kampung .

Magrib pun datang , selesai sholat magrib bocah itu pun keluar dan duduk di beranda depan dengan secangkir teh hangat , sesaat kemudian dikejauhan terlihat cahaya lampu lentera datang menuju ke arahnya dan ternyata itu atuknya yang baru pulang dari surau. setelah semakin dekat orang tua itupun duduk disamping sinto.

" Bagaimana rasanya tinggal di kampung ? " tanya atuk.

" Asyik juga Tuk , suasana disini sangat tentram sekali " jawab sinto sambil tersenyum .

kakeknya tertawa girang seolah ikut merasa senang seperti biasa sebelum mulai bicara atuk menarik nafas panjang dan dalam .

" Ini adalah tanah tumpah darahmu sinto , kau lihat rumah gadang yang di depan sana ? itu adalah rumah gadang kaum kita , kaum Datuk Panduko Alam , Sejak dahulu kala keluarga kita adalah pemimpin adat dikampung ini dan suatu saat bila waktunya datang kaupun harus ikut turun tangan memimpin dan membangun kampung ini " ujar atuk

Sinto hanya termangut - mangut mendengar cerita atuknya

" Boleh aku masuk ke dalam Tuk ? "

Sinto bicara sambil melirik kearah Rumah gadang yang terlihat jelas di depan karena Ia sangat penasaran dengan isi rumah gadang tersebut .

" Boleh saja , besok pagi kalau Mak Datukmu datang kita akan ajak beliau masuk ke sana  Tapi ingat kamu jangan sembarangan memegang barang - barang yang ada di dalam rumah apalagi bertingkah tidak sopan , bisa ketulahan kamu " . Atuk menambah keterangan

" Ketulahan itu apa tuk ? Tanya sinto

" Kualat , " kata kakeknya sambil mengusap kepala sinto

" Dan satu lagi jangan pernah masuk ke bilik dalam " kali ini atuk bicara setengah berbisik dan sambil melototkan mata kearah sinto

Sejenak dahi bocah itu mengernyit

" Bilik dal.... "  belum sempat bocah itu bertanya Atuknya langsung menjawab seolah tau apa yang hendak ditanyakan sinto .

" Bilik dalam itu adalah kamar peribadi leluhurmu Datuk panduko alam yang pertama , Sejak beliau wafat ratusan tahun yang lalu ruangan itu dikunci rapat dan tidak ada seorangpun yang diperkenankan untuk membukanya "

Sinto sesaat melongo , ia langsung teringat cerita di film - film horor yang sering ditontonnya .

" Seremm bangetttt !!! " ujarnya setengah berbisik

Atuknya tersenyum sambil mengusap kepala sinto dan kemudian berdiri melangkah masuk ke dalam rumah untuk segera beristirahat . Tak lama setelah kakeknya masuk sinto pun ikut masuk kedalam rumah karena tiba - tiba saja Bulu kuduknya merinding setelah mendengar cerita dari atuknya barusan .

kamar tidur yang tidak begitu besar itu terlihat sangat sederhana. didalamnya hanya terdapat sebuah dipan kayu dan kasur kapas serta sebuah lemari kayu tanpa kaca . Mungkin karena terlalu capek setelah menempuh  perjalanan jauh mata sinto pun mulai mengantuk . Kini ia siap mengembara ke alam mimpi . namun tiba - tiba satu hal aneh pun terjadi . ketika tidurnya hampir lelap diseluruh ruangan tercium bau kemenyan yang sangat kuat . Bocah itu kembali membuka mata dan melihat ke sekitar dan ternyata tidak ada siapa - siapa disana . Tidak lebih dari dua puluh detik bau kemenyan itupun perlahan menghilang dan Sinto pun ingin kembali melanjutkan tidur dengan pikiran yang terheran heran . Namun saat bocah itu hampir tertidur pulas tiba - tiba saja ia merasa sekujur tubuhnya kaku dan nafasnya sesak serta lidahnya pun terasa kelu , seluruh tubuhnya terasa bergetar hebat , Ia panik karena untuk berteriak minta tolong  ia tak mampu . Bocah itu merasa sangat ketakutan . Saat ini hanya matanya yang bisa dibuka dan ia bisa melihat sekeliling ruangan tanpa bisa mengerakkan kepala . Tiba - tiba saja disamping kanan dipannya ia melihat sesosok orang tua berjubah hitam menatap tajam kearahnya dengan Wajah sangar seperti marah . Perlahan bola mata orang tua itu berubah seperti dua bola api merah menyala , Gigi taringnya memanjang Seolah ingin menerkam sinto saat itu juga . Tangannya bergetar dan bergerak keras ke kanan seolah ingin mencakar tubuh sinto . Namun sesaat sebelum orang tua itu dapat mencapai tubuh sinto seketika itu juga angin dingin sedingin es berhembus keras . orang tua itu tampak terkejut dan sambil menggereng keras perlahan tubuhnya pun berkelebat dan menghilang .

Setelah wujud orang tua angker itu menghilang dari pandangan mendadak tubuh sinto pun terasa normal kembali . Sekarang ia bisa bergerak dan berbicara seperti biasanya . Keringat dingin terlihat membasahi sekujur tubuh dan wajah sinto . Ia kaget dan merasa sangat ketakutan . Angin dingin itupun perlahan menghilang dan ruangan itu pun sejenak dipenuhi aroma bunga aneh yang sangat wangi . Sinto terdiam dan berfikir keras tentang sosok orang tua angker yang terlihat sangat marah padanya tadi karena seumur umur baru kali ini ia merasakan kejadian yang sangat mengerikan seperti itu . Tapi ia akhirnya berkesimpulan itu hanyalah sebuah mimpi buruk . meskipun terasa sangat nyata .

" Hampir saja tadi gue kencing di celana , untung aja bayangan angker tadi cepat pergi , kalau nggak kan bisa berabe nih , Bisa Malu seumur hidup  " katanya dalam hati .

ia kemudian teringat cerita kakeknya di kapal saat perjalanan pulang yaitu tentang kepercayaan orang - orang minangkabau kuno . Namun logika modern nya tetap memastikan bahwa itu hanyalah sebuah mimpi buruk . Setelah lelah berfikir akhirnya sinto pun tertidur pulas hingga pagi hari .

Kicau burung di pagi hari dan nyanyian alam lainnya membuat suasana dusun taratak bungo terasa sangat permai . Sungai besar yang diapit oleh dua bukit pasir itu seolah mengundang Sinto dan sahabat barunya Reza untuk segera menyeburkan diri. Reza adalah sahabat pertama sinto di kampung , mereka bertemu saat sinto ikut menemani atuknya kerumah orang tua reza yang masih terletak di dusun Taratak Bungo .

" Ayo lompat , Nto " kata reza sambil memakai gaya salto ke belakang kemudian Sinto pun ikut menyeburkan diri dengan gaya salto dan mereka berenang dengan serunya . Setelah puas berenang mataharipun sudah naik kira - kira satu penggalan . Mereka berdua duduk santai di atas batu besar di Pinggiran sungai .

" Nanti malam aku mau pergi latihan silek di galanggang kampung , kau mau ikut tidak ? Kata reza dengan bahasa indonesia bercampur logat padangnya .

" Wizz .. itu keren sekali !! aku mau ikut Za" Sinto menjawab girang karena Memang inilah yang dia inginkan sejak dari jakarta .

" Tapi syaratnya kau harus mendaftar dulu dengan cara kau harus ajak ayahmu pergi kerumah Pandeka Sahar karena dia adalah guru silek kita di kampung ini , kalau kamu mendaftar siang ini nanti malam kamu pasti bisa langsung ikut latihan " timpal reza .

Setelah itu merekapun sepakat untuk pulang .

Sesampai dirumah tanpa pikir panjang lagi Sinto langsung merengek kepada ayah dan Atuknya untuk segera pergi menemui pandeka sahar . Ia ingin didaftarkan siang ini juga karena ingin ikut belajar silek nanti malam dan ternyata Ayahnya pun mengizinkan .

" tapi kamu harus Ingat belajar silek bukan untuk gagah - gagahan , silek itu adalah belajar mengendalikan diri dan mengontrol emosi " begitu ayahnya berpesan.

Sementara itu di waktu yang bersamaan disebuah kastil tua berselimut kabut gelap terlihat orang tua berwajah hitam angker tengah duduk disinggasana yang terbuat dari tengkorak sambil tersenyum sinis .

" saatnya sudah hampir tiba , Aku harus segera keluar dan menguasai negeri ini " ujarnya .

hulubalang atau pengawalnya yang wajahnya tak kalah seramnya terlihat menundukkan kepala dan berseru .

" Duli Tuanku "

\*\*\*

" Assalamualaikum , Ooooo Pandeka "

Terdengar satu sautan menjawab salam dari dalam rumah dan sekaligus mempersilahkan tamu itu untuk masuk.

Rumah itu cukup tinggi karena memiliki kolong atau semacam ruangan lepas di bawahnya . Rumah panggung itu terlihat cukup unik karena didalam kolong tersebut terdapat kandang ayam , kambing dan juga itik . Rumah tinggi Itu adalah rumah pandeka sahar dan tamu yang datang itu ternyata adalah sinto dan ayahnya . Setelah dihidangkan segelas kopi dan sedikit bercengkerama barulah kemudian ayah sinto menyampaikan maksud dan tujuan mereka datang .

" Jadi begini pandeka , sebenarnya besar sekali niat kami datang berkunjung ke rumah kediaman pandeka ini , yaitu saya berniat ingin mendaftarkan anak saya ini untuk ikut belajar silek di galanggang silek yang pandeka pimpin "

ujar ayah sinto memulai pembicaraan .

Setelah pandeka sahar menjelaskan tata cara dan meminta berbagai macam persyaratan yang diperlukan akhirnya pandeka sahar mengizinkan sinto untuk ikut berlatih di galanggang sileknya taratak bungo . Bukan main girangnya hati sinto . Ia membayangkan dirinya akan menjadi pendekar hebat tanpa tanding meskipun sebenarnya kejadian buruk yang tadi malam ia alami saat menjelang tidur masih mengganggu dipikirannya . Namun ia memilih diam dan tidak menceritakan kejadian itu kepada siapapun .

Dari kejauhan terlihat puluhan obor yang dibakar mengelilingi sebuah lapangan yang datar dan ditumbuhi rumput halus yang dipotong rapi . Itulah tempat yang bernama gelanggang silek taratak bungo . Nama gelanggang silek ini mungkin disesuaikan dengan nama dusun tersebut . Saat sinto dan reza sampai di lokasi  terlihat sudah banyak murid - murid yang datang dan mereka nampak berlatih berpasang - pasangan sambil memainkan gerakan - gerakan yang sekilas tampak lebih seperti orang menari .

Pandeka sahar selaku tuo silek atau guru silek di gelanggang itu sementara menghentikan semua proses latihan dan dia mempersilahkan sinto untuk memperkenalkan diri agar dia lebih akrab dengan teman - teman seperguruannya yang lain .

"  kalian harus ingat dan tanamkan dalam hati bahwa teman seguru itu tak ubahnya seperti saudara kandung . jika yang satu terluka maka yang lain juga harus ikut merasa terluka karena Hakikat silek atau silat itu adalah silaturahmi "  begitu pandeka sahar memberikan arahan terhadap murid - muridnya . Semua murid termasuk sinto mengangguk tanda paham

Semenjak malam itu sinto resmi menjadi murid di gelanggang silek taratak bungo dan disana ia mulai mendapat lebih banyak teman karena sifatnya yang mudah senyum dan suka becanda ternyata cepat diterima oleh teman - teman seperguruannya . Pandeka sahar pun terlihat senang dengan sinto karena ia adalah anak yang berbakat dalam ilmu bela diri . Disuatu malam setelah latihan mereka terlihat asyik bercakap - cakap .

" Sinto , apakah sebelumnya kamu juga pernah belajar beladiri ? " tanya Pandeka Sahar

" Iya Tuan Guru , saya pernah belajar karate saat di jakarta " jawab sinto .

" Pada dasarnya semua beladiri itu sama namun ada sedikit perbedaan pada silek karena Jurus - jurus silek itu sangat dirahasiakan dan tidak boleh diajarkan ke orang lain tanpa seizin guru kecuali kamu sudah dapat kaputusan silek , Kamu paham ? . Pandeka sahar menegaskan dan Sinto pun mengangguk tanda paham .

Kaputusan silek adalah sebuah saat dimana seorang guru silek memberikan seluruh jurus rahasia yang dimilikinya kepada murid yg telah ia pilih untuk menjadi penerusnya dan mulai saat itu murid tersebut sudah diizinkan dan diperbolehkan untuk membuka sebuah galanggang silek baru .

Seusai latihan silek pada malam itu Sinto dan teman - temannya diundang ke rumah ihsan salah seorang teman seperguruannya karena di rumah ihsan ada acara kenduri keluarga .

Rumah ihsan terletak dikampung sebelah yang kira - kira berjarak setengah kilometer dari dusun taratak bungo .

Kampung itu bernama kampung sawah  hilir dan ternyata jalan menuju rumah ihsan melewati satu bangunan besar yang ternyata sebuah gelanggang silek juga . Sinto kemudian bertanya mengapa ihsan tidak belajar di gelanggang itu saja karena lebih dekat tetapi Ihsan bercerita bahwa murid - murid di gelanggang itu terkenal sangat nakal dan suka berkelahi dan guru sileknya  pun terkesan agak sombong . Oleh karena itu ayah ihsan yang juga merupakan orang dari kampung taratak bungo memilih tempat belajar ihsan di gelanggang silek taratak bungo .

Saat mereka asyik bercerita dari belakang terdengar suara orang - orang yang mengejek

" woii kawan - kawan nampaknya para pendekar kampung sebelah ingin mencoba kepandaian kesini " Diiringi suara tawa cemooh  .

Sinto menoleh kebelakang seperti ingin menjawab tapi ihsan memegang tangannya dan memberi isyarat untuk diam dan terus mempercepat langkah . Sinto dan teman - temannya yang lain akhirnya mengikuti saja . tidak begitu lama akhirnya mereka sampai di halaman rumah ihsan.

" Uuuuuu Ternyata pendekar kampung sebelah hanya gadang sarawa " mereka kembali tertawa terbahak - bahak

" Apa artinya gadang sarawa??

Tanya sinto pada reza yang juga ikut ke rumah ihsan .

" Gadang sarawa itu artinya pengecut atau pecundang " jelas Reza jengkel

" Sudah tidak usah diperpanjang , lebih bagus kita makan saja !! " kata nurdin yang memang lebih dewasa diantara mereka semua . Mereka pun makan namun saat sedang makan sinto yg rada emosi kembali bertanya

" Emangnya yang ngomong tadi itu siapa san ?

" Namanya Garang , Dia adalah orang kaya dan keturunan bangsawan didesa ini , Makanya lagaknya selalu sombong dan congkak tetapi kita tidak perlu berurusan dengan dia karena Keluarganya sangat kaya raya dan terkenal sombong dan kejam , Lebih baik kita mengalah saja " Kata ihsan dengan wajah memelas .

Mendengar penjelasan ihsan sinto dan kawan - kawan yang lainnya hanya diam dan fokus melanjutkan makan karena masakan dirumah ihsan sangat lezat dan gurih .

" jangan sungkan - sungkan ya Habiskan makannya , kalau mau nambah langsung ambil saja " terdengar suara ibu ihsan dari belakang .

" Terima kasih Mak cik , masakan mak cik memanglah is the best " kata sinto disambut ketawa teman - temannya .

Setelah makan dan bercengkerama sejenak mereka semua kemudian pamit kepada orang tua ihsan dan segera pulang ke rumah mereka masing - masing .

Sesampai dirumah Sinto langsung bersiap untuk tidur dan tidak ada lagi kejadian aneh seperti malam pertama ia tidur dikampung tetapi sinto teringat lagi cemoohan anak - anak nakal dari kampung sebelah tadi .

" Bocah congkak bernama garang itu suatu saat akan kuberi pelajaran " . Desis sinto

Next : chapter 3 : Bukit mendinding alam

#Ksatriaduadimensi

Chapter 3 " Bukit Mendinding Alam "

Puncak bukit itu terlihat diselimuti oleh kabut putih yang sangat tebal. tidak ada yang tahu pasti apa yang ada dibalik gumpalan kabut itu karena Jangankan mendekat , untuk bercerita tentang tempat itu saja orang - orang sudah merasa ketakutan .

Konon dipuncak bukit itu terdapat satu kerajaan gaib yang dipimpin oleh seorang raja Jin yang sangat kejam dan jahat . Raja itu bernama Tuanku Rajo Nan Hitam . Namun sejauh ini belum ada warga desa yang pernah menengok langsung ke puncak bukit itu . Kasus hilangnya warga desa saat mencari kayu di hutan Beberapa waktu lalu juga dikaitkan dengan keangkeran tempat tersebut . Tempat tersebut terkesan cukup aneh karena Kabut putih yang mengelilingi kawasan itu seolah menghalangi pandangan dari dunia luar . karena hal itulah bukit ini disebut dengan Bukit mendinding alam .

Disebuah Ruangan tempat singgasana Raja terlihat dua makhluk yang sedang berbicara .

" Hamba yakin dia adalah bocah yang diramalkan itu Tuanku " seorang kakek berjubah hitam kusam dengan rambut dan jenggot bewarna merah menyala terlihat menunduk hormat pada seorang berwajah hitam angker yang duduk diatas sebuah singgasana yang terbuat dari gundukan tengkorak .

Lelaki tua yang menjura hormat adalah kaki tangan Tuanku rajo nan hitam sang penguasa bukit mendinding alam. orang tua berambut merah itu bernama Dubalang rambut api Sedangkan pria angker yang duduk di singgasana tengkorak adalah sang Raja Jin jahat itu sendiri . Sambil menjentik - jentikkan jari ke pegangan tangan singgasana tengkorak itu Tuanku rajo nan hitam terlihat tersenyum sinis .

" Sepertinya kita memang harus mulai bergerak , ceritakan padaku tentang anak itu "

" Duli Tuanku , pada saat hamba datang kerumah bocah itu tempo hari , malam itu hamba ingin langsung melenyapkan bocah itu dengan ilmu jari api , namun hamba diserang oleh hawa dingin sedingin es , kekuatan hamba seakan terkunci , hamba yakin itu adalah ulah Harimau Salju peliharaan Datuk Si Raja Dewa dan sepertinya makhluk itu juga sudah mulai pulih kekuatannya "

" Harimau Salju , hewan keparat yang selalu membuatku repot itu , tunggu saja saatnya " Tuanku Rajo Nan Hitam mengepalkan tinjunya

" Dubalang rambut api , sebaiknya kau habisi saja bocah itu segera karena aku yakin dia akan menjadi duri yang akan mengganggu semua siasat dan rencana besarku "

" Duli Tuanku , hamba akan mencari cara untuk segera melenyapkannya " setelah menjura hormat kepada sang Raja dubalang Rambut api segera berkelebat pergi .

***

Garang terlihat duduk terkulai lesu di sebuah kursi kayu antik yang terletak di serambi depan rumahnya yang begitu luas .

Rumah itu terlihat sangat megah dan memiliki halaman yang sangat luas dipenuhi kebun bunga dan pohon - pohon hias . Keluarga garang memang terbilang sangat kaya raya . Sebagian besar lahan pertanian dan sumber daya alam yang ada dikampung sawah hilir adalah aset keluarganya . Mereka adalah keturunan bangsawan dikampung sawah hilir . Dari segi finansial sepertinya garang sangat tidak pantas untuk sedih dan bermuram durja seperti itu .

Lantas apa yang membuat bocah itu bersedih ?

Yang membuat bocah itu murung tak lain adalah persoalan muda - mudi . Saat ini hatinya sedang tergoda oleh seorang bunga desa dari dusun taratak bungo . Gadis cantik jelita itu bernama Hamidah anak dari khatib syarif seorang guru mengaji di dusun taratak bungo . Hamidah adalah gadis baik yang sangat pandai menjaga pergaulannya. Terang saja ia tak begitu menghiraukan perasaan garang yang sombong dan angkuh .

Garang sebenarnya adalah anak yang tampan , badannya kurus tinggi , hidungnya mancung dan kulitnya yang putih membuat ia terlihat seperti bocah blasteran eropa . Namun yang membuat hamidah kurang suka adalah tabiat garang yang tidak hanya nakal tetapi juga sombong . Hamidah masih memiliki hubungan kerabat dengan Reza sahabat dekat sinto . Ia tinggal bersama ayah dan ibunya disamping masjid gadang taratak bungo karena ayahnya khatib syarif itu merupakan imam dan guru mengaji di masjid itu . Sikap hamidah yang dingin terhadap dirinya lah yang membuat garang menjadi galau dan sangat marah karena ia merasa tidak pantas jika pria sesempurna dirinya diabaikan oleh seorang gadis kampung . Harusnya para gadis itu yang datang memohon - mohon cinta kepadanya , begitulah kehendak hati garang .

" Pokoknya tidak bisa tidak , gadis itu harus kudapatkan bagaimanapun caranya " garang terus menggumam sambil mengepalkan tinjunya

***

Pagi ini sinto dan kawan - kawan berencana pergi menggalah ikan ke sungai . Menggalah ikan adalah cara tradisional untuk menangkap ikan dikampung sinto . Sinto yang masih baru tinggal dikampung sangat penasaran dan ingin tau bagaimana proses dan cara menggalah ikan tersebut .

Mereka sudah mempersiapkan bekal makanan dari seusai subuh disebabkan lokasi tempat menggalah ikan ini terbilang cukup jauh dan butuh waktu empat jam berjalan kaki untuk mereka sampai dilokasi tersebut . mereka sampai di lokasi saat menjelang tengah hari dan setelah sampai mereka langsung memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum mulai menggalah.

" Waduh ,, keren banget disini coy !! Sepertinya aku mulai betah disini " ujar sinto sambil membuka bekal nasi yang dibawanya .

" kalau begitu kamu menetap dikampung aja Nto , pasti seru banget " reza menjawab dengan mulut yang dipenuhi nasi . Beberapa butir nasi terlihat muncrat dari mulutnya . Teman - teman yang lain menggangguk tanda setuju .

" Iya nto , jangan balik ke jakarta lagi " ihsan menimpal .

Belum sempat sinto menjawab obrolan teman - temannya sontak saja terdengar suara parau dari arah belakang mereka . Mereka sama - sama menoleh dan ternyata dibelakang mereka telah berdiri sosok orang tua berjubah hitam kusam berambut dan berjenggot merah . Ia tak lain adalah dubalang Rambut api dubalang Tuanku Rajo Nan Hitam .

" kalian jangan khawatir para bocah , teman kalian itu tidak akan pernah kembali lagi kejakarta , bahkan untuk selamanya karena ia harus memenuhi takdirnya disini , takdir kematian , Hahahahha " orang tua seram itu tertawa angker .

Usai bicara seperti itu dubalang rambut api mengubah posisi jari tangan nya seperti seolah hendak mencakar dan Perlahan dari ujung jari kakek tua itu memancar percikan api yang sangat panas . Itulah " ilmu jari api " yang merupakan ilmu andalan orang tua jahat itu . Sinto dan kawan - kawan merasakan hawa panas yang sangat menyengat dan Hawa panas itu secara perlahan mulai merasuk kedalam tubuh mereka .

Ihsan yang paling pengecut terlihat menggigil dan terus meracau

" Hantuuuu ... tolongggggg ... ada hantu ... " ia terus menangis seperti orang yg kesetanan

Sinto menatap wajah orang tua angker yang berada berjarak 5 meter dari batu tempat mereka duduk .

" Ternyata dia " gumam sinto dalam hati

" kau masih mengenalku bocah ? " dubalang rambut api bertanya seolah tahu apa yang ada difikiran sinto karena memang dialah sosok orang tua seram yang datang beberapa malam yang lalu ke rumah sinto . Muka sinto terlihat bertambah pucat sementara hawa panas yang mendera semakin menjadi - jadi membuat sinto dan kawan - kawan bertambah ketakutan.

" Siapa kau dan apa maumu ? Nurdin bertanya meskipun dalam hatinya dia merasa sangat ketakutan .

" Aku Dubalang Rambut merah dan aku datang untuk mencabut nyawa kalian " ujar dubalang rambut api dan tentu saja semakin membuat para bocah itu bertambah menggigil . Ujung jari yang berapi itu semakin terlihat memerah . Sepertinya dubalang rambut api siap untuk melepaskan jurus jari apinya . Namun sebelum sambaran api itu sempat mengenai sinto dan kawan - kawan , mendadak suhu ditempat itu seolah berubah drastis . Hawa panas yang menyelimuti seluruh tempat itu sontak berubah menjadi hawa dingin sedingin es seolah - olah tempat tersebut dituruni oleh hujan salju .

Dubalang rambut api terpelongo kaget . seluruh api yang ada diujung jarinya tampak padam dan tubuhnya pun terlihat berdiri kaku . Sementara dari balik pepohonan yang berjejer ditepi sungai terlihat keluar sesosok harimau putih yang badannya kira - kira sebesar induk gajah . harimau itu menggereng perlahan Namun suara gerengan itu mampu membuat batu besar tempat sinto dan kawan - kawannya duduk jadi bergetar .

" Keparat , harimau sialan itu lagi " ujar dubalang rambut api dalam hati

" Saat ini aku belum mampu mengalahkannya dan lebih baik aku mundur dulu . aku harus segera dapatkan batu mustika itu dan setelah itu tunggu saja pembalasanku harimau keparat " Dubalang Rambut api menyumpah dalam hati

Harimau putih menatap tajam kearah dubalang rambut api seolah memberi isyarat agar orang tua jahat itu segera pergi Dari tempat itu . Dubalang rambut api merasa seluruh kekuatannya tersedot dan melemah . Sebelum terlambat seluruh tenaga dalam yang dia miliki kemudian ia himpun di pergelangan kaki dan dengan satu kali hentakan ia sudah melesat jauh dari tempat tersebut .

" Aduh kacau ini .. lepas dari mulut buaya pergi ke mulut harimau " Desis sinto dalam hati

Harimau putih itu seolah mengiringi kepergian dubalang rambut api . setelah yakin orang tua jahat itu benar - benar sudah pergi harimau itu menatap sinto dengan pandangan tenang seolah ingin mengatakan sesuatu . Saat sinto menatap mata harimau salju itu ada perasaan aneh dalam dirinya karena entah kenapa pada saat ia melihat mata harimau itu ia merasa sudah lama mengenal harimau itu . Harimau putih itu kedipkan mata ke arah sinto seolah hendak pamit dan sekejap mata saja ia menghilang dari pandangan sinto dan kawan - kawan .

" Sebaiknya kita stop saja acara menggalah hari ini dan kita langsung pulang saja "

nurdin memulai percakapan saat suasana sudah mulai agak normal kembali .

Tidak ada seorangpun yang membantah karena mereka memang sudah terlanjur takut dengan kejadian barusan . Tapi mereka sepakat untuk merahasiakan kejadian itu dari siapapun karena mereka yakin meski diceritakan pun tak ada seorangpun yang akan mau percaya . Bisa - bisa mereka yang nantinya dicap sebagai pembohong.

Perlahan kabut misteri mulai terkuak . apakah yang akan terjadi selanjutnya ???

Saksikan di episode berikutnya

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!