NovelToon NovelToon

Hasrat Terlarang Sang Istri

Semua Terasa Indah

Dua Tahun Lalu ....

Sepasangan pemuda dan pemudi tampak berdiri di sebuah Villa berlatar pantai yang begitu indah. Pemuda yang berprofesi sebagai aktor itu tampak berlutut dengan satu tangan yang menggenggam tangan si gadis.

Sementara sebuah kamera yang dipegang seorang kameramen terus merekam momen indah yang akan menjadi berita bahagia di dunia hiburan seantero tanah air.

"Marsha Valentina, will you marry me?"

Pemuda itu tampak bersungguh-sungguh kala meminta si gadis untuk mau menikah dengannya. Permintaan paling romantis kala seorang Melvin Andrian, aktor papan atas yang sudah malang melintang di dunia akting itu kini meminta kepada Marsha, gadis yang telah berpacaran dengannya hampir satu tahun itu untuk sudi menikah dengannya.

Gadis itu meneteskan air matanya, permintaan Melvin nyatanya benar-benar menggetarkan hatinya hingga air matanya bercucuran begitu saja.

"Ya, aku mau," balas Marsha dengan bibir yang bergetar.

Tidak menyangka bahwa kekasihnya yang adalah seorang Superstar itu kini benar-benar memintanya untuk menikah dengan pria tampan dengan karier yang cemerlang di dunia akting, yaitu Melvin Andrian.

Ada kebahagiaan di raut wajah Melvin. Pria itu lantas mengeluarkan sebuah cincin bertahtakan berlian dan menyematkannya di jari manis Marsha.

"I Love U," balas Melvin dengan sembari berdiri.

Pria itu menyeka buliran air mata di wajah Marsha, kemudian meraih dagu Marsha dan menghadiahi kecupan di bibir Marsha.

Chup~

"I Love U," ucap Melvin lagi.

Seakan Melvin melambaikan tangannya ke arah kamera yang masih merekamnya kali ini. Pria itu lantas membawa Marsha untuk menjauh dari kerumun orang, menuju ke sebuah bibir pantai yang memang berada di resort tersebut.

Tanpa permisi, Melvin menarik pinggang Marsha, membuat gadis itu mendekat bahkan menempel ke arahnya. Lantas Melvin kembali mengikis wajahnya, menyapa bibir Marsha dengan bibirnya sendiri. Memagutnya dengan begitu lembut, menyesap lipatan bawah bibir itu dengan nafas yang memburu, dan membawa lidahnya untuk menelusup masuk, mengeksplorasi kedalaman rongga mulut Marsha yang begitu hangat.

Itu adalah ciuman yang memabukkan dan tentunya penuh cinta. Sebab tidak ada lagi ungkapan yang membuat dada Melvin bergemuruh riuh, selain kepastian yang diberikan Marsha sekarang ini.

Di bibir pantai itu, nyatanya kedua bibir sepasang anak manusia tengah beradu dan bertemu. Rasa manis berbalut kehangatan membuat Melvin seakan tak jemu-jemu untuk menghisap dan melu-mat bibir Marsha seakan tiada henti.

Decakan yang berpadu dengan deburan ombak yang menyapu kedua kaki mereka, seakan justru menciptakan kesan romantis yang membuncah di dalam dada keduanya.

Menyadari bahwa tidak sepatutnya mereka terlena, Marsha pun memberi dorongan di dada Melvin. Sebuah bentuk pengisyaratan bahwa pria itu harus menyudahi cumbuan dan ciumannya kali ini.

Melvin tahu benar dengan sikap defensif Marsha, lantas pria itu pun melepas tautan bibirnya dengan nafas yang terengah-engah dan kemudian memeluk Marsha dengan begitu eratnya.

"Harus berhenti sekarang ya?" tanyanya dengan senyuman menyeringai.

Marsha mengangguk dan mencerukkan kepalanya di dada bidang Melvin. "Iya, berbahaya," jawab Marsha.

"Jadi, kapan kamu mau menikah denganku?" tanya Melvin kini.

"Aku mengikuti keputusanmu," jawab Marsha.

Terdengar kekehan dari mulut Melvin, "Lebih baik. secepatnya saja," balasnya lagi.

"Yakin? Bagaimana dengan kariermu?" tanya Marsha kepada kekasihnya itu.

"Tidak apa-apa. Menikah di saat berada di puncak popularitas tidak masalah kok," balas Melvin.

"Yakin?" Marsha kembali bertanya. Gadis itu tampak menarik wajahnya guna menatap wajah tampan kekasihnya itu.

"Iya," sahut Melvin dengan yakin.

...🍃🍃🍃...

Selang dua bulan kemudian ...

Sebuah pernikahan begitu mewah di gelar di salah satu ballroom hotel di Ibukota. Pernikahan yang sudah dinantikan para penggemar Melvin Andrian tentunya.

Ballroom hotel bintang lima itu disulap dengan tema Rustic yang begitu mewah. Bunga Mawar dan Peony yang begitu segar tampak menghiasi setiap sudut di Ballroom, berpadu dengan dedaunan hijau yang menyegarkan dan membuat suasana asri di pesta mewah itu. Sementara di pelaminan berdiri Melvin Andrian yang begitu tampan dalam balutan Tuksedo berwarna hitam, dan hiasan bunga di saku Tuksedonya. Sementara di sampingnya bersanding seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai seorang model begitu serasi bersanding dengan sang Aktor. Wajahnya yang begitu ayu dan anggun dalam balutan Wedding Gown itu terlihat begitu mempesona. Sorotan lampu, dan lensa kamera yang mengabadikan momen bahagia itu seakan menjadi rekam kebahagiaan bagi Melvin dan Marsha.

Terlebih dukungan fans yang menyebut keduanya sebagai MM Couple. Melvin dan Marsha nyatanya mendapat doa dan dukungan dari seluruh penggemar.

"Terima kasih telah mewujudkan pernikahan yang begitu indah," ucap Marsha di sela-sela resepsi pernikahannya dengan Melvin.

Pria itu pun menganggukkan kepalanya, "Sama-sama Ayang, aku juga bahagia menikah denganmu," balas Melvin dengan bahagia.

Hingga tamu undangan pun mengantri dan memberikan salaman serta doa restunya kepada Marsha dan Melvin.

"Selamat ya Melvin & Marsha, semoga Samawa selalu."

"Happy Wedding yah."

"Lekas mendapat momongan yah."

"Jangan terus-menerus kejar stripping. Kejar cepat dapat momongan dulu."

"Selamat menempuh hidup baru."

Berbagai ucapan selamat pun mereka terima. Bahkan pernikahan keduanya juga disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta mengingat nama besar Melvin Andrian sebagai Aktor Papan Atas dan Langganan Stripping salah satu rumah produksi itu.

Pesta besar dan disaksikan jutaan pasang mata itu benar-benar meraih atensi publik. Terkadang Marsha masih belum percaya bahwa dirinya yang sebatas model biasa, bisa menikahi pria yang merupakan aktor yang begitu terkenal.

...🍃🍃🍃...

Kini ....

Hingar bingar pernikahan mewah Marsha dan Melvin memang telah berlalu. Tidak terasa pernikahan mereka sudah menginjak pada tahun ketiga. Segala kemewahan dan gemerlap pernikahan nyatanya hanya akan menjadi sebuah kenangan yang akan selalu diingat.

Marsha dan Melvin pun kembali menjalani rutinitas mereka berdua seperti biasanya.

"Ayang, nanti aku pulang dini hari seperti biasanya," pamit Melvin siang itu ketika hendak menuju lokasi syuting.

"Iya, kalau Stripping gak bisa cuti yah?" tanya Marsha.

Seakan Marsha juga menginginkan memiliki waktu berkualitas dengan suaminya itu tanpa ada adegan syuting stripping hingga dini hari. Bahkan terkadang menjelang subuh, Melvin baru tiba di rumah.

"Tidak bisa, Ayang ... lagian Sinetronku ini juga ratingnya baru naik banget, dapat sambutan baik dari pemirsa. Jadi harus kejar tayang," balas Melvin kali ini.

Marsha menghela nafas sepenuh dada, bagaimana pun Sinetron Stripping akan menjadi prioritas utama bagi suaminya. Seakan kehidupan rumah tangga mereka kehilangan pesonanya. Sebatas menjalani rutinitas yang tidak pernah ada habisnya.

"Baiklah," balas Marsha pada akhirnya.

Melvin pun mengusapi puncak kepala istrinya itu, "Sabar yah Ayang ... aku kan kerja sekeras ini juga buat kamu," balas Melvin yang mencoba menenangkan istrinya.

Maka tak ada lagi yang bisa Marsha keluhkan selain membiarkan suaminya itu menjalani Stripping yang benar-benar menguras waktu. Hingga dirinya lupa kapan terakhir kali memiliki waktu libur yang berkualitas dengan suaminya itu.

Rumah Tangga Tanpa Gairah

Saat paling menyesakkan dalam rumah tangga adalah ketika pasangan suami istri memiliki kehidupannya sendiri-sendiri. Tidak ada penyatuan dan kedekatan baik secara fisik maupun psikologis.

Hal ini juga yang tengah dirasakan Marsha sekarang ini. Kesibukan Melvin yang sangat luar biasanya membuat hari-hari hanya dijalani di dalam rumah. Selebihnya Marsha hanya keluar jika ada pemotretan saja, itu pun tidak setiap hari.

Sama seperti malam ini, Melvin yang pulang menjelang subuh. Jam 03.00 WIB, pria itu baru pulang dengan wajah yang begitu kuyu. Melvin yang baru saja pulang seketika langsung merebahkan dirinya di samping Marsha begitu saja.

Merasakan ada seseorang yang merebahkan diri di sampingnya membuat ranjang itu bergerak, hingga Marsha pun terkesiap. Wanita itu mengucek kedua matanya sembari menoleh ke bagian ranjang yang biasa ditempati oleh Melvin.

"Yang, baru pulang?" tanya Marsha.

"Hmm, iya ... aku ngantuk banget. Seharian take beberapa kali, sampai capek banget," keluh Melvin kala itu.

"Kamu enggak ingin bersih-bersih dulu? Kamu barusan dari tempat syuting loh, pasti kotor. Banyak keringat dan debu, mandi sana dulu gih," pinta Marsha sembari menepuki bahu suaminya itu.

"Ah, ngantuk ... aku tuh ngantuk, Yang!" balas Melvin dengan sedikit membentak.

Marsha pun masih berusaha sabar. Terlebih dia ingin membiasakan kebiasaan baik kepada suaminya itu. Bahkan Marsha tidak masalah jika harus menyiapkan air hangat dan menunggui suaminya itu bersih-bersih terlebih dahulu.

"Ayang, aku tahu kamu kecapekan, aku tahu banyak adegan yang harus diambil karena sinetronmu memang stripping. Hanya saja, biar kamu juga enak tidur dalam keadaan bersih. Yuk, bersih-bersih dulu yuk," ucap Marsha dengan masih berbicara lembut dengan suaminya.

"Ah, bawel banget sih! Tahu suaminya baru pulang jam segini malahan berisik. Bawel!"

Kali ini Melvin nyatanya justru membentak Marsha, dan pria itu memilih keluar dari kamar dengan membanting pintu.

Suara bantingan pintu yang begitu keras membuat Marsha mengelus dada. Ya Tuhan, dirinya hanya sebatas ingin suaminya itu tidur dalam keadaan bersih hingga capeknya hilang. Akan tetapi, reaksi yang ditunjukkan Melvin justru membuat Marsha begitu sakit hati.

Air mata berlinangan begitu saja, dari pelupuk mata Marsha. Wanita itu kembali merebahkan dirinya dengan bahu yang bergetar, begitu sedih karena bentakan suami dini hari seperti ini.

...🍃🍃🍃...

Keesokan Paginya ....

Marsha pun bangun dengan wajah yang sembab. Terpaksa kali ini, dia tidak membangunkan suaminya itu. Padahal biasanya Marsha selalu membangunkan suaminya itu. Pagi ini untuk pertama kalinya setelah tiga tahun, Marsha tidak membangunkan suaminya.

"Non Marsha, wajahnya kok sembab gitu? Mau Bibi buatin susu hangat?" tawar Bi Tini yang merupakan asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama tiga tahun untuk Marsha dan Melvin.

"Tidak usah, Bi ... aku cuma kurang tidur saja. Minta Teh Hangat saja Bi," pinta Marsha kali ini kepada Bi Tini.

Wanita paruh baya itu pun menganggukkan kepalanya, dan segera menuju ke dapur untuk membuatkan Teh Hangat permintaan Si Nyonya Rumah. Hanya selang beberapa menit, Bi Tini sudah kembali dengan membawa secangkir Teh Hangat dalam nampan kecil dan menyajikannya kapada Marsha.

"Silakan Non Marsha, diminum ... mumpung masih hangat," ucap Bi Tini sembari menyajikan secangkir Teh Hangat dengan uapnya yang masih mengebul itu di hadapan Marsha.

"Makasih Bi Tini," balas Marsha.

Kendati Marsha adalah Nyonya Rumah, tetapi Marsha memperlakukan Bi Tini dengan sangat baik. Tidak tipe majikan yang semena-mena. Justru terkadang Marsha membantu Bi Tini untuk memasak di sela aktivitasnya sebagai model.

"Saya pamit dulu ya Non, mau ke pasar. Kemarin Den Melvin pesen minta dibelikan Pisang Sunpread. Jadi, sekarang Bibi mau belikan dulu," pamit Bibi Tini kali ini.

Sepeninggal Bibi Tini, hanya tinggal Marsha di rumah besar itu. Wanita itu menatap setiap rumah besar dengan berbagai furniture mewah di sana. Dulu saat dirinya masih menjadi Pengantin Baru dan Melvin masih bisa membagi waktunya, rumah ini benar-benar penuh cinta dan kebahagiaan. Kini, hanya sudut kosong dan tak berpenghuni di rumah besar itu.

Hingga akhirnya terdengar jejak langkah kaki yang membuat Marsha terkesiap. Sudah pasti, langkah kaki itu adalah suaminya.

Pria itu bangun dengan wajah yang masih kuyu dengan kantung mata yang sedikit hitam di bawah matanya. Melvin menatap tajam ke arah Marsha yang sudah duduk di meja makan.

"Kenapa aku tidak dibangunkan?" tanya Melvin pagi itu.

Tidak ada sapaan hangat, tidak ada kecupan hangat selamat pagi, tidak ada senyuman manis di antara pasangan suami istri itu. Marsha memilih diam dan tidak menanggapi pertanyaan Melvin. Hatinya masih begitu kesal usai kejadian dini hari tadi di mana Melvin membentaknya dan meninggalkannya begitu saja.

Melihat Marsha yang diam, nyatanya justru Melvin menunjukkan wajah yang tidak suka. Pria itu tidak menyadari kesalahannya dini hari tadi. Niatan baik istrinya justru membuahkan bentakan. Wanita mana yang tak sakit hati saat dibentak dan ditinggal pergi suaminya begitu saja.

"Pagi-pagi mau ngajak ribut lagi?" tanya Melvin kini. "Belum cukup ngajak ribut semalam?" sentak Melvin lagi. Agaknya Melvin sendiri masih merasa istrinya lah yang membuatnya badmood dan uring-uringan. Sehingga Melvin memilih beranjak dari tempat duduknya sekarang dengan menatap Marsha dengan begitu tajam.

Nyatanya Marsha masih diam dan enggan untuk menjawab pertanyaan suaminya itu. Hatinya masih begitu kesal dan juga sebal dengan perlakuan suaminya itu.

Merasa tidak ada jawaban sepatah kata pun dari Marsha, Melvin memilih berlalu begitu saja dari meja makan. Lagi-lagi pria itu memilih pergi dan tidak berusaha meminta maaf atau menyelesaikan masalah. Padahal masalah sekecil apa pun dalam rumah tangga jika tidak diselesaikan justru akan menjadi boomerang pada akhirnya nanti.

Marsha menatap punggung Melvin yang berlaku begitu saja. Wanita itu tertunduk lesu dengan air mata yang berlinangan begitu saja.

Di mana Melvin yang lembut dan perhatian?

Di mana Melvin yang selalu membujuknya dan memenangkannya di saat dirinya marah?

Di mana Melvin yang tak pernah membentaknya?

Kesibukanmu di luar sana membuatmu berubah Melvin ...

Aku seperti istri yang hanya menjadi teman tidurmu saja.

Batinku tersiksa Melvin ...

Bukan rumah tangga seperti ini yang aku inginkan ...

Rumah tangga tanpa gairah ...

Lama kelamaan rumah tangga ini akan kehilangan cintanya ...

Marsha hanya bisa menunduk dan berkata lirih dalam hatinya sendiri. Hidup bergelimang harta dengan popularitas yang tinggi tidak bisa membeli kebahagiaan di dalam hati. Untuk apa memiliki karier yang begitu cemerlang, pesona luar biasa di hadapan sorot kamera, tetapi rumah tangga mereka hambar dan kehilangan cintanya.

Menjaga Image

Menjelang siang kala itu, Melvin pun berangkat ke tempat syuting dengan wajah yang begitu kusut. Hatinya begitu sebal dengan tindakan Marsha yang secara terang-teranganya mengajaknya bersitegang. Padahal Melvin sendiri harus berkonsentrasi dan menghafal naskah untuk setiap adegan yang akan di-take hari ini. Akan tetapi, karena hatinya terlalu sebal, Melvin pun sepanjang jalan lebih memilih untuk diam dan enggan untuk menghafalkan naskahnya.

“Kenapa Bos, wajahnya kusut gitu?” tanya Rido yang adalah asisten pribadi Melvin.

Rido sendiri sudah menjadi asisten pribadi Melvin selama tujuh tahun terakhir, sehingga Rido sangat tahu bahwa Bosnya itu sedang kusut. Pastilah ada sesuatu yang terjadi dengan Melvin.

“Enggak apa-apa,” balas Melvin dengan begitu singkat.

“Kalau ada masalah diobrolin Bos … jangan disimpan semuanya sendirian,” balas Rido lagi.

“Beringsik. Diem lo. Lama-lama lo jadi kayak Marsha nyebelin,” jawab Melvin kini.

Kali ini Melvin mengatakan jika Rido yang berisik justru membuatnya asisten pribadinya itu sudah seperti Marsha yang berisik.

Perlahan Rido pun menatap Melvin dengan sorot matanya yang tajam, “Santai Bos … aku kan juga cuma ngasih tahu Bos saja. Kalem Bos,” seloroh Rido kali ini.

Sementara Melvin hanya bisa mendengkus kesal dan memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela mobilnya. Pria yang berprofesi sebagai seorang aktor itu lebih memilih untuk melihat pemandangan yang terus bergerak melalui kaca jendela mobilnya.

“Bos, sekalipun saat ini suasana hati Bos baru jelek, tetapi Bos kan adalah publik figur. Jadi, bagaimana pun Bos harus menjaga image. Di luar sana Bos itu sudah dikenal sebagai aktor kelas atas yang bercitra baik dan tidak banyak memiliki sensasi. Jadi, tetap jaga image, Bos.” Kali ini Rido memberitahu Bosnya itu untuk bisa tetap menjaga image. Tidak begitu bagaimana buruk dan jeleknya suasana hatinya, atau masalah yang saat ini menimpanya. Akan tetapi, Melvin harus tetap mempertahankan image yang sudah dia bangun selama ini sebagai seorang aktor dengan segudang prestasi dan minim sensasi. Jadi image itulah yang harus terus dipertahankan oleh Melvin.

Perjalanan siang itu akhirnya pun membawa Melvin sampai di lokasi syuting. Melvin segera bersiap dengan mengganti kostum dan sudah diatur oleh stylistnya dan juga sedikit dirias wajahnya supaya tidak terlalu kucel, kemudian Melvin menghafal skrip naskahnya sebelum memulai take untuk adegan di bawah arahan sutradara.

Hampir satu jam berlalu, Melvin pun turun dari mobilnya dan segera menemui sutradar dengan kondisi yang sudah siap diambil adegannya.

“Gimana Melvin, aman?” tanya sutradara yang biasa dipanggil Bang Rudhy itu.

“Iya Bang, sudah,” balas Melvin sembari menganggukkan kepalanya.

“Ya sudah yuk, kita mulai ambil dan rekam adegannya yah. Itu Michella (co-artis) sudah siap juga,” ucap Bang Rudhy kali ini.

Melvin pun mempersiapkan dirinya, berlatih sejenak bersama Michella yang adalah aktris pendatang baru yang menjadi rekan beradu akting Melvin kali ini. Gadis cantik blasteran Belanda itu begitu cantik dan memiliki kemampuan akting yang cukup baik. Dari sessi latihan saja sudah terlihat bahwa Nania bisa mengimbangkan kemampuan akting Melvin yang memang sudah lama malang melintang di dunia akting tanah air.

“Yuk, kita mulai yuk … One … Two … and Actions!” teriak Bang Rudhy yang mengomandoi perekaman gambar antara Melvin dan Michella.

Dalam adegan di dalam Melvin dan Michella tengah beradu mulut, hingga berakhir di mana Melvin akan menenangkan Michella dan diakhiri dengan pelukan erat keduanya pun hanya membutuhkan satu kali take saja.

“Cut! Oke!” teriak Bang Rudhy lagi.

Terlihat wajah Melvin dan Nania yang begitu lega karena adegan dengan penuh emosi itu nyatanya bisa terlampaui dengan satu kali take saja.

“Istirahat lima menit, dan kita ke adegan selanjutnya yah,” instruksi sang Sutradara kali ini.

Waktu lima menit, kembali digunakan Melvin untuk menghafal dialognya. Kali ini Melvin memilih duduk tidak jauh dari Michella. Pria itu terlihat serius menghafalkan dialog bagiannya.

“Kamu cepet banget sih hafalnya,” tanya Nania kali ini.

Melvin yang semula serius, perlahan menganggukkan kepalanya dan menatap ke arah Nania, “Oh … iya. Mungkin karena otakku lebih cepet untuk menghafal. Udah terbiasa juga,” balas Melvin.

“Aktor papan atas sekaliber kamu luar biasa yah … aku harus banyak belajar nih dari kamu,” balas Michella kali ini.

Melvin hanya tersenyum, dan pria itu kembali fokus dengan lembaran naskah di tangannya. Menghafalkan dialog, supaya dirinya tidak perlu mengulang dan melakukan kesalahan karena lupa dengan dialognya sendiri. Setelah waktu lima menit selesai. Melvin dan Nania kembali berdiri dan bersiap untuk mengambil adegan selanjutnya.

Di bawah komando dari Bang Rudhy, keduanya kemudian kembali berakting. Akan tetapi, kali ini ada yang kurang.

“Cut! Vin, Vin … lebih dekat aja sama Nania. Dipeluk sepenuh hati gitu. Pakai perasaan kamu,” instruksi Bang Rudhy kali ini.

Melvin tampak menghela nafasnya, dan kemudian menganggukkan kepalanya.

“Oke Bang … sebentar ya.” Melvin menjawab dengan mengangkat telapak tangannya meminta waktu untuk jeda sejenak.

Melvin kemudian menatap ke Michella, “Sorry, kalau adegan kali ini, aku harus peluk kamu lebih erat,” ucap Melvin kini kepada Michella.

Melvin memang aktor yang sopan. Jika ada adegan yang berupa kontak fisik, Melvin memang akan meminta maaf kepada aktris pendampingnya terlebih dahulu.

“Oke, santai aja … gak apa-apa kok,” balas Michella.

Hingga akhirnya, adegan kembali direkam dan menggambarkan adegan berpelukan sepasang kekasih yang begitu eratnya.

Terlihat Melvin yang memeluk erat Michella, pria itu terlihat memejamkan matanya untuk lebih masuk ke karakter yang dibawakannya kali ini. Beberapa detik pun berlalu, sampai akhirnya Bang Rudhy mengatakan, “Oke! Goodjoob!” teriak sutradara kali ini.

Ada helaan nafas yang berat dari Melvin dan juga Michella. Keduanya lantas memilih menjauh sejenak, dan Rido segera datang dan menyerahkan sebotol air mineral kepada Bosnya itu.

“Minum dulu Bos … biar enggak haus,” ucap Rido sembari berbisik lirih di tepi telinga Melvin.

“Thanks Do,” sahut Melvin sembari menenggak air mineral dalam kemasan botol itu.

Rido kemudian tersenyum melihat Melvin, “Semangat Bos … baru dua adegan. Ini belum adegan yang hot loh Bos. Lebih baik nanti Bos kalau pulang obrolkan dulu dengan Nyonya Bos Marsha kalau bakalan ada adegan kissing, biar Nyonya Bos enggak marah,” jelas Rido kali ini.

Melvin pun menganggukkan kepalanya, “Iya … nanti gue ngobrol sama Marsha,” balas Melvin dengan lesu.

Di balik kesuksesannya. Di balik nama besarnya, ternyata Melvin Andrian harus berusaha mati-matian untuk menjaga imagenya. Sangat penting bagi seorang aktor untuk mempertahankan imagenya. Sebab, jika imagenya rusak akan berakibat fatal terhadap keberlangsungan karier keartisannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!