Pagi hari yang seperti biasa nya dengan begitu banyak orang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sekolah, bekerja, bermalas-malasan, bersedih, bergembira. Jalanan yang ramai orang dan kendaraan berlalu lalang. Begitulah keadaan ibu kota Jakarta setiap harinya. Gedung perkantoran bertingkat tinggi terlihat berjajar. Di daerah pinggiran gedung, terdapat kawasan pemukiman.
Terlihat sosok seorang wanita yang biasa-biasa saja keluar dari salah satu rumah di kawasan pemukiman tersebut. Wajah polos tanpa riasan, dengan tatanan rambut yang hanya dibiarkan terurai. Pakaian dan atribut yang digunakan juga terlihat biasa. Juga kegiatan yang seperti biasa dilakukan, berlari-lari mengejar bis yang hampir tertinggal karena kesiangan bangun. Lalu saat turun dari bis wanita itu kembali terlihat tergesa-gesa untuk membeli sarapan di kedai roti kesukaannya.
Saat melewati sebuah minimart, ia masuk ke dalamnya dan membeli beberapa perme lolipop dengan rasa buah stroberi. Keluar dari minimart, ia langsung membuka satu buah permen lolipop yang baru dibeli nya dan memakannya. Ia memuta-mutar lolipop yang ada dalam mulutnya sambil melanjutkan perjalanannya.
Di dalam sebuah mobil yang terparkir di dekat kedai roti itu, ada seorang pria tanpa sengaja melihat wanita itu dan memperhatikannya. Dalam hatinya ia berpikir dasar wanita yang aneh dan kekanak-kanakan. Seorang wanita yang sudah dewasa tapi masih memakan permen lolipop dan dengan cara makan yang seperti itu.
Setibanya di kedai roti, ia langsung menuju ke rak bagian tempat roti goreng berada. Setelah itu ia mengambil penjepit roti dan nampan yang ada di dekatnya. Tiba-tiba segerombol pria memakai jas hitam datang dan mendorong tubuhnya dan tubuh beberapa pelanggan yang ada di kedai itu menjauh dari tempat mereka berada.
Wanita tadi merasa kesal dan ingin marah, namun diurungkan nya niat itu. Karena terlihat seorang pria mengenakan pakaian dengan perbedaan yang mencolok dari segerombolan pria berjas hitam tadi.
Ia pun memperhatikan pria yang baru muncul ini.
Pria ini memakai jas berwarna biru muda dengan setelan celana berwarna senada. Wajahnya sungguh mempesona, dengan hidung yang bertulang tinggi besar dan bibir yang menawan. Tatanan rambut yang sangat rapih dan terlihat modern. Akan tetapi mata nya yang tegas dan tatapan yang tajam memperlihatkan keangkuhan pria ini. Sudah jelas terlihat dia adalah orang penting dan merupakan seorang petinggi di suatu perusahaan besar. Padahal usia pria ini terlihat masih muda dan sebaya dengannya.
Pasti pria ini hanya mendoplang kesuksesan dari orang tuanya. "Kaya dan sukses dari orang lain saja sudah mau pamer kekuasaan seperti ini dasar orang tak berguna", umpat wanita itu dengan suara yang sangat pelan seperti bergumam.
Ia pun tak segan mendorong pria berjas hitam yang tadi mendorong tubuh dan menahannya. "Permisi permisi..." dengan suara setengah berteriak pada pria itu. Pria berjas hitam itupun memelototinya dan menahan wanita itu dengan badannya sehingga dia tidak bisa bergerak maju.
"Ehem.. biarkan saja dia masuk, aku tidak mau berurusan dengan badak yang sedang kelaparan", ucap pria muda berbaju biru muda itu. Wanita itu merasa emosinya meluap-luap dikatakan seperti badak. Ia ingin sekali menendang dan mengacak-acak rambut si pria.
Tapi melihat sekeliling nya begitu banyak penjaganya belum lagi para wanita disana yang terlihat terpesona oleh pria itu. Ia pun menarik napas dalam-dalam sambil mengelus dada dan bergumam, "Sabar sabar, aku hanya perlu mengambil rotiku, membayarnya lalu segera pergi dari sini".
Roti yang ingin diambilnya adalah sebuah roti goreng dengan isi coklat didalamnya. Roti kesukaannya dari kecil dan yang selalu menjadi sarapannya. Saat akan mengambilnya dengan penjepit roti, tiba-tiba ada penjepit roti lain yang juga menempel pada roti itu. Ternyata pria muda itu juga mau membeli roti kesukaannya itu. Namun roti itu hanya ada satu.
Dengan wajah kesal, ia melepaskan roti itu dan setengah berteriak kepada si pemilik kedai "Bibi apakah masih ada roti goreng isi coklatnya?"
"Roti itu sudah habis, nak Ra." jawab Bibi pemilik kedai. Mendangar jawaban itu, level kemarahannya sudah berada di paling top, sudah tidak bisa ditolerir lagi dan amarahnya akan segera meledak.
Baru saja ia ingin merebut kembali roti itu, terdengar suara Bibi pemilik kedai "Mmm Ara.. jangannn..bisa kamu kesini sebentar". Mendengar Bibi pemilik kedai memanggilnya, ia pun berjalan ke sana sambil mengumpat pria itu dengan gumaman yang tak jelas. Namun pria itu memiliki tatapan dan pendengaran yang tajam, ia tahu wanita itu berkata "Dasar orang gila sombong".
"Begini Ara, sebenarnya roti goreng coklat kami sudah diborong semua oleh mereka sebelumnya. Bibi sudah sengaja menyisakan satu buah roti untukmu, kupikir dia sudah pergi dan tak kembali lagi ke sini jadi Bibi display roti untukmu tapi ternyataa.. inilah yang terjadi" ucap Bibi dengan suara pelan dan setengah berbisik.
"Aarrrghh benar-benar menyebalkan! Dasar orang aneh! Ya sudah Bi, hari ini aku terpaksa tidak sarapan." Wajah Ara memberengut kesal. Dia kemudian melirik ke tangannya untuk melihat jam tangan yang dipakainya. "Ohh tidak sudah jam 07.35! Aku harus segera tiba di kantorku, kalau tidak habislah aku." teriak Ara panik sambil terburu-buru pergi. Saat melewati pria muda itu, ia bergumam lagi "Sinting.." Pria muda itu melemparkan tatapan matanya yang mendingin dan penuh kekesalan kepadanya ketika mendengar umpatan itu. Tetapi Ara tidak menyadarinya.
***
Di kota Jakarta, terdapat banyak gedung perkantoran yang dibangun dengan megah dan tinggi. Gedung perkantoran tersebut selalu menjadi incaran bagi para sarjana lulusan S1 yang ingin bekerja. Salah satu gedung yang paling terkenal adalah gedung yang bernama "Fernan". Gedung ini dimiliki oleh 2 keluarga bangsawan yang sangat terkenal di dunia bisnis yaitu keluarga Ferician dan Ernando. Sebagian besar perusahaan yang berlokasi di gedung ini merupakan perusahaan yang dimiliki oleh kedua keluarga tersebut.
Walaupun sama-sama pebisnis, namun mereka tidak pernah saling berkompetisi. Melainkan mereka memiliki suatu perusahaan gabungan yang termasuk dalam satu grup usaha bersama dengan nama Fernan yang merupakan penggabungan dari dua nama keluarga tersebut.
Gedung Fernan, selain terkenal dengan interiornya yang megah, juga terkenal dengan sebuah taman pribadinya yang terletak tepat di belakang gedung Fernan. Taman itu bernama Taman Arshiena. Banyak orang yang penasaran dan tertarik ingin masuk ke dalam taman Arshiena untuk melihat dan menikmati keindahan yang terdapat di dalam taman tersebut. Namun taman itu tidak pernah dibuka untuk umum, hanya orang kalangan sendiri yang boleh masuk ke dalamnya.
Saat ini di dalam taman tersebut, terlihat pria muda berjas biru yang tadi membuat kehebohan di kedai roti karena membawa beberapa penjaga berjas hitam serta penampakannya yang sangat tampan sehingga menarik perhatian banyak wanita yang ada di sana. Pria muda itu bernama Axell Ernando. Dia merupakan Tuan Muda keluarga Ernando. Satu-satunya penerus dan ahli waris di keluarga itu. Selain memiliki fisik yang bagus seperti wajah yang tampan dengan tubuh tinggi tegap serta otot seperti seorang atlet, Axell juga seorang artisian. Dia memiliki pandangan yang tajam serta ide yang kreatif di dunia desain perhiasan.
Dia merupakan salah satu lulusan terbaik di institut art New York. Bahkan sebelum lulus dari kuliahnya, ia sudah direkrut oleh sebuah perusahaan perhiasan terkenal yang berlokasi di New York sebagai perancang perhiasan. Setelah lulus ia memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya, yang merupakan ibukota Indonesia yaitu kota Jakarta. Dan baru pagi ini dia tiba di Jakarta.
Namun, Axell meminta ayahnya untuk memberinya waktu selama beberapa hari untuk tinggal sendiri di apartemen milik keluarga mereka karena dia memiliki beberapa urusan yang perlu dia kerjakan dan selesaikan terlebih dahulu.
Ayahnya tidak dapat menolak ataupun melarang kehendak Axell karena bagi ayahnya kepulangan anaknya merupakan suatu hal besar yang patut disyukuri. Karena selama ini sangat sulit membuat anaknya untuk mau kembali tinggal dan menetap di Indonesia. Sehingga ia pun menuruti permintaan anaknya ini. Selain itu, bagi ayahnya yang terpenting adalah Axell mau pulang dan menyetujui pertunangan yang telah ayahnya rencanakan.
Tetapi karena ayah sangat menyayangi dan mengkhawatirkannya, ayah lalu menugaskan beberapa penjaga dan petugas keamanan untuk menjemput dan mengawali Axell selama di bandara hingga dia dapat tiba di apartemennya dengan selamat. Itulah mengapa dia membawa begitu banyak rombongan pria berjas hitam ke kedai roti tersebut.
Tempat pertama kali yang ingin dia kunjungi setibanya di Jakarta adalah kedai roti Sweet Hut. Dia ingin membeli semua persediaan roti goreng berisi selai coklat yang ada di kedai roti itu dan membawanya ke taman Arshiena.
Kini, berkotak-kotak roti tersebut diletakkan di atas meja taman yang berada di depan sebuah batu marmer yang bertuliskan 'Taman Arshiena' yang merupakan nama taman itu.
Axell duduk di salah satu kursi didekat meja taman, ia lalu membuka satu per satu kotak roti tersebut. Sambil memandangi roti-roti itu, dia terlihat seolah-olah sedang berbicara dengan seseorang "Shiena, aku sudah pulang. Setelah lulus, aku segera kembali kesini agar aku dapat berada di dekatmu lagi." Ketika berbicara, pandangan matanya tak pernah terlepas dari batu marmer tersebut.
"Lihatlah! Ini, aku bawakan roti goreng isi coklat kesukaanmu. Aku masih ingat bahwa kamu memiliki alergi susu sehingga kamu tidak dapat makan sembarang roti. Padahal kamu sangat menyukai roti. Saat paman Arman membawakan roti goreng isi coklat yang tidak mengandung susu dari kedai Sweet Hut, kamu langsung melahapnya sampai habis. Dan sejak itu roti goreng ini selalu menjadi makanan favoritmu. Hampir setiap hari kamu minta dibelikan roti goreng ini. Hanya saja paman dan ibuku sering menolak membelikannya. Mereka juga melarangmu memakannya dalam jumlah banyak." Suara Axell tercekat dengan matanya terlihat berkaca-kaca. Lalu, dia terdiam sambil termenung.
Setelah agak tenang, dia kembali melanjutkan dengan suara yang terdengar agak parau. "Shiena, dimana kamu berada sekarang? Dan bagaimana keadaanmu saat ini? Maafkan aku Shiena. Sungguh, maafkan aku yang masih belum bisa menemukanmu hingga saat ini. Entah bagaimana keadaanmu. Aku berharap kamu baik-baik saja, dengan keadaan tubuh yang sehat dan hidup berbahagia. Aku merindukanmu, sangat rindu padamu. Shienaa.." Lanjutnya dengan beberapa tetes air mata yang mulai berjatuhan tanpa bisa ia tahan lagi.
"Sudah sekian lama kita berpisah. Dan sudah sekian lama pula kami berusaha mencarimu, namun belum juga menemukanmu. Apakah benar apa yang mereka bilang bahwa kamu.. kamu.." suara Axell tercekat, dan dia benar-benar tidak mampu untuk melanjutkan apa yang ingin diucapkannya.
Pastinya tak ada seorang pun yang menyangka, bahwa seorang pria angkuh yang terkesan dingin dan tak berperasaan seperti dirinya, dapat terlihat sedih dan pilu seperti itu. Siapakah sosok yang bernama Shiena ini. Sepertinya Axell benar-benar merindukannya dan merasa sangat kehilangan.
Jika saja ada orang yang melihat dan mendengarnya saat ini, mereka langsung dapat mengetahui bahwa Shiena adalah orang yang sangat dia sayangi. Untung saja ini merupakan taman pribadi yang tertutup, sehingga ia dapat mencurahkan seluruh isi hati dan kesedihannya tanpa ada seorang pun yang melihat atau mendengarnya.
Setelah mengucapkan beberapa kata curahan yang menggambarkan kesedihannya, Axell mengusap air matanya. Ia kembali berucap, "Shiena, aku telah kembali untukmu. Sehingga sekarang aku mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk mencarimu. Aku yakin kalau aku pasti akan segera menemukanmu."
Selesai berbicara, Axell masih berada di taman untuk waktu yang cukup lama. Dia duduk diam dengan merenung di taman itu sambil menikmati udara yang segar serta pemandangan taman yang asri nan indah. Beberapa kenangan masa kecilnya terlintas dibenaknya.
Dulu kecil, dia dan Shiena sering bermain bersama di taman. Shiena kecil juga suka duduk di kursi taman yang sekarang ia duduki sambil menikmati sekotak roti goreng coklat kesukaannya. Sedangkan Axell kecil hanya diam sambil memandanginya makan dengan tersenyum senang. Terkadang, dia menggodanya.
"Ini sudah roti ketiga yang kamu makan. Kalau ayahmu tahu, kamu pasti akan dimarahinya", goda Axell kecil pada Shiena.
"Ee-emm..Tapi aku sangat menyukai roti ini. Lagipula Ayahku sangat menyayangiku, dia pasti tidak akan marah padaku walaupun aku sudah memakan roti ini dengan banyak." Shiena berbicara dengan mulut yang masih mengunyah roti. "Kamu tahu kan, aku sangat suka roti. Tapi karena aku alergi susu jadi aku tidak bisa makan sembarang roti. Nanti kalau kita sudah besar, kamu harus selalu ingat dengan roti kesukaanku ini dan kamu harus membelikanku sekotak roti ini setiap harinya!", lanjut Shiena kecil yang terdengar seperti sedang memberi perintah pada Axell kecil.
"Aku tidak mau! Nanti kalau kita sudah besar dan kamu telah menjadi istriku, maka aku akan melarangmu memakan banyak roti itu. Kalau tidak, nanti bisa-bisa kamu akan berubah menjadi gendut dan bulat seperti roti itu." ucap Axell kecil kembali menggodanya.
"Kalau begitu aku tidak mau menikah dan menjadi istrimu. Wekk." Jawab Shiena sambil memeletkan lidahnya.
"Tapi kalau kamu gendut dan bulat seperti roti, siapa yang mau menikah denganmu selain aku", ledek Axell lagi.
"Huhuhu.. Apa benar yang kamu ucapkan? Kalau aku makan roti ini setiap hari, nanti aku bisa menjadi gendut dan jelek sehingga tidak ada yang menyukaiku?" Rengek Shiena. "Kalau begitu aku tidak mau memakan roti ini lagi." Shiena meletakkan roti yang sedang dia pegang ke dalam kotak roti di depannya dan mendorong kotak roti itu menjauh darinya. Raut wajahnya yang ceria berubah menjadi sedih.
Melihat wajah sedihnya, Axell kecil merasa bersalah. "Maafkan aku Shiena, aku hanya bercanda." Axell mengelus kepala Shiena, menghiburnya. "Nanti kalau sudah besar, tentunya aku akan mengingat semua kesukaanmu dan aku pasti akan membelikannya untukmu. Karena bagiku kamu akan selalu menjadi seorang putri yang cantik yang adalah kesayanganku dan juga kesayangan bagi semua orang." Mendengar perkataan yang Axell ucapkan, Shiena kecil berhasil terhibur. Dia tersenyum lebar dan kembali terlihat ceria lagi.
"Kalau begitu aku akan menghabiskan roti goreng ini." Jawabnya ceria sambil kembali melanjutkan memakan rotinya. Membuat Axell tertawa geli melihatnya.
"Na..na..na..". Tiba-tiba terdengar dering hp. Membuat lamunannya terlepas saat mendengar bunyi dering hp tersebut. Sebelum menjawab panggilan tersebut, Axell melihat nama yang tertera di layar hp nya. Maretha. Dengan enggan ia menjawab panggilan itu.
"Halo, Kak Axell?" Terdengar suara seorang wanita berbicara dari sebrang telepon sebelum Axell berbicara. "Ternyata benar kamu sudah tiba di Jakarta. Mengapa kamu tidak pulang dulu ke rumah dan menghubungiku? Aku sudah rindu sekali denganmu." Nada suara wanita itu terdengar sangat manja. Namun, Axell hanya diam saja, tidak menjawabnya. "Apakah saat ini kakak sedang berada di kantor dan langsung sibuk dengan urusan pekerjaanmu?" Kembali terdengar suara wanita itu, memberikan pertanyaan lainnya lagi.
"Tidak, aku ada urusan lain. Belum ke kantor juga belum sempat pulang ke rumah dulu." Axell akhirnya berbicara, menjawab pertanyaannya.
"Aku tahu, pasti saat ini kakak sedang berada di taman kak Shiena." Kali ini nada suara nya terdengar tidak manja lagi melainkan terkesan sedikit kesal.
"Kebetulan aku sedang makan siang di sekitar situ. Ayo, Kak datang kemari dan makan siang bareng denganku", lanjutnya. Dia kembali berbicara dengan nada manjanya.
"Lain kali saja, saat ini aku sudah ada janji makan siang dengan rekan bisnisku. Sudah dulu ya, aku mau melanjutkan kembali urusanku.", tanpa menunggu jawaban, Axell langsung menekan tombol off di hp nya.
Axell tidak menyadari bahwa hari sudah siang dan sudah hampir 5 jam dia duduk di taman itu. Jika saja tidak ada panggilan tadi, mungkin dia tidak akan berhenti dari lamunannya. Ia lalu bangkit berdiri, merapikan pakaiannya dan beranjak pergi keluar dari taman menuju mobilnya.
***
Keluarga Ernando memiliki bisnis di berbagai bidang. Salah satunya adalah bisnis dibidang perhiasan dan aksesoris dengan nama perusahaan Ern&Do Collection. (dibaca Ernando Collection)
Pada saat ini, perusahaan tersebut memiliki sebuah program pelatihan dengan merekrut beberapa para mahasiswa yang baru lulus. Pelatihan ini diadakan selama tiga bulan dengan adanya penilaian terhadap masing-masing peserta. Setelah tiga bulan maka para peserta dapat menjadi karyawan tetap jika memenuhi standar penilaian yang telah mereka tentukan. Program pelatihan tersebut sudah berjalan selama hampir satu bulan.
Salah satu peserta tersebut adalah Ara. Ara adalah seorang mahasiswi lulusan Akademi Seni Rupa dari suatu Institut Seni di kota tempat tinggalnya, Jogjakarta. Sejak kecil dia sangat gemar menggambar. Dia sering mengikuti lomba menggambar dan memenangkan banyak perlombaan yang diikutinya tersebut.
Ara mendapatkan beasiswa untuk kuliah secara gratis dari program beasiswa yang diberikan oleh perusahaan Ern&Do Collection. Ia terpilih mendapatkan beasiswa itu berkat prestasi yang sering diraihnya.
Namun setelah lulus, Ara diwajibkan untuk mengikuti program pelatihan tersebut yang berlokasi di Jakarta Selatan. Karena dia berasal dari daerah Jogjakarta, jadi dia mendapat fasilitas tempat tinggal di sebuah apartemen di kawasan dekat gedung perkantoran tempatnya bekerja.
Pagi ini, seperti biasanya ia berangkat ke kantor menggunakan bus Transjakarta. Karena apartemen tempat tinggalnya berjarak sekitar 3 kilometer dari kantornya, sehingga ia harus naik bus untuk menuju ke kantornya. Setibanya di kantor, Ara melihat para teman dan seniornya sedang berkumpul di depan papan pengumuman kantor. Di sana ada selembar kertas pengumuman yang tertempel.
Pengumuman itu berisi pemberitahuan bahwa akan ada pergantian manajemen baru mulai bulan depan. Ia melihat raut wajah para senior dan atasannya yang terlihat tegang dan serius. Ternyata mereka harus membuat berbagai laporan mengenai apa saja yang telah terjadi selama di bawah pimpinan manajemen yang lama dan diwajibkan mengumpulkan laporan itu pada bos baru tersebut.
Tentu saja hal ini membuat mereka takut dan penuh kekhawatiran. Apalagi mereka sudah mendengar bahwa bos baru itu adalah anak dari pemilik perusahaan tersebut dan merupakan calon penerusnya. Selain itu calon bos baru mereka memiliki sikap yang sangat dingin dan perfeksionis.
Bagaimana kalau bos yang baru tidak menyukai kinerja mereka selama ini lalu berniat memecat mereka dan menggantikan mereka dengan orang-orang baru. Maka ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan mereka. Itulah mengapa mereka semua terlihat sangat tegang dan gelisah.
Sedangkan para junior dan karyawan baru, turut merasakan kekhawatiran yang lebih besar. Mereka yang senior saja gelisah dan cemas seperti itu bagaimana dengan mereka yang masih baru. Kontribusi dan pekerjaan yang mereka perbuat belum begitu banyak bersumbangsih bagi perusahaan. Bisa saja detik itu juga bos baru langsung memecat mereka tanpa banyak pertimbangan lagi.
Ara dan teman-temannya yang juga sedang dalam pelatihan terlihat kebingungan. Mereka berpikir apakah manajemen lama atau baru akan berpengaruh bagi mereka. Karena mereka memiliki ikatan kontrak selama 3 bulan yang tidak mungkin bisa berubah. Pemecatan secara tiba-tiba tidak mungkin juga terjadi pada mereka.
Belakangan ini para atasan dan senior jadi lebih sibuk dengan laporan yang perlu mereka selesaikan tersebut. Tugas yang harus diberikan pada Ara dan teman-temannya pun sering terlupakan. Tak jarang mereka terlihat santai tanpa ada tugas yang bisa dikerjakan. Namun bagi Ara, di waktu senggang seperti ini, dia dapat memanfaatkannya dengan melakukan hobinya yaitu menggambar berbagai desain model aksesoris.
Dari kecil, Ara memang bercita-cita bisa memiliki sebuah toko perhiasan dengan desain yang dia buat sendiri. Ia ingin bisa menjadi seseorang yang sukses untuk membuat orang tuanya merasa senang dan bangga terhadapnya. Karena selama ini, Ara melihat perjuangan keras ayahnya yang bekerja sebagai seorang montir di sebuah bengkel kecil miliknya untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Sehingga Ara ingin sekali bisa mengurangi beban ayahnya. Apalagi usia ayahnya sudah makin bertambah tua. Tubuhnya terlihat semakin lemah dan sering sakit-sakitan.
"Perhatian para karyawan!" Ara menghentikan kegiatan menggambarnya dan memperhatikan senior yang memanggil mereka itu. "Kalian semua pastinya sudah melihat dan membaca pengumuan yang ditempel di papan pengumuman perusahaan kita pada beberapa hari yang lalu." Senior yang sedang berbicara itu adalah seorang pria yang berusia sekitar 50an tahun. Dia mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan dasi berwarna abu-abu. "Jadi mulai bulan depan, kantor kita akan kedatangan seorang Direktur baru. Dan mungkin beberapa dari kalian sudah mengetahuinya bahwa Direktur baru kita adalah anak dari pemilik Ernando Grup, yang bernama Axell Ernando.", lanjutnya.
Senior yang sedang berbicara itu merupakan seorang Asisten Direktur Ern&Do Collection. Para karyawan memanggilnya dengan sebutan Mister Andi. Dia termasuk salah satu petinggi yang paling disegani tetapi juga digemari oleh banyak karyawan. Karena selain bijaksana, dia juga mau mendengarkan masalah yang terjadi antar karyawan. Bahkan perusahaan menjadikannya sebagai kepercayaan dan seseorang yang selalu dapat diandalkan untuk menangani berbagai masalah yang ada.
"Walaupun Tuan Axell masih muda, namun dia orang yang tegas dan berhati dingin. Dia juga orang yang sangat perfeksionis dan menuntut kedisiplinan. Hal yang paling ia benci adalah ketika melihat seorang karyawan telat dalam hal apapun. Telat tiba di kantor apalagi telat dalam mengumpulkan tugasnya." Mister Andi memberi peringatan dengan nada suara yang tegas.
"Dia tidak suka dengan hal yang bertele-tele. Jika ada yang tidak ia sukai, tanpa basa basi ia akan dengan segera membuangnya dan menggantikannya dengan yang baru. Kalian paham kan dengan perkataanku ini. Jadi pergunakanlah waktu sebulan ini dengan baik. Mari kita bersama-sama berusaha dengan sebaik mungkin dan saling membantu agar dapat menyelesaikan tugas membuat laporan ini dengan baik." Mister Andi menatap kepada para karyawan yang sedang mendengarkannya berbicara satu per satu. Sebagian besar karyawan memberi anggukan, mengiyakan perkataannya.
"Selain itu, perlu untuk selalu diingat! Kita harus menjaga sikap dan perilaku kita selama bekerja di perusahaan ini. Jangan sampai melanggar aturan yang manajemen baru tetapkan. Jika ada suatu masalah atau hal yang kurang dipahami, kalian bisa menemuiku ke ruanganku dan langsung bertanya padaku." Mister Andi diam sejenak untuk memberi jeda. Kemudia dia melanjutkan ucapannya untuk menutup sesi pembicaraan. "Baiklah, cukup sekian informasi yang saya sampaikan. Silahkan kembali melanjutkan pekerjaan kalian masing-masing."
Selesai menyampaikan beberapa informasi tersebut, Mister Andi kembali ke ruangannya. Tiba di ruang kerjanya, raut wajah Mister Andi terlihat lelah dan cemas dengan banyak kerutan yang nampak diwajahnya. Dia berharap semoga dengan adanya manajemen yang baru, tidak akan memberi banyak perubahan bagi perusahaan yang telah lama dia naungi ini. Apalagi setelah ini, dia tidak akan menjabat lagi sebagai Asisten Direktur di perusahaan ini. Melainkan dia akan dipindahtugaskan untuk menjabat sebagai Direktur di unit grup perusahaan Ernando lainnya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!