Hai .... Perkenalkan nama saya Kim'z selaku Author.
Ini merupakan karya pertama yang saya tulis, saya berharap walaupun merupakan karya pertama, tulisan ini tetap bisa membuat kalian semua merasakan kepuasan setelah membacanya.
Yaitu yang menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Cheril.
Wanita ini tiba-tiba muncul di hadapan seorang laki-laki yang bernama Elvano, yang dimana ia sendiri belum begitu mengenal nya, lalu meminta agar laki-laki itu menikahi dirinya.
Alasannya adalah untuk menghindari perjodohan yang sudah ditentukan oleh orangtuanya.
Cheril mengenal Elvano sejak duduk di bangku SMU, Kendatipun begitu wanita ini juga tidak begitu dekat dengan lelaki ini.
Elvano sendiri sebenarnya adalah seorang laki-laki yang baik.
Sifatnya yang pendiamlah yang membuat nya tidak memiliki banyak teman dekat.
Bahkan ia juga tidak pernah terlihat dekat dengan wanita mana pun ketika berada di bangku SMU.
Walaupun sangat banyak wanita yang ingin mendekati nya karena ketampanan yang ia miliki.
Alasannya adalah Elvano memang tidak pernah memikirkan seorang wanita saat itu.
Selain sifat yang baik, Elvano juga adalah seorang siswa yang sangat pintar. Ia selalu mendapatkan juara umum di sekolahnya sehingga ketika hendak masuk ke jenjang SMU, Elvano pun mengikuti jalur beasiswa untuk masuk ke salah satu SMU favorit yang kebanyakan murid nya adalah berasal dari kalangan atas. Dan di sanalah pertemuan pertama Elvano dan Cheril berlangsung.
Elvano sendiri bukan berasal dari kalangan yang berada, ibunya hanyalah seorang Kuli Cuci, Bahkan kadang-kadang ibunya juga berjualan gorengan keliling untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Pada saat Elvano baru duduk dibangku SMP ia sudah kehilangan ayahnya yang meninggal dunia.
Walaupun Elvano hanya anak dari seorang Kuli Cuci, wajah Elvano sangatlah tampan.
Ia bahkan tidak mirip sama sekali dengan ayah maupun ibunya.
Wajah Elvano sangat menawan, layaknya seorang pangeran.
Waktu ia masih kecil ia juga sering diejek oleh para tetangganya dengan kalimat 'Jangan-jangan kamu ini adalah anak pungut'. Begitulah ejekan yang kerap kali didapat oleh Elvano.
Siapa pun yang melihat Elvano memang tidak akan ada yang percaya kalau Elvano adalah anak dari Ibu Anita dan Bapak Rangga.
-----------------------
Seperti yang sudah saya ceritakan di awal tadi, ada seorang wanita yang bernama Cheril tiba-tiba mendatangi Elvano dan mengajak nya menikah.
Elvano memang sedikit kaget waktu itu, ia jelas tau keluarga Cheril adalah keluarga yang cukup terpandang, sama sekali tidak sepadan jika disatukan dengan nya.
Bahkan waktu masih SMU dulu Cheril sudah memulai merintis bisnis butiknya yang saat ini semakin berkembang.
Keluarga Cheril juga dikenal memiliki Perusahaan Tekstil yang cukup besar yang mendukung nya menjadi seorang pengusaha Butik Pakaian Mewah seperti saat ini.
Cheril juga menjadi incaran banyak laki-laki waktu ia SMU dulu. Selain kaya raya, Cheril juga seorang gadis yang cantik.
Tubuhnya juga sangatlah ideal, sehingga pakaian apapun yang ia kenakan selalu membuat dirinya tampak cantik dan sexy.
Selain itu, kulit putihnya juga bibir yang seksi, juga mendukung semua penampilan Cheril. membuat Cheril semakin sempurna dimata laki-laki manapun yang melihat dirinya.
Ketika Cheril mendatangi Elvano meminta untuk dinikahi oleh nya, Elvano seharusnya sudah tidak memiliki alasan untuk menolak, selain biaya rumah sakit yang ditawarkan oleh Cheril untuk membantu ibunya yang sedang membutuhkan perawatan dimana saat itu ia sedang sangat membutuhkan uang tersebut, wanita itu juga sangat sempurna.
Akhirnya Elvano pun menerima tawaran Cheril untuk menikah dengan nya.
Bahkan ia belum sempat menanyakan apa yang menjadi alasan Cheril memilih nya sebagai suami nya saat itu.
Yang terpenting bagi Elvano saat itu adalah ibunya bisa dirawat terlebih dahulu.
****************************
Episode 1
"Bibi .... Tolong panggilkan Cheril di kamarnya ya!" kata ibu Cheril kepada pelayan Cheril yang dipanggil dengan sebutan Bibi Jum.
"Baik Nyonya!" jawab Bibi Jum singkat.
Bibi Jum adalah pelayan pribadi Cheril, sejak ia masih kecil Bibi Jum sudah mengabdikan diri untuk keluarga ini, dan sebagai pelayan khusus untuk melayani Nona Cheril.
Bahkan keluarga Cheril sudah menganggap Bibi Jum sebagai keluarga mereka sendiri karena kesetiaan Bibi Jum selama ini.
Cheril juga sangat menyayangi Bibi Jum.
Mungkin dikarenakan adanya ikatan di antara mereka yang sudah sangat dekat, dimana dari sejak Cheril masih berusia belum genap 1tahun Bibi Jum sudah ada di sini bersama dengan Cheril. Bibi Jum sendiri sudah seperti ibu kedua bagi Cheril sendiri.
Tok tok tok
"Iya, siapa?" tanya Cheril dari balik kamar
"Ini saya Non, Bibi Jum! " jawab Bibi Jum singkat
"Oh, buka saja Bi. Pintunya tidak dikunci kok," jawab cheril lagi.
Jegrek!
Bibi Jum membuka pintu perlahan.
"Ada apa Bi?" tanya Cheril yang masih berada di tempat tidurnya.
Ia masih sedikit bermalas-malasan, karena memang hari itu adalah hari Sabtu, ia tidak ke kampus saat itu.
Saat ini Cheril masih kuliah di salah satu Universitas di kotanya. Sepulang dari kampus ia baru mengurus Butik miliknya.
"Itu Non, Nyonya memanggil Non Cheril," jawab Bibi Jum.
"Memangnya ada apa Bi?" tanya Cheril heran.
Karena tidak biasanya di akhir pekan seperti ini pagi-pagi ibunya sudah memanggil dirinya seperti ini.
"Bibi tidak tau Non, Nyonya hanya menyuruh Bibi memanggil Non Cheril untuk segera turun," jawab Bibi Jum lagi.
"Baiklah Bi, sebentar lagi aku akan turun. Kasih tau Ibu sebentar lagi Cheril turun ya Bi!"
"Baik Non! Bibi turun dulu ya,"
"Iya Bi. Terimakasih." Ucap Cheril mengakhiri pembicaraan.
Tidak lama kemudian Cheril pun turun dari kamarnya. Kamar Cheril ada di lantai 2, sesaat kemudian ia pun melangkah menuruni tangga satu per satu dengan gembira untuk menemui ibunya.
Sebenarnya Cheril sudah bisa sedikit menebak, ibunya pasti sedang merencanakan sesuatu tentang rencana perjodohan dia dengan laki-laki yang tidak ia sukai. Namun kali ini ia bisa menghadapi itu dengan hati yang sedikit lega.
"Hai Ibu, Ayah," Cheril menyapa ibu dan ayahnya yang sedang duduk di meja makan.
"Hallo sayang," ibu Cheril membalas menyapa putrinya sambil menatap Cheril kagum
"Bu, kenapa liatin aku seperti itu sih?"
"Eh .... Ng-nggak sayang ... Ibu hanya sedikit terpanah dengan kecantikanmu Nak," jawab ibu sambil tersenyum.
"Ah .... Ibu ada ada saja," tanggap Cheril malu-malu.
"Lah, anak Ibu memang cantik ... Sama kayak Ibunya," puji ibu Cheril sambil memegang kedua pipinya.
"Sudah kriput Bu," timpal ayah Cheril yang juga sedang duduk di sebelah ibu Cheril.
"Ah, Ayah .... Bukannya dulu Ayah tergila-gila dengan kecantikan Ibu?" goda ibu Cheril sambil menyenggol bahu nya.
"Ya, itukan dulu ... Sekarang mah sudah kriput Bu ...," ejek ayah.
"Ah Ayah! Belum kriput kok, masih mulus begini ... Ibu kan perawatan," tukas ibu Cheril tidak terima. Ia sudah mulai memasang wajahnya yang masam.
"Sudah, sudah! Iya, Ibunya aku tuh memang cantik ... Sangat cantik malah. Siapa juga yang bilang kriput? Nggak loh, Yah. Wajahnya Ibu tuh masih mulus seperti anak ABG," sambung Cheril untuk menengahi perdebatan sengit yang mungkin akan jadi panjang itu sambil memeluk ibunya.
"Oh iya, tadi kenapa Ibu memanggil ku?" tanya Cheril sambil melepaskan pelukan dari ibunya.
"Eh .... Iya, Ibu mau membicarakan soal perjodohan kamu dengan Jimmy sayang," jelas ibu Cheril.
Tuh iya kan? Apa yang dipikirkan Cheril memang benar.
"Ibu mau mengatur pertemuan kalian berdua sayang, sambil mempertemukan mu dengan kedua calon mertua mu juga," lanjut ibu Cheril.
"Tapi Bu, Cheril sudah punya pilihan lain saat ini." Cheril tidak bisa menerima perjodohan ini!" tolak Cheril tiba-tiba membuat kedua Orangtuanya kaget bukan main.
Ibu Cheril tentu saja kaget mendengar ungkapan anaknya itu.
Jelas-jelas Cheril belum pernah memperkenalkan seorang laki-laki sebagai kekasihnya kepada kedua orangtuanya sebelum ini.
Apalagi sewaktu ayahnya membicarakan perihal perjodohan waktu itu, ia juga tidak memberikan komentar apapun.
Ia terlihat fine aja waktu itu, seolah-olah ia menyetujui perjodohan yang telah diatur oleh ayahnya itu.
Mereka jelas berpikir Cheril sama sekali tidak mempermasalahkan perihal perjodohan itu.
Mendengar perkataan Cheril tadi, ayahnya yang sedang menyeruput teh pun tersedak.
Uhuk uhuk uhuk
"Apa maksud mu Cheril?" tanya ayah sambil mengatur kembali nafasnya yang tak beraturan
"Apa kamu sudah memiliki kekasih? Tapi kenapa kamu tidak memberitahukan pada Ayah dan Ibu waktu itu?" lanjut ayah Cheril.
"Eh, maaf Ayah!" jawab Cheril sambil menundukkan wajahnya.
"Baiklah Cheril! Ayah mengerti, jika kamu memang sudah memiliki calon suami, Ayah juga tidak akan memaksakan kamu untuk menerima perjodohan ini." tanggap ayah Cheril kemudian dengan sedikit raut kekecewaan di wajahnya.
Cheril sendiri bisa melihat raut kekecewaan ini ketika ia mencuri-curi pandang ke arah ayahnya.
Sementara ibu Cheril ia hanya diam seribu bahasa tanpa bisa berkata apapun saat ini.
"Maafkan Cheril Ayah, Ibu!" ucap Cheril sekali lagi sambil melempar pandangan ke arah kedua orangtuanya bergantian, lalu kembali menundukkan wajahnya.
"Tidak apa-apa Cheril ... Jika kamu memang sudah memiliki pilihanmu sendiri itu juga bagus kok. Bagaimana pun kebahagiaanmu adalah yang utama," jelas ayah sambil tersenyum
Perlahan Cheril pun mengangkat kembali wajahnya yang menunduk.
"Makasih ya, Ayah!" balas Cheril yang ditanggapi anggukan oleh ayahnya.
Cheril pun kemudian beranjak dari tempat duduknya lalu memeluk ayahnya yang sedang duduk.
Ayah juga membiarkan Cheril memeluk dirinya, ia malah menepuk-nempuk pungung Cheril lembut. Sudah lama sekali rasanya Cheril tidak bermanjaan seperti ini.
Tidak terasa kini Cheril sudah sebesar ini, Ayah jadi merindukan masa-masa kecil Cheril dulu yang dimana ia sering dipeluk oleh putrinya itu seperti saat ini.
Sedangkan ibu Cheril, ia hanya tersenyum melihat hubungan Ayah dan Anak itu. Sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi tentunya. Cheril sudah seperti seorang anak kecil yang sedang memeluk ayahnya manja.
"O iya Cheril, kapan kamu akan mengenalkan calon suamimu kepada Ayah dan Ibu?" ibu Cheril membuka suara.
Kali ini giliran ayah yang diam, memberi kesempatan pada ibu untuk berbicara.
Setelah mendengar pertanyaan dari ibunya itu, Cheril pun seketika melepaskan pelukannya dari tubuh ayahnya.
Cheril sepertinya agak kebingungan harus menjawab apa. Sesaat kemudian ia pun menemukan jawaban yang sepertinya cocok untuk pertanyaan itu.
"Secepatnya Bu ...," jawab Cheril singkat
Cheril memang memiliki rencana untuk mengenalkan Elvano sebagai calon suaminya kepada kedua orangtuanya sebagaimana bunyi dari perjanjian mereka waktu itu. Namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam Cheril juga masih menyimpan 1 harapan besar, yaitu ia sangat ingin menikah dengan orang yang benar-benar ia cintai.
Untungnya setelah mendapatkan jawab Cheril, ayah dan ibunya tidak segera mendesak Cheril untuk dikenalkan dengan calon suaminya.
Cheril pun bisa bernafas lega untuk saat ini.
Fiiiiiuuuuh
"Ayah, jika perjodohan ini dibatalkan, apakah tidak apa-apa? Bagaimana dengan hubungan baik Ayah dan Om Farhan?" tiba-tiba Cheril sedikit mencemaskan hal ini.
"Sudahlah Cheril, kamu tidak perlu memikirkan hal itu." tanggap ayah sambil tersenyum.
"Bagaimanapun kebahagiaanmu adalah yang paling utama." tambah ayah lagi.
Mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya, Cheril pun kembali memeluk tubuh ayahnya yang sudah mulai menua itu.
Sekalipun jawaban ayahnya sangat mendamaikan hatinya, namun Cheril tau Ayahnya juga pasti akan mendapatkan sedikit masalah, setidaknya Ayah pasti akan merasa tidak enak pada Om Farhan jika perjodohan ini dibatalkan.
Apalagi Om Farhan sangat berpengaruh untuk perusahaan ayahnya yang baru, karena saham Om Farhan sangat besar di perusahaan Indos Perkasa cabang baru.
Ayah Cheril memang baru saja mengembangkan Indos Perkasa, sebuah perusahaan Tekstil yang sudah ia rintis sejak masih muda dulu, menjadi 2 cabang. Dan cabang yang kedua ini sangatlah besar, karena itulah Ayah Cheril pun harus menggandeng Om Farhan sebagai partnernya.
Karna alasan inilah Cheril sedikit mengkhawatirkan perusahaan itu.
Namun ia juga tidak ingin terlibat ikatan pernikahan dengan Anak Om Farhan yang bernama Jimmy itu.
Alasannya adalah Cheril sudah sangat mengenal laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya itu, Jimmy bukanlah seorang laki-laki yang baik.
Kedua orangtua Cheril memang tidak tau tentang ini, Jika mereka tau, mereka juga pasti tidak akan mau mengambil resiko untuk menikahkan anak mereka dengan laki-laki itu.
Sementara itu, Cheril sendiri juga tidak memiliki keberanian untuk memberitahukan kenyataan ini kepada kedua orangtuanya.
"Cheril, Sudahlah! Kamu tidak perlu memikirkan apapun. Nanti Ayah akan mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan pembatalan perjodohan itu."
"Dan kamu juga tidak perlu memikirkan perusahaan Ayah yang baru itu, ya?!" tukas ayah Cheril setelah menyadari sepertinya ada yang sedang dipikirkan oleh putrinya.
Ayah pun tau, Cheril pasti sedang memikirkan hal ini, tentang perusahaan baru itu, yang baru berjalan sekitar 2 bulan hingga saat ini.
Sebenarnya, Ayah sendiri juga tidak begitu yakin semuanya akan baik-baik saja jika perjodohan ini dibatalkan.
Namun ia juga tidak ingin memaksakan anaknya untuk menerima perjodohan itu. Bagaimanapun, kebahagian Cheril adalah yang paling penting bagi nya.
"Sudahlah ... Tidak perlu membahas ini lagi ... Lebih baik kita sarapan dulu yuk!" ajak ibu Cheril untuk mencairkan suasana yang penuh ketegangan itu.
Cheril pun kembali melepaskan pelukannya dari tubuh ayahnya lalu menuju ke arah tempat duduk yang berada di samping ayahnya.
"Mari makan!" kata Cheril sambil tersenyum, ayah dan ibu pun juga ikut tersenyum.
Cheril kemudian mengambilkan nasi untuk ayah dan ibunya, setelah itu ia juga mengambilkan untuk dirinya sendiri.
Akhirnya mereka pun sarapan bersama.
suasana hening tercipta ketika makan pagi itu sedang berlangsung.
Aturan tetaplah aturan. Aturan yang dari jaman dahulu kala sudah berlaku.
Ayah cheril juga menetapkan aturan ini di dalam keluarganya. Yaitu, Pada saat sedang makan tidak boleh bersuara.
Jadi saat acara makan sedang berlangsung, mereka semua tidak ada yang berani bersuara.
Setelah acara makan pagi itu selesai, Cheril pamit kepada ayah dan ibunya untuk pergi ke Butik, karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.
"Ayah, Ibu .... Cheril pergi dulu ya." pamit Cheril.
"Iya sayang, berhati-hatilah di jalan!" nasehat ibu.
Sementara Ayah hanya diam saja, jawaban ibu sudah cukup untuk mewakili nya.
Cheril kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Butik miliknya.
Namun ketika di jalan,Cheril tiba-tiba teringat dengan laki-laki yang ia temui kemaren di taman, yaitu Elvano.
---------------------------
Elvano sudah membawa ibunya ke Rumah Sakit saat ini, dengan bermodalkan uang yang sudah diberikan Cheril kemarin. Sebagai tanda persetujuan perjanjian yang telah mereka buat.
Namun Cheril jelas tau, uang itu tidak akan cukup, karena penyakit ibu Elvano sepertinya sudah lumayan parah. Sedangkan Cheril sendiri juga sudah berjanji akan membayar semua biaya Rumah Sakit ibu Elvano, jadi ia pun tidak akan mengingkarinya.
Akhirnya, sebelum menuju ke Butik, Cheril berniat untuk mampir lebih dulu ke Rumah Sakit. Cheril lalu memutar mobilnya ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju Butik.
Selang beberapa menit kemudian cheril sudah tiba di Rumah Sakit Permata Kasih, tempat dimana ibu Elvano dirawat.
Elvano memang sudah memberitahukan kepada cheril melalui pesan singkat bahwa ibunya dirawat di Rumah sakit tersebut.
Sesampainya di sana, Cheril lalu memarkirkan mobilnya dan setelah itu ia segera memasuki gedung Rumah Sakit dan langsung menuju ke ruangan ibu Elvano yaitu ruang VIP nomor 2.
Sesuai dengan isi pesan yang sudah diterimanya dari Elvano.
Sebelum ini, Cheril memang berpesan supaya Elvano mengambil ruang VIP untuk ibunya.
Saat ini Cheril berdiri tepat di depan ruang VIP Nomor 2. Kemudian ia pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
Mendengar suara ketukan, Elvano yang sedang menjaga ibunya di dalam ruangan itu bergegas menuju pintu untuk membukakan pintu.
Jegrek
Pintu ruangan terbuka perlahan
"Eh, No-Nona Cheril?!" Silahkan masuk!" Ucap Elvano berusaha tersenyum. Ia sedikit tegang ketika melihat Cheril di depan pintu.
Kemudian Cheril segera masuk ke dalam ruangan itu.
"Silahkan duduk Nona!" Kata Elvano sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di dalam ruangan itu.
Ruangan tersebut memang lumayan nyaman dan juga luas. Di sana terdapat 1set sofa yang bisa digunakan untuk tamu yang berkunjung ataupun keluarga yang menjaga pasien.
Selain itu juga dilengkapi dengan sofa bed yang bisa digunakan oleh keluarga pasien beristirahat. Selain itu juga ada tv dan juga kulkas.
Jika bukan karena Cheril, ibu Elvano tidak mungkin bisa dirawat di ruangan yang senyaman itu.
"Sekali lagi terimakasih ya Nona atas bantuan anda" Ucap Elvano kepada Cheril
"Eh, i-iya, kamu tidak perlu sungkan." Jawab Cheril agak canggung.
"Bagaimana kondisi Ibumu ?" Tanya Cheril kemudian
"Sudah baikan kok. Dokter baru saja berkunjung. Sekarang Ibu sedang tidur." Jawab Elvano sekaligus memberi sedikit penjelasan.
"Terus Dokter bilang apa?"
"Dokter bilang Ibuku sakit jantung. Tapi belum begitu parah, masih bisa diobati dengan obat. Belum memerlukan tindakan operasi untuk saat ini." Jawab Elvano sedikit menundukkan wajahnya, terlihat ia sedikit bersedih.
"Oh .... " Cheril menganggapi singkat.
Bib bib bib bib
Setelah itu mereka berdua berdiam diri cukup lama di dalam ruangan. Hanya terdengar suara mesin yang terpasang di ruangan itu.
"Oh iya .... " Tiba-tiba Cheril membuka suara.
"Apa kamu sudah sarapan?" Tanya Cheril basa-basi.
"Belum Nona .... " Jawab Elvano singkat sambil menundukkan kembali wajahnya.
"Loh kenapa belum sarapan?"
Cheril agak kaget karena saat itu waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi.
"Ibu, Nona .... Ibu tidak ada yang jaga, jadi saya tidak tega meninggalkan Ibu sendiri, sekalipun Ibu sedang tidur.
Saya takut Ibu membutuhkan sesuatu dan saat itu saya tidak ada disini." Jawab Elvano apa adanya. Dan lagi-lagi, ia kembali menundukkan wajahnya di hadapan Cheril.
Orang ini kenapa terus menundukkan wajahnya ....
Mendengar ucapan Elvano, Cheril juga merasa terharu.
Ia tidak menyangka Elvano begitu mencintai ibunya, bahkan hanya untuk makan saja ia tidak tega meninggalkan ibunya.
"Kalau begitu kamu pergilah cari makan ... Aku akan menunggu Ibumu di sini!" Ujar Cheril kemudian. Ia sedang menunjukkan kepeduliannya.
"Ta-tapi Nona .... " Kata-kata Elvano terpotong sebelum ia selesai berucap
"Ssstttt! Sudah, lebih baik kamu pergi makan dulu, biar aku yang menjaga Ibumu ... Jika kamu tidak makan, kamu malah akan sakit." Cheril berusaha meyakinkan Elvano.
Benar juga yang dia katakan ....
Elvano berkata di dalam hati.
Tidak tau kenapa Elvano juga merasa sedikit senang mendapatkan perhatian dari Cheril.
"Baiklah Nona ... Saya akan pergi cari makan lebih." Tanggap Elvano kemudian.
"Tapi saya tidak akan lama kok Nona, saya akan mencari makanan di dekat-dekat sini biar bisa lebih cepat." Lanjut nya lagi.
"Ya, jika kamu lama juga saya akan marah ... " Jawab Cheril dengan suara dan wajah yang sengaja ia galakinsedikit, setidaknya untuk menjaga gengsinya karena sudah menawarkan diri untuk membantu laki-laki itu.
Seketika Elvano yang sebelumnya merasa tersentuh dengan kebaikan Cheril seperti orang yang sudah terbang tinggi kemudian dijatuhkan kembali ke bawah.
"Baik Nona ... Saya janji akan cepat kembali. Terimakasih sudah berbaik hati mau menjaga Ibuku!" Tukas Elvano kemudia dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
Lalu Elvano pun keluar dari ruangan untuk mencari makan. Ia memilih kantin di dekat rumah sakit supaya tidak memakan waktu lama, ia tidak ingin membuat Cheril menunggu terlalu lama.
Baru saja Elvano keluar dari ruangan itu, Tiba-tiba ibunya terbangun.
"Va-no .... El-va-no .... " Ibu Elvano memanggil-manggil nama Elvano dengan terbata-bata dengan suara yang masih sangat lemah.
Cheril kaget dan segera beranjak dari sofa menuju bed tempat tidur ibu Elvano.
"Eh, i-iya Ibu ! El-Elvano lagiii .... Keluar Tante! I-iya, keluar cari makan Tante saya yang suruh tadi." Tanggap Cheril terbata-bata karena gugup
Ibu Elvano memandang cheril dengan tatapan heran.
"Ka-ka-mu pacarnya Vano?" Tanya ibu Elvano sambil berusaha tersenyum dalam kelemahannya.
Deg
Cheril terdiam tidak tau harus menjawab apa.
Ibu Elvano meraih tangan Cheril dan membasunya lembut.
"Ka-mu can-tik sekali !" Ujar ibu Elvano sambil tersenyum dan masih menatap Cheril dengan wajahnya yang terlihat sangat bahagia.
"Ka-mu sangat co-cok disandingkan dengan Nak Va-no .... Va-no juga la-ki -laki yang tampan. Cocok se-kali dengan Nona secan-tik kamu." Lanjut nya lagi masih memegang tangan Cheril dengan semakin erat.
Pikiran Cheril sekarang melayang, ia sedang membayangkan sosok Elvano dan mencoba mencerna kata-kata ibu Elvano.
Iya sih .... Elvano memang tampan .... Bahkan wajahnya seperti seorang pangeran dari kerajaan dongeng.
Ketika sedang asyik dengan lamunannya, tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara Elvano yang baru saja kembali ke ruangan itu.
"Eh, Ibu sudah bangun ?" Ujar Elvano dari balik pintu.
Membuat lamunan Cheril buyar seketika.
"Va-no .... " Tanggap ibunya sambil tersenyum setelah melihat Elvano sudah kembali.
"Eh .... "
Sementara Cheril seperti orang salah tingkah saat itu.
"Loh, Bu, kok tangan Nona Cheril digenggam seperti itu? Kasihan Nona Cheril nanti kurang nyaman, Bu." Ujar Elvano kemudian.
"Eh, tidak apa-apa kok .... " Jawab Cheril seketika
Ibu Elvano tersenyum bahagia mendengar pembelaan itu.
"Va-no .... Kamu sungguh keter-laluan, tidak menge-nal-kan pa-car kamu kepada Ibu !" Ujar ibu Elvano membuat Elvano tertegun, dan membuatnya menelan air liur.
"Bu, Nona Cheril bu .... "
Belum selesai Elvano berucap Cheril sudah lebih dulu memotong.
"Eh, ma-maaf Ibu .... Cheril baru sempat menemui Ibu saat ini. Selama ini Cheril sibuk, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengan Ibu." Kata Cheril memotong pembicaraan Elvano sambil mengedipkan matanya ke arah Elvano memberi kode.
Elvano hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal mendengar kata-kata Cheril, tapi ia mengerti maksud Cheril yang tidak ingin membuat jbunya kecewa.
Ibu Elvano terlihat semakin bahagia, ia tersenyum lepas dan berkata;
"Nama kamu sangat ba-gus Nak! Can-tik seperti orangnya."
"Ah Ibu, jangan bilang Cheril cantik terus, nanti Cheril bisa besar telinga ... " Heheh
Tanggap cheril sambil memegang telinganya dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satunya lagi masih di pegang oleh ibu Elvano.
Kemudian mereka tertawa kecil bersama.
Melihat pemandangan yang seindah itu membuat hati Elvano terselip sedikit kebahagiaan.
Ia senang melihat ibunya bahagia.
"Bu, apa Ibu masih merasakan sakit di sini ?" Ujar Elvano sambil menunjuk dada Ibunya.
Ibu Elvano menggelengkan kepalanya pelan
"Tidak Vano .... Ibu sudah baikan sekarang ... Apalagi ada ca-lon menantu Ibu yang can-tik ini. Me-lihat wajah-nya yang cantik ini sudah mem-buat Ibu sem-buh ...." Racau ibu Elvano menjawab pertanyaan anaknya itu
Kali ini Cheril memilih menundukkan wajahnya sejenak, kemudian mengangkatnya kembali
"Ibu, Jika Ibu suka Cheril menemani Ibu, Cheril akan sering menemani Ibu setelah ini ... " Ucap Cheril sesaat setelahnya. Membuat Elvaro sedikit melototkan matanya karena kaget.
Lalu Cheril melirik ke arah Elvano sambil berkata;
"Boleh kan aku sering menemui Ibumu nanti ?" Cheril meminta persetujuan Elvano yang tentu saja sudah pasti Elvano tidak bisa menolak.
Pertama karena Cheril adalah wanita yang sudah menolong dia dan ibunya, kedua, dia juga tidak mungkin mengecewakan ibunya.
"Vano ...." Panggil ibu Elvano, bertujuan meminta persetujuan dari nya karena dari tadi ia hanya bengong setelah mendengar kata-kata Cheril.
"I-iya, Bu .... I-iya Nona, tentu saja boleh ... Nona boleh datang kapan saja Nona mau!" Jawab Elvaro kemudian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!