NovelToon NovelToon

Quickie Marriage

QM 1

Jangan Membaca Saat Waktu Shalat

Coment dong tentang cerita ini?

.

 

Raut

wajah gusar terpancar dari diri Arka. Dia mengasingkan diri keperdesaan

yang berada disudut kota Bandung. Desa tersebut masih arsi dan sangat

tinggi nilai tata kramanya. Arka mengetahuinya dari banyak orang berlalu

lalang dengan menggunakan pakaian sopan. Selama perjalanan Arka tidak

mendapati seorang pun yang terbuka auratnya.

Arka

berada disini bukan suatu kebetulan, tetapi atas keinginannya sendiri.

Desa tersebut dia dapatkan dari pencarian di mbah google.

Sedari

tadi Arka menjadi pusat perhatian, karena penampilannya yang memang

terkesan berbeda. Beberapa hari yang lalu dia mengganti warna rambutnya

dengan warna coklat.

Dia berjalan tanpa memperdulikan tatapan orang lain, yang dia cari hanya ketenangan.

Semilar angin membuat perasaannya sedikit membaik, dia nyaman dengan tempat yang masih jauh dari kesan kekotaan.

Sejenak

dia duduk disebuah pondok yang ada dipertengahan sawah. Pondok tersebut

sangat nyaman meskipun hanya terbuat dari kayu-kayu bekasan.

Pandangannya

mengarah pada langit yang biru. Senyum yang cerah terbit begitu saja,

berusaha untuk mengikhlaskan segala takdir yang membuat hatinya

terjepit.

"Ya

Allah, gue ikhlas kalau memang mereka mau nikah. Tapi kok sakit ya

Allah" lirihnya pelan. Pandangan yang awalnya merekah kembali meredup.

Setelah menghabiskan 1 puntung rokok, Arka kembali melanjutkan perjalanannya. Dia ingin mencari tempat tinggal sementara.

Matanya

menangkap bangunan kuno diseberang bukit. Dia yang awalnya ingin

melihat keindahan alam dari bukit menjadi membatalkan niatnya karena

melihat bangunan yang belum pernah dilihat sekalipun.

Arka

mengambil ponselnya untuk mengambil gambar dari beberapa sudut

bangunan, tidak lupa dia juga selfie untuk menunjukkan kepada sahabatnya

bagaimana suksesnya acara liburan mendadaknya atau bisa dikatakan

menenangkan diri.

"Kakak kok jahat, aku salah apa"

"Salah

lo banyak, pertama lo bukan anak Ayah Ibu. Lo ngerebut perhatian mereka

dari gue dan adik gue. Lo sok pinter, ngambil cowok yang gue suka dan

lo ikut ikutan sekolah dikota. Seharusnya lo sadar, lo cuma anak haram

yang di pungut sama Ayah gue. Gak usah pakai jilbab, gue jijik liatnya

munafik"

"Kak udah yuk, nanti ada yang liat kita"

"Bentar lagi dek, kakak belum puas nyiksa dia"

Plakk

Plakk

Plakk

"Sakit,

iya sakit? Lebih sakit mana dari pada kami yang mau serumah sama lo

selama 17 tahun. Gak tau diuntung lo. Setelah ini masa depan lo

berhenti, kodrat lo itu cuma jadi ibu desa yang ngurus cuci piring.

Dasar anak haram"

"Stopp

bilang aku anak haram kak, aku gak pernah mau terlahir jadi anak yang

kakak bilang haram. Kalau aku bisa milih aku juga gak mau masuk kedalam

rumah Ayah Ibu. Aku juga gak mau kak hiks hiks"

"Hahaha

Salahnya lo gak bisa milih. Seharusnya lo ikut mati sama Ibu lo yang

pelacur itu. Gak nyadar apa keluarga lo nyusain ayah gue"

"Dek buka jilbabnya, robek bajunya"

"Jangan Dek, kakak mohon"

"Diam gue bilang, kan gini keren lo. Rambut lo keren juga gue warnain kemaren hahaha. Ayo dek"

"Kak kita beneran ninggalin disini?"

"Iyalah,

bentar lagi preman desa yang mau sama tu anak haram bakal kesini.

Sesuai rencana kita jalankan biar dia segera hidup sensara hahaha"

"Kak Dek hiks jangan tinggalin disini. Astagfirullah ya Allah ampuni dosa hamba"

Sayup

sayup Arka mendengar obrolan seperti didrama televisi. Dia tidak begitu

ambil pusing, lebih baik tidak terlalu ikut campur pada urusan orang

lain. Bunyi pintu membuat Arka menyembunyikan dirinya dibalik pohon

besar. Dia melihat 2 orang wanita yang masih muda sedang mengobrol.

"Mana si Jarwo itu, lama amat"

"Sabar kak, Coba ditelpon aja kak"

"Woi Lo dimana ha, gue udah siapin mangsa buat lo"

"..."

"Iya cepetan, gue mau lapor sama warga biar kalian nikah"

"..."

"Oke gue cabut, awas aja lo telat"

Arka melihat kedua orang didepannya menjauh pergi. Otaknya sangat lambat mencerna sebenarnya situasi apa ini?

Tanpa disangka langkah kakinya mengarah ke arah gudang. Dia mendengar tangisan orang yang meminta pertolongan.

"Ngeri

gue dengarnya" lirih Arka pelan. Dia mengurungkan niat untuk melangkah

ke arah gudang. Kakinya perlahan menjauh dan kupingnya serasa tuli

mendengan jeritan orang yang meminta pertolongan.

Beberapa langkah sudah menjauh, tetapi jeritan itu terasa semakin kuat dipendengarannya.

"Ampun dah, Bismillah aja Ka" ucapnya untuk menyemangati diri.

 

 

"Akhhhhh"

"Astagfirullah, hantu" Arka ingin segera pergi dari sana.

"Aku bukan hantu, hiks Kamu orang jahat kan"

Tangisnya

membuat Arka sedikit ya ingat sedikit kasihan. Perempuan didepannya ini

sungguh mengenaskan. Kupingnya yang salah mendengar atau dirinya yang

banyak mengkhayal sehingga perempuan didepannya ini menganggap dirinya

orang jahat.

"Woii, gue bukan orang

jahat. Gak ada kerjaan banget gue culik lo. Cantik juga enggak" Arka

melepaskan kemeja nya dan memperlihatkan badan atletisnya.

"Ngapain kamu buka baju, akhhhh pergi sana hiks"

"Diam cewek gila, lihat badan lo tu tambah dosa gue aja. Cih ni pakai" Arka memberikan kemejanya.

"Hiks Makasih, tolongin aku" Suara penuh kepedihan itu membuat Arka blank seketika.

"Lo pakai jilbab" Arka melihat kain yang sudah tercabik-baik dilantai.

"Hiks Iya huaaa, Allah pasti marah"

Menyebalkan itu yang

Arka pikirkan tentang sosok didepannya ini. Dia mengambil sarung yang

kebetulan ada didalam tas dan memberikannya kepada perempuan malang itu.

"Ni pakai, Sial apa gue bisa ketemu cewek kayak lo. Lemah gini lagi" cerocos Arka.

Pintu gudang terbuka dengan lebarnya. Disana ada 2 orang laki-laki dengan tampang berantakan.

"Eh siapa Lo"

"Gue, lo gak usah tau siapa gue. Bisa jadi malaikat maut buat lo" Arka tertawa didalam hati memikirkan ucapannya sendiri.

"Siniin cewek dibelakang lo, dia calon istri gue"

"Hahahaha Gue gak bodoh kali. Lo suruhan 2 cewek udik itu kan. Mirip drama banget mha ini"

"Diam lo, jangan banyak

bacot" Bogeman mendarat pada wajah Arka. Senyum miringnya terbit, dia

sudah berjanji tidak akan berkelahi lagi tetapi dia hanya membela diri.

Tangannya terasa gatal karena sudah lama tidak melayangkan pukulan pada

orang.

Arka membalasnya dengan

sangat lihai. Beberapa menit kemudian kedua laki-laki itu terkapar tidak

berdaya. Senyum bangga Arka terbit begitu saja.

"Gue hitung sampai 3 ni ya kalau lo gak pergi jangan harap bisa bernafas lagi. 1.. 2.. "

Kedua preman yang menjadi sasaran empuk tinju Arka lari terbirit-birit.

"Udah kan lo bisa pulang sekarang"

"Eh sarung sama kemejanya gimana"

"Bisa lo bakar atau buang" Arka membawa kembali ranselnya dan berniat untuk pergi.

Namun suara bising perlahan membuat kakinya terhenti.

Pikirannya kacau ketika obrolan 2 perempuan didepan gudang tadi berputar pada otaknya.

"Ayo kita lihat, Siapa yang buat mesum dikampung kita"

Arka terlambat, dia tertangkap basa bersama perempuan yang tidak dikenalnya.

"Astagfirullah. Apa yang

kalian lakukan. Ayo kita bawa mereka berdua kebalai desa" Kedua tangan

Arka dipegang erat oleh bapak-bapak.

"Pak saya gak buat mesum, ini salah paham pak" bela Arka.

"Maling mana mau ngaku, kalau ngaku penjara penuh"

Arka memejamkan matanya berharap mimpi buruk ini segera berakhir.

.

.

.

Jangan lupa baca Al-qur'an every time guys💕💕

 

 

 

 

 

 

 

 

QM 2

Hehe Masih part awal,  akan banyak kejutan yang mengejutkan.

Happy reading guys

.

.

Peluh keringat membasahi

seluruh tubuh Arka,  dia merasa tidak seharusnya berada pada posisi

ini. Pertanyaan-pertanyaan bagai bom menerjangnya.  Dari segala macam

kata yang tersusun menjadi kalimat untuk memojokkan dirinya.

Arka dapat melihat

perempuan yang baru ditolongnya terlihat menangis akibat hinaan dari

beberapa orang.  Mereka berdua tidak dibiarkan sama sekali berbicara

untuk membela.

"Kamu bukan orang kampung sini,  apa kamu dari kota" pertanyaan itu membuat Arka otomatis menganggukkan kepalanya.

"Sungguh memalukan,  sekolah jauh-jauh tetapi membawa aib bencana untuk kampung kita ini"

Sorakan-sorakan dapat

terdengar begitu nyaring.  Apa yang salah disni?  Kenapa dengan

dirinya?  Apa salah menolong orang lain.  Jika salah maka Arka sangat

sangat menyesal.

Plakkk

"Kamu saya urus bukan

buat jadi kayak ibu kamu" Bibir Arka terasa kelu melihat seorang

perempuan paruh baya menampar orang yang menjadi sebab dirinya ada di

krumunan orang.

"Maaf Bu,  Farah tidak seperti yang Ibu pikirkan"

"Apa ha?  Saya menyesal

mengurus Kamu.  Seharusnya saya sadar buah tidak akan jatuh jauh dari

pohonnya. Saya tidak ada ikatannya dengan kamu mulai sekarang,  saya

bukan ibu kamu"

Perempuan itu menangis

histeris,  namanya Farahdina Zahra.  1 minggu yang lalu baru dinyatakan

lulus dari jenjang pendidikan Sekolah menengah Atas.

"Ibu saya minta maaf,

Kak Dara yang jebak Farah bu" Farah mencoba membela dirinya.  Namun dia

tidak sadar bahwa dia bukanlah anak kandung ibunya. Bagaimana sang ibu

bisa percaya bagaimana jahatnya anak kandungnya sendiri.

"Apa?? kamu gak punya malu dengan melibatkan anak saya.  Kamu itu cuma orang luar,  Jangan pernah merendahkan anak saya"

Farah diam membisu,  semua menjadi tuli.  Tidak ada yang percaya dengannya.

"Huuu " sorakan-sorakan menghujani mereka.  Bahkan ada orang yang melempar Arka dan Farah dengan batu krikil.

"Ayah percaya Farahkan"

Farah sedikit lega karena sang Ayah datang dengan raut wajah khawatir.

Sang Ayah masih memakai pakaian sawah dan membawa cangkul.

"Ayah,  Farah dan Mas

ini gak melakukan apapun.  Farah dijebak Yah.  Mohon percaya Farah Yah"

Farah Menangis memegang tangan Ayahnya. Dia tau walaupun laki-laki

didepannya ini bukan Ayah kandungnya tetapi dia tau bahwa sang Ayah

sangat menyayanginya.

"Kamu mengecewakan Saya.

Seharusnya Saya tidak menyetujui kamu sekolah di Kota.  Seharusnya Saya

sadar kamu tidak akan jauh berbeda dari ibu kandungmu"

Sakit

Ya sakit

sekali.  Dada Farah serasa sesak mendengar ucapan Ayahnya.  Selama ini

Ayah tidak pernah membahas dia anak dari hasil hubungan terlarang.

Bahkan sang Ayah selalu membelanya,  tetapi sekarang Ayahnya bahkan

mengatakan hal yang sangat menyakitkan.

Anak haram?

Anak hasil hubungam haram?

Anak pembawa sial?

Kata-kata yang selalu dia dengan dari kecil.  kata-kata yang selalu menghantui bahkan sampai ke alam tidur.

"Yang dikatakan

perempuan ini benar,  saya tidak mengenal dia. Saya hanya berniat

menolong" Arka angkat bicara. Dia tidak mau ikut kedalam drama keluarga

yang sangat buruk menurutnya.

"Anak muda apa kamu kira kami ini bodoh,  menolong apanya?  Lihat tampilan kalian, apalagi kalian digudang dan hanya berdua"

Arka melihat tampilan dirinya yang memang berterlanjang dada setelah memberikan kemeja kepada perempuan pembawa sial itu.

"Kalian harus kami nikahkan sekarang juga"

Arka syok luar biasa.  Menikah memang keinginannya tahun ini tetapi bukan perempuan sial yang didepannya.

"Saya menolak,  apa hak bapak menyuruh saya menikah" tolak Arka mentah-mentah.

Plakkk

"Kamu tidak sopan

berbicara dengan yang lebih tua.  Apa orang tuamu tidak mengajarkan

bagaimana harus menghargai orang yang lebih tua"

Tamparan mendarat mulus

di pipi Arka.  Dia sedikit merasakan sakit,  dia tidak salah kenapa

warga disini seakan akan ingin dia mengakui sesuatu yang tidak

dilakukannya.

"Jangan bawa orang tua

saya,  Sebelum menuduh seharunya anda anda semua harus mempunyai bukti

terlebih dahulu.  Saya bisa melaporkan kalian semua ke kantor polisi

dengan kasus pencemaran nama baik"

Arka tidak takut sama

sekali apabila dia di amuk masyarakat dikampung tersebut.  Dia tidak

akan pernah mengakui sesuatu yang tidak dilakukannya.  Ini bukan drama

alay yang sering bermunculan di televisi.

"Silakan jika memang kamu bisa, karena inilah peraturan di kampung kami anak muda. Kalian tetap harus menikah"

"Pakde yang dikatakan

mas ini benar.  Kami tidak saling kenal.  Dia hanya menolong saya.

Kalaupun dihukum hanya saya jangan dia karena ini salah saya" Farah

Angkat bicara.

Dia tau ini kesalahannya.

"Baiklah kalau itu kemauan kamu.  Sesuai peraturan kamu saya hukum cambuk"

Bibir Farah bergetar,

dengan fisik lemah apakah dia bisa melewatinya.  Tetapi ini akan lebih

mudah dengan tidak melibatkan orang lain.

"Nah gitu dong eh apa cambuk,  Anda gak bisa seenaknya mencambuk anak orang dong"

Kesal ya Arka sangat kesal, kampung ini terlalu lebay menurutnya.

"Ini peraturan dikampung ini,  Anda jangan sok tau.  Anda hanya orang luar yang berbuat mesum disini"

"Tapi kan-"

"Anak muda kalau Anda

tidak mau menikah maka biarkan perempuan ini menanggung resikonya.  Jika

memang Anda tidak bersalah cukup pergi dari sini. Jangan kotori kampung

kami dengan tingkah kalian"

Arka terdiam.  Lebih

baik dia segera pergi agar dia terlalu jauh terlibat.  Awalnya dia

mengira bahwa datang kesini akan memberikannya ketenangan tetapi dia

lupa ya lupa sesungguhnya ketenangan itu berasal dari Allah.

Arka tau bagaimana pun

menjelaskan kepada penduduk kampung tersebut, mereka tidak akan

percaya.  Apalagi tampilan mereka sangat mengundang tanda tanya besar.

"Maafkan saya membuat

mas terlibat,  lebih baik segara pergi dari sini.  Terima kasih telah

menolong saya, semoga Allah membalasnya mas dengan dengan

kebaikan-kebaikan lebih mulia"

Suara ricuh penduduk

kampung kembali terdengar. Farah tau tidak akan ada yang percaya

dengannya apalagi dia mempunyai masa lalu yang kelam.  Namanya sudah

rusak dari dulu akibat kakak nya sendiri.  Dia selalu bertanya-tanya apa

salahnya?

Kalau pun dia bisa memilih,  dia pun tidak ingin lahir

dari cara yang salah.  Dia juga tidak mau menyusahkan Ayah dan ibunya

tetapi Allah berkehendak lain.  Meskipun dia sadar bahwa tidak ada anak

yang haram saat dilahirkan,  semua anak suci hanya saja cara dia hadir

yang salah.  Ini bukan kesalahannya,  ini salah kedua orang tuanya.

Bagaimana pun seharusnya

Farah ridho dengan ketetapan yang telah Allah berikan.  Dunia ini hanya

panggung sandiwara, dia harus melewatinya.  Kesedihan didunia ini bukan

selamanya, akan tiba masanya semua kesedihan itu hilang saat kematian

datang. Jika manusia ridho dengan apa yang Allah telah tetapkan maka

itulah kemulian yang paling tinggi.

Setiap manusia mempunyai

problem hidup yang berbeda-beda tetapi Allah tau bagaimana kemampuan

seorang hamba.  Farah tau itu,  selama 17 tahun dia mampu melewati

semuanya. Allah menguatkannya,  Allah bersamanya.  Dia tidak pernah

merasa sendiri karena ada Allah.

Arka segera pergi dari

kerumunan penduduk yang menuduhnya melakukan hal buruk.  Pikiran kacau,

dia tau bahwa perempuan itu tidak sekuat yang terlihat.  Tetapi dia

tidak ingin terlibat lebih jauh seakan hati dan otaknya berperang.

.

.

Jangan lupa mrmbaca Al-qur'an every time guys💕💕

 

 

QM 3

Happy reading guys

.

.

"Stop saya bakal nikahin dia"

Arka merasa bodoh,

sangat bodoh. Dia sudah diberi kesempatan untuk segera pergi dan tidak

terlibat masalah lagi, namun kenapa dia dengan sukarela ingin repot?

Wajah syok Farah tidak

bisa di sembunyikan lagi. Dia juga tidak mau menikah dengan orang yang

tidak jelas. Lebih baik dicambuk dari pada menikah dengan orang yang

bisa jadi seorang buronan polisi yang kabur ke kampungnya.

"Enggak usah, Saya rela dicambuk" bantah Farah. Jika dia menikah sama saja mengakui tuduhan warga kampung.

"Lo mau mati" Arka menggeram kesal. Perempuan aneh di depannya ini tidak tau terima kasih.

"Kamu harus menikah, Saya tidak mau menanggung malu karena aib kamu" Ayah Farah angkat bicara.

"Ayah Farah tidak melakukan apapun, Farah dijebak Yah" kembali lagi Farah menjelaskan berharap agar sang Ayah percaya.

"Nanti malam mereka menikah, sekarang saya bawa mereka ke rumah"

Hati Farah kembali

sakit, Ayah tidak mau melihat ke arahnya. Bahkan Ayah masih

menggunakan kata "saya" tidak seperti biasanya.

Arka dan Farah mengikuti laki-laki paruh bayah menuju ke sebuah rumah. Perasaan mereka campur aduk.

"Kenapa dia pulang" sambutan yang tidak mengenakan di terima Farah.

"Panggil keluarga kamu ke sini, nanti malam kalian menikah"

"Ayah, Farah tidak mau menikah. Farah masih mau melanjutkan sekolah"

Plakk

"Kamu tidak tau malu

anak haram, masih berkata melanjutkan sekolah setelah memalukan kami di

kampung ini" Ibu menampar Farah dengan penuh amarah.

"Aku bukan anak haram bu, a-aku bukan anak haram hiks" tangis yang Farah tahan sedari tadi akhirnya tumpah juga.

"Jadi apa? Ibu kandung kamu saja tidak sudi merawat kamu"

"Stop, kamu tidak ada

hak menolak karena saya tidak ingin kamu membebani hidup keluarga saya

lagi. Dari kecil kamu buat ulah saya mencoba memahami, tapi sekarang

tidak lagi. Setelah kamu menikah jangan tampakkan wajah di depan saya "

Membebani?

Membuat ulah?

Kalimat yang baru Farah dengar seperti bom yang menyambar.

Arka terdiam karena tidak berniat membela atau apapun. Dia tidak tau drama apa yang terjadi pada keluarga calon istrinya.

Ayah dan Ibu masuk ke rumah, meninggalkan Farah.

"Wahh akhirnya lo keluar juga anak haram, haha" Dara berbisik pelan.

Hiks hiks hiks

"Mas apa salah saya, kenapa terasa sakit sekali"

"Udah lah, yang namanya keluarga itu percaya satu sama lain. Lo bangun, gue gak tau takdir apa ini tapi gue akan berusaha"

"Bentar ya Mas, Saya beres-beres baju dulu supaya nanti malam kita langsung pergi" Farah mencoba bangkit dan mulai menerima.

"Saya pengangguran" Lirih Arka.

"Iya Mas tidak apa-apa. Tabungan Farah ada untuk kehidupan kita beberapa hari, nanti kita usaha cari kerja"

Arka tidak menyangka

respon calon istrinya akan seperti itu. Dia tidak berbohong soal

pengangguran karena masih kuliah semester akhir tetapi dia tidak

semiskin itu.

Farah masuk ke dalam rumah untuk membereskan semua barang-barangnya.

"Ets lo cuma boleh bawa baju, enak aja bawa yang lain" Dara mengawasi Farah saat berkemas.

"Iya aku tau, terima kasih untuk semua yang kamu lakukan untuk aku" balas Farah.

Arka sedang berusaha

menghubungi keluarga abangnya. Dia sudah menduga pasti sang abang akan

marah besar, sebelum itu dia juga telah memberitahu sahabat-sahabatnya

melalui grub. Arka tau respon mereka pasti tidak biasa, apalagi Bima.

Dia bisa melihat bagaimana Bima masih merasa bersalah padahal Bima sama

sekali tidak salah.

"Mas ini pakek dulu bajunya nanti masuk angin" Farah memberikan kembali kemeja yang telah di pakainya.

"Iya, udah selesai beres-beresnya?"

"Alhamdulillah udah, Barang Farah cuma dikit kok"

Beberapa jam kemudian abang Arka datang dengan raut wajah yang sulit di gambarkan.

"Arka apa yang kamu lakukan" bentak abangnya.

"Ini gak seperti yang abang kira, semua salah paham bang"

Berulang kali pun Arka

menjelaskan tidak akan ada yang percaya. Bagaimana bisa percaya? 2

hari menghilang bagai ditelan bumi, kemudian ada kabar bahwa dia akan

menikah. Logika siapa yang akan menerimanya.

"Akhh, Kamu kuliah di Bandung bukan buat jadi perusak anak orang ka. Apa yang harus abang katakan pada Bunda dan Ayah"

"Abang gak usah khawatir, Ayah udah Aku kasih tau. Dia gak bisa datang makanya aku hubungi abang"

Farah merasa bersalah atas apa yang menimpa Arka.

"Maaf Mas, Tolong percaya saya. Kami tidak melakukan apapun"

Farah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tanpa tersisa sedikitpun.

Setelah Abang Arka percaya, dia segera meminta maaf kepada penduduk kampung atas kerusuhan yang dilakukan adiknya.

"Kamu tau Arka ini tidak bekerja" tanya Abang Arka.

"Saya tau Mas, tapi tidak usah khawatir kami akan berusaha meskipun kami masih muda" jelas Farah.

Setelah selesai

berbincang-bincang dengan para tokoh terpandang di Kampung. Arka dan

Farah dinikahkan setelah ba'da asar dengan sederhana. Wali nikah nya

pun petugas KUA karena sampai hari ini Farah tidak mengetahui sedikitpun

tentang keluarga ayah kandungnya.

"Abang kesini naik apa" tanya Arka.

"Naik mobil travel, abang masih di kodim waktu kamu nelpon jadi gak sempat pulang jemput mobil" balas Azka-abangnya Arka.

"Keluarga istri mu itu yang mana kok dari tadi gak keliatan" ucap Azka penasaran.

"Jangan tanya itu bang, Farah itu bukan anak kandung mereka. Tadi aja dia di usir makanya aku mau nikahin"

"Ingat Ka, Kamu nikah jangan karena kasihan karena itu gak akan berhasil tetapi niatkan karena Allah"

"Iya bang, Insya Allah"

Setelah segala macam hal

terselesaikan, Farah, Arka dan Azka segera meninggalkan kampung

tersebut. Mereka berjalan kaki untuk mencari mobil travel menuju kota

Bandung.

"Sini mas aja yang bawa kopernya" ucap Arka inisiatif. Dia melihat sang istri membawa koper tersebut kesulitan.

"Saya bisa kok Mas, mas keliatan capek apalagi tadi siang sempat di gebukin warga. Maaf ya mas semua karena saya"

"Stop, jangan pernah

meminta maaf lagi. Tidak ada yang salah di sini. Semua sudah takdir

Allah dan sebaiknya kita menjalankan dengan baik"

Arka mengambil paksa koper istrinya untuk di bawa. Azka sedikit lega, setidaknya sang adik tidak mengabaikan istrinya.

Sepanjang jalan, Farah

masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Hinaan, bentakan serta

makian adalah hal yang sering dia dapatkan, tetapi tidak dari sang Ayah.

Namun hari ini Farah tau, bahwa dia hanya sendiri tidak akan ada lagi

tangan lembut yang akan mengelus kepalanya. Tidak akan ada lagi yang

mangatakan "Ayah sayang kamu".

Semua hilang hanya

karena kesalahpahaman. Sampai detik ini Farah masih bertanya apa salah

dia kepada Dara hingga membuatnya selalu dalam kesulitan.

"Ayo naik, Jangan

dipikirkan apa yang terjadi hari ini. Kita nikah bukan karena kesalahan

tetapi kita nikah karena Allah menjodohkan" lirih Arka sambil mengusap

kepala sang istri.

.

.

.

Jangan lupa baca Al-qur'an every time guys 💕💕

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!