SQUEL DARI THE DEVIL HUSBAND 🤗
Bisa klik profil author ya untuk menemukannya. karena banyak judul yang sama ternyata,😂😌
🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah gedung pencakar langit yang cukup tinggi, tepatnya di ruangan Presdir sebuah perusahaan besar tengah terjadi negosiasi pelik.
Dua pria berbeda usia itu duduk saling berhadapan yang hanya dibatasi sebuah meja besar. Keduanya terlibat perbincangan serius.
“Seratus juta jika kamu berhasil membuatnya cacat. Lima ratus juta jika kamu berhasil melenyapkan nyawanya!” ucap Reno, pria paruh baya sembari meletakkan dua koper berwarna perak di atas meja.
Pria itu membuka kopernya, dan menyodorkan pada Jourrel Alvaro. Lelaki muda misterius yang selalu berhubungan dengan orang-orang besar, yang selalu menggunakan trik-trik kotor untuk menumbangkan lawannya.
Jourrel yang sedari tadi menyandarkan punggungnya santai, kini beranjak. Tangannya meraih satu bendel uang sepuluh juta dan mengibaskannya.
“Hmmm!” Jourrel hanya bergumam, memeriksa bendel yang lainnya diiringi dengusan napas kasar.
Pekerjaan utamanya adalah menjadi pencabut nyawa untuk orang-orang yang menjadi target seseorang. Bayaran yang tinggi sering ia dapatkan karena selalu memuaskan kliennya.
Jourrel selalu bekerja sendiri, tanpa mau dibantu siapa pun. Karena menurutnya, justru akan menyulitkan pekerjaannya jika bersama orang lain.
Dia selalu bisa melakukan dengan bersih, bahkan pandai mengelabuhi aparat penegak hukum. Sehingga selalu lolos dalam perburuan.
Jourrel mempunyai banyak identitas, bukan hal yang sulit karena dia memiliki relasi yang bagus dengan orang-orang dalam. Sehingga memudahkannya untuk melarikan diri.
“Semua informasi sudah saya kirim ke email kamu!” tegas Reno tertawa smirk.
Jourrel segera mengambil ponselnya, memeriksa calon target yang akan ia habisi kali ini. Seorang wanita dengan paras kebulean, berambut ikal dan bermanik biru, sangat cantik.
"Apa motifmu kali ini?" tanya Jourrel masih menatap foto gadis cantik itu.
"Dia selalu berhasil mengambil klienku! Anak ingusan tetapi sudah berani merebut para klienku! Minimal cacat tangannya, biar nggak bisa membuat arsitektur lagi!" dengus pria tua itu.
'Ck! Dasar tua bangka! Sudah pasti orang-orang akan lebih memilih yang lebih kreatif, inovatif dan fresh graduate. Bisanya bersaing dengan cara kotor!' umpat Jourrel dalam hatinya.
Salah satu alisnya terangkat, “Haih, sepertinya target kali ini cukup berat. Tambah lagi! Kalau tidak, aku tidak mau melakukannya!” ucap Jourrel mendengkus.
“Biasanya juga segitu? Kenapa sekarang minta tambah?” sanggah Reno menolaknya tegas.
“Semakin tinggi tingkat kesulitan dan tingkat bahayanya, akan semakin besar juga bayarannya!” tandas Jourrel berdiri, sedikit mencondongkan tubuh, hingga wajah tampannya begitu dekat dengan Reno.
Sebenarnya Jourrel belum terlalu mengenal targetnya. Ia hanya menebak saja, jika targetnya bukan dari kalangan biasa hanya melihat dari paras cantik, bahkan berparas kebulean gadis itu. Feelingnya jarang sekali meleset.
Jourrel merupakan seorang pemuda yang tampan, terlihat sangat kalem. Namun, dibalik itu semua, sebenarnya begitu mematikan. Begitulah perangai lelaki muda itu. Tidak akan ada yang menyangka jika dia adalah pembunuh bayaran.
Apalagi, dia selalu membalut rapat wajah dan seluruh tubuh ketika melakukan eksekusi. Hanya menyisakan mata elangnya untuk memindai target.
Jourrel berdiri tegak, mengibaskan jas hitamnya yang sedikit kusut, “Baiklah, jika tidak sanggup, aku pamit dulu!” ucapnya berbalik dan melenggang pergi.
“Tunggu!” Reno menghentikannya dengan cepat.
Senyum seringai kini terbit di bibir Jourrel. Ia sudah yakin, apa pun yang diucapkannya pasti akan dituruti. Karena Jourrel sudah lama mengenal Reno. Pria tua itu begitu ambisius dan menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.
Reno melenggang menghampiri Jourrel, “Lima ratus juta sebagai uang muka. Sisanya akan saya berikan setelah kamu berhasil mengeksekusinya!” ucap Reno berdiri di belakang Jourrel.
Pria muda itu berbalik, menyembunyikan kedua tangan di saku celana. “Harus ada hitam di atas putih. Silakan siapkan dulu, aku kembali lagi besok! Dan lagi, berikan aku cek saja. Aku tidak mau dalam bentuk uang!” ucap Jourrel mengedipkan sebelah matanya lalu benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Keluar dari perusahaan tersebut, Jourrel segera menghampiri motor sport yang selalu setia menemani perjalanannya. Helm full face setia melindungi kepalanya, lalu segera menyalakan motor tersebut dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Jourrel berhenti di sebuah restaurant mewah. Melenggang masuk untuk sekedar meneguk segelas kopi. Ia duduk di sudut resto, mengacak rambut sesekali bersiul santai.
Tidak semua orang bisa melihatnya di sudut tempat itu. Namun ia dapat mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.
Sebatang rokok kini mulai tersulut dan diapit dua jarinya. Asap pun mulai mengepul di udara. Punggungnya bersandar dengan santai.
Sembari menunggu pesanan, Jourrel meraih kembali ponsel canggihnya, merunut dengan benar bagaimana calon targetnya. Namun yang ia tahu, gadis itu adalah seorang arsitek muda yang sudah terkenal di kalangan pebisnis atas.
Diusianya yang masih belia, Cheryl memang sudah memiliki banyak sekali relasi kerja. Sehingga tak jarang rivalnya ingin menjatuhkannya, bahkan ada yang tak segan ingin membunuhnya.
“Cheryl Anastasia, hmmm nama yang cantik. Wajah yang rupawan. Sayangnya, aku harus menghentikan detak jantungmu,” gumam Jourrel tersenyum misterius.
Jourrel kembali menyulut rokoknya yang sudah padam. Kedua lengannya menyiku, dan fokus dengan rokok tersebut.
Namun, tiba-tiba gerakannya terhenti ketika matanya menangkap calon targetnya yang tampak antusias berbicara dengan pria di seberangnya, sesekali tertawa yang semakin menambah keanggunan gadis itu.
Bersambung~
Pandangan Jourrel mengarah pada gadis dengan perawakan tubuh semampai, rambut bergelombang dan berkulit putih tengah melakukan meeting dengan klien barunya.
Tampak antusias dan ramah, duduk berseberangan, memamerkan hasil karya-karyanya, menunjukkan banyak keuntungan dari hasil kerja sama mereka.
“Silakan dicermati dulu, Tuan. Ini adalah perencanaan, perancangan desain lengkap dengan anggaran biayanya. Lokasi yang akan anda bangun cukup strategis. Apalagi ditunjang dengan berbagai gedung perkantoran, sekolah, hotel di sekitarnya. Saya yakin market ini akan sangat ramai nantinya,” papar Cheryl menyodorkan beberapa bendel berkas ke hadapan kliennya.
“Baik, Nona Cheryl. Akan kami cermati dulu. Silakan sembari menunggu bisa minum kopinya dulu. Nanti akan saya simpulkan setelah mempelajari semuanya.” Johan, pria paruh baya yang dihadapi Cheryl tersenyum ramah dan mulai membuka berkas-berkas tersebut dibantu asistennya.
“Baik, Tuan, silakan.” Cheryl membalas senyuman itu. "Perlu digaris bawahi, saya bekerja sama dengan vendor-vendor yang memiliki kualitas terbaik. Jadi, saya sangat yakin Anda akan puas dengan hasilnya nanti. Selain pengerjaan yang cepat juga berkualitas!" paparnya berusaha menarik klien tersebut.
Cheryl merangkap menjadi seorang CEO perusahaan kontraktor milik kakeknya, sampai adiknya siap menjadi seorang pemimpin. Karena sebenarnya, Cheryl lebih suka menjadi arsitek.
Namun tidak ada yang tahu bahwa gadis cantik itu adalah CEO perusahaan besar. Semua dirahasiakan dan hanya staff khusus saja yang mengetahuinya.
Apalagi keluarganya memang sangat tertutup dan jauh dari media. Dia sendiri hanya mengakses media sosial untuk pekerjaannya saja. Tidak pernah sekalipun mengumbar kehidupan pribadi di media. Dia sangat misterius bagi orang-orang yang tidak mengenalnya.
Mungkin jika gadis-gadis di luaran sana akan sangat bangga menggunakan nama besar keluarga, untuk memudahkan setiap pekerjaan yang digeluti. Tidak dengan Cheryl. Dia justru lebih bangga berdiri sendiri dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
Hobinya berkreasi dan berimajinasi menurun dari gen mamanya, sedang jiwa kepemimpinan berasal dari sang ayah. Dan setiap keputusannya selalu didukung oleh orang tuanya.
Ia tampak sangat menikmati perannya, meski berat harus menjalankan dua pekerjaan sekaligus, namun Cheryl tidak bisa meninggalkan salah satunya.
Perusahaan yang harus ia kelola merupakan warisan kakeknya, Milano Sebastian. Gadis itu tidak mau membuat Milano kecewa, apalagi dia memang lulusan sarjana master of bussiness administrasion.
Tak hanya itu, Cheryl juga lulusan arsitektur. Menjadi arsitek adalah cita-citanya sedari kecil. Apalagi ditunjang dengan ilmu matematikanya yang sangat mumpuni. Tentu sedikit memudahkannya dalam menyelesaikan pendidikan dengan cepat.
Tepat saat Cheryl menaikkan cangkir kopinya, mata birunya bersirobok dengan mata elang pria yang duduk tak jauh darinya.
Cheryl menyesap sedikit minuman tersebut, tanpa memalingkan pandangannya dari lelaki itu. Mereka sama-sama menatap kuat. Cheryl menaruh curiga melihat senyum smirk yang tersungging di bibir lelaki itu.
“Nona! Ini luar biasa. Saya sangat setuju dengan rancangan bangunan ini. Budget yang ramah di kantong, namun kualitas yang digunakan, tetap unggul. Saya akan segera mengirim surat kontrak kerja sama kita secepatnya!” seru Johan antusias.
Seperti yang ia dengar di kalangan pebisnis, Cheryl Anastasia memang seorang arsitek yang profesional. Meski usianya yang masih muda, namun semua gagasan dan idenya sangat menarik juga menguntungkan.
“Baik, Tuan Johan. Selanjutnya untuk berkas-berkasnya, kirim ke kantor saya. Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan!” balas Cheryl mengulurkan tangan untuk menjabat tangan dua pria di hadapannya.
Johan dan asistennya segera bergegas pergi. Karena mereka masih banyak jadwal untuk meeting lainnya.
“Ke mana kita sekarang?” tanya Rainer Arnold, sahabat sekaligus asistennya, membereskan berkas-berkas mereka.
“Masih mau ngopi!” jawab Cheryl kembali menyesap kopinya, manik indahnya pun kembali bersitatap dengan mata elang pria yang berseberangan dengannya.
“Cher!” panggil Rain sembari menepuk bahu Cheryl, ketika menemukan atasannya tak berkedip sedikit pun. Bahkan kopi yang diteguknya meleber membasahi dagu dan blezernya.
Sontak, Cheryl terkejut. Buru-buru ia meletakkan cangkir tersebut dan mengambil tissue yang disodorkan oleh Rain untuk menyeka mulutnya yang basah.
“Kenapa sih? Eh by the way, tu cowok liatin lu mulu. Ada masalah apa kalian? Mencurigakan!” cibir Rainer yang memang sedari tadi merasa aneh dengan dua orang yang saling menatap kuat.
Cheryl mengalihkan pandangan tajam pada Rainer. Ia mengernyitkan kedua alisnya seolah sedang memikirkan sesuatu.
Bersambung~
Cheryl mendengkus kesal. Ia beranjak dengan gerakan sedikit kasar lalu melenggang untuk menghampiri lelaki yang sedari tadi menatapnya.
Cheryl berdiri sembari melipat kedua lengannya di dada. Matanya memicing dan sedikit mencondongkan tubuhnya hingga membuat Jourrel memundurkan punggungnya, bibirnya tersungging senyum tipis sekaligus tatapannya berubah lembut.
"Apa kita ada masalah sebelumnya?" tanya Cheryl penuh penekanan.
"Mmmm ... tidak!" sahut Jourrel mengepulkan asap rokok ke wajah cantik Cheryl, sehingga gadis itu segera mundur sembari mengibaskan tangannya.
"Lalu kenapa matamu terus menatapku sejak kamu duduk di sini. Ooh! Jangan-jangan, kamu menggunakan tubuh saya untuk fantasy liar di otak kamu, iya?!" tuduh Cheryl menggebrak meja penuh amarah.
"Kalau iya, kenapa?" sahut Jourrel dengan senyum smirk-nya sembari mengepulkan asap rokok tepat di wajah cantik Cheryl lagi.
Manik indah abu gadis itu melotot tajam, giginya bergemeletuk kuat, ia tidak suka ada yang melecehkannya seperti itu. Dengan gerakan cepat dan tak terduga, Cheryl mencengkeram kuat lengan Jourrel, memutarnya lalu menepuknya kuat hingga puntung rokok terjatuh.
Setelahnya, gadis itu melayangkan sebuah tamparan keras di pipi pria itu. "Hari ini aku cuma menyentuh pelan lenganmu, lain kali akan aku patahkan jika kamu berani melakukannya lagi!" ancamnya menunjuk wajah tampan yang meringis kesakitan sembari memutar-mutar bahunya.
"Cantik dan pemberani!" gumam pria itu pelan tak melepaskan tautan mata mereka.
"Weiih! Cheryl! Jangan bikin ribut!" Rain yang baru selesai membereskan semua dokumennya segera berlari menghampiri atasannya.
"Dia yang duluan!" Cheryl menatap pria itu tajam dengan napas yang menderu kasar.
"Heh! Ralat, kamu yang menghampiriku duluan!" elak Jourrel menyandarkan punggungnya menunjuk Cheryl.
Cheryl hendak memukul pria itu lagi, namun dengan cepat Rain segera menarik tubuhnya. "Udah, ayo! Bisa-bisa digembok mama kamu nanti, nggak boleh keluar!" bisik Rainer.
Rainer tentu sangat hafal dengan sikap posesif orang tua Cheryl. Dia berada di bawah pengawasan ketat orang tuanya. Sedikit saja terlibat hal berbahaya, sudah pasti Jihan, ibunya akan mengurung Cheryl dan tidak boleh melakukan apa pun.
"Awas lo!" Cheryl mengepalkan tangannya, memberi ancaman pada Jourrel, kakinya menendang kursi yang ada di seberang Jourrel lalu berbalik dengan kesal.
Rain masih menggenggam erat lengan Cheryl. Ia takut jika terlepas, Cheryl akan hilang kendali dan melakukan hal yang lebih mengerikan. Membayangkan saja membuat Rain bergidik.
"Masuk!" ucap Rain membukakan pintu penumpang belakang.
Cheryl masih menggebu-gebu ketika duduk di kursi penumpang. Wajah cantiknya semakin kusut. Rain segera melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. Keduanya terdiam selama beberapa saat.
"Lagian ngapain sih ngurusin orang nggak jelas gitu?" Rain membuka suara ketika sudah setengah perjalanan.
"Gue nggak terima ya, para otak mesum itu pake diri ini buat fantasy liarnya!" ketus Cheryl tanpa menoleh. Pandangannya sedari tadi mengarah keluar jendela.
"Ah, lu-nya aja yang kepedean!" cetus Rain dengan santainya.
Cheryl menoleh kilat. Ia langsung memukul kepala Rain dengan setumpuk dokumen yang ada di sebelahnya hingga membuat Rain terkejut, untung saja masih bisa mengendalikan setirnya.
"Aduhh! Cher! Ini penganiayaan!" rintih Rain mengusap-usap kepalanya.
"Sejak dia masuk dan duduk, dia selalu natap aku dari ujung rambut sampe ujung kaki. Apa coba namanya?" cebik Cheryl dengan kesal. Karena sahabat sekaligus asistennya itu justru tidak membelanya.
"Ya mana ku tahu!" Rain mengedikkan bahunya. Bisa-bisa remuk tubuhnya jika mengiyakan ucapan gadis itu. "Terus kemana nih?"
"Pulang lah. Nggak sanggup dengerin mama ngomel-ngomel kalau jam makan siang masih di luar!" celetuk Cheryl kembali menyandarkan punggungnya.
Tanpa mereka sadari, sebuah motor sport berwarna hitam kini mengekorinya sejak tadi. Ketika Cheryl keluar dari restoran, Jourrel segera meraih kunci motornya dan melesat pergi.
Tujuannya jelas, untuk semakin mengetahui seluk beluk targetnya. Jourrel mengikuti dengan jarak aman. Namun mata elangnya tidak lepas sedikit pun dari mobil yang dikendarai Cheryl.
Hingga sampailah ia di Kediaman Sebastian, rumah megah dan mewah bak istana menjulang tinggi di hadapannya. Jourrel mengawasi dari seberang jalan, sampai mobil Cheryl menghilang di balik gerbang tinggi.
"Wow!" gumam Jourrel penuh kekaguman. Ia melepas helm yang sedari tadi menutup penuh kepalanya, meninggalkan sepasang mata elangnya saja. Ia masih duduk di atas motor kesayangannya.
Decakan kekaguman terus bergulir dari bibir tipisnya. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru bangunan yang begitu megah dan luas.
"Hmmm, sepertinya lebih sulit dari yang aku kira," gumamnya mengira-ngira. Melihat pintu gerbang yang terbuka otomatis setelah klakson dinyalakan, lalu beberapa orang berseragam hitam berbaris rapi juga sempat terlihat di matanya ketika gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka.
Bersambung~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!