NovelToon NovelToon

The Bianchis

Joey Bianchi

"JOEY BIANCHI!"

Pria berusia 22 tahun yang sedang memeriksa pasien di IGD hanya menutup telinganya karena tahu siapa yang berteriak memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan ketua senat Fakultas Seni dan Budaya, Keito Murakami, musuh bebuyutannya sejak SMA.

Semenjak Keito kalah adu kendo di pertandingan antar sekolah, pria itu selalu mencari-cari masalah dengan Joey. Pria keturunan Italia itu pun menanggapinya dengan santai.

Puncaknya adalah ketika keduanya sama-sama diterima di Universitas elit di Jepang, Tokyo University atau biasa disebut Todai. Joey yang memang keturunan cerdas, lolos dengan mudah di fakultas kedokteran dan dia bercita-cita ingin seperti Opa Mamoru dan Oma Ingrid yang menjadi dokter bedah.

Sedangkan Keito, masuk ke kampus yang sama tapi jurusan fakultas Seni dan Budaya. Apakah gegeran mereka berhenti sampai disitu? Tidak! Bahkan Keito semakin menjadi mengerjai Joey yang dianggap bukan orang Jepang. Meskipun Joey bukan Jepang asli, tapi opa buyutnya Akira Al Jordan masih ada keturunan Jepang yang diturunkan ke Opa buyutnya Hiroshi Al Jordan, Daddy Oma Mikinya. ( Baca You're The Only One - Shanum dan Hiroshi ).

Miki menikah dengan pria Korea Indonesia bernama Joshua Akandra dan memiliki anak kembar Josephine dan Marissa yang akhirnya menikah dengan sepasang kembar juga bernama Mario dan Marco Bianchi, putra dari klan mafia Bianchi. Nama Bianchi tidak lah asing bagi keluarga besar klan Pratomo karena memang berteman baik. ( Baca The Detective and The Doctor chapter Dinginnya Gunung Es ).

Josephine dan Mario agak telat saat mendapatkan Joey karena saat kembarannya hamil enam bulan, Jo baru hamil. Josephine dan Marissa sama-sama memiliki satu anak laki-laki yang diberi nama Jeoffree Fransesco Akandra Bianchi dan Luca Alano Akandra Bianchi. Meskipun Luca lebih tua, tapi tetap di urutan keluarga, Joey dianggap paling sulung dari generasi kelima.

Joey hanya menunggu kedatangan Keito ke ruang IGD sedangkan semua teman - teman sejawat Joey hanya senyum-senyum karena tahu ulah jahilnya dokter cerdas itu.

Datanglah seorang pria bertubuh kurus dengan wajah ditekuk datang ke meja Joey dan hendak membentak namun tangan Joey langsung memberikan kode untuk diam.

"Sebentar! Aku ada pasien. Nanti setelah ibu ini selesai, kamu baru boleh marah-marah!" ucap Joey sambil menuliskan resep lalu menyerahkan ke pasiennya.

Setelah selesai, Joey menatap pria kurus itu dengan tatapan tenang. "Well ada apa Mr Keito Murakami?"

"Kamuuu! Ikut aku ke dekan!" bentak Keito marah dan segera menyeret tubuh besar Joey.

Para rekan Joey hanya berteriak. "Ganbatteeee!" yang dibalas Joey dengan memberikan jempolnya sambil nyengir.

***

Dan kini pria bertinggi 188 cm dengan badan fit, masih menggenakan snelli dan stetoskop di sakunya dan memasang wajah datar menatap para dekan baik dari fakultas kedokteran, fakultas seni dan budaya serta perwakilan dari rektor Todai. Joey tidaklah heran jika Opanya juga ada disana.

Mata Joshua Akandra menatap tajam ke arah cucunya yang seolah cuek tidak pedulian dengan apa yang akan terjadi.

"Bianchi-san, ini kenakalan anda yang kesekian kalinya. Bisa-bisanya anda memasukkan cadaver ( jenazah ) ke ruang seni rupa?" ucap salah seorang dari kantor rektor Tokyo University.

Joey hanya tersenyum tipis sedangkan Joshua melotot tidak percaya. Astagaaa! Cucuku!

"Boleh saya berikan alasannya mengapa saya melakukan itu? Membawa cadaver ke ruang seni rupa, adalah balasan dari keusilan pria kurus ceking ini!" Joey menunjuk Keito.

Joshua memegang pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Jangan body shaming kenapa J?

"Pria ini sudah membuat keributan dengan saya sejak SMA hanya gara-gara saya mengalahkan dia di semua bidang termasuk Kendo yang menurut dia, hanya orang Jepang asli yang bisa melakukannya. Look, Opa buyut saya adalah Hiroshi Al Jordan dan dia keturunan Jepang meskipun saya seperti ini karena saya adalah generasi kelima dan papa saya orang Italia, hasilnya ya saya ini."

Joey berdehem. "Jadi setelah kami sama-sama masuk Todai, pria ini, Keito Murakami, semakin iri dengan saya yang bisa masuk fakultas kedokteran." Joey menoleh ke arah Keito. "Kamu tahu kenapa aku bisa masuk fakultas kedokteran? Karena aku belajar!"

"Joey!" suara Joshua membuat Joey terdiam. "Jangan Meleng dari topik. Kamu sudah keluar jauh."

"Maaf Akandra-sensei" senyum Joey ke opanya. "Jadi kemarin pria ini membuat kacau jadwal koas kami di bagian radiologi karena foto Rontgen ditukar olehnya. Maksud hati mau ngeprank saya tapi imbasnya ke semua teman-teman tim koas saya."

Tokyo University memang memiliki rumah sakit yang dibangun dekat dengan kampus. Rumah sakit untuk umum itu biasanya dipakai untuk koas para mahasiswa kedokteran.

"Bagaimana Murakami bisa mengambil foto Rontgen? Padahal disana ketat?" tanya dekan fakultas kedokteran.

"Karena kepala radiologi adalah tantenya Keito." Joey menjatuhkan bomb. "Jadi untuk membalas perbuatannya, saya sengaja meletakkan cadaver untuk saya pajang di tengah-tengah ruang seni rupa untuk dijadikan model lukisan dan patung. Setidaknya tidak merugikan dibandingkan dengan foto Rontgen untuk pasien kan?" seringai Joey.

***

Sidang akademis antara fakultas kedokteran dan fakultas seni dan budaya akhirnya memutuskan bahwa Joey harus berada di instalasi jenazah selama seminggu dan harus membersihkan sana.

Keito sendiri harus diskors selama sebulan tidak boleh masuk kampus akibat sudah diberikan bukti - bukti bahwa memang Keito melakukan kriminal medis. Karena Keito masih ada hubungan kekerabatan dengan rektor, dia masih diberikan satu kali kesempatan di Todai.

Josephine dan Mario Bianchi yang diberitahukan oleh Joshua kalau putra tunggal mereka kena hukuman akademis di instalasi jenazah hanya bisa memegang pelipisnya.

"Astaga anak itu!" omel Josephine. "Lagian bawa-bawa mayat pulak ke ruang seni!"

"Tapi Jo, aku malah dukung Joey seperti itu! Setidaknya mereka tahu kenapa putra kita bandel karena menukar foto Rontgen itu jauh lebih parah dari apa yang dilakukan Joey." Mario menatap istri bar-barnya sambil tersenyum.

"Hadduuhhh aku tidak kebayang harus di instalasi jenazah dan membersihkan pula disana..." Josephine bergidik. "Horor sayang!"

Mario tertawa kecil. "Kamu mirip Oma Vivienne, penakut!"

"Bodo!"

***

Instalasi jenazah Rumah Sakit Tokyo University

Joey bersiul-siul saat datang hari pertama kena hukuman akademis. Semua rekan koasnya malah tidak kasihan dengannya tapi lebih meledek hukumannya sangat horor. Joey memang dikenal supel dan suka bercanda di kalangan para teman-teman seangkatannya. Meskipun Opanya adalah dosen senior di Todai, Joey tidak mengandalkan Joshua. Semua berasal dari otaknya sendiri.

Begitu juga Luca yang sepupunya beda beberapa bulan saja. Luca mengambil kuliah di fakultas science jurusan matematika dimana Joshua mengajar disana. Meskipun Luca cucunya, tapi perlakuan Joshua tetap sama seperti mahasiswa lainnya.

Dan kini Joey sudah sampai di ruang instalasi jenazah untuk menemui dokter Daisuke Naruhito. Oleh dokter Dai, Joey disuruh membersihkan lemari penyimpanan mayat.

Joey sendiri dengan santainya mempersiapkan air disinfektan dan karbol agar lemari penyimpanan jenazah tetap steril dan bersih dari bakteri setelah dipakai untuk jenazah berbagai kondisi.

"Mayat oh mayat...kenapa kamu diam saja... Sebab kalau bangun... berarti kamu zombie..." senandung Joey yang membuat dokter Daisuke menggelengkan kepalanya.

Bianchi sinting!

***

Yuhuuuu launching awal rupanya ... Hahahaha

Habis sudah kebayang plotnya jadi langsung akusisi

Semoga suka dengan cerita mafia rusuh bin reseh ini.

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Joey is Joey

Dokter Dai dengan Joey harus mengautopsi jenazah korban kekerasan rumah tangga. Seorang wanita berusia sekitar 24-25 tahun ditemukan dengan kondisi mengenaskan dengan banyak luka lebam tidak hanya di wajah tetapi juga di sekujur tubuhnya. Joey bisa melihat bahkan di area pribadinya terdapat luka cambuk.

Suaminya harusnya dikebiri, dicincang lalu dimasukkan ke kolam piranha milik Daddy.

"Bianchi! Jangan bengong! Ayo bantu autopsi!" hardik dokter Daisuke.

"Baik dokter Die" sahut Joey cuek.

Dokter Daisuke melirik ke arah pria berdarah Italia itu. Kok intonasinya mirip die - mati buka Dai dengan agak panjang di huruf 'a' nya?

Joey menatap acuh ke dokter Daisuke. Siapa suruh namanya Daisuke kalau dipanggil Dai kan sekilas bisa kedengaran die.

Dokter Daisuke mengacuhkan gaya slengean Joey yang meskipun menyebalkan tapi dia mengakui cucu Joshua Akandra itu memang cerdas.

"Siapa ini suaminya dok?" tanya Joey yang sedang mengambil sampel dari bawah kuku jenazah.

"Sudah ditangkap polisi. Mereka meminta kita untuk autopsi independen karena ingin data yang netral."

Joey melirik ke mentornya yang memang dokter forensik di rumah sakit milik Todai itu. "Ada apakah dengan rumah sakit forensik kepolisian? Apakah bisa terjadi bias?"

"Bisa jadi begitu Joey, karena pelakunya adalah seorang letnan di kepolisian distrik Shibuya."

"Pantas! Makanya dikirim kemari." Joey melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa kaki korban sedangkan Dokter Dai melakukan pembedahan T di area dada untuk memulai autopsi internal.

"Gila, sampai kaki saja tidak luput dari KDRT! Untung Oma Alexandra tidak ada disini, bisa habis tuh orang dihajar!" umpat Joey kesal. "Pria banci beraninya sama perempuan! Harusnya kalau mau hajar ketemu sama aku! Sekalian!"

Dokter Dai menoleh ke arah pria tampan khas Italia itu sambil tersenyum.

"Ternyata memang ya rumor di kalangan dokter forensik."

"Apa dok?" Joey menoleh ke arah dokter Daisuke.

"Keluarga Alexandra Cabbot Giandra itu bar-bar semua."

Joey terbahak. "Asal anda tahu dokter Daisuke, Oma saya itu bisa membunuh penjahat yang hendak membunuhnya hanya dengan menggunakan scalpel dan langsung kena di titik aorta ini" Joey menunjukkan pahanya.

"Gila! Keluarga kamu memang sinting! Tak heran kamu juga ikutan sinting!"

Joey terbahak.

***

"Joey nyanyi apa?" Joshua menatap rekan sejawatnya, Dokter Daisuke yang datang menemuinya.

"Nyanyi lagu Zombie."

Joshua berpikir. "Lagunya The Cranberries?"

"Bukan Josh, lagu ciptaannya sendiri. Mayat oh mayat...kenapa kamu diam saja... Sebab kalau bangun... berarti kamu zombie."

Joshua melongo lalu terbahak. "Oh Astaga cucuku!"

"Cucu mu memang rada-rada deh Josh! Sinting tahu nggak?"

Joshua terkekeh membayangkan cucunya yang tinggi dengan badan bagus itu dengan santainya berdendang di kamar mayat.

"Sekarang anak usil itu dimana?" tanya Joshua.

"Masih di kamar mayat, ngajak ngobrol korban KDRT."

"Lha malah cadaver whisperer?" sungut Joshua. Kayaknya hukuman yang diberikan ke Joey salah deh!

***

Ruang jenazah

Joey mencari tahu tentang korban dengan menggunakan komputer yang berada di ruang jenazah. Berdasarkan sidik jari dan DNA yang diambilnya, Joey berhasil mendapatkan data korban.

Nama korban adalah Yuki Hamada, berusia 24 tahun, menikah setahun lalu dengan letnan polisi Goro Hamada.

Baru setahun menikah tapi sudah babak belur begitu? Gila, sakit jiwa nih suaminya.

Joey mencari profil Goro Hamada dan betapa terkejutnya bahwa pria itu adalah putra seorang politisi di parlemen Jepang.

Mentang-mentang kamu anak pejabat jadi bisa seenaknya menghajar wanita apalagi istri kamu sendiri?

Mata coklat Joey berkilat marah saat mengetahui bahwa Goro Hamada dibebaskan karena tidak terbukti memukul istrinya.

Tenang saja Yuki, semua perlakuan Goro akan aku balas !

***

Setiap hari usai menjadi asisten dokter Daisuke dan tukang bersih-bersih kamar mayat, Joey mencari tahu kebiasaan Goro Hamada. Joey tidak mau meminta tolong dengan Oom Bryannya karena bisa laporan ke Daddy dan Opanya yang berarti bisa ditahan semua uang jajan dan bakalan cuma dikasih ¥1000 sehari serta tabungan diblokir.

Seminggu sudah Joey menjalani hukuman tapi kasus Yuki membekas di otak dan pikirannya. Joey dididik oleh Daddynya Mario untuk menghormati wanita, bahkan semua keluarga besarnya yang bisa dibilang bucin dengan istrinya.

Joey paling benci pria yang berani main tangan ke perempuan dan baginya, pria macam itu halal dilempar ke Empang piranha milik Mario. Meskipun kolam itu sudah tidak dipakai oleh Daddynya untuk menghukum orang tapi ada baiknya para peliharaan mendapatkan daging segar lagi dan Goro Hamada adalah kandidat yang bagus buat umpan.

Malam minggu ini Joey berhasil menemukan Goro Hamada berada di sebuah klub Geisha yang cukup terkenal. Joey mengirimkan dua anak buah Daddynya yang menjadi pengawalnya, Gin dan Vodka ( sebenarnya namanya Gerald dan Victor tapi dirubah oleh Joey biar mudah ) untuk membuntuti Goro Hamada disaat dia masih berada di kamar jenazah pagi hingga sore hari. Malamnya, baru Joey yang membuntuti sendiri.

Pria campuran Jawa, Korea, Jepang dan Italia itu mendatangi klub Geisha bersama dengan dua pengawalnya.

"Dimana dia Gin?" tanya Joey.

"Di bilik dua, J" sahut Gerald.

"Kamu tidak bawa pistol kan J?" tanya Victor cemas. Bagaimana pun Joey dikenal panasan orangnya.

"Nope. Cuma baton dan scalpel" sahutnya cuek.

Gerald dan Victor saling berpandangan. Scalpel malah lebih horor dari pistol Joey!

Joey dengan santainya main buka bilik nomor dua dan melihat bagaimana Goro Hamada sedang memukuli Geisha yang disewanya.

"Astagaaa! Tega kali kau memukulinya? Mentang-mentang kamu bayar jadi kamu jadikan samsak seperti istrimu?" ledek Joey yang matanya melihat bagaimana Geisha itu sudah berantakan.

"Taskete... ( tolong )" bisik Geisha itu.

"Gin, ambil selimut dan tutupi nona itu! Lalu bawa keluar. Oh, kalau ada apa-apa, hubungi pak tua!" seringai Joey.

Gerald mengambil selimut lalu menutupi tubuh Geisha itu dan membawanya keluar. "Kitto daijōbudayo ( kamu akan baik-baik saja )" ucap pria bertubuh besar itu membantu gadis terluka dengan lembut.

Setelah Gerald membawa keluar, Joey menatap dingin Goro.

"Eh banci! Masih tidak sadar-sadar juga kalau kamu sudah membunuh istrimu?" ucap Joey judes.

"Hahahaha, tidak ada bukti bahwa aku yang mengajar istriku!" Goro menatap Joey dengan tatapan mengejek.

"Karena kamu merasa semua CCTV di apartemen kamu sudah hilang kan? Tapi apakah kamu tahu kalau istrimu cerdas?" seringai Joey melihat pria di hadapannya dengan tubuh kecil meskipun berotot tapi dibandingkan dengan tubuhnya, Goro tidak ada apa-apanya.

"Apa?" Goro melotot ke arah Joey.

"Yuki benar-benar cerdas. Bahkan dari alam baka saja dia bisa mengirimkan semua bukti KDRT kamu!"

"Kamu siapa?" bentak Goro marah.

"Captain America."

Victor nyaris terbahak mendengar ucapan Joey. Ya ampun J! Makin kacau saja kau!

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

The Bianchis aku akan buat gado-gado Yaaaa

Kadang membagongkan, mempetrukkan, mensemarkan atau bisa menggarengkan. Nano nano dah. Nanti juga ada melownya.

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Sekali Mafioso Tetap Mafioso

"Apa?" ucap Goro saat mendengar ucapan Joey yang dengan santainya mengatakan bahwa dirinya Captain America.

"Kan kamu tadi tanya aku siapa? Ya aku jawab itulah!" seringai Joey.

"Kamu! Apa urusan kamu dengan membawa-bawa Yuki hah? Dia sudah mampus! Istri tidak berguna itu!"

"Istri tidak berguna yang kamu gunakan jadi samsak? Seriously! Kamu itu harusnya tidak menjadi polisi dengan pangkat letnan pulak! Heran, kok bisa lolos psikotes ya? Atau jangan-jangan otak psycho mu yang main ya?" gumam Joey dengan wajah dingin menatap Goro.

"Brengsek kau!" Goro pun maju hendak memukul Joey namun tangannya menahan tangan Goro.

"Tangan ini yang memukul Yuki!" Joey lalu memiting tangan Goro hingga berbunyi 'krak' membuat pria itu menjerit kesakitan. "Kaki ini yang buat menendang Yuki!" Joey tanpa ampun menginjak kaki kiri Goro hingga berbunyi sama dengan tangan kanannya.

Victor hanya berdiri bersedekap membiarkan bossnya menghajar pria tukang memukul wanita itu. Bagi Victor, memukul wanita memang perbuatan banci.

"Apa perlu aku buat kamu lumpuh seumur hidup agar kamu tidak memukul wanita manapun?" seringai Joey di depan wajah Goro yang meringis kesakitan dan ketakutan.

"Ja.. jangan..." bisik Goro.

"Apa? Aku tidak dengar."

"Jangan... buat... aku lumpuh..."

"Apa saat Yuki memohon ampun, kamu mendengarkan? Bagaimana Yuki memohon? Apa kamu mendengarkan? Kamu lemah! Baru aku hajar seperti ini saja sudah minta ampun?"

Goro berteriak kencang ketika pergelangan tangannya yang sebelah kiri dipatahkan Joey.

"Kamu tahu? Akulah yang mengautopsi Yuki Hamada! Akulah yang mencatat berapa luka lebam di tubuh Yuki, berapa tulang patah dan retak akibat ulahmu! Ini belum seberapa!"

Goro menjerit lagi saat Joey mematahkan pergelangan kakinya.

"Badan kecil saja kamu belagu! Kalau memang nyali kamu besar, hadapi orang yang lebih besar dari kamu! Aku sudah tahu kamu impoten ya jadi menyalurkannya dengan menghajar istri dan wanita bayaran..."

Goro menatap horor ke Joey.

"Kawaisou ni... ( kasihan sekali )" gelak Joey.

"Shut up! Aku...tidak ... impoten!" cicit Goro.

"Dengar, aku sudah menyelidiki kamu setelah aku tahu siapa yang menghajar Yuki dari memory card yang ditelan."

Goro terkejut.

"Makanya aku bilang istrimu itu cerdas. Dia tahu tidak bisa melawan dirimu karena kamu pasti akan membawa ayahmu jadi dua hari sebelum kamu menghabisi dirinya, Yuki menyimpan memori card itu dan sebelum kesadarannya hilang, Yuki menelannya dan bukti itu sudah aku serahkan melalui pengacara yang aku sewa atas nama Yuki. Dan bersiap - siap saja, semua keluarga mu akan menanggung aib karena aku akan menyebarkan kondisi kamu sebenarnya."

"J, aku rasa cukup kamu menghajarnya. Dia sudah patah di berbagai lokasi" ucap Victor.

"Itu belum seberapa dibandingkan apa yang dialami Yuki. Dia jauh lebih kuat dari kamu karena bisa bertahan setahun dengan kondisi babak belur sedangkan kamu? Baru segitu saja sudah nangis! Banci kamu!" Joey pun berdiri.

Suara ketukan membuat Victor membukanya dan tampak Mario Bianchi dan kepala kepolisian Tokyo disana.

"Dad?" Joey hanya tersenyum tipis.

***

"Apa-apaan sih kamu! Bisa-bisanya jadi detektif patikelir dan main hakim sendiri! Apa kamu sudah jadi cadaver whisperer sekarang? Sudah tidak minat jadi dokter bedah? Ya ampuuunnn Joeeyyyy!" omel Mario sambil mondar mandir di ruang kerjanya.

"Dad, jangan mondar mandir dong... Aku pusing lihatnya" ucap Joey cuek.

"Oh astagfirullah!" Mario beristighfar banyak-banyak.

Kalau tadi James tidak memberitahukan bahwa putranya meminta tolong padanya untuk melakukan tuntutan kepada keluarga Hamada, Mario tidak akan tahu Joey akan berbuat nekad seperti itu.

"Yang penting aku sudah membuat dia patah tulang di berbagai tempat meskipun belum sebanyak yang dialami Yuki."

Mario melotot ke arah Joey. "Son, kamu itu bukan polisi, bukan detektif, bukan apapun! Kamu adalah Jeoffree Fransesco Akandra Bianchi, seorang mahasiswa kedokteran!"

"Tapi aku adalah keturunan Bianchi. Dan sekali Mafioso Tetap Mafioso."

"Tapi tidak menghajar orang sampai nyaris lumpuh begitu bambaaannggg!" teriak Mario.

Joey menggaruk telinganya. "Duh Dad, bisa budeg nih!"

"Sudah! Pokoknya sebulan kamu dihukum tidak boleh bawa black card, platinum dan gold!"

"Dad!"

"Kamu sudah dewasa jadi cari uang sendiri!" Mario meminta dompet Joey yang kemudian diambil semua kartu kredit milik anaknya dan hanya menyisakan satu kartu kredit silver. "Oh tabungan kamu yang mendapatkan bagi hasil dari keluarga Pratomo, Daddy blokir!"

Joey melongo. Alamat cuma pakai tabungan pribadi yang tidak seberapa isinya dong!

***

Joey pun dipanggil oleh pihak kepolisian dan harus menjalani hukuman kerja sosial karena main hakim sendiri. James Blair bernegosiasi dengan pihak kepolisian agar Joey tidak dipenjara dan akhirnya diputuskan untuk kerja sosial.

Ketika hakim bertanya dirinya mau kerja sosial dimana, Joey hanya menyeringai.

***

Dokter Daisuke melotot tidak percaya ketika petugas dari kehakiman memberikan surat keputusan untuk mengawasi Joey selama melakukan hukuman kerja sosial di kamar jenazah Tokyo University.

Di surat itu tertulis bahwa Joey harus memenuhi syarat bekerja selama 90 hari. Membaca surat keputusan itu seketika membuat tensi Dokter Daisuke agak naik sedikit.

***

Sekali lagi Joey harus menjalani hukumannya yang mengakibatkan kuliahnya harus mundur setengah tahun tapi Joey tidak perduli karena yang penting dia sudah menghajar Goro.

Tentang Goro, akhirnya pria itu dihukum penjara 30 tahun karena adanya laporan dari para wanita panggilan dan Geisha yang tidak sedikit mendapatkan kekerasan fisik darinya. Semuanya pun mengajukan tuntutan kepada pria yang harus duduk di kursi roda dengan gips disana sini akibat ulah Joey.

Secara anonymous, Joey menyebarkan kondisi Goro yang membuat keluarga Hamada malu dan mengundurkan diri dari parlemen Jepang.

"Kenapa nggak sekalian harakiri saja? Dasar orang tua tidak berguna! Anaknya melakukan kekerasan malah dibiarkan!" sungut Joey sambil mengautopsi bersama Dokter Diasuke. Keduanya sengaja sambil menyetel televisi untuk mengetahui perkembangan kasus Goro Hamada.

"Kamu juga sama Joey! Orang tua kamu itu sudah mendidik kamu bener tapi kamunya yang nggak benar."

Joey menatap dokter Daisuke. "Orang tuaku mengajar benar kok. Hormati dan sayangi wanita karena kita sebagai pria seharusnya melindungi mereka."

"Jadi itu alasan kamu menghajar si Hamada sampai patah di pergelangan, bahu dan tungkai?"

"Itu masih belum seberapa dokter Die ... eh Dai. Baru aku patahkan pergelangannya dia sudah mewek! Apa kabar Yuki?"

Dokter Daisuke hanya menggelengkan kepalanya. "Tapi aku salut dengan Yuki. Di sisa waktu dirinya hidup, dia menelan memory card dengan tempatnya hingga tidak terkontaminasi di usus."

"Kalau yang mengautopsi pihak kepolisian, aku tidak yakin mereka akan memberikan barang bukti itu mengingat siapa pelakunya."

"Joey, apakah kamu tidak takut apapun?"

Joey tersenyum. "Hanya tiga di dunia ini yang aku takutkan."

"Apa itu?"

"Pertama aku takut Allah SWT, kedua aku takut kedua orangtuaku dan ketiga aku takut jika seorang wanita bisa menghajarku."

"Kenapa bisa begitu? Kenapa kamu takut jika seorang wanita bisa menghajarmu?" tanya dokter Daisuke.

"Karena aku bisa jatuh cinta dengannya" cengir Joey.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!