NovelToon NovelToon

Belenggu Suami Kejam

Pelayan

Di kantin sekolah yang tampak ramai dengan murid SMP dan SMA Pelita Jaya yang terkenal dengan sekolah favorit di wilayah kota Tangerang.

Naira Putri merupakan salah satu siswi yang bersekolah di SMA Pelita Jaya yang dalam hitungan bulan akan menjalani masa ujian sekolah. Di sekolah Naira biasa di panggil Nai.

"Nanti sepulang sekolah jalan yuk, Nai?" ajak Serli.

"Kayanya kali ini gue gak ikut dulu kali ya Ser, biar kalian pergi berdua aja." tolak Nai halus.

"Dih, luh mah gitu Nai, udah ikut aja... sama kita kita ini... nenek pasti izinin ko." bujuk Novi yang tidak akan menolak bila urusan jalan.

Bugh..

Ratna menggebrak meja yang sedang di tempati oleh Naira dengan kedua tangannya.

"Minggir loh pada." ujar Ratna dengan ketus.

"Apa apaan si loh?" bentak Serli yang langsung berdiri dari duduknya.

'Sabar Naira.' ucap Naira meski hanya dalam hatinya.

"Gak denger luh, tadi Ratna ngomong apa?" ujar Sopur dengan tangan mendorong bahu Serli.

"Budekkk kok di piara!" ketus Ratna dengan senyum menyeringai.

Serli yang tersulut emosi, langsung mendorong bahu Ratna, "Loh bilang apa barusan?" tanya Serli nyolot.

"Loh, budek." ledek Ratna.

Naira pun langsung berdiri, melihat apa yang akan Ratna lakukan, tidak mungkin Naira diam saja.

Naira berdiri dan menggenggam tangan kanan Serli, "Udah Ser, malu di lietin yang lain." ucap Naira menenangkan Serli.

Sedangkan semua siswa siswi yang ada di kantin saat itu langsung tertuju menatap ke arah Naira cs dan Ratna cs berada.

Ratna menyilangkan kedua tangannya di dada, "Denger tuh apa kata temen luh, minggir loh pada."

"Siapa bilang kita bakal pindah tempat duduk? luh aja gih, masih banyak meja kosong." ucap Naira santai dengan mendaratkan bobot tubuhnya di kursi.

Merasa di permaninkan oleh Naira, Ratna maju melangkah, mendekat dan berbisik pada Naira, "Udah berani loh sekarang?"

Naira menatap Ratna, "Gue gak pernah takut sama loh!"

"Sialannn loh." Ratna hendak menampar pipi Naira.

Dengan cepat di tepis dengan tangan Naira, "Gak usah maen fisik, gak malu loh, di lietin adik kelas?" ujar Naira.

"Awas loh ya!" Ratna cs langsung meninggalkan Naira dengan hati dongkol.

"Wuuuuuh, bikin onar aja." celetuk siswi lain yang melihat Ratna meninggalkan kantin.

"Gila, ini mimpi bukan sih?" tanya Novi pada Serli dan Naira.

"Iya mimpi." celetuk Naira.

"Coba cubit gue, Ser!" pinta Novi yang tidak menyangka bila sahabatnya Naira berani melawan Ratna.

Tanpa ragu, Serli mencubit pipi Novi yang cabi.

"Akhhh, sakit Ser... luh beneran nyubit gue?" Navi mengelus pipinya yang di cubit Serli.

"Kan tadi luh sendiri yang minta." jawab Serli enteng.

"Pesenannya, non." ucap kang Dadang dengan 3 mangkok bakso dan 3 es jeruk.

"Makasih ya, kang." ujar Naira.

"Iya, sama sama atuh non."

Naira dan sahabatnya pun menyantap pesenannya dengan lahap dengan di selingi obrolan.

"Loh beneran nih gak mau ikut sama kita kita?" tanya Serli.

"Iya beneran, gue duluan ya!" pamit Naira dengan mengendarai sepedah motor metiknya yang berwarna hijau dengan helm sebagai pelindung kepala.

Sedangkan Serli dan Novi menaiki taksi yang sebelumnya sudah di pesan Serli.

Di perempatan jalan Naira berhenti tepat saat lampu rambu lalu lintas menunjukkan warna merah.

Mobil hitam berhenti tepat di sebelah kanan Naira.

Ratna menurunkan kacanya, "Dunia ini sempit banget ya, gak bosen apa loh pulang pergi sekolah pake motor?" ejek Ratna yang berada di dalam mobil.

Naira hanya melihat ke arah Ratna sebentar lalu fokus lagi ke jalan sambil memperhatikan warna rambu lalu lintas.

'Sabar Naira, gak usah ambil pusing, anggap aja angin lalu, gak usah di dengerin.' ocehan hati Naira.

"Efek panas kali ya, jadi loh budek hahaha." ledek Ratna lagi yang merasa kesal pertanyaan nya di abaikan oleh Naira.

Terdengar Sopur juga ikut tertawa di balik kemudi.

"Heh butut, udah waktunya di musiumin tuh motor." ejek Ratna lagi.

"Setidaknya motor ini hasil keringet gue, buka mobil dinas yang loh pake seenaknya." ejek Naira.

"Kurang ajar loh ya, mao gue tabok loh!" beram Ratna.

"Dasarr bocah... kekanak kanakan." ejek Pram yang ada di kursi belakang memperhatikan gadis SMA yang ada di depan nya.

"Perlu kita basmi, bos?" tanya Dev dari balik kemudi sambil melihat raut wajah bosnya dari kaca sepion.

"Tidak perlu." jawab Pram dingin.

"Tapi saya salut bos, anak yang di sepedah motor itu pandai juga menjawab dengan ucapan temannya... kalo saya, sudah saya beri pelajaran pada anak itu. Berani sekali mengatai saya." ujar Dev.

"Hem." Pram hanya menghela nafas.

'Jika itu terjadi pada ku, akan ku habisi tanpa menyisakan keluarga nya, seperti yang sudah aku lakukan sejauh ini.' batin Pram.

Rambu lalu lintas berubah hijau, Naira melajukan sepedah motornya, menuju tempat yang akan menjadi tujuannya.

Motor terparkir di depan ruko 2 lantai dengan rapih tidak lupa Naira mengunci ganda kendaraan nya, lalu masuk ke sebuah kedei yang selama ini menjadi tumpuannya.

"Siang Nai." sapa Ayu yang tengah merapihkan meja.

"Siang juga, ka." Naira memasuki ruangan khusus nya yang ada di lantai 2.

Setelah berganti baju, Naira turun ke bawah untuk membantu Ayu dengan kaos hitam lengan pendek dan juga celana jins biru.

"Gimana ka, rame?" tanya Naira sambil menuruni anak tangga dengan rambut di cepol menampakkan leher putih nya.

"Alhamdulillah rame Nai, kamu bisa aja milih tempat ini... tempatnya juga bagus loh Nai buat foto foto." puji Ayu sambil menaruh minuman di atas nampan.

"Oh iya Nai, hari ini kedei kita lagi kedatengan pangeran dari negri dongeng, ganteng banget Nai." ujar Ayu bersemangat.

"Semua cowok juga kaka bilang ganteng." ledek Naira.

"Yang ini beda Nai."

"Biar aku aja ka yang anter." ucap Naira meraih nampan dan gelas yang berisi 2 gelas ice cappucino float dan gentang goreng.

"Meja 1 ya Nai, customer baru Nai." terang Ayu.

"Beres ka." Naira mengantarkan pesenan ke meja 1, nampak kedei tengah ramai pengunjung meski ruangan nya kecil namun cukup untuk menampung 40 orang.

"Naira, udah dateng Yu?" tanya Angga yang berada di pentri.

"Udah, lagi anter pesenan."

Deg.

Jantung Naira seakan di buat kaget saat tahu siapa yang berada di meja nomor 1.

'Apa mungkin mereka ngikutin gue ya?' batin Naira saat melihat Ratna dan Sopur tengah duduk dengan mata melihat ke sekita kedai.

"Permisi, pesenannya kaka." ucap Naira ramah, bagaimana pun pelanggan adalah raja.

Naira menaruh ice cappucino dan kentang goreng di atas meja.

'Gak salah gue ikutin dia.' batin Ratna menatap tajam Naira.

"Astaga, dunia ini sempit banget sih." ejek Sopur.

"Ternyata selain budek, luh juga pelayan di kedei ini?" ejek Ratna merendahkan Naira.

"Silahkan di nikmati kaka, pesenannya." ucap Naira sebelum akhirnya memilih untuk meninggalkan Ratna dan Sopur.

'Biar lah mereka berfikir aku pelayan, itu jauh lebih baik biar mereka tidak berfikir yang tidak tidak tentang ku.' batin Naira yang kembali ke meja kasir.

...💖💖💖💖💖...

Yuk dukung karya author, like dan komen 😊

No julid 😀

Biyang onar

'Biar lah mereka berfikir aku pelayan, itu jauh lebih baik biar mereka tidak berfikir yang tidak tidak tentang ku.' batin Naira yang kembali ke meja kasir.

Naira mendudukkan dirinya di kursi depan kasir, melihat menu apa saja yang sudah di order hari ini.

Dengan uang tabungannya, Naira dapat mendirikan kedei yang di beri nama Kedei Start, kedei yang dari awal berdirinya di kelola Naira bersama dengan Ayu, Angga, Mega dan Rion.

"Gimana sekolah kamu, Nai?" tanya Angga yang baru saja keluar dari dapur.

"Alhamdulillah lancar, Ga."

"Angga, liet deh... pengunjung yang di sana itu, keren kan, udah kaya artis." ujar Ayu menunjuk ke arah pria yang duduk di pojok ruang dekat dinding kaca.

Naira fokus kembali pada layar monitor, memperhatikan stok barang apa saja yang akan ia beli untuk keperluan kedei.

Angga menatap ke arah yang di tuju Ayu, "Keren sih, tapi gak level Yu... kalo sama luh." ujar Angga.

Prak

Ayu menggeprak bahu Angga dengan tangan nya, "Sialannn loh, gini gini juga gue masih ting ting." ujar Ayu.

"Tapi usia luh udah gak muda lagi Yu, inget noh buntut di rumah." ledek Angga.

Naira geleng geleng kepala melihat tingkah Ayu, usia dewasa tidak menjamin seseorang berfikir dewasa, begitu lah pemikiran Naira pada Ayu.

Ratna tersenyum penuh arti sambil menjentikkan jemari nya, "Gue punya ide."

"Apa?" tanya Sopur penasaran dengan ide Ratna.

Ratna mencabut sehelai rambut dari kepala Sopur.

"Awh." pekik Sopur sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Ratna, apa apaan sih loh?" geram Sopur.

"Kita liet, tuh anak bakal di pecat dari kedei ini atau gak." Ratna menaruh rambut Sopur di atas piring kentang gorengnya dengan senyumnya.

"Gue tau rencana loh!" seru Sopur.

"Mbak!!" teriak Ratna sambil mengangkat satu tangannya.

Ayu yang melihat nya langsung berjalan menghampiri customer yang baru saja memanggilnya.

"Iya ka, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ayu seramah.

"Ini gimana sih? saya tuh pesen kentang goreng, bukan dengan tambahan rambut." Ratna menunjuk piring yang berisi kentang goreng yang ada di atas mejanya.

'Perasaan tadi gak ada rambut deh, aneh ih.' batin Ayu.

"Maaf ya ka, tadi bener gak ada ko!" ujar Ayu.

Brak.

Ratna menggebrak meja dengan kedua tangannya, hingga menjadi pusat perhatian dari pengunjung lainnya.

Ratna berdiri dengan tangan di depan dadanya.

"Jadi mbak nuduh saya!!! yang menaruh rambut di kentang goreng yang saya pesen ini? itu maksud mbak?" ujar Ratna dengan nada tinggi.

"Aduh Nai, kayanya ada ribut ribut, Nai?" ujar Angga.

"Kamu jaga kasir Ga." Naira berjalan menghampiri keributan yang terjadi di kedeinya.

'Pasti ulah anak itu lagi.' batin Naira saat melihat Ratna yang tengah memarahi Ayu.

"Ada apa ini?" tanya Naira yang sudah berdiri di samping Ayu.

"Nah, ini dia... jangan jangan kamu yang meletakkan rambut di kentang goreng yang saya pesan tadi?" Ratna menunjuk Naira dengan jari telunjuk nya.

"Maaf, sepertinya anda salah... kami selalu memastikan kebersihan dan kehigenisan hidangan yang akan di sajikan pada pelanggan sebelumnya." ujar Naira dengan santai tanpa emosi.

"Higenis dari mana? jelas jelas anda yang membawakan pesenan saya tadi." terang Sopur yang ikut bicara.

Naira menatap Sopur dan Ratna bergantian.

"Udah salah, masih gak mau ngaku... tempat macam apa ini! pelayanan nya sangat buruk." ejek Ratna.

'Sabar Naira, jangan terpancing emosi.' batin Naira.

"Jika kami berbuat salah, pasti kami tidak akan segan untuk meminta maaf dan memberikan kompensasi pada anda." terang Naira.

"Aku mau bertemu dengan menejer kedei ini, biar kalian semua di pecat!" ancam Ratna dengan angkuhnya.

'Jangankan menejer, orang situ sendiri sekarang sedang berhadapan dengan pemilik kedei.' batin Ayu.

"Maaf, menejer kami sedang tidak ada di tempat... dan perlu kalian tau, jika anda, anda.." Naira menunjuk Ratna dan Sopur.

"Tidak meminta maaf atas keributan yang kalian berdua perbuat, saya tidak akan segan untuk melaporkan anda pada pihak kepolisian atas dasar pencemaran nama baik." terang Naira yang membuat Ratna dan Sopur melongo, begitu pun dengan Ayu.

"Hai, anda jangan kurang ajarrr ya! saya yang akan melaporkan anda atas perbuatan tidak menyenangkan dan saya pastikan kedei ini akan tutup!" ancam Ratna yang maju mendekat pada Naira.

"Anda pikir, saya takut?" ujar Naira.

Ratna menatap Naira sinis, "Kamu sudah punya buktinya kan, Sopur?" ujar Ratna sambil mengadahkan tangannya.

Rupanya Sopur sudah merekam semua kejadian tadi di ponselnya.

"Dengan ini, kalian pasti akan menyesal." ujar Ratna menunjukkan ponsel Sopur yang berisi foto serta kejadian barusan.

"Wah wah wah, rupanya anda cantik cantik tapi minus akal ya!" ledek Naira yang kini mendudukkan dirinya di kursi.

'Ada apa ini, kenapa dia tidak takut sedikit pun?' batin Ratna.

'Aneh, harusnya Naira saat ini memohon pada Ratna agar masalah nya tidak di perpanjang kan?' batin Sopur.

'Untung saja dari awal kedei ini berdiri, sudah aku pasang cctv.' batin Naira.

Naira berdiri dan menyilang kan tangannya di depan dadanya, "Kenapa diam? cepat minta maaf dan akui kesalahan kalian berdua!"

"Kesalahan? anda yang harusnya minta maaf pada kami! memberikan kami kentang goreng rambut." ejek Ratna.

'Benar benar mereka ini, biyang onar... dimana ada kalian, di situ ada keributan.' batin Naira.

Ratna yang geram dengan tingkah Naira akhirnya mengambil gelas yang berisi setengah cappucino flot dan menumpahkannya ke baju Naira.

Syurrr.

"Rasain loh!" ejek Sopur.

Ayu membekap mulutnya dengan tangan kanannya melihat Naira di siram dengan minuman.

"Kamu!" ucap Naira dengan penekanan.

Jari Naira menunjukkan ke atas langit langit kedei, "Lihat itu, aku akan melaporkan semua perbuatan mu pada pihak sekolah." ancam Naira.

"Mampusss gue!" gumam Ratna yang masih bisa di dengar oleh Naira.

"Alah paling juga tuh cctv mati." ucap Sopur yang langsung menarik tangan Ratna keluar dari kedei.

"Wuuuuuu." sorakan terdengar mengiringi kepergian Sopur dan juga Ratna.

"Kamu gak apa apa, Nai?" tanya Ayu yang khawatir pada Naira.

Naira tersenyum pada Ayu, "Gak apa apa, ka."

"Maaf ya, atas ke tidak nyamanan kalian, bapak, ibu." ucap Naira sambil membungkuk pada pelanggan yang ada di kedei saat itu.

"Jika saja itu bos, pasti anak itu sudah berakhir di kuburan." celetuk Dev sambil memperhatikan Naira.

'Kenapa aku merasa kasihan ya?' batin Pram saat melihat Naira di siram dengan cappucino flot.

"Jadi, bagaimana pak... apa kerjasama nya bisa berlanjut?" tanya pria paruh baya yang berada di hadapan Pram.

Saat ini Pram tengah mengadakan meeting dengan kliennya di Kedei Start, kejadian Naira yang di siram dengan minuman pun tidak luput dari pandangan nya.

...💖💖💖💖💖...

Yuk dukung karya author, like dan komen 😊

No julid 😀

Bayu

"Jadi, bagaimana pak... apa proposal kerjasama yang saya ajukan bisa di terima?" tanya Bayu, pria paruh baya yang berada di hadapan Pram dengan semangat yang menggebu.

'Kalo aku berhasil bekerja sama dengan perusahaan Pram, maka ini akan sangat menguntungkan untuk perusahaan ku.' Bayu membatin dengan seringai licik.

Saat ini Pram tengah mengadakan meeting dengan kliennya di Kedei Start, kejadian Naira yang di siram dengan minuman pun tidak luput dari pandangan nya yang sukses membuat nya hilang fokus dengan proposal yang sedang ia baca.

Bagi seorang Pram, tidak sopan bila ada yang menanyakan hasil akhir yang sudah jelas ia belum selesai membaca proposal yang ada di tangannya.

Bagi Pram, itu sama saja membuktikan bahwa lawan bicara nya tidak sabaran, gegabah dalam bertindak dan akan membawa dampak buruk pada usahanya.

Dalam urusan kerjasama, Pram merupakan orang yang sangat jeli dan teliti.

Pram melempar proposal yang ia baca ke atas meja dengan posisi duduk menyandar pada kursi yang ia duduki.

Mendapat sorotan mata yang tajam dari Pram, membuat Dev langsung angkat bicara.

Bukan lagi Pram yang menjawab tapi Dev, "Maaf pak, proposal pak Bayu dengan berat hati kami tolak."

Dengan tergagap Bayu bertanya alasan proposal nya di tolak, "A-- apa pak, di tolak?"

"Iya, proposal yang anda ajukan belum memenuhi standar untuk hotel yang akan di dirikan oleh pak Pram." ujar Dev tegas.

"Tapi pak, saya bisa memperbaiki isi proposal saya." ucap Bayu setengah memaksa.

"Saya rasa anda sudah dengar cukup jelas, dengan apa yang di ucapkan asisten saya barusan, jangan buang buang waktu saya, anda sudah boleh meninggalkan tempat ini!" ucap Pram tegas.

Tidak kehilangan akal, Bayu berlutut dengan kedua kakinya dan menyentuh kaki Pram, berharap tindakannya dapat merubah keputusan Pram.

"Saya mohon, terima proposal saya pak." ucap Bayu.

"Jangan mempermalukan diri anda pak... atau bapak mau saya berbuat kasar pada anda!" gertak Pram.

"Tapi pak, saya sangat membutuhkan kerja sama ini." ucap Bayu.

Pram menatap tajam pada Dev.

Tanpa banyak bicara, Dev langsung menyeret Bayu ke luar dari dalam kedei dengan menarik lengan Bayu.

Di luar kedei, "Jika anda masih ingin hidup, lupakan proposal yang anda ajukan itu. Anda tahu sendiri kan, siapa Pramana Sudiro itu!" ucap Dev tegas sebelum meninggal kan Bayu di luar kedei.

Dev kembali duduk di tempatnya dan ikut menyeruput minuman yang ia pesan tadi.

"Eem, enak sekali hot red velvet latte ini." ucap Dev.

'Tidak ku sangka, tempat ini memiliki minuman seenak ini.' batin Pram dengan mata terpejam menikmati sensasi dari minuman yang pas di lidahnya, minuman pun tandas.

"Apa jadwal selanjutnya?" tanya Pram dingin sembari menaruh cangkir kopi ke atas meja.

"Mengunjungi hotel di daerah xx bos, untuk memantau sudah sejauh mana persiapan dan kelengkapan yang ada untuk hotel yang akan di operasikan." ujar Dev.

Dengan wajah berbinar, Ayu menghampiri meja yang terdapat 2 orang dewasa dengan balutan jas hitam serta celana bahan hitam, tampak gagah dan karismatik di tambah wajah ke dua pria yang di nilainya sangat tampan dan menggoda iman.

"Permisi ka, boleh tidak saya minta foto dengan kaka yang satu ini." ucap Ayu sembari menunjuk ke arah Pram.

'Mana mau bos Pram meladeni gadis ini.' batin Dev dengan menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki Ayu.

Dev pun angkat bicara dengan seramah mungkin, "Maaf nona, anda tidak..." Dev langsung berhenti bicara, saat tangan kanan Pram terangkat ke atas.

"Baik lah." ucap Pram dingin dengan menatap gadis yang berdiri di samping nya.

"Waaaah, terimakasih ka..." Ayu bersorak senang, bisa berfoto dengan pria tampan bak artis terkenal, "Ini ka, tolong fotoin ya!" Ayu menyodorkan hapenya ke pada Dev.

Karena posisi Pram yang duduk, Ayu mencondongkan tubuhnya dengan kedua tangan menyentuh kedua lututnya dengan senyum merekah.

'Ada ada saja gadis ini.' batin Pram.

Dev mengembalikan hape pada Ayu, "Ini sudah."

"Terima kasih kaka." Ayu melihat hasil fotonya, "Waaah kaka ini beneran ganteng, mirip artis." ucap Ayu pada ke duanya.

"Kau urus pembayaran nya." Pram bangkit dari duduknya meninggalkan keduanya tanpa menjawab seruan Ayu.

"Terima kasih kaka, jangan lupa dateng lagi ya di Kedei Start." ucap Ayu pada pria yang tadi di mintanya foto bersama.

"Ka, yang tadi itu... bos mu ya?" tanya Ayu.

Dev mengeluarkan sejumlah uang dari dalam dompet nya dan menyerahkannya pada Ayu, "Iya dia bos ku dan ini uang untuk semua yang kami pesan." ujar Dev.

"Ka, ini banyak sekali, pesenan kaka malah gak sampe seratus ribu." oceh Ayu sambil menyerahkan 2 lembar uang merah pada Dev, pria yang ada di hadapannya.

"Anggap saja uang tips." Dev pergi meninggalkan Ayu dengan tas kerja di tangannya.

"Waaah, makasih ya ka... sering sering mampir ya ka." ucap Ayu.

"Ya Allah, mimpi apa ini dapet uang tips sebanyak ini, udah kaya malaikat aja itu orang, baik bener." Ayu menaruh uang dari Dev ke dalam mesin kasir.

Naira kembali bergabung bersama dengan Ayu yang berada di lantai 1 dengan baju yang sudah ia ganti.

"Oh iya Nai, anak yang buat keributan tadi seperti nya pelanggan baru ya? apa kamu kenal sama mereka Nai?" tanya Ayu saat Nai sudah kembali ke lantai bawah, tempat yang di jadikan Naira untuk membuka kedei.

Naira mendudukkan dirinya di bangku yang ada di pojokan depan kitchen.

"Kenal, satu sekolah malah." ujar Naira.

"Oh iya Nai, ko bisa ya ada rambut di kentang goreng nya?" tanya Ayu yang masih di buat keheranan.

"Iya ada ka, orang mereka sendiri yang menaruh rambut di piring." ucap Naira santai.

Ayu duduk di depan Naira, "Maksud kamu, Nai?"

"Anak itu gak suka sama kamu, Nai?" tebak Angga yang langsung duduk di sebelah Naira.

Naira mengangguk kan kepalanya.

"Kamu harus hati hati Nai sama anak itu, kenapa tadi gak kamu tonjok aja sih itu anak?" ujar Ayu.

"Aku gak suka kekerasan ka, kalo bisa di omongin ya di omongin aja.. gak perlu lah pake otot." ucap Naira.

"Tuh, denger yu ucapan Naira.. btw tadi luh ngapain minta nomor telpon tuh orang? inget status apa Yu." ucap Angga.

Bugh.

"Awh, gila sadis luh." Angga meringis saat bahunya di tonjok Ayu.

"Siapa juga yang minta nomor telepon, gua tuh tadi minta foto ama tuh orang... gila Nai, cakep bener itu cowok." ujar Ayu sambil mengeluarkan hapenya.

"Orang itu juga tadi ngasih uang tips banyak banget, Nai... dompetnya tebel banget Nai." celoteh Ayu.

"Lihat nih Nai, keren kan." Ayu menyodorkan hapenya ke depan Naira biar Naira melihat foto dirinya.

"Ini kayanya aku kenal deh." ucap Naira saat memperhatikan wajah yang ada di foto.

"Siapa Nai?" tanya Angga.

"Ini mah Pramana Sudiro, pengusaha muda yang sering masuk majalah bisnis, hotelnya banyak, ada di luar negeri juga ini mah hotelnya, termasuk 5 besar orang terkaya di Indonesia juga ka." terang Naira.

"Beruntung banget ya yang bisa nikah ama itu orang." gumam Ayu.

"Jangan mimpi deh Yu, nikah ama dia." ledek Angga yang langsung masuk lagi ke dapur.

"Mimpi mah ora ngapa kali Ga, geratis ini." ejek Ayu.

"Kalo saran aku nih ya, mending jauhin deh ka." ujar Naira.

"Emang kenapa Nai?"

...💖💖💖💖💖...

Yuk dukung karya author, like dan komen 😊

No julid 😀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!