NovelToon NovelToon

Penyesalan Suami Kejam

Kebencian Arka

"Buka pakaianmu!" titah Arka, begitu dia masuk ke dalam kamar.

Ruby, wanita cantik berusia 27 tahun yang merupakan istri dari Arkana Rafassya atau biasa dipanggil Arka itu, bergeming, tidak langsung melaksanakan perintah Arka, barusan. Dia justru menatap suaminya itu dengan tatapan yang sukar untuk dibaca. Kalau dilihat secara kasat mata, Arka suaminya merupakan sosok pria idaman bagi banyak kaum hawa. Bagaimana tidak? pria itu memiliki paras yang sangat tampan, tubuh tinggi dan atletis serta memiliki kulit yang bersih. Di samping itu, pria itu juga merupakan presdir di sebuah perusahaan perusahaan besar yang menaungi berbagai bidang bisnis. Namun, siapa sangka, di balik sosok itu tersembunyi sisi kejam yang hanya Ruby lah yang tahu.

"Kenapa kamu masih diam di sana? apa kamu tidak mendengar perintahku?" suara Arka terdengar meninggi dan menatap Ruby dengan tatapan tajam, siap membunuh.

"Buat apa aku buka pakaianku? aku bahkan baru saja mengenakannya setelah selesai mandi," Ruby mencoba memberanikan diri untuk menolak. Baginya, tatapan membunuh yang diperlihatkan oleh Arka sudah menjadi hal biasa, setelah dia menikah 4 tahun lamanya.

"Kamu berani membantahku?" bukan hanya tatapan Arka yang terlihat semakin tajam, tapi nada bicaranya juga kini terdengar sangat dingin.

"Aku tidak membantah, tapi aku hanya bertanya apa alasannya aku harus membuka pakaianku?" sangkal Ruby. Wanita itu, memang belakangan ini sudah terlihat berani menjawab ucapan Arka. Tidak, seperti sebelum-sebelumnya, yang untuk melihat matanya saja, sudah takut.

"Aku sekarang sedang pusing, dan menginginkankanya," sahut Arka, santai.

"Oh." Ruby, mengangguk-anggukan kepalanya, "tapi, bisa tidak kamu memintanya dengan sopan?"

"Hei, kamu tidak berhak memerintahku!" bentak Arka, "aku mau sopan atau tidak, bukan urusanmu! Ingat, pandanganku, ke kamu masih tetap sama seperti dulu! Kamu itu mu-ra-han!" ucapan yang selalu menyakitkan itu lagi-lagi terlontar sadis dari mulut yang selalu terlihat manis bagi orang lain itu.

"Tapi, kamu harus ingat, kamu selalu suka bermain dengan wanita murahan ini. Berarti, kamu suka barang murahan," Ruby, tidak mau kalah.

Arka mengepalkan tangannya dengan kencang, dadanya terlihat turun naik, seiring dengan napasnya yang memburu.Hal itu, menandakan kalau kemarahan pria kharismatik itu, sudah sampai ke ubun-ubun kepalanya.

"Aku tidak punya waktu berdebat hal yang tidak penting denganmu. Sekarang kamu buka pakaianmu. CEPAT!" suara Arka terdengar menggelegar, hingga membuat Ruby seketika beringsut ketakutan. Ya,kali ini Ruby tidak berani untuk membatah lagi. Dia tidak mau melihat Arka benar-benar murka, yang pastinya akan berimbas pada nasibnya kelak yang bisa dipastikan akan 'buruk'.

"Ta-tapi aku belum__"

"Cepat tanggalkan!" lagi-lagi suara Arka meninggi, menghentikan ucapan Ruby.

Ruby, akhirnya mulai melucuti pakaiannya dengan perlahan dan sekarang semuanya sudah teronggok di lantai. Demikian juga dengan Arka yang tidak mau tinggal diam. Pria itu juga melakukan hal yang sama, sehingga tubuh keduanya sekarang sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menempel.

Tidak perlu menunggu lama, suara-suara aneh dan mengerang mulai terdengar memenuhi ruangan itu. Inilah yang sangat dibenci oleh Ruby, di mana setiap Arka menggaulinya, dia tidak bisa menolak, bahkan terkesan sangat menikmatinya walaupun dia tahu suaminya itu melakukan hal itu, tanpa adanya perasaan cinta sama sekali.

Sebuah teriakan terdengar, sebagai pertanda kalau pertempuran Arka dan Ruby sudah selesai. Arka segera bangun berdiri dari atas tubuh Ruby.

"Sekarang, kamu tutup tubuh kotormu itu lagi! aku jijik melihatnya." Arka melemparkan selimut ke arah Ruby dengan kasar.

"Kamu selalu bilang jijik, tapi kamu __"

"Diam! aku tidak butuh pendapatmu!" Arka dengan cepat memotong ucapan Ruby, sebelum wanita itu menyelesaikan protesnya.

"Oh ya, kamu tidak lupa mengkonsumsi pil KB-nya kan? ingat ... aku tidak mau punya anak dari rahimmu. Yang berhak mengandung anakku hanya Jelita!" ucap Arka tegas tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ruby.

"Itu tadi yang mau aku ucapkan, kalau aku belum mengkonsumsi pil KB, tapi kamu sudah lebih dulu memotong ucapanku. Padahal ini masa suburku," ucap Ruby yang tentu saja hanya berani dia ucapkan dalam hati saja.

"Kamu diam, aku anggap jawaban kamu 'iya'," ucap Arka sembari membuka tas kerjanya. Pria itu, kemudian mengeluarkan seikat uang berwarna merah dan melemparkannya ke wajah Ruby.

"Tuh, bayaran kamu!" ujar Arka tanpa perasaan.

"Apa maksud semua ini? aku bukan pe*lacur, Mas. Aku ini istrimu!" cairan bening mulai terlihat menetes dari mata Ruby. Hal ini memang sudah biasa terjadi, di mana setiap Arka selesai melakukan hubungan suami istri dengannya, pria itu pasti memberikannya uang sebagai bayaran. Namun, walaupun sudah sering terjadi,bagi Ruby apa yang dilakukan oleh Arka itu tetap, benar-benar sangat menyakitkan.

"Tapi, bagiku kamu tetap seorang pe*lacur. Bahkan lebih murahan dari mereka. Kamu jangan sampai lupa, kalau kamu sudah menjebakku dulu, hingga membuat wanita yang aku cintai pergi meninggalkanku. Ingatan kamu masih berfungsi kan?" sindir Arka dengan sudut bibir yang menyeringai sinis.

"Aku tahu itu, tapi itu semua karena ...." Ruby, menggantung ucapannya, karena tiba-tiba sadar akan resiko yang akan terjadi bila alasannya menjebak Arka sampai terbongkar.

"Aku tidak mau mendengar apapun alasanmu! yang jelas, kamu itu lebih murah dari yang murahan. Kamu tunggu saja sampai Jelita bisa ditemukan, aku akan mendepakmu keluar dari rumah ini," pungkas Arka sembari meraih pakaiannya. Lalu dia mengenakannya dan beranjak keluar meninggalkan Ruby yang menangis sesenggukan.

Ruby hanya bisa menatap kepergian Arka, yang dia tahu akan membersihkan tubuhnya di kamar mandi di kamar sebelah. Ya, begitulah kebencian Arka, padanya. Bahkan untuk menggunakan kamar mandi yang sama pun, pria itu tidak sudi.

"Mas Arka, ini bukan salahku! seandainya kamu tahu apa yang terjadi, apa kamu masih bisa bersikap kejam seperti ini?" batin Ruby di sela-sela Isak tangisnya.

Ruby, kemudian meraih pakaiannya yang teronggok di lantai dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Wanita bernasib malang itu, bisa dipastikan akan meluapkan tangisnya di dalam sana, di bawah guyuran air dari shower, karena hanya itulah yang bisa dia lakukan sekarang.

Sementara itu, Arka di kamar mandi sebelah, menggeram sembari menggosok-gosok tubuhnya dengan sangat keras, hingga kulitnya kemerahan.

"Sialan! aku harus membersihkan noda-noda ini dari kulitku. Pokoknya aku tidak mau sedikitpun noda yang menempel dari tubuh wanita ular itu,di tubuhku," umpat Arka dengan tangan yang tidak berhenti menggosok tubuhnya.

"Aku jijik melakukan ini dengan wanita itu, tapi ini adalah satu cara untukku, membalas perbuatannya, membuat dia selalu merasa terhina dengan aku yang selalu menganggapnya, 'pe*lacur'.

Tbc

Malangnya Ruby

Ruby kini sudah tampak berpakaian lengkap, dan duduk bersandar di sandaran ranjang. Mata wanita itu menerawang, mengingat semua nasib malangnya.

"Kenapa aku bisa semalang ini ya, Tuhan? apa salah dan dosaku? Mulai dari aku kecil aku selalu berusaha untuk berbuat baik, tapi kenapa Engkau menghukumku seperti ini?" rintih Ruby di dalam hati. Lagi-lagi cairan bening kembali keluar dari matanya, tanpa bisa dihindari.

Wanita itu kembali mengingat, penderitaannya yang dimulai dari mamanya yang meninggal ketika hendak menyelamatkannya dari sebuah motor yang melaju ke arahnya. Mulai dari insiden itu, membuat papa dan kakak perempuannya, sangat membencinya.

Ruby sudah mulai merasakan kebahagiaan, ketika dia bertemu dengan seorang pria yang memberikan dia kebahagiaan, tapi, lagi-lagi dipatahkan oleh kenyataan ketika pria yang dicintainya itu, malah memilih untuk menikah dengan kakaknya.

Flash back on

Ruby keluar dari dalam kamarnya, berniat untuk mengambil air minum ke dapur. Tiba-tiba dia mengrenyitkan keningnya, karena melihat David, pria yang sudah menjalin hubungan dengannya dua tahun ini sedang ada di bawah

"Lho, Kak David kenapa ada di sini? kita kan nggak ada janji untuk jalan malam ini," ucap Ruby dengan alis yang bertaut.

"Dia tidak mau ajak kamu jalan tapi lagi bicara sama papa, kalau dia akan datang ke sini bersama orang tuanya untuk melamar minggu depan," bukan David yang menjawab melainkan Rajasa, papanya Ruby.

"Melamar? kenapa kamu nggak bilang ke aku dulu sih, Kak? kamu mau berikan surprise ya?"wajah Ruby terlihat berbinar dan langsung mendaratkan tubuhnya duduk di sofa. Rasa haus yang dia rasakan sebelumnya, menghilang entah kemana.

"Dia tidak akan melamar kamu, tapi Risa kakakmu," lagi-lagi Rajasa buka suara, dengan santai sembari menyilangkan kedua kakinya.

Mata Ruby membesar dengan sempurna, dan menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya.

"Pa, tolong jangan bercanda! yang menjalin hubungan itu kan aku dan Kak David, tapi kenapa papa mengatakan kalau Kak David akan melamar Kak Risa? ini benar-benar tidak masuk akal,"

"Papa sama sekali tidak bercanda. Kalau kamu tidak percaya,kamu silakan tanya sendiri pada dia," lagi-lagi Rajasa berucap, dengan nada sangat santai, seakan hal yang baru terjadi bukan sebuah masalah baginya.

"Kak,apa yang dikatakan Papa itu benar?" Ruby menatap David dengan tatapan menuntut.

"Iya,Om Rajasa benar. Aku dan orang tuaku akan ke sini minggu depan untuk melamar Risa," jawab David, tidak kalah santai dengan Rajasa.

"Kak, kamu jangan bercanda! kamu hanya sedang mengujiku kan?"

"Tidak! David sama sekali tidak bercanda. Dia memang berniat mempersuntingku bukan kamu. Dia sebenarnya tidak pernah mencintaimu. Dia pura-pura menjalih hubungan denganmu, hanya ingin bisa lebih sering datang ke rumah ini, demi bisa melihatku. Sayangnya, saat itu aku masih punya pacar, dan ketika sudah putus,David mendekatiku. Ya ... seperti yang kamu lihat, sekarang, kami sudah saling mencintai. Dia bahkan tidak mau kehilanganku lagi, makanya dia berniat untuk secepatnya menjadikan aku istrinya," bukan David yang menjawab melainkan Risa kakak perempuan Ruby. Risa menjelaskan dengan sikap angkuh dan senyum puas. Wanita itu, bahkan tidak merasa bersalah sama sekali, karena berhasil merebut kekasih adiknya sendiri.

"Tidak, kalian pasti bohong! apa kalian kira aku gampang dibodohin? aku yakin kalau kalian semua pasti hanya ingin iseng," Ruby mencoba untuk tertawa, walaupun terdengar jelas kalau tawanya itu sangat terpaksa. Ruby mencoba untuk tegar dan masih berpikir kalau tiga orang di depannya itu sedang bercanda.

"Terserah, kamu mau percaya atau tidak! yang jelas kami sudah berkata yang sebenarnya. Mulai sekarang kamu harus merelakan David dengan kakakmu, karena memang mereka saling mencintai," tegas Rajasa, sembari menyeruput kopinya.

"Kak David, kenapa kamu tega? kamu lupa, kalau aku yang sudah menemani Kakak untuk membangun usaha Kakak? apa ini balasan yang kuterima?" Ruby mulai menangis.

"Maaf! tapi, perasaan tidak boleh dipaksakan. Aku memang mendekatimu karena hanya ingin bisa melihat wajah kakakmu, Risa. Aku jatuh cinta padanya. Untuk masalah kamu yang menemaniku membangun usaha, aku tidak pernah memintamu kan? kamu saja yang dengan sukarela mau membantu. Lagian usaha itu atas namaku kan? jadi walaupun kamu ada andil di dalamnya, kamu tetap tidak punya kekuatan hukum untuk menuntutnya," ucap David tanpa rasa bersalah.

"Kakak benar-benar kejam!" pekik Ruby di sela-sela Isak tangisnya. Kemudian gadis itu mengalami tatapannya ke arah papanya dan kakaknya bergantian.

" Pa, Kak, kenapa kalian seakan tidak merasa bersalah dalam hal ini? aku ini putrimu kan, Pa? aku ini adikmu kan Kak? harusnya kalian berdua marah, karena aku diperlakukan tidak adil seperti ini,"

"Buat apa kami marah? kamu aja yang terlalu bodoh dan tidak secantik aku. Makanya, kalau jadi perempuan itu, jangan hanya bermain dengan perasaan, tapi andalkan kecantikanmu. Sekarang, kamu harus terima takdir kamu, yang memang tidak berjodoh dengan David," ucap Risa, lugas sembari menyilangkan kakinya,dan bibir yang menyeringai sinis.

"Pa, kenapa Papa hanya diam seperti ini? putrimu ini diperlakukan tidak adil, Pa!" Ruby, beralih ke arah Rajasa, berharap mendapat pembelaan dari pria setengah baya itu.

"Sudah,diam! justru sekarang Papa sedang menolongmu dari hubungan palsu ini. Sekarang kamu harus relakan David dengan kakakmu, titik. Kalau kamu ingin bahagia, Risa juga ingin bahagia dan kebahagiaannya bersama dengan David. Demikian juga David yang bahagia bersama dengan Risa, bukan denganmu. Jadi, kamu,harus berlapang dada menerima itu semua," ucap Rajasa dengan tegas.

"Tapi, Pa, ini benar-benar tidak adil," suara Ruby sudah mulai terdengar serak.

"Aku bilang, diam ya diam! ingat, kamu sudah menjadi penyebab kesedihan papa, dan kakakmu, dengan meninggalnya mamamu. Jadi, jangan lagi kamu membuat sedih kakakmu dengan masalah sepele seperti ini. Sekarang, kamu masuk ke dalam kamarmu!" lagi-lagi tuduhan itu kembali didengar oleh Ruby.

"Pa, kematian mama, bukan salahku. Itu hanya takdir. Kalau seandainya papa yang ada di tempat itu, apa Papa akan membiarkan aku tertabrak?"

"Yang jelas, yang menimpa mamamu tetap salahmu. Coba kamu tenang, dan tidak berlari ke sana kemari, kejadian itu tidak akan terjadi. Sekarang, kamu jangan banyak bicara lagi, masuk ke kamarmu, Sekarang!" suara Rajasa mulai meninggi.

"Kalian semua memang tidak punya hati," pekik Ruby sembari berlari masuk ke dalam kamarnya.

"Sudah, kalian berdua jangan perdulikan dia! Papa akan pastikan kalau pernikahan kalian nanti tetap akan terlaksana dan aku pastikan juga dia tidak akan bisa mengacaukan acara pernikahan kalian!" lamat-lamat, Ruby masih bisa mendengar papanya berucap, membuat perasaan Ruby semakin sakit.

Tbc

Jebakan Ruby.

Ruby, duduk termenung dengan raut wajah yang siapapun tahu, kalau wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Ya, wanita itu masih merasa sedih akibat patah hati, setelah David, pria yang dia cintai benar-benar menikah dengan Risa kakaknya. Walaupun pernikahan kedua orang yang menghianatinya itu sudah berlalu 3 minggu yang lalu.

"Di sini kamu rupanya. Papa cariin dari tadi," Rajasa tiba-tiba muncul dan langsung duduk di samping Ruby.

Ruby melirik sekilas ke arah papanya, kemudian kembali lagi menatap ke depan. "Untuk apa Papa mencariku?" nada suara Ruby terdengar sangat dingin.

"Kamu kalau bicara yang sopan pada orang tua! aku tidak pernah mendidik kamu seperti itu!" nada suara Rajasa sontak meninggi melihat reaksi Ruby yang dingin.

"Papa memang tidak pernah mendidikku. Apa Papa lupa tentang itu?" ucap Ruby, masih dengan posisi semula, menatap ke depan.

"Jaga bicaramu! sekarang, Papa datang ke sini, karena ada sesuatu yang harus kamu lakukan untuk, Papa." ujar Rajasa tanpa basa-basi.

"Mau melakukan apalagi, Pa?"

"Papa, sudah menerima uang dari seseorang dengan jumlah yang sangat banyak, sebesar 2 milliar. Uangnya sudah habis untuk membantu biaya pernikahan kakakmu. Tapi, kata David uang itu akan diganti setelah perusahaannya berkembang nanti. Jadi__"

"Tidak usah berbelit-belit, Pa! langsung aja, Papa maunya apa?" Ruby menyela ucapan papanya.

"Aku mau kamu melakukan tugas dari Papa, karena orang yang memberikan uang itu akan membawa Papa ke penjara jika tidak mau melakukan perintahnya. Kecuali Papa bisa mengembalikan uang yang sudah dia kasih itu,"

"Jadi, apa urusannya denganku? bukannya uangnya habis untuk pernikahan Kakak? minta dia saja untuk melakukan hal yang diperintahkan oleh orang itu," tolak Ruby, tanpa bertanya lebih dulu apa yang diperintahkan oleh orang yang memberikan uang itu.

"Kakak kamu sudah memiliki suami. Sementara orang itu, ingin seorang gadis yang melakukan apa yang dia minta itu," tutur Rajasa.

Ruby mengrenyitkan keningnya, penasaran dengan apa yang dimaui oleh si pemilik uang. "Apa yang dia mau aku lakukan?" tanya Ruby akhirnya.

"Kamu berjanji dulu, akan melakukannya demi papamu ini,"

"Maaf, Pah. Aku tidak bisa berjanji sebelum Papa kasih tahu apa yang diperintahkan oleh orang orang itu ke Papa! selagi, aku masih sanggup melakukannya, aku akan lakukan," ujar Ruby, tegas.

"Sebenarnya sangat mudah. Begini ... kamu mengenal Arkana Rafassya kan?" Ruby menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja. Siapa sih yang tidak mengenal pria sukses itu?"

"Nah, tugas kamu hanya menjebak dia agar tidur denganmu. Setelah itu, kalian akan tertangkap basah oleh orang tuanya nanti. Karena itu ...."

"Apa Papa sudah tidak waras? Papa bilang ini tugas yang mudah? ini sama saja Papa menjerumuskanku, ke kandang harimau, Pa!" pekik Ruby, menyela ucapan Rajasa.

"Papa rasa tidak! kenapa? karena orang yang meminta papa melakukan ini,akan membantu memuluskan rencana ini. Kamu hanya tinggal melakukannya saja. Kamu juga tidak perlu tidur dengan pria itu. Tujuannya kamu tertangkap basah dengan pria itu juga , agar papanya segera menikahkanmu dengannya,"

"Aku tidak mau, Pa!" tolak Ruby dengan tegas dan mantap.

"Kamu memang benar-benar anak tidak tahu diuntung! kamu mau Papa di penjara, Hah?"suara Rajasa mulai meninggi.

"Pa, uang itu habis buat pernikahan Kak Risa, tapi kenapa harus aku yang berkorban? kalau tidak punya uang, kenapa harus menikah mewah seperti itu, kalau pada akhirnya seperti ini? Aku tetap tidak mau!"

Ruby berdiri dari tempat duduknya dan hendak beranjak pergi.

"Ruby, jangan pergi dulu! Papa belum selesai bicara!" teriak Rajasa, membuat langkah Ruby, seketika berhenti.

"Apalagi, Pa?"

"Kamu jangan lupa, kalau penyebab semua hal yang terjadi di rumah ini adalah kamu. Kamu yang sudah membuat wanita yang aku cintai, pergi untuk selamanya. Padahal kamu tahu, kalau mamamu adalah kebahagiaan buat Papa. Karena kematian mamamu, Papa berubah menjadi orang yang sangat menyedihkan, sehingga pekerjaan yang papa lakukan selalu salah dan akhirnya membuat papa dipecat. Padahal kamu tahu sendiri kalau Papa memiliki jabatan dan gaji yang besar di perusahaan itu. Tapi, karena kamu semuanya hancur. Jadi, kamu harus bertanggung jawab ... aku meminta kamu untuk melakukan apa yang Papa perintahkan padamu tadi sebagai pertanggungjawaban kamu!" ucap Rajasa, berapi-api dan dengan tatapan penuh kebencian pada Ruby.

"Pa, itu semua bukan salah Ruby!" air mata mulai membasahi pipi Ruby.

"Jadi, salah siapa? salah Papa, begitu? pokoknya kamu harus bertanggung jawab. Kamu sudah merenggut kebahagian Papa, sekarang kamu ingin membuat Papa masuk ke penjara, benar-benar tidak punya hati kamu!" suara Rajasa semakin tinggi.

Bahu Ruby terlihat turun naik, seiring dengan isak tangisnya. "Ba-baiklah Pah, kalau memang itu bisa membuat Papa senang Setidaknya, dengan aku melakukan ini, Papa bisa melihat pengorbananku dan kasih sayang Papa bisa kembali seperti dulu lagi," pungkas Ruby akhirnya bersedia.

"Tapi, kalau boleh tahu, kenapa orang itu memintaku untuk menjebak Tuan Arkana?"

"Untuk masalah itu, biar aku saja yang menjelaskan padamu, karena aku lah yang menginginkan kamu menjebaknya,"

Ruby sontak menoleh ke arah datangnya suara yang baru saja berbicara. Mata Ruby seketika membesar, melihat sosok yang sudah berdiri di ambang pintu itu.

"Ka-kamu?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Brak ....

Pintu kamar hotel dibuka dengan kencang oleh seseorang, hingga membuat dua orang yang tidak memakai pakaian sama sekali dan yang sedang tertidur di dalam sana, kaget dan terbangun.

"Arka! Kamu bajingan!" teriak seorang wanita cantik histeris.

Pria yang dipanggil Arka itu, mengerjap-erjapkan matanya, bingung dengan apa yang sedang terjadi. Apalagi ketika melihat kemunculan Jelita, wanita yang sangat dia cintai dan sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun. Kekasihnya itu bahkan datang bersama dengan papa dan mama Arka.

"Sa-sayang? kenapa kamu marah-marah? ada apa?" tanya Arka yang masih belum menyadari apa yang sudah terjadi.

"Kamu masih berani bertanya lagi? lihat apa yang sudah kamu lakukan dengan wanita itu?"bukan Jelita yang menyahut melainkan mamanya Arka.

Mata pria itu sontak membesar ketika melihat tubuhnya yang polos dan di sampingnya ada seorang wanita yang tidak dia kenal.

"Siapa kamu! apa yang sudah kamu lakukan di sini!"bentak Arka dengan sorot mata yang merah penuh amarah.

"Tu-Tuan! jangan pura-pura lagi. Tadi malam anda sendiri yang menarik paksa aku untuk masuk ke dalam kamar ini. Anda telah merenggut apa yang sudah aku jaga selama ini," ucap wanita yang ternyata Ruby itu.

"Bohong! aku sama sekali tidak pernah melakukannya!"bantah Arka dengan suara yang menggelegar.

"Aku tidak berbohong! kamu memang benar-benar sudah melakukannya!" ucap Ruby, kekeuh.

"Tidak ... itu tidak benar!" Arka menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya.

"Kamu memang brengsek,Arka! selama ini aku sangat mencintaimu dan sangat percaya padamu, tapi apa? apa ini balasanmu? aku tidak bisa terima apa yang sudah kamu lakukan ini? kamu sudah menghianati cinta kita.Mana janjimu ingin secepatnya menikahiku,hah?" Jelita terlihat terpukul, dan menangis sesenggukan.

"Tidak, Sayang! aku bersumpah kalau aku tidak melakukan apapun dengan wanita ini. Percaya padaku!" ucap Arka yang sebenarnya ingin sekali menghampiri Jelita dan memeluk erat kekasihnya itu. Namun, dia tidak bisa mengingat tubuhnya yang sama sekali tidak mengenakan pakaian.

"Kamu masih sanggup menyangkal Arka! ini sudah ada bukti di depan mata," kali ini papanya Arka yang buka suara. "Pokoknya, kamu harus bertanggung jawab, pada wanita itu. Kamu nikahi dia secepatnya!" lanjut papanya Arka lagi.

"Tidak! aku tidak mau!aku hanya mau menikah dengan Jelita!" tolak Arka dengan tegas. "Papa jangan percaya begitu saja pada wanita ini. Aku yakin, kalau dia sengaja menjebakku, Pa." lanjut Arka lagi, berusaha untuk merubah pikiran papanya yang dia tahu sangat menjunjung tinggi yang namanya tanggung jawab itu.

"Tidak, keputusan Papa sudah bulat! sebagai seorang pria kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan! dan buat kamu Jelita, maaf hubungan kamu dan Arka harus berakhir sampai di sini," pungkas Adijaya papanya Arka dengan tegas tak terbantahkan.

"Tidak, Pa! aku tidak mau!" Arka masih berusaha untuk menolak.

"Arka!"bentak Adijaya. " Kamu punya adik perempuan, coba pikirkan kalau hal ini terjadi pada adikmu. Kamu pasti meminta pria itu untuk bertanggung jawab kan? jadi, sekarang kamu tidak boleh lari dari tanggung jawab lagi, mengerti!"

"Tapi, Pa, jangan terburu-buru mengambil keputusan. Bagaimana kalau yang dikatakan Arka, kalau wanita itu sudah menjebak anak kita bagaimana?" Rosa mamanya Arka buka suara.

"Keputusanku sudah bulat! pokoknya Arka dan wanita itu harus menikah dalam waktu cepat," pungkas Adijaya, menatap tajam istrinya.

"Brengsek kamu Arka! aku benci kamu!" Jelita yang mendengar semua pembicaraan itu sontak kembali histeris dan berlari keluar.

"Sayang, jangan pergi!" teriak Arka, berusaha memanggil Jelita.

Tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!