NovelToon NovelToon

Lahirnya Pahlawan Sejati

Episode 0

Saat itu adalah saat di mana seleksi pemilihan ketua Regu Pembasmi Iblis yang di langsungkan di arena Akademi Sihir Valtigor. Di tengah arena itu terlihat seorang anak laki-laki yang tengah memegang belati berwarna biru muda di depan musuhnya yang saat ini masih dalam keadaan terkapar.

"Haaaah... ayolah aku bahkan belum berkeringat setetespun. Kau tidak akan mengatakan kalau kemampuanmu hanya sebatas ini bukan ?".

Ucapan arogan dari Rui, si karakter utama yang menyombongkan dirinya dengan niat mempermalukan seniornya yang dikatakan sebagai siswa terbaik di akademi sihir Valtigor itu.

Semua murid dan para profesor yang saat ini tengah menyaksikan pertandingan itu di buat sangat geram oleh tingkah remaja itu yang dulunya selalu mereka rendahkan. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa hal yang mereka asumsikan berbanding terbalik dengan kenyataan yang kini tengah mereka saksikan. Namun bukannya merasa malu telah meremehkan dan menghina seorang anak jenius, namun mereka malah tidak terima atas keunggulan Rui.

"Pengecut !! Hadapilah sihir dengan sihir !! Kalau kau tidak menggunakan sihir, jangan bermimpi jadi ketua regu pecundang !!."

"Benar... Bocah sepertimu tidak pantas berada di sini !!"

"Kau hanyalah aib di akademi Sihir yang terhormat ini !!."

"Jangan sombong kau bocah rendahan !!."

Para penonton tidak terima karena orang yang mereka kagumi kini tengah di permalukan di hadapan mereka semua.

Suara cemohan yang di lontarkan penonton malah terlihat lucu di hadapan Rui. Wajah-wajah kebingungan serta kekesalan di wajah para penonton itu merupakan sebuah hiburan bagi dirinya.

"Hah, sungguh pemandangan yang menyenangkan, melihat wajah mereka yang berasumsi aku akan berakhir mengenaskan kini malah berubah menjadi wajah bodoh yang kebingungan dan tidak terima dengan kenyataan ini." Gumam Rui ketika melihat reaksi penonton pertandingan tersebut.

"Hahahahah.... Gawat, aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku, ini terlalu lucu untuk di lihat" gumam Rui dalam hatinya.

Hanya kakak perempuannya Karin dan sahabatnya Ririna yang melihatnya dengan wajah cemas dan khawatir.

"Rui... apa dia akan baik-baik saja ?!" Karin terlihat begitu mengkhawatirkan perasaan adiknya yang kini tengah di hujat habis-habisan oleh para penonton.

"Te..tenangkan dirimu karin !" Ririna memegang dengan lembut telapak tangan Karin.

"Selama ini Rui idak pernah terpengaruh dengan umpatan-umpatan yang keluar dari mulut mereka. Jadi kali ini juga pasti Rui akan baik-baik saja !!" Senyuman dan ucapan yang begitu meyakinkan dari Ririna membuat Karin sedikit tenang.

"Terima kasih Ririna. Aku sangat bersyukur Rui memiliki sahabat sepertimu" Ucap Karin dengan balik tersenyum karena perasaannya yang kini telah tenang kembali.

"Ka..kalau begitu, apakah kau merestui hubunga.."

"Tidak !! Itu masih terlalu cepat !" Karin langsung memotong ucapan Ririna dengan wajah tersenyum.

"Eehhhh... !!" Gerutu Ririna cemberut.

Kepala akademi sihir Valtigor profesor Rufus yang melihat kejadian itu masih tidak percaya dengan apa yang sedang ia saksikan.

"Kemampuan apa itu !! Aku tidak pernah melihat kemampuan yang tidak bisa di ikuti mata seperti itu !!" Profesor Rufus menatap tajam ke arah Rui.

"Menggunakan kemampuan secepat itu untuk melawan penyihir yang membutuhkan waktu untuk merapal mantra. Aku... tidak !! Siapapun itu, aku yakin bahwa dia tidak akan mau berurusan dengan kemampuan itu." Gumamnya dalam hati.

Eizan menatap Rui dengan tatapan penuh kebencian.

"Kau bajingan. Bagaimna bisa pecundang dari bangsawan rendahan sepertimu berani melakukan ini pada putra seorang Duke ?! Ketahuilah posisimu bocah bedebah tidak tahu diri !!"

Mendengar hal itu Rui melah tertawa dan menatap Eizan dengan tatapan untuk merendahkan Eizan.

"Hahahahah... melihat wajah bodohmu yang saat ini meringkuk di tanah benar-benar menyenangkan bagiku. Apa perlu aku memanggilkan ayahmu untuk membawakan Pelayan yang bisa menghiburmu, wahai seniorku yang terhormat ?!

Senyum di wajah Rui benar-benar membuat Eizan tidak bisa mengontrol amarahnya. Eizan sangat tidak terima dirinya permalukan oleh anak yang dia anggap sebagai bocah rendahan.

"Kau berani menghina seorang Duke ?!Sadarilah posisimu bajingan ! Kau... gadis bodoh yang selalu bersamamu dan juga keluarga rendahanmu pasti akan aku buat mereka membayar penghinaan ini !!" ucapnya dengan senyuman pengecut di wajahnya.

Dengan wajah penuh amarah, Rui melesat ke arah Eizan dan langsung menodongkan belati sihir miliknya ke tenggorokan Eizan. Para penonton terlihat ketakutan memikirkan apa saja yang bisa di lakukan Rui kepada Eizan. Dengan wajah penuh ketakutan Eizan mencoba meminta pertolongan profesor.

"Coba saja kau sentuh sehelai rambut mereka, aku akan menyiksamu hingga membuatmu memohon untuk di bunuh !! Bahkan dengan kemampuanku yang sekarang, aku bisa melenyapkan seluruh keluargamu tanpa tergores sedikit pun !!"

Senyum angkuh di wajah Eizan kembali berubah menjadi ketakutan. "To..tolong aku, siapapun !? bocah ini sudah gila !?" Eizan tanpa sadar mengencingi celananya sendiri karena ketakutan oleh belati yang kini menempel di lehernya.

Kepala akademi Profesor Rufus Gildart, langsung mendatangi Rui dan langsung menghentikan tangan Rui yang berniat mengakhiri hidup seniornya.

"Cukup... ! kau terlalu berlebihan. Apa kau sadar dengan apa yang ingin kau lakukan ?!"

Rui dengan tatapan amarah mengalihkan pandangannya ke Profesor Rufus.

"Apa yang kau katakan profesor ?! Orang ini berani mengancam keluargaku untuk mempengaruhiku, apa kau pikir aku akan diam saja ?!"

"Aku tau tapi membunuh putra seorang Duke bukanlah pilihan yang tepat. Apakah kau sadar dengan akibatnya? Keluarga dan teman-temanmu bisa dalam bahaya!"

"Apa kau sedang menasehatiku profesor?"

"Ataukah kau sedang mengancamku?"

Profesor Rufus terkejut dengan ucapan Rui.

"Aku peringati kau juga. Keluarga Duke, Baron ataupun kau profesor, jangn fikir kalian bisa membuat diriku takut ?! Jika ada yg berani menyentuh ataupun merendahkan keluargaku, jangan harap kalian bisa hidup dengan tenang !!"

Sambil melepaskan pegangan tangannya Profesor menghela nafasnya. Lalu dia mengeluh karena dia tidak habis pikir dengan sikap muridnya terhadap dirinya.

"Bahkan kau berani menentang kepala akademi ini. Aku kehabisan kata-kata olehmu. Apakah kau bahkan tidak peduli jika kau dikeluarkan ?!" Profesor Rufus terlihat pasrah dengan sikap muridnyam

"Di keluarkan ?! Apa kau mengancamku ?! Aku tau orang seperti apa dirimu Profesor. Aku juga mengetahui sebesar apa ambisimu pada orang-orang berbakat sepertiku. Bukankah begitu profesor ?!

Mendengar perkataan arogan muridnya. Bukannya merasa marah ataupun tersinggung, Profesor Rufus malah tertawa mendengar ucapan Rui.

"Hahahahah, sungguh bocah yang menarik. Rupanya rumor tentang dirimu yang bangsawan gagal hanya bualan belaka. Aku yakin mereka semua yang berfikir seperti itu kini tengah menahan rasa malu karena ucapan mereka" Ucapan Profesor Rufus membuat para penonton tersebut tersinggung dan malu.

"Namun, bukankah kau terlalu sombong nak ?!" Rufus sedikit terkejut dengan sikap Rui.

"Bukannya itu sesuatu yang naif apabila aku tidak menyombongkan pencapaianku atas segala kerja keras yang aku lakukan ?! Ketika para murid bodohmu yg lain menghabiskan waktu untuk mencela diriku, aku menghabiskan waktuku untuk berlatih dan terus berlatih hingga bisa mendapatkan kekuatan yang kini bisa membungkam mereka !" jawab Rui dengan senyuman sinis ke profesor.

"Hahahahah... Kau bocah yg menarik. Aku menyukai jalan pikiranmu. Baiklah, mau itu keluarga Duke atau siapapun itu, aku pasti akan mendukung penuh murid Terbaik di Akademi ini !!"

Ucap Rufus sambil menepuk pundak Rui.

Namun di balik senyumannya, Profesor berfikir keras dalam hatinya.

"Seperti apa masa lalu yang di hadapi anak ini ?! Mengapa aku bisa merasakan begitu banyak kebencian dan dendam dalam dirinya ?! Walau begitu aku beruntung masih hidup untuk melihat anak yang bisa merubah pandangan orang-orang tentang sihir !!" gumam Rufus dalam hati.

...Bersambung...!!!...

Episode 1 Reingkarnasi

Karakter utama novel ini adalah Seorang Pengangguran yang Introvert atau lebih dikenal dengan sebutan Nolep bernama Romi. Romi terlahir di keluarga yang kaya raya dan berprestasi.

Namun malang bagi Romi. Karena dirinya tidak mampu memenuhi ekspetasi ayahnya, keluarganya mengambil keputusan untuk memutus hubungan mereka dengan Romi, dikarenakan dirinya di anggap sebagai anak gagal dan hanya menjadi aib bagi keluarganya.

Namun, walaupun di timpa begitu banyak kemalangan dalam hidupnya, hal itu tidak membuat dirinya menyerah dalam menjalani hidupnya. Romi senantiasa sabar dan tabah menjalani semua itu karena dirinya masih memiliki sosok gadis yang selalu mendukungnya di kala dia dalam posisi terendah dalam hidupnya.

Karena kebaikan dan ketulusan kasih sayang dari wanita itulah yang menjadi kekuatannya sehingga dirinya bisa tetap bertahan dalam menghadapi segala cobaan dan kemalangan yang menimpa dirinya.

Namun seseorang yang menjadi satu-satunya penopang dalam hidupnya itu menghianati dirinya. Suatu hari, dirinya merasakan ada kejanggalan pada tingkah laku pacarnya tersebut.

Selama seharian penuh, Romi merasakan kalau pacarnya tiba-tiba menghindarinya. Ponselnya tidak bisa di hubungi dan dia tidak pernah bertemu dengannya di kampusnya seolah-olah wanita itu sengaja menghindari Romi.

Kecurigaannya semakin membesar ketika teman-teman gadis itu mengatakan kalau pacarnya Rui pergi jalan-jalan bersama mantan pacarnya yang baru pulang dari luar negri. Namun dia masih mempercayai bahwa pacarnya tidak mungkin menghianatinya dan mengatakan kalau ucapan teman-temannya itu hanya omong kosong.

Namun karena merasa gelisah karena dirinya masih belum mendapatkan kabar dari gadis itu, Romi berinsiatif pergi ke apartement milik gadis itu. Dari pintu gerbang apartement dia melihat pintu apartement milik pacarnya yang berada di lantai dua sedang terbuka. Dia merasa bersyukur karena pacarnya berada di sana.

Namun tiba-tiba, dirinya terdiam dan tubuhnya mati rasa ketika melihat pacar yang sangat di cintainya di cium di depan mata kepalanya sendiri. Bagaikan di sambar Petir, hati Romi langsung hancur seketika melihat penghianatan itu.

Wajahnya pucat, bibirnya bergetar hebat ingin berteriak sekeras mungkin, namun ia langsung menahan mulutnya dengan telapak tangannya sendiri lalu berlari meninggalkan tempat itu. Dirinya bahkan tidak menyadari tangannya berdarah karena menahan mulutnya yang ingin meluapkan rasa amarah dan sakit hatinya.

Lalu hujan turun dengan lebatnya. Dirinya terus berjalan di bawah derasnya hujan dengan terus meratapi nasibnya. Dengan wajah lesu dan tatapan kosong ia menatap ke arah sungai di bawah jembatan tempat ia berdiri.

Karena sudah tidak bisa menahan penderitaan dan rasa sakit yang ia alami, air matanya mengalir membasahi wajahnya.

"Mengapa ini semua harus terjadi padaku?"

"Mengapa?"

"Apa salahku?"

"Dosa apa yang pernah aku lakukan semasa hidupku hingga tuhan sebenci ini padaku"

"Bahkan satu-satunya orang yang kumilki tega menghianatiku"

Dengan tangisan dan wajah yang di penuhi amarah ia berteriak.

"Tuhaaaaan... apa yang kau inginkan dariku?"

"Apa tidak cukup bagimu mengambil keluargaku dan kini kau mengambil satu-satunya wanita yang aku cintai?"

"Apa kau sedang tertawa melihat penderitaan yang aku alami ini"

"Apakah penderitaanku ini menjadi hiburan untukmu?"

Romi berteriak sekuat tenaganya hingga nafasnya hampir habis.

Lalu dengan tangisan yang pilu dan suara yang lirih ia bersujud menangis di atas jembatan itu.

"Seseorang... tolong beritahu aku, apa yang harus aku lakukan?"

"Kumohon, siapapun itu"

"Aku benar-benar sudah lelah, aku pasrah, aku hanya ingin hidup seperti kehidupan orang normal, apakah itu terlalu berat untuk di kabulkan?" gumamnya dengan tangisan yang pilu.

Selama berjam-jam, ia terus menangis di tengah derasnya air hujan dan malam yang gelap gulita tersebut hingga suaranya sudah tak terdengar lagi.

Lalu tiba-tiba ponselnya berdering. Ketika ia melihat nomor yang menghubunginya adalah milik pacarnya, wajah Romi langsung berubah menjadi amarah dan dengan sekuat tenaganya melempar ponselnya ke sungai di bawah jembatan tersebut.

Lalu dengan tatapan kosong, ia melangkah pulang dan hari itu ia langsung membawa seluruh harta dan beberapa baju miliknya lalu pindah ke apartement lain yang jauh dari tempat tinggal lamanya tanpa meninggalkan pesan dan memberitahu siapapun.

Sejak saat itulah dia menjadi penyendiri dan hanya mengurung diri di kamar apartementnya. Beberapa kali dirinya berniat ingin mengakhiri hidupnya namun ia masih mengingat bahwa bunuh diri tidak akan memberikan apa-apa pada dirinya dan hanya akan menambah dosa-dosanya.

...~~...

Dua tahun kemudian di dalam sebuah apartement, tampak sosok Rui yang sudah lusuh dengan tubuh yang kurus karena dia tidak merawat dirinya dengan benar.

..."Defeat"...

Suara pertanda game di ponselnya sudah berakhir. Romi beranjak bangun dari kursinya dan memperhatikan sekitarnya.

"Hah, sial aku kalah lagi gara-gara timku beban" gerutu Rui sambil melempar ponselnya ke arah tempat tidur.

Lalu dia melihat ke arah jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan Pukul 04:35 pagi.

"Ah sial... sudah jam segini, aku harus cepat membuang sampah-sampah ini sebelum pemilik apartemen datang dan mulai mengomeliku lagi." gumamnya sambil memasukkan sampah yang berserakan di kamarnya ke kantung sampah.

Ketika akan menuruni tangga, ia tidak sengaja melihat seorang pria keluar dari kamar tetangga wanita di sebelahnya.

Tanpa menyapanya pria itu hanya lewat di depan Romi yang sedang membawa kantung sampah di tangannya. Sejenak Romi langsung teringat dengan saat-saat dia masih bersama pacarnya yang dulu.

Namun mukanya langsung terlihat kesal, ketika mengingat kejadian yang sama waktu dia melihat seorang pria keluar dari apartemen pacarnya.

Sejak saat itu dia menjadi pengurung diri di kamar dan hanya menikmati hidupnya dengan bermain game. Namun ingatan itu langsung buyar ketika dirinya di panggil oleh tetangga wanitanya itu.

"Romi, selamat pagi."

"Ah selamat pagi juga mbak Julia."

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?" "Jangan bilang kalau kau mau joging atau hal lain semacam itu bukan? Itu benar-benar tidak seperti dirimu."

Tanya Julia dengan maksud bercanda di pagi buta itu.

"Hahaha, tidak mbak julia, aku cuma mau membuang sampah-sampah ini.

"Oh kebetulan sekali, apakah kau tidak keberatan membuang sampahku juga. Aku juga sempat kena omel oleh ibu kos kemarin hehe."

"Tentu... taruh saja di depan kamarmu, nanti aku ambil setelah aku membuang ini."

"Wahh, terima kasih banyak Romi"

Lalu Romi langsung turun menuruni tangga. Namun karna dirinya masih dalam keadaan tubuh yang letih dan dalam kondisi mengantuk, dia berjalan sempoyongan hingga dia terpeleset dan jatuh dari tangga. Kepalanya terbentur hingga darah berceceran di sekitarnya.

"Hah, sakiit ! Aku kedinginan ! Apa aku terjatuh? Apa aku akan mati ?"

"Mati jatuh dari tangga terdengar sangat menyedihkan."

"Tapi yah, tidak terlalu buruk untuk orang yang sudah tidak memiliki tujuan hidup sepertiku. Selamat tinggal mbaq Julia, maaf aku tidak bisa membuang sampahmu" ucap Romi di sela-sela dia menututp matanya.

Julia heran kenapa Romi tidak kembali untuk mengambil sampahnya. Dia menatap ke arah apartemen Romi yang berada di atas tangga apartemennya namun tidak ada tanda-tanda kehadiran romi. Dengan raut wajah yang cemberut karna merasa di bohongi, dia berjalan membawa sampahnya untuk dia buang sendiri.

Namun ketika akan menuruni tangga, dia langsung teriak histeris melihat Romi yang bersimbah darah tergeletak tak bernyawa di bawah tangga.

...~~~...

Ketika Romi membuka matanya. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat. Romi merasa sangat asing dengan langit-langit rumah yang sama sekali tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Romi Berusaha menggerakkan badan untuk melihat sekitar namun dia tetap tidak bisa bangun. Merasakan keadaan itu dia mulai panik dan kebingungan.

"Hah, dimana ini? bukankah aku barusan terjatuh dari tangga?"

"Lalu sekarang aku berada di mana?"

"Ini tidak terlihat seperti rumah sakit"

" kenapa aku tidak bisa bicara, kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan?"

"Tolong siapapun, ada apa dengan diriku, siapapun tolong aku." Teriaknya tapi itu terdengar sebagai tangisan suara bayi yang menangis.

"Astaga Rui, kau sudah bangun. Apakah kau takut sendirian. Maaf ya, ibu tadi ke kamar mandi. Kemana kakakmu yang seharusnya menjagamu."

Ucap seorang wanita dengan lembut sambil menggendongnya.

"Siapa wanita ini, aku tidak mengenalnya, aku tidak mengerti apa yang dia katakan dan kenapa aku tidak bisa bicara dengan benar, kenapa tubuhku tidak bisa aku gerakkan."

Wanita itu adalah Julia, ibunya di kehidupan ini.

"Hahaha anak kebangganku takut sendirian rupanya. Aku tidak sabar melihat kau tumbuh dewasa menjadi orang hebat yang akan membanggakan keluarga ini" ucap baron August.

Suara itu berasal dari seorang Pria yang tertawa melihat tangisan bayi itu, dia adalah Baron August Aubert sekaligus ayahnya.

Mendengar hal itu dari suaminya, Julia menjadi sedikit tidak suka karena yang dia inginkan hanya agar anaknya bisa hidup dengan bahagia.

Julia membalas perkataan suaminya dengan cemberut.

"Aku malah ingin dia lebih menikmati masa kecilnya dengan bahagia tanpa memikirkan beban dan tanggung jawab seorang Aubert."

"Hahaha iya, maaf-maaf, aku hanya kegirangan melihat anak laki-laki kita yang diberkahi mana sejak lahir dan seperti apa dia nantinya."

Seketika pintu kamar terbuka dan gadis kecil yang baru berumur 3 tahun masuk ke ruangan itu.

"Ibuuu, apakah Rui sudah bangun" ucap gadis kecil itu berlari masuk.

"Wahh, imut sekali kau Rui. Bolehkah aku menggendongnya, kumohon?" tanya gadis kecil itu dengan muka memelas.

"Karin , Ibu kan sudah bilang, kamu belum bisa melakukan itu. Adikmu baru satu tahun dan tubuhnya masih sangat rapuh. kalau sampai jatuh, pasti akan sangat buruk buat adikmu."

Mendengar hal itu, gadis kecil itu menjadi cemberut dan mengurungkan niatnya menggendong adiknya.

"Jadi kapan aku bisa menggendong adikku?."

"Hemm, kalau kamu sudah bisa memakan semua jenis sayur yang tidak kamu suka, mungkin ibu akan mempertimbangkan kamu sebagai seorang kakak." Jawab Julia sambil tersenyum.

Mendengar ucapan ibunya gadis kecil itu menjadi kesal dan menangis.

"Iiihhh, ibu curang."

Seketika ruangan itu di penuhi tawa ibu dan ayahnya yang melihat tingkah laku Karin.

...Bersambung...!!!...

Episode 2 Guru sihir

Sudah 8 tahun berlalu. Romi tumbuh menjadi anak yang sangat di manjakan dan penuh kasih sayang dari keluarganya. Lalu tibalah hari yang sangat dinantikannya yaitu hari di mana dia akan memilki seorang guru yang akan membimbingnya dalam mempelajari Ilmu Sihir.

Seorang mempelajari sihir memang rata-rata pada umur 9 tahun karna mana dalam tubuh sudah mengalir stabil.

Rui bersama Ibunya menunggu kedatangan orang tersebut di depan Mansion kecilnya.

Selang beberapa saat, sebuah kereta kuda berhenti di depan Gerbang kediamannya. Lalu seorang lelaki paruh baya yang keluar dari dalamnya. Dia seorang ahli sihir yang saat ini berada di tingkatan GranMaster. Laki - Laki itu bernama Ronal dan teman dari Ayah dan Ibuku.

" Anakku beri hormat kepada gurumu " Pinta ibunya dengan lembut.

" Ah terima kasih sudah datang sejauh ini untuk mengajari anak kami GrandMaster Ronal".

" Hahahah apa - apaan kau ini Julia, kau seperti bicara kepada orang asing saja "

" Hmm jadi dia anak yang di bangga-banggakan Augus yang katanya memiliki kapasitas mana sejak dia berumur 6 bulan. Aku tidak sabar melihat perkembangannya "

" Salam Hormatku kepada Grandmaster yang terhormat, namaku Rui Aubert, anak kedua dari Baron Augus Aubert " . Salamnya kepada Guru barunya dengan membungkukkan badan.

" Iya salam kenal, aku Ronal yang akan membimbingmu, aku sudah mendengarnya dari orang tuamu, salam kenal. Jadi, apakah kamu bisa seperti kakakmu yang mampu menguasai sihir dasar dalam 6 bulan ". Ucapnya ramah.

" Aku akan mencoba memenuhi harapanmu, bagaimna kalau kita mulai saja latihannya sekarang "

" Iya itu ide yang bagus, kalau begitu kita langsung saja ke lapangan latihan "

Selanjutnya kami langsung pergi ke halaman belakang tempat latihan para Penjaga keamanan kediaman kami.

Sesampainya disana, Roland menjelaskan tentang sihir dan sihir yang dimiliki oleh setiap ras.

Sihir dibagi menjadi 3 elemen dasar . Air, Api, dan Angin. Tanah termasuk kategori Unik. Namun ada beberapa kejadian langka orang yang memilki elemen Tingkat Spesial seperti Petir, Cahaya dan Kegelapan.

Namun itu hanya untuk Manusia, Dwarf memilki Skill yang membuat Besi ataupun benda - benda Keras menjadi lebih Lunak dari Sifat aslinya. Hal itu membuat dia menjadi penempa terhebat di seluruh benua. Dwarf satu - satunya Ras yang masih menjaga ke Netralannya kepada semua Ras di Benua itu karena memilki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dengan Ras lain.

Elf adalah satu - satunya Ras yang Memilki sihir Spesial yang memungkinkannya untuk mengendalikan Tanaman. Walau begitu, Ras Elf adalah Satu - Satunya Ras yang tidak bisa menggunakan Sihir Api. Namun Sihir Anginnya sangat kuat.

Walau begitu Manusia selalu berhasil memburu Mereka dan di Jual dengan Harga tinggi sebagai Budak. Elf sangat lemah melawan Sihir Api.

WarBeast adalah Ras yang tidak bisa menggunakan sihir elemen. Namun mereka memilki kemampuan memanipulasi mana yang luar biasa. Kemampuan unik mereka dapat Bertransformasi ke bentuk buas mereka. Kekuatan dan Kecepatannya sangat di luar Kemampuan Ras lain.

Namun Kelemahan rata-rata mereka adalah melawan penyihir area dan penyihir yang memilki barier. Walaupun Kemampuan transformasi warbeast sangat kuat, namun batas waktu transformasinya sangat bergantung pada kemampuan penggunanya.

Setelah selesai menjelaskan hal itu pada Rui, selanjutnya Roland memerintahkan Rui untuk merasakan Energi Alam dan melatih Fokusnya untuk melihat Afinitas Eleman apa yang cocok untuknya.

Selang beberapa saat tidak ada tanda-tanda Reaksi Sihir di tubuhku. Keanehan terjadi malah Tubuhku Bercahaya tapi Guruku bahkan tidak tau apa yg sebenarnya sedang terjadi, Karena itu sama sekali berbeda dengan Sihir.

Rui tidak merasa ada perbedaan pada tubuhnya. Hanya tubuhnya yang terasa lebih Ringan. Selanjutnya Ronal mempraktekan sihir-sihir dasar seperti Fire Bold dan Wind Cutter.

Rui mencoba meniru apa yang dilakukan gurunya dari pelafalan mantra dan gerakan tubuhnya namun tetap saja gagal. Tidak ada sedikitpun reaksi perubahan mana yg terkumpul di telapak tangannya.

Dengan tersenyum Ronal menepuk pundak Rui dan mencoba menyemangatinya.

" Hahaha, sudahlah, ini hanya hari pertama, kita akan melanjutkan ini besok dan aku akan membawa bola kristal untuk melihat sihir apa yang cocok dengan manamu " ucap Ronal yang menghibur Rui.

Setelah bicara seperti itu Ronal membawanya kembali ke dalam Mansion. Ayahnya yang tidak sabar mendengar tentang hasil latihan itu, menunggu di ruang tamu bersama ibu dan kakaknya Karin.

" Haha lama tidak bertemu Ronal, maaf aku ada urusan di Desa dan tidak bisa menyambut kedatanganmu " Ucap Baron August.

" Haha lama tidak bertemu August. Tidak apa-apa lagi pula aku datang untuk mengajari anakmu bukan menemuimu" balas Ronal.

" Haha dasar kau. jadi bagaimna hasil latihanmu dengan putraku "

" Ya, Jangan buru-buru begitu , hari ini hanya perkenalan saja, aku akan mengajarinya sihir mulai besok" jawab Ronal berbohong untuk tidak mengecewakan ayahnya Rui.

"Hooh rupanya begitu, aku mengerti. Aku berharap kau bisa membimbing Rui untuk mengembangkan potensinya" ucap August.

Julia melihat wajah putranya yang terlihat murung. Hal itu membuat dirinya menjadi penasaran dengan apa yang terjadi. Pada saat malam tiba, Julia mendatangi Rui untuk menanyakan apa yang sebernanya terjadi saat latihannya tadi siang.

"Rui sayang, apakah kau sudah tidur?"

"Belum ibu. Aku hanya sedang membaca buku"

Lalu ia masuk ke kamar putranya dan duduk di bangku di dekat Rui.

" Ibu tau ada sesuatu yg terjadi, apakah kau mau menceritakannya pada ibumu?

Julia mencari tau apa yang sebenarnya terjadi tanpa memaksa Anaknya memberitahukannya padanya.

"Ibu... bagaimna jika aku tidak berguna, aku takut aku akan mengecewakanmu, dan mengecewakan ayah " ucap Rui dengan perasaan takut.

"Apa yang kau katakan anakku, ini baru hari pertama, jangan pernah meragukan kemampuanmu, lagi pula ayahmu pasti akan mengerti" julia mengelus rambut putranya.

"Bagi ibu, kehadiranmu di hidup ibu itu sudah lebih penting dari apapun. Jadi berhentilah mencemaskan itu dan sekarang tidurlah sayang. Kau akan berlatih keras besok."

Lalu Julia mencium kening putranya sebagai ucapan selamat tidur. Lalu Julia keluar dari kamar Rui sambil mengucapkan selamat malam pada putranya.

...Chapter end...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!