NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Sang Mafia

Pertemuan pertama

Di sebuah gedang tua terjadi adu tembakan kepada beberapa kelompok yang saring menyerang.

"Zilan segera masuk dan cari keberadaan adik kita. biarkan aku yang menangani keadaan di luar." kata pria berjas Abu-abu kepada pria di sampingnya yang mengenakan jas navi.

"Baik" jawab pria yang bernama Zilan itu.

"Ayo masuk dan cari Tuan putri" teriak Zilan kepada beberapa orang.

Sedangkan di tempat lain terlihat seorang Pria yang berwajah datar mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru gedung tua itu.

"Cari para tahanan dan bebaskan" perintah pria lalu berjalan di depan sesekali akan menarik pelatuk pistol di tangannya.

********

"Cepat bebaskan mereka semua" perintah seorang gadis kepada bawahannya.

"Baik putri" jawab mereka serentak lalu segera menuju 3 penjara lalu melepaskan rantai yang mengikat besi.

Dor

"Ssst" desis gadis itu saat peluru berhasil mengenai lengannya hingga katana yang dia pegang lepas dari tangannya.

"hahahah lihat! siapa yang datang bagaikan Dewi penolong ini" ucap pria tua yang baru saja menembak tangan gadis itu.

"Kau dasar tua Bangka" kata gadis itu lalu menyerang pria tua itu tapi lama kelamaan matanya mulai berat, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya begitu pusing.

"Dasar licik" ucap pelan gadis itu di sela-sela napasnya yang mulai melemah.

"Hahaha aku memang licik dan karna itu kamu akan menjadi milikku malam ini" kata pria tua itu berjalan mendekati Gadis itu namun terhenti karna suara tembakan.

Dor

"Daigo sialan...." teriak pria yang baru saja masuk langsung menodongkan pistolnya langsung kepada pria tua itu.

"Tembak aku akan aku tembak gadis ini" kata pria tua itu menodongkan pistolnya di pelipis gadis di sampingnya.

Gadis itu dengan sisa-sisa tenaganya ia mengangkat ke depan menatap sosok yang berdiri 5 meter di depannya.

"Tampan" Guman gadis itu konyol yang di ambang kematian malah memuji sosok di depannya.

"Tembak"

"Tembak"

"Tembak"

Pria itu menatap dalam gadis di depannya sana walau ia tak bisa melihat wajahnya secara jelas tapi cukup dia akui gadis itu cukup cantik selain itu dia cukup berani berdiri tanpa gemetar di todongkan senjata.

Pria itu menyeringai lalu menatap gadis itu dengan menganggukan kepalanya samar sebagai kode persetujuan kepada gadis itu.

Gadis itu tersenyum lemah lalu mulai menghitung dengan gerakan bibir.

Satu

Dua

Tiga

Dor

Bruk

Pria tua itu langsung ambruk dengan Kupang di kepala bersamaan dengan gadis itu yang juga langsung ambruk karna sudah sangat lemah.

"ARUNA......" teriak pria yang baru masuk menatap sendu tubuh adiknya yang sudah ambruk.

"Aruna hey buka matamu princes" ucap pria itu yang ternyata adalah Zilan.

"Dia adikmu" tanya pria yang menembak pria tua tadi.

"Kamu...."

Bugh

"Kenapa anda menembak Adik saya ha.... dia itu korban bukan pelaku" teriak Zilan yang sudah berhasil memberi Bogem mentah kepada pria itu.

"Saya tidak menembak Adik anda tapi pria tua itu" kata pria itu menunjuk pria tua yang sudah bersimpah darah yang tidak jauh dari tempat Aruna.

Zilan mengalihkan pandangannya dan menatap jasad pria tua yang tidak jauh dari Aruna.

"Lebih baik anda bawah adik anda segera ke rumah sakit karna peluru yang melukai adik anda sepertinya beracun" kata pria itu.

Zilan langsung melihat wajah Aruna yang sudah pucat tanpa membuang waktu Zilan dengan cepat mengangkat tubuh Aruna.

"Terimah kasih Tuan....."

"Akara" kata pria itu yang ternyata bernama Arkana.

Tanpa keduanya ketahui Aruna menyunggingkan senyum di sudut bibir pucatnya.

"Terimah kasih Tuan Arkana" kata Zilan menundukan sedikit kepalanya lalu berlalu pergi dengan Aruna yang berada di gendongannya.

Sampai di luar gudang ternyata kondisi sudah di amankan. Zilan menghela napas lega lalu berlari mendekat kepada Zelan.

"Zelan cepat Aruna terkena peluru beracun" teriak Zilan dari jauh membuat Zelan tersentak langsung membuka mobil.

"Cepat masukan" kata Zelan panik.

Setelah memastikan jika Aruna sudah nyaman dan aman Zelan langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju salah satu rumah sakit.

"Arun bertahan yah. princessnya kakak harus kuat" kata Zilan sendu menggenggam erat tangan Aruna yang sudah mulai dingin.

"Zelan cepatlah tangan Aruna mulai dingin" teriak Zilan panik yang terus menggosok tangan dingin Aruna.

"Tua Bangka sialan berani sekali melukai kesayangan ku. ku harap dia bum mati agar aku bisa menyiksanya dengan puas" kata Zelan yang terus menambah kecepatan mobilnya.

"Ayo princess buka matamu, jangan buat kakak takut" ucap Zilan yang mulai bergetar.

"Princess C'mon"

"Jangan menangis Aru baik-baik saja" ucap Aruna tiba-tiba di tengah keadaannya yang lemah.

"Kamu sudah sadar Princes" pekik Zilan dan Zelan secara bersamaan.

Aruna terkekeh kecil melihat respon kedua kakaknya yang menurutnya lucu.

"Aru tidak pernah pingsan kak" kata Aruna.

"Tapi tadi kamu...."

"Aku sengaja supaya pria tampan tadi menggendongku tapi malah kakak yang datang" ucap Aruna yang membuat kedua kakaknya hanya bisa melongo.

Zilan yang kesal dengan kebiasaan adiknya yang tidak bisa melihat pria tampan langsung menyentil dahi Aruna dengan cukup keras.

Tak

"Aaaauh" Ringis Aruna.

"Kak Zelan lihat Kak Zilan berani menyentil jidat inces di saat keadaan inces yang sekarat seperti ini" Aruna mengadu kepada kakak pertamanya yaitu Zelan.

Kakak pertama? yeah Zelan adalah Kakak pertama sedangkan Zilan adalah kakak Kedua Aruna.

"Zilan! apa mau aku potong tanganmu yang sudah berani menyentil jidat kesayangan ku ha...." tekan Zelan dengan suara beratnya membuat nyali Zilan langsung menciut.

"Tapi Ze lihatlah kelakuan kesayangan mu ini bahkan di saat kondisi yang sudah sekarat dia masih saja memikirkan pria tampan selain itu bahkan dia juga bersandiwara pingsan dengan harapan pria itu mau Menggendong dirinya" ungkap Zilan menggebu-gebu.

"Lantas apa masalahnya dia benar-benar tampan paling tampan dari semua pria yang pernah aku temui" balas Aruna membuat Zilan langsung melototkan matanya.

"Kau dengar! dia bahkan memuji pria itu terang-terangan" kata Zilan menunjuk Aruna yang terbaring di pangkuannya.

"Jika kesayangan ku bilang tampan berarti dia benar-benar tampan karna mata kesayangan ku tidak pernah salah" bela Zelan yang membuat Zilan langsung mencebikkan bibir.

"Bela saja terus kau tidak akan pernah menentang apapun yang di katakan oleh princess baik ataupun salah tidak peduli bahkan jika itu kesalahan besar sekalipun kamu akan terus membenarkannya" sindir Zilan menatap sinis saudaranya yang sedang mengemudi.

"Lalu siapa yang membantai keluarga bangsawan sampai binasa hanya karna berani mengejek princess manja" sindir Zelan balik yang langsung membungkam mulut Zilan.

Aruna yang mendengar sindir-sindiran kedua kakaknya hanya bisa terkekeh kecil menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Kak Aruna ngantuk, Aruna tidur dulu ya?" ucap Aruna dengan suara yang nyaris berbisik.

"Tidak. Aru harus tetap buka mata okey sebentar lagi kita sampai princess bertahan dulu ya" kata Zilan yang langsung panik.

"Aru hanya tidur sebentar kok" ucap Aruna lagi.

"Tidak boleh Princess. hey....Aru bangun, ARUNA...." Zilan terus mengguncang tubuh Aruna namun Aruna tidak membuka mata lagi.

Sadar

Bab 2 Sadar

"Tidak boleh Princess. hey....Aru bangun, ARUNA...." Zilan terus mengguncang tubuh Aruna namun Aruna tidak membuka mata lagi.

"Ze cepat Aru menutup matanya" teriak Zilan panik yang terus mengguncang tubuh Aruna.

5 menit kemudian mereka akhirnya sampai di rumah sakit dengan segera Zelan keluar lalu membukakan pintu untuk Zilan yang menggendong tubuh Lemah Aruna.

"Dokter"

"Dokter"

"Dokter"

Teriak Zelan dan Zilan bergantian hingga terlihat beberapa orang berlari ke arah mereka lengkap dengan brankar.

"Letakkan disini Tuan" kata seorang Dokter yang langsung di turuti Zilan tanpa banyak protes.

"Cepat dorong dan bawah ke ICU segera" perintah Dokter itu.

Zilan dan Zelan segera membantu mendorong brankar Aruna sisi kiri kanan dengan tangan Aru masing-masing mereka genggam.

"Maaf Tuan silahkan tunggu di luar" kata Dokter itu.

"Tapi"

"Kamu akan berusaha sebisa kami Tuan." ucap Dokter itu lalu menutup pintu meninggalkan Zelan dan Zilan yang diam mematung di depan ruangan ICU.

"Ze bagaimana jika Aruna kenapa-napa, bagaimana jika dia pergi meninggalkan kita" kata Zilan yang frutasi.

"Aruna akan baik-baik saja kesayangan ku adalah gadis yang kuat dia tidak akan tumbang hanya karna peluru dan racun murahan itu" kata Zelan padahal jauh di lubuk hatinya begitu takut akan kondisi Aruna.

Mereka berdua berjalan mondar mandir seperti setrika di depan ruangan ICU. perasaan mereka berdua begitu gundah adik mereka memang sering terluka tapi tak pernah sekalipun ia tumbang seperti ini bahkan pernah suatu hari Aruna masuk hutan dan di patuk ular kobra tapi ia bisa menahannya bahkan tidak tumbang sekalipun walaupun dia harus demam setelahnya.

"Semoga kamu baik-baik saja Aru" batin Zilan menatap Aruna di dalam sana lewat kaca.

"Kakak yakin kamu akan bangun sayang. kesayangan kakak adalah gadis kuat racun seperti itu adalah mainan untuk princessnya De Bora. sekarang buktikan jika kamu benar-benar kuat kesayangan ku" kata Zelan dalam hati seakan mengirimkan telepati kepada Aruna di dalam sana.

Drett

Drett

Drett

Ponsel di saku Zilan bergetar membuat Zilan tersadar dari lamunannya dengan linglung Zilan mengambil ponselnya lalu melihat nama di ponselnya kedua matanya langsung melotot hampir keluar dari tempatnya.

"Ze...lan" Zilan dengan gugup memanggil saudara kembarnya itu.

"Ada apa" tanya datar Zelan tanpa menoleh atau melihat Zilan yang kini sudah pucat pasi.

"Ayahanda telfon" ucap Zilan pelan namun di dengar oleh Zelan.

"APA....." teriak Zelan menatap Zilan yang di balas Zilan menunjukan nama yang tertera di layar ponselnya.

Zelan langsung menelan ludah saat melihat tulisan Ayahanda tertera besar di layar ponsel Zilan sang adik.

"Angkat sana" kata Zelan menyuruh Zilan untuk mengangkat panggilan Ayahanda mereka.

"Kamu saja gimana Ze?" tawar Zilan dengan wajah pucat pasi miliknya.

"Yang di telfon siapa?" tanya Zelan.

"Aku" jawab Zilan menunjuk diri sendiri.

"Ya sudah angkatlah" perintah Zelan lagi.

"Tapi aku nggak berani Ze kamu saja, Ayahanda tidak akan berani menghukummu" kata Zilan memelas kepada Zelan sang kakak

"Mana bisa seperti itu. Angkat" kata Zelan menekan akhir kalimatnya.

Mendengar nada suara Zelan yang sudah datar dan dingin dengan ragu Zilan mengangkat panggilan dari Ayahanda itu.

"Salam Ayahanda" ucap Zilan berusaha tenang.

"ZILANDA DE BORA APA KAMU SUDAH BOSAN HIDUP HINGGA MENGANGKAT TELFON BEGITU LAMA HA...." teriak pria di sebrang sana.

Tuli? berdenyut? Jelas! bukan hanya Zilan tapi Zelan yang sedang menguping itupun seketika telinganya berdenyut sakit dan tak mendengar apapun di sekitarnya.

"KENAPA DIAM ZILANDA" teriak Pria itu untuk kedua kalinya yang membuat Zelan dan Zilan pulih dari kebodohan mereka.

"Maaf Ayahanda" kata Zilan dengan tegas.

Terdengar helaan napas di sebrang sana yang menanda artikan sedang mengatur atau mungkin menahan kekesalan.

"Bagaimana kabar adikmu Aruna" tanya Pria itu.

Deg

Zelan dan Zilan langsung menegang saat mendengar pernyataan dari Ayahanda mereka yang merupakan pria yang sangat over protective dan over posesif terhadap Aruna.

"Princess baik-baik saja Ayahanda" jawab Zilan.

"Kalian sudah menemukan keberadaannya?" tanya pria itu terdengar dari suaranya sepertinya pria itu sangat senang.

"Sudah Ayahanda" jawab Zilan.

"Tapi dia sekarang hanya bisa terbaring lemah tak berdaya" lanjut Zilan dalam hati menatap sendu pintu ruangan ICU.

"Baiklah setelah itu bawah Princess untuk kembali ke istana. princess tidak aman Jiak berada di luar terus musuh masih terus memantau" kata pria itu tegas.

"Tapi princess masih ingin jalan-jalan Ayahanda" kata Zilan cepat.

Tidak mungkin mereka pulang dalam keadaan Princess kesayangan mereka yang sedang seperti ini. bisa-bisa mereka semua di hukum gantung.

Pria di sebrang sana lagi-lagi hanya bisa menghela napas lalu menghembuskan ya perlahan-lahan.

"Baiklah. temani princess bermain selama 1 Minggu itu setelah itu bawah Princess pulang walau harus memaksanya sekalipun" perintah Ayahanda tegas.

"Baik ayahanda" jawab Zilan tak kalah tegas.

"Baiklah Ayahanda tutup dulu telfonnya"

"Salam Ayahanda"

Tut

Tut

Tut

"Ku harap Princess baik-baik saja Ayahanda hanya memberikan waktu 1 Minggu" ucap Zilan pelan sedangkan Zelan hanya bisa mendesah kasar.

Ceklek

"Keluarga pasien" kata Dokter.

"Kamu kakaknya Dok. bagaimana keadaan adik kami" tanya Zilan.

"Keadaan pasien baik-baik saja, Peluru dan racun berhasil kami keluarkan"

"Apa kami boleh masuk menemuinya"

"Tunggu di pindahkan di ruang rawat dulu Tuan"

"Pindahkan di kelas VVIP" kata Zelan tiba-tiba menyahut.

"Baik Tuan. selain itu pasien akan sadar mungkin besok pagi karna kami sengaja menyuntikkan obat bius dosis tinggi karna Pasian mengalami kelelahan dan butuh istirahat"

"Terimah kasih Dok" kata Zelan dan Zilan bersamaan.

"Sama-sama Tuan"

Tidak lama setelah itu keluarlah Aruna yang di dorong untuk menuju ruang rawat inap yang langsung di ikuti oleh Zilan dan Zelan di belakang Aruna.

********

Terlihat mata Aruna mulai bergerak-gerak lalu membuka pelan dan menatap sekitarnya lalu langsung menutup hidungnya dengan tangannya.

"Rumah sakit? kenapa aku harus di bawah tempat menyebalkan ini" gerutu Aruna mengedarkan pandangannya mencari sosok yang pasti membawanya kesini hingga tatapannya berhenti di sofa dimana kedua sosok yang begitu menjaga, melindungi, merawat, dan memanjakannya tertidur pulas disana dengan posisi yang tidak nyaman.

"Pasti badan Kak Zilan dan Kak Zelan sakit tidur dalam posisi seperti itu" guman Aruna.

"Princess! kamu sudah bangun" pekik Zilan yang langsung meloncat dari sofa lalu mendekati adik kesayangannya itu.

"Mana yang sakit? katakan pada Kakak?" tanya Zilan yang hanya di balas anggukan oleh Aruna.

"Kak kenapa Aru harus di bawah ke tempat menyebalkan ini sih" tanya Aruna dengan kesal.

"Karna keadaan kamu waktu itu kritis Princess" sahut Zelan tiba-tiba berjalan mendekati Aruna lalu mengelus rambut Surai pirang Aruna.

"Cih Aru yakin nggak akan tumbang dengan racun murahan itu" kata Aruna sombong.

Zilan dan Zelan hanya menggelengkan kepala mendengar kesombongan adik mereka yang sayangnya itu adalah kenyataan. baik Zilan maupun Zelan merasa heran kepada Aruna yang seperti kebal racun namun tidak tahan dengan hawa dingin.

"Sekarang cepat sesaikan semuanya. aku tidak mau tau hari ini aku harus pulang bisa sekarat benaran aku kalau lama-lama di tempat menyebalkan ini" gerutu Aruna menatap ngeri setiap sudut ruangan itu.

Aruna memang sangat membenci rumah sakit bahkan jika pun sakit ia benar-benar sudah sekarat baru bisa di bawah ke rumah sakit itupun di saat sadar maka dia akan meminta pulang. Alisya membenci Rumah sakit dengan alasan yang simpel yaitu bau obat-obatan yang membuat kepalanya pusing dan membuatnya mual.

Pulang

Bab 3 Pulang

Seperti yang di inginkan Aruna yaitu pulang atau pergi dari tempat menyebalkan itu menurutnya. Zelan dan Zilan terpaksa menyetujui ide Aruna karna mereka tau setuju ataupun tidak jika Aruna pulang maka dia akan pulang hari ini juga tanpa memperdulikan keadaan atau orang-orang sekitarnya.

Jadi daripada Zelan dan Zilan kehilangan jejak lagi akibat Aruna yang kabur dari mereka akhirnya mereka menyetujui keinginan Aruna asalkan Aruna tidak lagi lari dari mereka yang langsung di setujui oleh Aruna.

"Jadi disini kamu sembunyi" tanya Zilan memasuki apartemen Aruna.

"Yah mau gimana lagi pengawal ayahanda kan banyak" jawab Aruna santai.

"Makanya jangan kabur lagi" sindir Zilan menatap sinis Aruna yang hanya tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

1 bulan yang lalu Aruna kabur dari istana hanya karena ingin mencari kebebasan alhasil karna itu seluruh warga negara M di hebohkan dengan menghilangnya sang calon putri mahkota.

"Lagipula kamu kan bisa cari kebebasan yang lain princess atau minta izin sama Ayahanda tidak perlu acara kabur seperti ini yang malah membuat kami semua khawatir" nasehat Zelan mengelus rambut Aruna.

"Cih Aru itu butuh kebebasan Kak refreshing gitu tapi kalau di kawal sama pengawal itu namanya bukan kebebasan" balas Aruna kesal.

"Ya sudah terserah puaskan dirimu 1 Minggu ini setelah ini kita pulang ke istana kamu sebentar lagi akan di Lantik sebagai putri mahkota" kata Zelan.

"Baiklah kalau begitu Aru ke kamar dulu" kata Aruna yang berlalu begitu saja.

"Cih kau selalu memanjakan dan menuruti semua keinginannya bagaimana jika dia terus bergantung padamu dan kamu akan susah mendapatkan jodohmu mengingat betapa posesifnya dia kepadamu" omel Zilan kepada saudaranya.

"Aku tidak akan menikah sebelum princess menikah" kata Zelan santai.

"Tapi kau itu Putra mahkota penerus Tahta kalau kamu tidak menikah bagaimana dengan Tahta" pekik Zilan.

"Apa peduliku, kebahagiaan kesayangan ku adalah yang utama lagi pula aku tau mengapa kamu berkata seperti itu. bilang saja kamu iri karna princess lebih menyayangi aku di banding kamu" kata Zelan tersenyum miring ke arah Zilan

"Sial" umpat Zilan menatap tajam ke arah Zelan yang kini tersenyum remeh ke arahnya.

"Percayalah Princess juga menyayangi mu hanya saja mungkin karna dari kecil dia lebih dekat denganku ketimbang dirimu." kata Zelan tiba-tiba menepuk bahu Zilan lalu menuju kamar di sebelah Aruna karna apartemen itu hanya punya 2 kamar.

"Aku hanya iri Ze kenapa Princess lebih dekat sama kamu di banding aku padahal aku juga selalu berada di dekatnya" ucap Zilan lirih menatap sendu pintu kamar Aruna.

*******

La la la lal la la

Aruna bersenandung kecil menuruni tangga dan melewati para kakaknya yang sedang makan.

"Kamu mau kemana Princess?" tanya Zilan yang melihat lebih dulu Aruna yang sedang berjalan melewati mereka.

"Aru mau jalan-jalan dulu Kak" jawab Aruna yang sudah menuju pintu keluar.

"Princess tunggu sebentar" teriak Zelan berlari menaiki lantai dua lalu kembali lagi dengan membawa sebuah Cardi yang terbuat dari rajutan.

"Pake ini di luar akan dingin" kata Zelan menyodorkan Cardi di tangannya kepada Aruna.

"Makasih kak." ucap Aruna. "Aru pergi dulu Kak" lanjut Aruna.

Aruna berjalan-jalan sekitar di Apartemen miliknya hingga Aruna sampai di depan sebuah kafe.

"Aku lapar lebih baik aku masuk dan memesan makanan" guman Aruna lalu dengan langkah ringan Aruna berjalan masuk di dalam kafe itu.

Sedangkan di tempat lain terlihat seorang pria yang baru saja keluar dari sebuah gedung berjalan dengan santai menuju mobilnya tanpa melihat jika di ada sebuah mobil yang melaju kencang menujunya.

"AWAS"

Bruk

"Haaa syukurlah Tuan tidak kenapa-kenapa" kata gadis itu yang ternyata adalah Aruna.

"Terimah kasih" ucap pria itu yang ternyata adalah Arkana.

Deg

Aruna langsung mematung mendengar suara itu masuk di pendengarannya. dengan pelan Aruna mendongak untuk melihat pria di depannya.

"ARKANA" pekik Aruna menatap binar wajah tampan Arkana yang hanya berekspresi datar dan dingin.

"Kamu mengingatku?" tanya Aruna dengan menatap kagum Arkana.

"Tidak" jawab Arkana datar.

"Aku gadis yang kamu selamatkan kamarin malam di gudang Xxx" kata Aruna namun Arkana hanya menatapnya dingin.

Arkana mengerutkan dahi menatap gadis di depannya yang sama seperti gadis lainnya yang langsung menatapnya penuh binar jika bertatap muka dengannya.

"Terimah kasih Tuan kamu....." Aruna menghentikan ucapannya saat Arkana mengangkat tangannya tanda untuk berhenti.

Arkana menatap tajam bola mata Aruna yang masih menatapnya penuh binar dan damba.

"Menjijikan" sarkas Arkana membuat Aruna mematung.

Arkana langsung berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Aruna lagi.

"Eh dia mengatakan aku menjijikan?" Guman Aruna yang baru saja sadar dari lamunannya.

"Hey Tuan....." Aruna menatap ke sekelilingnya mencari keberadaan Arkana namun sudah tidak ada di tempatnya.

Sedangkan di tempat lain Asisten Arkana sekaligus sahabatnya itu terlihat menggoda Arkana.

"Ku rasa gadis itu cantik juga bro" kata Sang Asisten menggoda Arkana yang hanya berwajah datar.

"Kau tidak tertarik?" tanya sang Asisten lagi.

"Cih dia sama dengan wanita lain. Menjjikan" desis Arkana.

"Oh ayolah bro mereka tidak menjijikan mereka hanya melakukan trik kecil untuk menarik perhatian kita para pria"

"Casanova seperti kamu mana ngerti Johan" balas Arkana memutar bola mata malas.

"Cih dasar perjaka tua" ejek Johan yang hanya di acuhkan oleh Arkana.

**********

"KAK ZILAN......." teriak Aruna yang baru memasuki Apartemen.

"KAK ZILAN" teriak Aruna lagi.

"Ada apa Princess jangan teriak-teriak nanti tenggorakan kamu sakit" kata Zilan yang berjalan mendekati Aruna.

"Kakak harus bantu Aru" kata Aruna menggebu-gebu.

"Bantu apa?" tanya Zilan duduk di dekat Aruna.

"Kakak harus bantu aku cari tahu semua informasi Arkana Zeus Albarack" kata Aruna.

"APA"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!