Setelah 8 tahun tinggal diBali, kami dianugerahkan 2 anak, mereka lahir kembar. Keduanya perempuan yang lucu dan sehat walafiat. Ketika lahir selisih waktu kelahirannya 40 menit saja.
Yang pertama lahir kami beri nama Amira Amani Antakusuma dan anak yang kedua adalah Adina Amani Antakusuma.
Meskipun mereka lahir hampir bersamaan waktu namun sifat mereka berbeda. Amira sangat outspoken dan berani sedangkan Adina seorang anak yang pendiam.
Namun dari sekian perbedaan, ada satu perbedaan yang paling menyolok dari keduanya, ini adalah keistimewaan yang dimiliki Amira, ia mempunyai kemampuan yang diBali disebut melik. Sungguh aneh sebenarnya sebab pada umumnya seorang anak yang melik biasanya adakah seorang anak tunggal namun berbeda dengan anak ini..dan keadaan demikian kami sadari ketika ia masih berumur 3 tahun.
Istilah melik diBali atau melek kalau diJawa sendiri sebetulnya adalah kesanggupan seseorang untuk bisa melihat, merasakan dan bahkan berkomunikasi dengan mahluk mahluk yang tidak kasat mata.
Di Bali pada umumnya seorang anak yang melik apalagi kembar biasanya disebut melik telaga apit pancoran dan umumnya memang yang cewek yang melik apabila yang lahir kemvar cowok dan cewek. Tapi karena ini dua duanya cewek ya tidak masalah. Namun demikian, tetap bisa dilakukan upacara Niskala atau sekala apabila diinginkan. Ini bagi yang beragama Hindu tentunya dan karena kita beragama Islam maka keistimewaan Amira kami anggap sebagai anugerah Allah yang maha kuasa saja.
Adapun jenis melik sendiri banyak variasinya ada Melik Adnyana, Melik Ceciran dan lain lain..tergantung bagaimana kejadian kelahirannya.
Amira mempunyai keistimewaan ini dimulai ketika ia berumur 3 tahun. Aku masih ingat ketika itu kami disibukkan dengan persiapan ulang tahunnya. Waktu itu aku sedang menyiapkan beberapa balon ulang tahun tiba tiba istriku mendatangi aku dari belakang.
"Sayang..aku melihat Amira sedang berbicara dengan sosok orang tua dilantai atas"
Istriku Amina Sedayu Ingmurthi yang aslinya juga sosok penjelmaan dari mahluk halus pastinya sanggup melihat kealam halus.
Aku tercengang mendengar penuturan istriku, aku langsung menanyakan dimana Adina berada?
"Adina ada disampingnya, tapi ia cuek seperti anak kecil biasa..Amira yang sedang berbicara dengan orang tua itu"
"Ayok kita kesana!" kataku dan berjalan kelantai atas.
Benar saja, didalam kamar anak anak kami dilantai atas, terlihat Adina sipendiam hanya sedang bermain dengan bonekanya tapi aku melihat Amira sedang bercakap cakap sambil menghadap ketembok.
"Om Swastiastu" ucap istriku sambil menundukkan wajahnya kearah tembok.
"Om Swastiastu" akupun mengikuti ucapan istriku.
"Sebentar sayang aku mau tanya siapa sosok ini" tanyaku agak bingung.
Ternyata, setelah istriku melakukan dialog dengan sosok ditembok itu, ia mengatakan bahwa ia sosok arwah suci yang kebetulan melihat adanya satu cahaya yang keluar dari rumah ini..dan cahaya itu datangnya dari tubuh Amira. Makanya ia ada disini.
Istriku menanyakan, apakah Amira mempunyai keistimewaan tersendiri? Sosok arwah suci itu mengatakan bahwa Amira adalah reinkarnasi dari leluhur jaman dahulu kala, sosok yang ada didiri Amira jauh lebih tua dan lebih suci dari pada sosok istriku.
Selanjutnya istriku menanyakan siapakah sosok asli dari Amira, sosok orang tua itu langsung duduk berjongkok dan menghaturkan sembah dengan mengangkat kedua tangannya diatas ubun ubun..ia mengatakan bahwa Amira adalah reinkarnasi dari seorang pengawal khusus permaisuri Gunapriyadharmaptani, istri dari raja pertama diBali.
Istriku terkejut, bahkan ia juga melakukan jongkok dan menghaturkan sembah kehadapan putri kami Amira. Anehnya Amira hanya tersenyum melihat kelakuan ibunya dan meletakkan telapak tangan kanannya diatas kepala istriku. Ingat..Amira waktu itu masih berumur 3 tahun.
Sosok tua itu mengatakan bahwa anak ini akan tumbuh menjadi seorang pemimpin besar dinegara ini. Perlu banyak perhatian dan bimbingan agar nantinya ia bisa menyatukan aura istimewa dari sosok aslinya dan diri Amira.
Sejak saat itulah, kami sering kedatangan sosok ghoib dari semua wilayah diBali khususnya daerah Pejeng karena memang kerajaan permaisuri Gunapriyadharmaptani atau biasa disebut permaisuri Mahendradatha dulu kala adanya didaerah Pejeng atau Bedulu.
Bahkan, pada acara ulang tahunnya yang ke 4, 5 dan seterusnya hingga umur 8 tahun sosok arwah suci itu dan juga sosok sosok suci lainnya pasti hadir mengucapkan selamat.
Amira sendiri sangat pintar dalam memainkan suasana, ia tidak pernah menyombongkan diri kepada teman temannya bahwa ia bisa berkomunikasi dengan mereka para mahluk halus.
"Ayah..kenapa kaka Amira sering ngobrol sendirian?" suatu hari Adina bertanya.
"Oh..ga apa apa sayang, Amira memang punya teman teman sendiri yang kita tidak bisa melihat..kamu ga usah takut ya"
"Dina ga takut ayah..cuma aneh aja, kadang kadang kalau malam kaka Amira suka ngobrol dipojok kamar"
"Oh gitu ya..nanti ayah coba bilang ke kaka, supaya jangan ngobrol sendirian"
"Iya..Dina suka takut aja"
"Kamu ga usah takut ya..ayah sama mama selalu ada disamping menjagamu"
Semenjak hari itu, aku dan istriku diskusi bersama Amira agar jangan menakuti Adina..kasian sama Adina dia tidak mempunyai kemampuan yang sama, jadi maklum saja bagi anak kecil pasti itu meresahkan..apalagi malam malam Amira suka bangun dan duduk dipojok kamar berbicara sendirian.
"Baik ayah, temanku ini namanya Karanendra dia salah satu pembersih istana kerajaan milik Ratu Ugrasena dan yang satu lagi eyang Gung Acreng yang menjaga pintu gerbang rumah kita yang berada didepan itu kenal dengan sosok ini. Namanya Tur Banu Weka" kata Amira dengan fasih seakan ia anak dewasa.
"Oh begitu ya..kalau begitu katakan kepada mereka, lebih baik kalau mau mengunjungi kamu suruh datang disiang hari saja..sebab kamu juga harus sekolah pagi harinya kan?"
"Baik ayah..nanti malam Mira kasih tau.."
Sejak pembicaraan itu, Amira memang tidak pernah bangun malam malam serta duduk dipojok kamar ngobrol dengan entah siapa dan dilain pihak Adina juga bisa tidur dengan tenang tanpa harus mendengar suara suara Amira yang kadang kadang tertawa sendirian itu.
Jadi, itulah perbedaan Amira dan Adina..memang kalau kita liat kedua anak ini sangat identik, bak pinang dibelah dua kata orang. Tapi, perbedaan disini bahwa Amira mempunyai kemampuan untuk menembus kealam halus memang patut kita perhatikan.
Apalagi, setelah pemberitahuan sosok suci yang pernah datang dulu mengatakan bahwa didalam diri Amira seakan ada dua sosok. Dan sosok yang masuk mendiami tubuhnya adalah sosok leluhur dari jaman dahulu kala.
Pernah suatu saat aku ingat juga, bahwa pak mangku yang dulu membantu dalam hal spiritual kepada istriku bertemu dengan Amira dan ia sendiri juga terkejut setelah mengetahui siapa didalam tubuh Amira.
"Waduh pak Randi..puteri bapak ini sangat tua sekali! benar apa yang dikatakan sosok yang pernah datang waktu itu bahwa Amira adalah reinkarnasi daripada sosok yang pernah hidup jaman dulu kala bahkan jauh lebih tua daripada sosok ibunya, ibu Sedayu Ingmurthi itu. Mohon dijaga dan dibesarkan secara baik karena aura tubuhnya sangat murni"
Aku terangguk angguk mendengarkan penjelasan pak mangku.
"Menarik sekali akan hal ini.."
Baca selanjutnya yuk..
Dipenghujung tahun ini sebuah berita sedih datang dari Jogja, bude jatuh sakit keras dan meminta aku untuk keJogja karena tanah keluarga yang berada didaerah Sanden akan diwariskan, berhubung aku satu satunya keturunan keluarga yang tertua maka tanah akan jatuh keaku. Suatu berita menyedihkan tapi sekaligus mengkagetkan, karena selama ini bude sehat sehat saja.
"Sayang..baca deh pesan bude ini" kataku dengan perasaan sedih kusodorkan teleponku memperlihatkan pesan whatsapp.
"Ya Allah kasian amat bude..jadi gimana sayang?"
"Aku akan keJogja siang ini ya..kamu disini saja sama anak anak, ga apa ya?"
"Iya ga apa apa..kamu pesen tiket aja sekarang"
Aku menyempatkan bilang ke pak Gung penjaga rumah akan rencanaku ke Jogja, sekalian minta dianterin kebandara siang ini.
"Sama ibu dan anak anak atau sendiri pak?"
"Sendiri aja pak Gung, oke saya mau cari tiket dulu. mungkin penerbangan jam 2 siang aja kalo ada, jadi dari sini jam 11"
Ahirnya setelah mendapatkan tiket pesawat, kami berangkat keDenpasar disupiri pak Agung.
○○○○
Pesawatku mendarat tepat waktunya dan jam 4 sore aku sudah dibandara udara Kulon Progo Jogja dijemput oleh pak Hamid supir bude.
"Kasian bude..sakitnya sudah lama pak Hamid?" tanyaku didalam mobil menuju keSanden.
"Sudah pak..sebetulnya sudah minggu lalu ibu mau kontak pak Randi tapi katanya tidak apa apa nanti sembuh sendiri..ternyata sakitnya tambah parah..sekarang kita langsung menuju kerumah sakit saja ya pak"
"Loh? bude sekarang ini dirumah sakit? aku pikir dirumah" aku terkejut mendengar kata pak Hamid bahwa bude ada dirumah sakit.
"Lho pak Randi ga tau ya? sudah 3 hari ini ibuk dirawat dirumah sakit Budi Rahayu" kata pak Hamid agak bingung.
Perasaanku mendadak jadi tidak enak, padahal pesan di telepon tadi pagi bude tidak bilang apa apa mengenai rumah sakit, hanya bilang cepat ke jogja aku sakit. Kenapa sekarang pak Hamid bilang sudah di rawat 3 hari ?
Setelah perjalanan setengah jam dari bandara Kulon Progo kendaraan sudah memasuki area parkir rumah sakit Budi Rahayu.
"Pak Randi, kita langsung saja keruang UGD karena menurut keterangan pihak rumah sakit bude sudah dimasukan ke UGD"
"Ya Allah..semoga tidak terlambat"..ayo cepat kesana" aku mempercepat langkah kakiku, pak Hamid tergopoh gopoh mengejarku dibelakang.
○○○○
Ternyata bude kondisinya sudah sangat lemah, namun yang paling menyedihkan tidak satupun sanak saudara yang datang menemani bude.
Aku masih ingat waktu terjadi pertengkaran besar antara keluarga pade dan bude. Ketika pade wafat , semuanya berkeinginan untuk merebut tanah warisan diSanden.
Padahal waktu itu tanah makam pade juga belum begitu kering, mereka keluarga pade sudah meributkan tanah warisan ayahnya pade.
Bude pernah bilang ke aku, bahwa simbah Yoto. Ayahnya pade dulu pernah bilang bahwa tanah diSanden adalah milik Randi Antakusuma, apabila nanti pade dan bude meninggal maka tanah itu akan diwariskan ke aku dan bukan kepada siapa siapa.
Mereka memang sangat kejam, buktinya bude sekarang dirawat dan keliatannya sangat payah tapi satupun dari mereka tidak ada disisi bude.
"Pa Hamid, apakah sudah beritahu ke bude Sri, pade Hari dan lainnya?"
"Sudah pak Randi..bahkan ada saudara pade yang di Klaten sudah saya kirimkan kabar. Tapi hanya dibaca dan tidak dibalas"
"Hmm..gitu ya, ya sudah..pak Hamid tetap disini bersama saya ya, kalau ada apa apa jadi gampang"
"Njjih..saya disini ko pak Randi, kasian ibuk"
Aku menarik sebuah kursi dan duduk didekatnya, kuelus tangan kanannya. Bude adalah sosok pengganti ibuku, ia adik ibuku. Ia seorang wanita berdarah bangsawan dari kerajaan Mataram.
Meskipun ia berdarah bangsawan tapi hampir seluruh hidupnya ia tidak pernah memakai gelar keratonnya. Aku pernah dikasih tau ibu bahwa ibu dan bude mempunyai gelar Bendara Raden Ajeng. Namun karena pernah ada perselisihan dengan pihak keraton mereka tidak pernah lagi mau memakai gelar gelar itu.
Nama bude sendiri biasa dipanggil dengan nama bude Dyah.
○○○○
"Gus..sudah sampe?" terdengar suara sangat pelan keluar dari mulut bude Dyah.
Aku langsung mendekat dan mencium pipinya, kulihat setetes air mata turun dari matanya.
"Bude..sehat nggeh, Randi disini"
"Mana Dayu?" tanya bude lemas.
"Ada diBali bude, lha aku ga tau kalo bude di UGD"
Ia menyunggingkan senyuman tipis dibibirnya.
"Gus..kayanya ga lama lagi aku..aku pulang, minta pa Hamid ambilkan koper dikamarku"
Aku gemeteran mendengar ucapan bude, tangannya terus aku elus dan juga air matanya kuhapus pelan pelan.
"Dikoper ada surat wasiat mbah Yoto dan surat tanah..bawa ke notaris..Gus, mana pak Hamid?"
"Ini bude disampingku"
"Hamid.."
"Njjih buk..saya disini"
"Kamu serahkan tas kulitku keRandi dan bawa kenotaris kekantor bu Supriyadi di Sleman, kamu tau tempatnya"
"Njjih buk nanti saya ambilkan"
"Gus..cucuku si Amira tadi kesini"
"Hah?! Mira sekarang diBali bude" aku bingung, apakah bude sudah mulai mengigau?
"Ndak..dulu aku pernah bilang Amira ini bayi spesial dan ternyata benar..tadi pagi subuh Amira sudah kesini bersama pade, Amira bilang kalo bude sudah siap berangkat maka pade akan tunggu diujung jalan..hehe anakmu itu spesial heeh" Bude berhenti dan menarik napas satu satu.
"Dah bude istirahat dulu, masalah itu nanti saja dibicarakan"
"Tidak Gus..ini harus diselesaikan sebelum aku pulang..sebaiknya kalian pindah kejogja saja, tanah itu setelah diganti namamu digarap dibangun rumah, karena disitulah Dayu dan Mira akan tinggal beserta Adina pastinya"
"Pak Hamid..kamu saksi ya, tanah aku wariskan ke Randi..didalam tas ada surat wasiatku juga"
"Njjih ibuk"
"Gus..telepon Mira sekarang bude mau bicara" ucap bude lirih.
"Nggeh buk sebentar"
Aku langsung mengeluarkan telepon dan mengontak Dayu di Bali.
"Hi sayang, Mira ada disitu?"
"Hi sayang sudah sampai ya? Oh Mira ada nih disampingku..kenapa sayang?"
"Bude mau bicara..tolong kasihkan telepon ke Mira sekarang sayang"
"Halo ayah! mana mbah Uti?!" Tiba tiba suara Mira diujung sana, suara yang khas.
Aku tekan tombol speaker agar memudahkan bude bicara.
"Mira sayang uti" ucap bude
"Uti! ini Mira!"
"Mira..mbah Uti sudah siap pulang nak"
"Oke..Uti! Mira sayang Uti!"
"Iya nak..Utipun sayang sama Mira, kamu jagain Dina terus ya, Uti pesen itu aja..jangan lupa"
"Oya..Mira akan jagain Dina!"
Bude tersenyum memandangku dan menganggukan kepalanya, aku menarik telepon dan berbicara kepada Mira.
"Sayang..ayah mau bicara sama mama boleh?"
"Oke..ini mah, ayah mau ngomong"
"Sayang, minta pa Gung belikan tiket pesawat, kalian semua kesini besok, pake pesawat yang paling awal ya..jangan ada yang ikut, kalian bertiga saja"
"Baik sayang, aku mau bicara sama bude bisa?"
Telepon aku dekatkan lagi dan speaker aku On kan.
"Bude ini Dayu" terdengar suara Dayu pelan.
"Hehe..anak manis, kamu rawat 2 anakmu ya..khususnya Mira dia anak spesial"
"Ya Allah bude ko ngomongnya gitu..cepet sembuh ya bude, Dayu doakan dari sini"
"Makasih anak manis"
Telepon aku tarik lagi.
"Sayang, biar bude istirahat ya..kamu pesan tiket aja secepatnya"
"Baik sayang"
Jangan bosen ya..ikutin terus kisah Amira ini..
"Mama..apa boleh Kaka Karanendra dan kak Tur Banu Weka ikut keJogja?" tanya Mira dengan lugunya.
"Oh maaf ga boleh sayang..coba mama yang ngomong sama mereka ya, biarin mereka disini jagain rumah kita sama Mbah Gung Acreng"
"Ya mama..kasian mereka ditinggal" ucap Amira dengan wajah cemberut.
"Sayang..kita mau jenguk mbah Uti yang sedang sakit..ga lama nanti juga balik lagi kesini ko.." ucap Dayu sambil mengusap kepala anaknya.
"Mah..mbah Uti kan mau meninggal..mamah tau ga?" kembali Amira dengan lugunya berkata.
"Loh ko gitu Mira ngomongnya? Mira ga boleh ngomong gitu ya"
"Mama..Mira sudah bertemu dengan simbah kakung kemarin..kata mbah kakung dia akan jemput mbah uti besok"
Dayu ga bisa bilang apa apa..dia tau kemampuan anaknya, memang kemampuan masuk kealam halusnya jauh dikuasai Amira melebihi kekuatan Dayu sendiri. Dan kekuatan ini harus bisa diarahkan dan dikendalikan agar mencapai kesempurnaan yang hakiki nanti bila dewasa. Ia menarik napas panjang.
"Dina! kamu sudah siap sayang?" teriak Dayu kepada Adina.
Dina yang lucu itu terlihat berlari kencang kearah mamanya.
"Oke kalian disini dulu ya..Mama ke mbah Gung Acreng sebentar..kalian disini dulu sama bu Ariti dan bu Rumi"
Dayu melangkah pelan kearah sosok singa yang tubuhnya super besar itu. Dipagi buta itu Gung Acreng baru saja bangun dari tidurnya. Ia menggeliat melihat Sedayu berjalan kearahnya.
"Nggeh mbok Dayu, selamat pagi"
"Rahajeng semeng Gung..baru bangun ya?"
"Sudah siap mau berangkat?"
"Iya Gung..tolong jagain rumah ya..mungkin ga lama kita diJogja"
Gung Acreng hanya termenung tanpa memberikan jawaban.
"Kenapa Gung? ko diem?"
"Aku punya perasaan kita semua akan pindah dari sini ketempat baru"
"Loh apa iya Gung?"
"Ya coba saja diliat dulu bagaimana disana..nanti kita bicarakan lagi kalau sudah kembali keBali"
"Nggeh..kita mau siap siap dulu Gung"
"Ati ati dijalan buk"
○○○○
Pagi itu suasana masih gelap gulita, udara agak sedikit dingin. Pak Agung penjaga rumah sudah menyiapkan mobil dihalaman depan.
"Sampai minggu depan kawan kawan!" teriak Amira sambil melambaikan kedua tangannya.
Adina, kembarannya hanya melongo melihat Amira melambaikan kedua tangannya kearah tembok rumah, disana Adina ga melihat ada siapa siapa, tapi ia sudah terbiasa dengan kelakuan Amira, ahirnya Adina juga ikut melambaikan tangannya.
Dayu melambaikan tangannya kearah Gung Acreng dan kedua sahabatnya yang berdiri melambaikan kedua tangannya.
"Pak Agung..kita disana mungkin sekitar 7 hari..tapi bisa lebih cepat bisa juga malah tambah harinya..tolong jagain rumah ya" ucap Sedayu.
"Baik buk..paling nanti sore saya nyalakan lampu depan saja, soalnya kalo saya nyalakan lampu dalem mbok Ariti suka ngambek hehe" jawab pak Agung.
"Kamu sudah bilang ketemen temenmu Mira, supaya jangan ganggu pak Agung?" tanya Dayu keputrinya.
"Sudah mama..mereka mau tidur dekat Gung Acreng katanya, mau ngobrol masa lalu katanya"
"Oh baguslah..kasian pak Agung kalo digangguin"
Tepat jam 6 pagi mereka sudah tiba dibandara Ngurah Rai hanya tinggal menunggu boarding saja.
○○○○
Pertama tama yang lari kepadaku adalah Amira, dengan senyuman yang khas ia berlari dan memelukku, diikuti oleh Adina dan terahir Dayu istriku tercinta. Keluargaku komplit terkumpul kembali.
"Hai semuanya! Alhamdulillah sudah sampai..yuk kita kekamar Uti!" kataku sambil menggandeng Amira dikanan dan Adina dikiri dan Dayu memegangi tanganku.
"Sayang..gimana kabar bude?" tanya Dayu mesra.
"Hmm 'ga bagus sayang, tadi malam drop banget kondisinya..tapi, bude sempet bicara sama aku sedikit. Insya Allah sebentar lagi bangun..pada laper ya?"
"Sedikit..tapi Mira dari tadi sudah ngomong terus bahwa mbah kakung sudah bersama kita mau jemput mbah putri katanya dan terus terusan bilang gitu"
"Ya Allah Mira tajem sekali perasaan dia, lucunya bude bilang kemaren Mira sudah kesini..aku kan jadi bingung, ko bisa?" ucapku.
Aku melirik kearah Mira yang kugandeng dan anak ini justru menoleh kearahku dan tersenyum.
"Pak Hamid mana?"
"Sebentar lagi kesini dia lagi parkir dulu"
"Bagaimana dirumah?"
"Itulah..Mira mau ajak temen temennya ikut tapi aku larang..tapi, Gung Acreng tadi pagi bilang bahwa perasaan dia kita semua akan pindah ketempat baru.."
"Kita liat perkembangannya sayang, tapi ga secepat itu..yang penting kita ketemu sama bude dulu..kasian, tidak ada satupun yang datang menjenguknya"
"Ayah.." tiba tiba Mira memanggilku.
"Iya sayang?"
"Dipintu sudah ada mbah akung, aku mau kesana!" Setelah bilang begitu,Amira melepaskan pegangannya dan berlari kearah pintu masuk rumah sakit.
"Mira! tunggu ayah" namun terlambat anak itu sudah lari.
"Ooh...pade ada disini" ucap istriku.
Memang semenjak anak anak lahir aku minta kepada pak Ustad agar mata bathinku ditutup saja, masalahnya hampir setiap menit aku melihat sosok sosok tidak bagus yang lewat atau berdiri disampingku. Supaya aku tidak merasakan keanehan dan keganjilan aku minta semuanya ditutup, makanya setelah itu aku sudah tidak bisa meraba ataupun melihat alam halus lagi.
"Lho pade disini?" kataku kaget, aku melihat Mira sudah sampe depan pintu dan tersenyum.
"Assalamualaikum pade" ucap Dayu sambil melemparkan senyuman. Aku dan Dina hanya diam karena tidak melihat siapa siapa disana.
"Ayuk kita semua masuk liat bude" aku mengajak semuanya masuk, dari arah belakang aku melihat pak Hamid lari tergopoh gopoh.
○○○○
Yang pertama tama masuk adalah Mira, ia berlari dan memeluk tangan bude.
"Uti..Mira dah disini" bisik Mira ditelinga bude.
Bude Dyah menggeliat sedikit dan menoleh lemah kearah Mira, mukanya berseri ketika melihat Amira berdiri disamping tempat tidur.
Tangan kanannya diangkat dan mengelus kepala Amira.
"Mana Dina?" tanya bude.
Adina langsung mendekat dan mencium tangan bude. "Mbah Uti Dina disini" Adina menarik tangan bude kewajahnya.
"Dina sayangku.." ucap bude sambil tersenyum.
"Kalian dengarkan baik baik..Mira kamu jaga Dina apapun yang terjadi kamu jaga dia dan Dina...kamu sayangi Mira ya..kalian berdua mnah uti doakan akan menjadi manusia yang sukses.."
"Aamiin.." aku dan Dayu serentak bersamaan mengucapkan itu.
"Uti..mbah kakung ada disini..tuh dipojok" ucap Amira sambil menunjuk kepojok ruangan dekat pintu masuk.
"Iya..uti sudah tau, sini mas deket aku..Randi dan Dayu aku minta kalian pindah keJogja dan urus tanah itu, didepan nantinya untuk Mira dan bagian belakang untuk Dina..Gus, usahakan tanah itu dibagi jadi 2 ya"
"Njjih bude..matur suwun sanget" ucapku pelan.
"Satu lagi sebelum aku berangkat, pa Hamid..mobil avanza putih itu untuk kamu..nanti Gus yang urus surat suratnya"
"Ya Allah buk!" pak Hamid kaget dan jongkok didekat tempat tidur bude sambil mencium tangan kanan bude.
"Maafkan aku kalo ada kesalahan apa apa..mas, aku sudah siap.." bude terbatuk batuk.
"Pak..panggil suster kesini cepat!" bisikku ditelinga pak Hamid.
Ia langsung bangkit dan bergegas keluar kamar.
Sekilas pikiran Randy melayang mundur kebelakang, ia masih ingat ketika pertama kali bude membelikan ia sebuah layangan. Bude selalu sayang kepadanya bahkan melebihi sayang yang diberikan ibunya sendiri.
Apakah mereka akan pindah keJogja atau tetap diBali dan masalah apa yang mereka hadapi diJogja..ikutin terus cerita ini sahabatku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!