Di sebuah Apartement Mewah
Dering HP terus berbunyi namun sang pemilik tampak enggan mengangkatnya namun tak mematikannya pula membiarkan HP nya berbunyi.
Seakan tahu siapa yang menghubunginya setiap pagi dan tak bosan mengingatkanya dari A sampai Z membuat Darren hapal namun ia tetap menyayangi wanita yang akan selalu menjadi cinta pertamanya siapa lagi kalau bukan Mommynya, Mommy Syahla a.k.a Mom Lala.
Kediaman Daniel Harold
"Anakmu Dad, biasa betul tak menjawab telp Mommynya." Mom Lala biasa ia dipanggil bergumam kesal hapal tingkah putra sulungnya yang hingga kini belum mau menikah.
Pria berwajah bule yang kini sudah tak lagi muda itu mendekati istrinya yang sedang ngomel-ngomel menghadapi putra sulung mereka memilih memeluk istrinya dengan mesra sambil menghirup aroma jasmine di ceruk leher istri tercintanya.
"Dad, udah tua malu. Masih mesum aja!" Mom Lala protes masih sibuk menghubungi kembali nomor HP Darren.
Seolah tak ambil pusing, Dad Daniel masih setia memeluk Mom Lala dengan posesif layaknya pasang muda meski keduanya sudah berusia senja.
"Pagi Mom, Dad. Duh Duh, Pagi-pagi sudah mesra-mesraan aja, bikin envy deh!" sapa Divya putri kedua pasangan Daniel dan Syahla yang kini bergabung di meja makan menikmati sarapan buatan mommynya.
"Makanya cepat kapan kamu siap menikah? Sakha sudah pernah bicara dengan Mom ingin melamar kamu Divya kenapa kamu menolak huh?" Mom Lala tambah emosi karena kedua anaknya baik si sulung dan si tengah masih betah melajang sementara sang adik pun masih tak terpikir menikah.
"Mom, Kak Darren dulu lah, nanti aku nyusul, kalau perlu Devano duluan juga gapapa. Aku mah santai." Divya memang tak kalah santai seperti 2 saudara nya yang lain kalau Mommy nya menanyakan pernikahan.
Tampak masih tak ada jawaban dari Darren membuat Mom Lala kesal dengan anak-anaknya.
"Mommy heran kenapa ketiga anak Mommy pada susah sekali ya disuruh nikah? Kalian bertiga normal kan?" Suasana hati yang bad mood membuat Mom Lala asal bicara.
"Astaga Mommy, Kami bertiga anak-anak Mommy ini sehat dan lurus! Kami normal Mom." Divya justru tertawa mendengar statement Mommynya.
"Honey, sudah donk, kalau marah-marah nanti cepat tua, walau buat Daddy Mommy selalu cantik." Daniel bukannya menenangkan sang istri malah gombal.
Lala menghubungi putra ketiganya dan beruntung langsung ada jawaban dari Devano.
"Morning Mommy sayang," sapa Devano diseberang panggilan telpon.
"Assalamualaikum Dev. " Baru saja senang malah si bungsu kebiasaan lupa mengucap salam.
"Eh iya Mom Maafkan Dev, Assalamualaikum Mommy sayang." Devano mengulang mengucapkan salam pada Mom Lala.
"Waalaikumsalam. Dev, kapan balik nak kerumah? Mommy kangen kamu. Kakakmu tak ada yang sayang sama Mommy, pulang ya?" Mom Lala mendramatisir keadaan ia tahu kalau Devano paling gampang dibujuk dibanding Darren dan Divya.
"Oke Mom, Dev juga kangen sama Mom, kalau gitu weekend ini Dev pulang ya Mom. Mom jangan lupa buatkan Dev makanan kesukaan Dev ya. Dev rindu masakan Mom yang paling enak." Devano memang tipikal anak yang ekspresif dan tak sungkan menyatakan perasaannya dibanding Darren kakaknya.
"Iya Sayang, Mom bakal masakan ayam goreng dan sop daging kesukaan kamu." mom Lala dengan hati riang.
"Mom, Dev mau siap-siap dulu ya. Nanti kita lanjutkan lagi. Love u Mom." Devano tak pernah lupa dan selalu mengatakan love languangenya pada sang ibu.
"Love u more, Son." Assalamualaikum." Mom Lala menutup dan menyudahi percakapannya dengan putra bungsunya.
"Dad, Mom seneng deh kalo sudah ngobrol sama fans nomor 1 nya, Devano." Divya yang tahu kalau adik bungsunya sangat dekat dan manja dengan sang Mommy.
"No! Fans nomor satu Momny itu Daddy." Daniel mengusap kepala sang putri.
"Dan Daddy adalah cinta pertama aku." Divya memeluk Daddynya.
"Nah ini fans nomor 1 kamu Honey." Mom Lala merangkul Divya yang sudah selesai sarapan dan siap berangkat ngantor.
"Divya, weekend jangan lupa kamu pulang ya, Kita kumpul dan Mommy juga akan suruh kakakmu balik." Mom Lala mengatakannya saat Divya pamit berangkat mencium tangan kedua orang tuanya.
"Iya Mommy ku yang cantik."
Selepas keberangkatan Divya, Mom Lala dan Dad Daniel kini tinggal berdua selebihnya ada asisten rumah tangga dan pegawai yang bekerja dirumah mereka.
"Dulu kita berdua, kini berdua lagi ya Dad. Kalo mereka sudah menikah paling tidak ada cucu yang akan meramaikan rumah ini." Mom Lala berkeluh kesah mencurahkan isi hatinya pada Daniel suaminya yang sudah puluhan tahun bersamanya.
"Honey, jangan terlalu memaksakan mereka menikah. Menikah bukan masalah usia dan siapa cepat, namun ketika mereka siap dan menemukan orang yang tepat. Seperti aku menemukanmu Honey." tak afdol rasanya kalau tak gombal ya Dad Daniel.
"Daddy sempatnya masih gombal. Mommy serius Dad, apalagi usia Darren sudah 35 tahun. Mommy ga mau Darren jadi bujangan tua." Mom Lala mengkhawatirkan putra sulungnya.
Diam-diam Daniel bukan tak memikirkan anak sulungnya yang hingga kini belum menikah, sebenarnya Daniel pernah ditanya oleh salah satu relasi bisnisnya perihal menjodohkan anaknya. Namun Daniel belum cerita dengan Lala istrinya.
"Honey, sebenarnya aku beberapa waktu lalu ditanya perihal Darren oleh salah satu relasi bisnisku. Ia berniat menjodohkan ya paling tidak mengenalkan putrinya dengan Darren putra kita." Daniel menatap wajah istrinya yang kini melihat kearahnya.
Dengan wajah berbinar Mom Lala antusias.
"Siapa Dad apakah Mom kenal?"
"Pak Baskara, Baskara Bima Megantara." jawab Daniel.
Mom Lala seakan menuntut penjelasan lebih lanjut mengenai sosok yang akan dikenalkan dengan Darren putranya.
"Pak Baskara memiliki seorang putri bernama Anindya, saat ini sedang berada di luar Amerika. Putrinya mengurus perusahaan Pak Baskara yang berada disana.
"Pak Baskara, suami dari Bu Anara ya Dad?" Mom Lala coba mengingat-ingat.
"Betul Mom." anggukan Daniel membenarkan.
"Aku beberapa kali pernah bertemu dengan Bu Anara dalam kesempatan Hari anak, Bu Anara sebagai pemilik Yayasan Love Care juga hadir di sana saat Mommy menghadiri acara yang dibuat oleh Bu Mentri." Mom Lala yang memiliki basic seorang guru memang sejak lama pasca menikah dengan Daniel aktif membuat sekolah-sekolah gratis disejumlah daerah sehingga meskipun tak aktif lagi mengajar namun kecintaan Mom Lala terhadap anak-anak dan dunia pendidikan tetap ia lanjutkan dan tersalurkan dalam wadah yang lebih besar.
"Menurut Mom bagaimana kalo kita kenalkan mereka?" Daniel meminta pendapat Lala.
"Mommy setuju Dad, mereka keluarga yang baik, Bu Anara juga sangat humble, walaupun Mom belum pernah melihat putrinya namun Mom yakin putrinya pasti baik karena didikan kedua orang tuanya. Justru Mom khawatir dengan putramu Dad, Darren itu sulit sekali mengekspresikan perasaannya berbeda dengan Devano. Mom takut Darren menolak lagi seperti yang sudah-sudah." Mom Lala memang memahami karakter Darren lebih tertutup dibandingkan Divya dan Devano.
"Pelan-pelan Mom, Dad yakin kemampuan Mom sebagai guru favorit yang selalu bisa membujuk siswa Mom pasti masih ada, cobalah sekali lagi bujuk Darren, siapa tahu kali ini berhasil." Daniel menaikkan sebelah alisnya seakan memiliki siasat dengan kode-kode yang hanya bisa Lala mengerti.
Dengan senyumannya Mom Lala seakan memiliki rencana dan tentu ia tak akan bosan mencoba dan mencoba agar Darren putra sulungnya mau menikah dan kali ini ia ingin berjalan lancar.
...****************...
Suasana wisuda dan pengambilan sumpah janji dokter di salah satu Universitas di German.
Abimana dan Tasya begitu bahagia dan bangga putri bungsu mereka Mikhayla Zalindra Permana kini telah berhasil menyelesaikan studinya dan kini sudah menjadi seorang dokter spesialis onkologi.
"dr. Mikhayla Zalindra Permana, Sp.B(K)." Abimana merentangkan kedua tangannya siap memeluk putri tercintanya yang berhasil dalam studinya menjadi seorang dokter dengan perasaan bahagia sekaligus bangga.
"Sayang, Mom bangga sama kamu. Sekarang Mom and Dad punya dokter pribadi, dokter kesayangan. Iya kan Dad?" Tasya tampak bahagia senyum itu tak lepas dari wajahnya memancarkan aura bangga melihat keberhasilan sang putri.
"Selamat ya Adek kecilku yang sudah jadi dokter. Kakak bangga sama kamu dek." peluk Mainaka pada adik kecilnya yang dulu cengeng tak mau ketinggalan olehnya kini sudah menjadi seorang dokter.
Keluarga Permana kini tengah menikmati makan siang bersama merayakan kelulusan Mikhayla.
Kurang lebih 7 tahun Mikhayla berada di German menyelesaikan Studi dan juga pengabdian disana hingga kini gelar dokter spesialis telah berhasil diraihnya.
Suka duka, sedih senang semua ia rasakan selama jauh dari keluarganya.
Meski berasal dari keluarga yang berkecukupan Mikha tentu harus survive berada jauh dinegeri orang tanpa sanak keluarga.
Meski Eyang Kungnya, Eyang Sigit tentu tak melepaskan Cucu tercintanya begitu saja tanpa pengawalan dan sang Daddy yang protective dengan segala pengawasannya.
"Mikha, sekarang waktunya kamu balik ke Indonesia, tinggal bersama Mom and Dad. Daddy tak mau lagi berjauhan dengan kamu. Daddy sudah sangat rindu." Abimana begitu menyayangi putri cantiknya.
"Turutin keinginan Daddy ya Nak," Tasya menepuk bahu putrinya.
"Duh Daddy bahagia betul ya memiliki 2 bidadari dalam hidup Daddy." Mainaka yang memang mengetahui 2 wanita tercinta Daddynya pertama Mommynya dan kedua Mikhayla sang adik bungsu.
"Oh itu tentu, makanya kamu Naka segera menikah dengan Kanaya, jangan terus jadi playboy." ledek Abimana pada putra sulungnya.
"Duh yang playboy senior ngeledek playboy junior." Tasya menskak kedua pria dalam keluarganya siapa lagi kalau bukan Abimana sang mantan playboy senior dan putra sulungnya yang mengambil sedikit kelakuan sang ayah.
"Mom, Mantan. i still loving u and always loving u Darling." usia senja tak menyurutkan kegombalan dan bakat playboy Abimana meski setelah menikah dengan Tasya semua cinta, kasih dan sayangnya hanya untuk Tasya seorang.
Tentu saja kelakuan kedua orang tua Naka dan Mikha membuat putra dan putri mereka tersenyum bahagia.
Betapa Abimana dan Tasya selalu menunjukkan kemesraannya didepan anak-anaknya seolah umur bukanlah halangan keduanya yang kini tak lagi muda.
"Naka, ajaklah Naya kerumah minggu ini, Mom ingin bertemu dengannya. Kamu seriuskan dengan Naya?" Tasya bertanya pada putranya mengenai hubungan percintaan putranya dengan wanita bernama Kanaya.
"Kakak serius pacaran sama Kanaya Satria Nugraha? Model TOP Indonesia yang sering berlaga diajang Internasional?" tanya Mikhayla dengan wajah menuntut jawaban.
"Dad tidak pernah masalah dengan siapapun kamu menjalin hubungan, selama kamu dan dia seiman, saling mencintai dan kalian bisa saling meghormati dan menyayangi Dad akan mendukung dan memberikan restu." kini Abimana angkat suara.
"Tapi Mom sedikit risih Naka melihat beberapa potret Naya dengan busana terbuka disejumlah majalah." Tasya yang kuat dengan budaya ketimuran.
"Ya memang Dad juga berharap jika kelak kamu berjodoh dengannya arahkan ia agar lebih baik dan tidak lagi memilih foto seperti itu." saran Abimana.
Mikhayla hanya mendengarkan pembicaraan seputar kakaknya dan model bernama Kanaya yang ia sering lihat di internet dan majalah mode.
Pikiran Mikhayla sendiri terbayang oleh sosok laki-laki, rekan seprofesinya yang telah lama ia sukai.
Laki-laki yang sejak ia menginjakan kakinya di German 7 tahun lalu mampu mencuri hati seorang Mikhayla yang sedikit tomboy.
Pria Blasteran yang tampan rupawan kala itu menjadi kakak tingkatnya di jurusan yang sama olehnya.
Sejak saat itu Mikhayla memiliki semangat baru dalam menjalani hari-harinya dalam mengejar cita-citanya.
Pembawaan nya yang hangat dan humble membuat Mikhayla nyaman berteman dengannya.
Keberuntungan bagi Mikha saat itu ia mendapatkan tempat Koas di RS dimana pria idamannya praktek.
Semakin semangat saja Mikhayla menjalani hari-hari yang sebenarnya sangat berat dengan serangkaian tugas dan stase-stase yang harus ia lewati.
Kehadiran Andrew membuat Mikhayla menjadi semangat dan seakan memiliki energi lebih dalam menjalani kesehariannya.
Seiring waktu, hari demi hari, minggu berganti bulan dan tahun demi tahun perasaan Mikhayla terus bertambah kepada Andrew.
Namun Mikhayla aneh mengapa Andrew tak sedikitpun mengatakan suka arau cinta padanya.
Padahal perhatian dan sikap Andrew yang begitu baik membuat hati Mikha berdegup setiap kali melihat Andrew.
Kala itu Mikhayla yang sudah menyelesaikan seluruh tahapan akademisnya dan tinggal menunggu hari dimana ia akan diambil sumpah sebagai seorang dokter spesialis membulatkan dan memantapkan hati akan mengatakan kepada Andrew mengenai isi hatinya yang ia rasakan selama ini.
Mikhayla seolah menepis rasa malunya, dan ia pun tak memikirkan lagi dirinya wanita tapi malah akan menyatakan cinta pada seorang pria semua itu ia buang jauh dengan keyakinan Andrew pun memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
"Maafkan aku Mikha. Aku tidak bisa menerima cintamu. Aku berterima kasih atas apa yang kamu katakan hari ini. Kamu baik dan sangat menyenangkan. Namun selama ini aku menganggap dirimu sebagai sahabat dan adik bagiku. Aku harap kamu bisa mengerti dan tidak membenciku."
Duar!
Rasanya hati Mikhayla tersambar petir.
Malu dan Malu.
Perih, Sakit dan Sesak.
Itulah sedikit gambaran hati dan perasaan Mikhayla kala itu.
Pria yang ia yakini memiliki perasaan yang sama dengannya.
Pria yang senantiasa membantunya dikala susah.
Pria yang selalu ada saat ia butuh pertolongan.
Pria yang pertama mengajak berkenalan pertama kali saat tak seorangpun yang ia kenal di negara ini.
Tak menyangka jika Andrew hanya menganggap Mikhayla sebagai sahabat bahkan adik baginya.
"Dek? Di panggil Mom turun." Mainaka mengetuk kamar adiknya.
Lamunan Mikhayla buyar.
Ia kini sudah berada di negeri tercintanya.
Meninggalkan kenangan pilu percintaannya tang rak terbalaskan dinegeri orang.
Meskin Gelar diperolehnya dan posisi sebagai dokter spesialis telah menunggunya.
"Mikhayla kamu pasti bisa melupakannya." Mikha meyakinkan diri.
"Wah Mommy masak banyak sekali. Mikha jadi laper Mom." Mikhayla saat turun melihat hidangan tersedia hasil masakan sang Mommy.
"Iya donk sayang, anak-anak Mommy sudah kumpul. Makanya Mommy masak makanan kesukaan kalian."Tasya dengan semangat menata masakan hasil jerih payahnya dibantu asisten rumah tangga menyiapkan makan malam mereka.
"Kayaknya aku harus punya istri yang bisa atau mau belajar masak Mom, Soalnya masakan Mom itu paling the best." puji Mainaka tak kalah menyanjung masakan sang Mommy.
"Kamu tuh sama Daddy kamu 11 12, raja gombal!" Tasya yang hidupnya kini digombali 2 pria, suami dan putra sulungnya.
"Eits, kalo Daddy bukan gombal Darling, front bottom my heary, honey." Abimana masih saja ngegombal.
"Ayo makan. Ga kenyang kalo cuma digombalin. Ayo makan." Tasya mengambilkan makanan untuk suaminya dan tentunya disambut dengan ratuan maut.
"Thank's Darling, your my everythink."
Mikhayla begitu bahagia melihat keuwuan kedua Daddy dan Momnynya yang hingga kini masih saja romantis meski usia keduanya sudah senja.
"Semoga kelak aku bisa seperti Mommy dan Daddy." batin Mikhayla berdoa.
...****************...
Suara Mom Lala bersenangdung merdu terdengar begitu riang membuat Mbok Nah asisten rumah tangga yang sangat setia dan sudah puluhan tahun ikut Lala heran dan tersenyum dengan kelakuan sang majikan.
"Ibu seneng bener sejak tadi nyanyi terus."
"Pasti seneng dong Mbok Nah, Darren, Divya dan Devani lagi kumpul dirumah. Tuh seru banget kan mereka." Mom Lala sambil menunjuk ke arah jendela dapur yang menuju arah kolam renang di taman belakang rumahnya.
"Iya Bu. Ga terasa ya Mas Darren, Mbak Divya dan Mas Devan sudah besar. Inget dulu waktu masih kecil-kecil. Bentar lagi Ibu bakal punya mantu kayaknya." Goda Mbok Nah lada Mom Lala.
"Aamiin. Saya tuh maunya juga gitu Mbok Nah, tapi Darren itu loh, susah banget kalo diminta nikah." curhat Mom Lala.
"Pelan-pelan Bu. Pasti suatu saat bakal mau nikah Mas Darren. Atau harus pakai taktik."Mbok Nah memberikan angin segar pada Mom Lala.
"Taktik? maksudnya Mbok?" Mom Lala menhentikan perhatiannya dari masakan-masakan yang sedang disiapkan para asisten rumah tangganya mereka akan barberque.
"Anak jaman sekarang sudah ga bisa dijodohin Bu, tapi pake trik. Biar ga kesannya ga dijodohin tapi sebenernya sudah ibu atur." Mbok Nah entah dapat angin apa kali ini memiliki ide seperti itu.
"Wah, Mbok Nah idenya bagus juga. Saya akan oikirkan caranya. Bantu doa ya Mbok." Mom Lala memegang bahu ART paruh bayanya yang iya anggap seperti keluarganya sendiri.
"Insya Allah Mbok Nah selalu doakan Ibu, Bapak, Mas Darren, Mbak Divya dan Mas Devano yang terbaik." terlihat raut wajah ketulusan dalam mimik Mbok Nah.
"Masya Allah. Makasi ya Mbok. Mbok Saya kesana dulu ya. Kalau sudah siap langsung dibawa aja ke taman. Kasian anak-anak pasti sudah laper."
Mom Lala menuju taman di sekitar kolam berenang mereka.
Tampak suami dan ketiga anaknya sedang ngobrol dan tentu saja Darren seperti biasa hanya bicara sekedarnya tidak seperti Daddy Daniel, Divya dan Devano yang selalu banyak omong.
"Darling, kemana aja sih, Daddy merindukanmu." Daniel segera merangkul Mom Lala saat melihat istrinya datang.
Tentu saja Mom Lala dengan senang hati mengambut perlakuan mesra dan romantis suaminya.
"Aduh, Aduh, Jangan bikin Jomblo-Jomblo disini Gegana dong Mom." Devano si paling bisa mencairkan suasana.
"Ah, Yang begini ini nih, yang bikin pingin cepet nikah. Tapi gimana ya, punya kakak ga nikah-nikah kan adeknya ga enak mau nikah duluan." Goda Divya kepada kakak sulungnya Darren.
"Kalo kamu mau nikah duluan ga usah bawa-bawa kakak Divya. Nikah sana sama Sakha, bukannya dia suka sama kamu? Dasar Playgirl!" Darren sekali bicara pedasnya mengalahkan Bon Cabe level 50.
"Kak. Kapan calon mantu Mom dibawa kerumah?" Mom Lala langsung menskak putra sulungnya.
"Doakan saja Mom. Ga usah ditanyain terus!" Darren membolakan matanya saat ibunya nembak calon mantu.
"Ga usah diminta Kak, Mom selalu doakan anak-anak Mom setiap shalat dan helaan nafas Mom." Mom Lala dengan segenap hati mengucapkannya.
"Sudah, yok kita makan dulu. Darren, Devano ayok kita bakar udang dan cuminya." Dad Daniel melerai perdebatan anak dan ibu dengan mengalihkan dan memilih mengajak kedua putranya.
"Devano disini saja Dad, mau bantu Mom dan Kak Divya." Devano tampak cari alasan, ia sudah diajak Momnya untuk menjalankan suatu misi suci.
"Dek, Mom sebenarnya ada apa sih?" Divya yang seakan tak mengerti dengan kode mommy dan adeknya.
"Suitttt!" Mom Lala menempelkan telunjuk dibibirnya memberi tanda diam.
"Ok." Divya dengan suara pelan nyaris hanya gerak bibirnya saja.
"Pokoknya kak Divya jangan ember ya. Ini demi kelangsungan hidup kita bedua kak." Devano dengan suara berbisik didepan Divya dan Mom Lala.
Mom Lala mengangguk menyetujui perkataan Devano.
Kemudian Mom Lala menjelaskan rencananya kepada kedua putra dan putrinya.
"Mom yakin Kak Darren mau dan akan masuk kerencana kita?" Divya yang tahu kakaknya cowok dingin dan sekian banyak kencan buta pengaturan Mom Lala yang Darren tolak.
"Pelan-pelan Div!" peringatan Mom Lala.
"Mom harap kalian bisa bantu Mom. Ok?" Mom Lala menaikkan alisnya.
"Ok Mom. Adek selalu dukung Mom. Kan Adek sayang Mom." Devano memang sweet dan hangat.
"Ok." Divya dengan gaya simplenya.
Sementara Darren yang melirik sejenak ke arah Mom dan kedua adiknya menatap sedikit curiga segera teralihkan oleh panggilan Dad Daniel.
"Darren, bagaimana perusahaan?" Daniel mencoba mengajak putranya berbincang.
"So Far So Good Dad. Tapi kenapa Dad minta aku kembali ke Indonesia? Bagaimana jika aku tinggal perusahaan?" Darren yang minggu lalu diminta kedua orang tuanya kembali ke Indonesia dan memegang perusahaan mereka di Indonesia.
"Jangan khawatir. Uncle Richard akan mengurus sambil membimbing Sky agar kelak ia bisa menghandle perusahaan disana. Kamu Dad minta untuk memimpin perusahaan disini karena Dad ingin pensiun. Dad ingin istirahat." Daniel menjelaskan keinginannya.
"Pensiun. Dad sakit? jujur padaku Dad." Darren mencemaskan keputusan ayahnya yang tiba-tiba.
"No! Dad sehat wal afiat. Dad hanya ingin banyak menghabiskan waktu dengan Mommymu Darren. Dad ingin banyak waktu berdua dan bisa mengenang kembali masa-masa mida kami. Selama ini Dad terlalu sibuk demi mempersiapkan masa depan kalian. Kini pitra putri Dad sudah bisa mandiri. Kini tiba waktunya Dad dan Mommy kembali honeymoon." Daniel dengan tawanya seolah mengenang masa-masa awal pernikahannya dengan Syahla guru SD yang mampu membuat jatinya terpikat.
"Daddy dan Mommy selalu saja romantis. Bagaimana bisa seperti itu Dad?" Darren memang sejak kecil sudah terbiasa melihat kemesraan dan keromantisan Dad dan Mom nya.
"Love. Because i love her."Daniel sambil menatap Mom Lala sambil mengedipkan matanya pada Mom Lala yang secara bersamaan sedang menatap sang suami.
Darren melihat dengan senyuman mengembang menyaksikan pemandangan kedua orang tuanya.
"Darren, minggu depan Dad dan Mom ada jamuan makan bersama rekan bisnis Dad, mereka salah satu relasi kita, karena kamu akan menggantikan Dad, Dad minta kamu ikut bersama Dad dalam jamuan itu."Daniel menatap wajah putranya memastikan tak ada penolakan.
"Ok Dad." tanpa penolakan dan untuk keperluan Bisnis Darren langsung mengiyakan.
Senyum di wajah Daniel kemudian memanggil istri dan kedua anaknya mengabarkan kalau mereka sudah selesai membakar udang dan cumi meminta mereka bergabung untuk menikmatinya.
Darren bukan tak mau menikah. Ia hanya belum menemukan wanita yang membuat hatinya tergugah.
Darren teringat akan gadis kecil yang memberikan ia lolipop kala itu.
"Gadis kecil. Kenapa dulu aku tak tanya namamu. Kenapa senyummu begitu manis." Darren duduk di dalam meja kerja di kamarnya sambil memegang sebuah ikat rambut milik gadis pemberi lolipop.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!