NovelToon NovelToon

Pemikat Sukma

episode 1 ke kota Medan

Rena mengemasi barang-barangnya. siang ini Ia akan berangkat ke kota Medan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang guru, itu cita-citanya sejak lama.

Rena sudah selesai mengemasi barang bawaannya. semua perlengkapan pribadinya juga tak Ia lupakan untuk selama masa perkuliahan.

tok..tok..tok.. terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

"masuk" ucapnya

kreek...terdengar suara pintu dibuka, lalu masuk sosok wanita paruh baya, yang selama ini merawatnya dengan penuh cinta kasih.

wajahnya begitu teduh dan menenangkan. Dia adalah Munah, ibunda, Rena.

"sudah siap berkemasnya?" tatapan munah seolah tak rela melepaskan anak gadis satu-satunya. berat bagi munah harus berpisah untuk waktu yang lama. namun demi cita-cita mulia yang diimpikan Rena, maka dia harus ikhlas melepaskan Rena berkuliah.

Rena merupakan anak perempuan satu-satunya dari empat bersaudara. dua orang kakak laki-laki yang sudah berkeluarga dan satu orang adik bungsu laki-laki yang masih duduk dibangku SMA.

"sudah bu." jawab Rena dengan mencoba menyembunyikan kesedihannya, Ia tak ingin ibunya menjadi sedih jika melihatnya rapuh.

Ayah Rena telah meninggal dunia saat Ia masih berusia lima tahun, sehingga Rena tak mengenali wajah ayahnya, ditambah lagi tidak adanya foto sebagai kenangan. ayah Rena meninggal dunia saat ibunya sedang berjuang melahirkan adik bungsunya. sejak saat itu kakak laki-laki tertua membantu mencari nafkah, dan rela putus sekolah.

"apa kamu sudah menghubungi pamanmu?" munah mencoba bertanya kembali.

"sudah bu" jawab Rena dengan senyuman datar.

"titip salam sama paman, sampaikan padanya agar menjagamu dengan baik"

Rena menjawab dengan anggukan.

Rena melirik jam yang tertera pada handphone jadul miliknya. pada masa tahun 2006, keberadaan android belum ada. memiliki handphone yang hanya bisa menelefon dan mengirim pesan merupakan sesuatu yang mewah, tidak seperti saat ini, android seperti kacang goreng yang mudah dan murah didapat.

handphone merk motorola model lipat, berwarna pink, dengan memory tanam yang hanya mampu menampung dua buah lagu. dimana lagu itu ditransfer melalui bluethoot, bukan hasil dwonload, karena tidak ada layanan internetnya.

handphone itu pemberian adik bungsunya, karena kakaknya akan kuliah, dan pastinya sangat membutuhkan alat komunikasi diperkuliahan dan untuk bertanya kabar jika ibunya rindu. maka Toni sang adik rela bekerja sebagai kuli angkut barang ditoko grosir selepas sekolah.

Toni adik yang sangat pengertian dan menyayangi ibu dan kakaknya. baginya kedua wanita itu harus dilindunginya, karena Ia juga berperan menggantikan kedua kakak laki-lakinya yang sudah berkeluarga.

Toni juga membantu ibunya memenuhi kebutuhan belanja dapur untuk membantu ibunya.

jam menunjukkan pukul 11.30 wib. satu jam lagi kereta api akan berangkat. Rena harus bergegas ke stasiun agar tak ketinggalan kereta.

Munah keluar dari kamar, pergi kedapur untuk mempersiapkan bekal Rena selama diperjalanan.

Ia telah memasak makanan kesukaan Rena, seperti soto ayam, dan tak lupa membawakan oleh-oleh untuk kakak laki-lakinya, Rasyid.

selama perkuliahan, Rena akan menumpang dirumah Rasyid, karena Rasyid satu-satunya saudara yang ada dikota Medan. Rasyid juga memiliki ekonomi yang sangat bagus, karena memiliki banyak rumah kontrakan, rumah makan masakan khas India dan 200 hektar perkebunan kelapa sawit yang sekarang dijaga munah dan Toni.

selain menumpang dirumah Rasyid, Rena juga dibiayai dana perkuliahannya. karena Rasyid hanya memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama Nisar, dan sukses menjadi pebisnis ekspor-impor makanan ringan dari negeri jiran Malaysia.

episode 2 Paman Rasyid

Toni, antarkan kakakmu ke stasiun, sebentar lagi kereta akan berangkat." titah munah kepada Toni yang saat itu baru selesai makan siang.

"iya bu" Toni beranjak dari meja duduknya.

"kak Rena, ayo berangkat" teriak Toni kepada Rena yang masih berada didalam kamar.

kreeek, Rena membuka pintu, lalu menarik roda kopernya yang sudah sarat dengan muatan, Rena hampir membawa semua pakaiannya.

"iya dik. mana ibu? kakak mau berpamitan. ucap Rena kepada Toni yang sudah bersiap mengeluarkan sepeda motornya.

"masih didapur, siapin bekal buat kakak." jawab Toni yang sudah berada di halaman rumah.

munah keluar dari dapur membawa toples segi empat untuk oleh-oleh paman Rasyid, dan bekal kotak nasi untuk rena makan didalam kereta api. harga makanan didalam kereta tentulah mahal, dan Rena harus bisa mengirit pengeluaran.

munah menyerahkannya kepada Rena.

Rena menerimanya, dan memeluk ibunya seraya berpamitan.

netra matanya tak mampu Ia bendung, bulir bening itu akhirnya jatuh juga. Rena mengecup pipi ibunya seraya meminta doa restu agar cita-citanya dikabulkan Allah dan diberkahi ilmu yang bermanfaat.

"jaga dirimu baik-baik diperantauan, jangan lupakan shalat" pesan Munah kepada Rena, isaknyapun tak mampu Ia tahan.

setelah berpamitan, Rena menemui Toni yang akan mengantarnya ke stasiun. Toni membantu kakaknya membawa koper untuk diletakkan didepan, agar Rena tidak kesempitan dudik dijok belakang.

sesampai distasiun, Toni meminta ijin kepada petugas yang berjaga pengecekkan tiket, untuk mengantarkan barang Rena ke dalam gerbong kereta. setelah memeriksa tiket, mereka diijinkan masuk. tiket telah dibeli 2 hari sebelum keberangkatan via online, melalu agen resmi.

kepala kereta telah datang, dan menyatu dengan gerbong, Toni memasuki gerbong yang diikuti oleh Rena, mencari gerbong dan nomor tempat duduk sesuai yang tertera ditiket.

setelah menemukan gerbong dan nomor tiket, Toni meletakkan koper milik kakaknya diatas bagasi kereta diatas kursi penumpang sebelah dinding atas.

setelah itu Toni memberika uang dua ratus rupiah sebagai bekal diperjalanan untuk kakaknya. Rena terharu dengan kebaikan sang adik yang begitu tulus. Meski usia Toni berjarak lima tahun dari usianya, namun pemikirannya jauh lebih dewasa dari usianya. Rena mengucapkan terimakasih dan mengucapkan doa terbaim untuk adiknya.

Toni berpamitan pulang, karena terdengar petugas stasiun memberikan aba-aba bahwa kereta akan segera berangkat. Toni meninggalkan gerbong yang diikuti tatapan Rena yang terus memandangi kepergian adiknya.

tuuuut...tuuut... suara kereta berbunyi dan diiringi getaran dr kereta yang menandakan kereta telah berangkat.

Rena mengambil handphone pemberian adiknya, dan mulai menghubungi nomor contac yang sudah disavenya di phonebook.

satu nama "paman Rasyid"

kriiing..kriiiing..kriing..

"hallo, siapa ini?" terdengar suara berat lelaki paruh baya dari seberang telefon, karena tidak ada nama dalam panggilan tersebut.

Rasyid

"hallo, siapa ini?" terdengar suara berat lelaki paruh dari seberang telefon, karena tidak ada nama dalam panggilan tersehut.

"ini Rena paman, Rena sudah berangkat" jawab Rena mencoba memberitahu bahwa panggilan itu berasal darinya.

"ooo.. Rena, sudah sampai mana kamu Ren?"

"baru berangkat, paman." mencoba menelisik sudah berada di daerah mana Ia melintas.

"oh, iya, nanyi kalau sudah sampai stasiun Medan kabari paman ya" dengan nada perintah kepada Rena.

"iya, sudah dulu ya, paman. takutnya battrei nanti habis. Assalammualaikum, paman. Rena ingin mengakhiri sambungan teleponnya.

"iya, wa'alaikum salam. hati-hati dijalan" . paman Rasyid menutup sambungan telefonnya.

Rena memasukkan handphone-nya kedalam tas kecil tali selempang, tas dengan harga murahan itu mampu menampung beberapa barang kecil, seperti handphone, bedak padat plus cermin kecil, untuk selalu melihat apakah riasan wajahnya masih rapi atau sudah berantakan.

diperjalanan, Rena memandangi semua pemandangan yang Ia lewati. pemandangan alam itu mampu mengusir rasa jenuhnya. tak lama rasa kantuk menyerangnya, Ia pun tertidur.

entah berapa lama Rena tertidur, sehingga tanpa disadarinya Ia sudah memasuki kota Medan, ia mencium aroma tak sedap dari lubang kaca kereta (masa era tahun 2008, kereta api belum ada layanan AC-nya).

aroma itu berasal dari samping gerbong kereta yang terus berjalan. Rena memandangi penampakan ternak babi. babi-babi itu diternak oleh warga suku batak yang hidup didaerah pinggiran rel.

"ternyata sudah sampai daerah Mandala. sebentar lagi sampai stasiun pusat". guman Rena dalam hati.

akhirnya kereta sampai distasiun utama, Kota Medan. suara derit rem kereta berbunyi mencicit, dan gerbongpun berguncang lebih keras.

Rena mengambil kopernya yang ada diatas bagasi kereta, tepat diatas kepalanya. dengan sedikit berjinjit, Ia menggapainya.

terdengar suara petugas stasiun, memberikan aba-aba dan peringatan melalui microphone, untuk memeriksa barang bawaan penumpang.

Rena bergegas turun, berdesakan dengan penumpang lain. setelah keluar dari gerbong, Rena menarik pegangan koper, agar memudahkannya untuk dibawa, karena koper memiliki roda.

sesampainya didepan pintu gerbang stasiun, Rena memesan betor (becak motor). salah satu angkutan khas Sumatera Utara.

becak itu mampu mengangkut barang dan beberapa orang.

terjadi tawar menawar harga ongkos antara Rena dan pengemudi betor. setelah menyepakati harga, Rena bergegas naik, dan melanjutkan perjalanan kerumah paman Rasyid, seraya menikmati keindahan dan gemerlapnya kota Medan dimalam hari. Ia begitu mengagumi kota Metropolitan ini.

sepanjang perjalanan, Ia terus memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri tinggi menjulang. pusat perbelanjaan yang tersebar dimana-mana, baginya semua itu hal uang begitu mengagumkan.

episode 3 laptop baru

"tapi saya mau memasak buat makan malam bang. lagian kamar ataskan masih ada satu lagi yang kosong dan sudah bersih. mengapa tidak diatas saja?" Aning bersikeras menolak membersihkan kamar itu.

"Rena sengaja abang beri kamar disamping, agar jika Marti memerlukan sesuatu tidak repot turun naik tangga. sudahlah, jangan membantah. nanti abang tambah gajimu." ucap Rasyid menegaskan, dan mencoba menyudahi perdebatannya dengan Aning.

"iya..iya.. emangnya berapa lama sinRena menginap disini bang? " Aning mencoba melunak, karena mendengar tambahan gaji.

"sampai kuliahnya selesai". ucap Rasyid.

"ha??. kuliah? terus siapa yang biayain kuliahnya? kan mbak Munah gak punya duit" ucap Aning sedikit ketus.

"ya abanglah Ning. sudahlah, abang mau siap-siap shalat ashar. jangan lupa bersihkan kamarnya" Ucap Rasyid, mengeskan kembali kepada Aning.

"iya. jawab Aning semakin kesal. wajahnya sudah terlihat masam.

dengan perasaan jengkel, Aning membersihkan kamar itu. kamar berukuran tiga kaki empat meter itu terlihat luas. semua fasilitasnya sudah tersedia. ranjang dengan bed empuk, kamar mandi, lemari jati tiga pintu dengan ukiran khas-nya, serta meja belajar dannrak-rak buku yang tertata rapi.

Aning, mengambil sprei, memasangkannya pada bed tersebut. meski sebenarnya hati sangat kesal, namun Ia terpaksa melakukannya. itu semua demi agar Ia bisa tetap tinggal dirumah itu.

"enak bener tu si Rena. sudah numpang, dibiayain kuliah lagi sama bang Rasyid" Rena menggerutu sendiri.

"coba kalau aku punya anak, aku juga minta anakku dikuliahin sama bang Rasyid. dari dulu bang Rasyid tampak pilih kasih antara aku dan mbak Munah" gerutu Aning kembali, dengan wajah yang begitu masam dan hati penuh kekesalan.

stelah selesai membereskan kamar, Aning kembali kedapur untuk melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.

tak terasa hari mulai merangkak gelap. terdengar lantunan adzan maghrib yang menenangkan hati, mengumandangkan seruan kepada umat muslim agar beribadah shalat, bersujud pada pencipta-Nya.

Rasyid bersiap-siap pergi ke mesjid, melakukan shalat berjamaah. mesjid itu hanya berjarak limah puluh meter dari rumahnya, sangat dekat ditempuh berjalan kaki.

tok..tok..tok.. terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Rasyid yang sudah berada didepan pintu hendak ke mesjid, langsung membukanya, dan melihat Rena sudah sampai.

Rena mengulurkan tangannya untuk salim dan meletakkan punggung tangan lelaki itu kekeningnya. adab dan akhlak yang selalu diajarkan Munah kepada anak-anaknya agar menghormati yang lebih tua.

"lho, koq kamu gak ngabari sudah sampai stasiun tadi?

kan paman bisa suruh supir untuk menjemputmu". ucap Rasyid kepada Rena, seraya mengulurkan tangannya.

"assalammualaikum paman" ucap Rena.

wa'alaikumsalam". balas Rasuid, pada ponakannya itu.

"gak apa-apa paman. Rena emang pengen naik betor, sekalian melihat-lihat suasana kota Medan dimalam hari". ucap Rena dengan polosnya.

"ya sudah masuk, mandi dan shalat maghrib. paman mau kemesjid. oh ya, kamarmu disebelah paman" Rashid mencoba menjelaskan kepada Rena.

"iya paman" balas Rena disertai dengan anggukan.

Rasyidpun keluar rumah, menuju mesjid, untuk melakukan shalat maghrib berjamaah.

Rena, memasuki rumah, terlihat sepi. kemana para penghuninya? bathin Rena.

"mungkin mereka sedang shalat maghrib". bathin Rena kembali.

Rena bergegas menuju pintu kamar, dan membukanya. semua sudah tertata rapi dan harum. hawa dingin yang berasal AC membuatnya sedikit menggigil, maklumlah, dirumahnya Ia hanya menghunakan kipas angin.

maka hawa dingin AC membuatnya menggigil, serasa hidup dikutub bagi Rena.

Rena mengambil remote, dan menurunkan frekuensinya.

hari ini Ia tak bisa melakukan kewajibannya shalat, karena ia sedang menstruasi.

Rena bergegas mandi. menyalin pakaiannya, rasanya segar kembali. setelah selesai mandi dan menyalin pakaiannya, Ia pun merapikan pakaian dalam kopernya, menatanya dilemari jati yang sudah tersedia. setelah selesai, Ia mencoba merebahkan tubuhnya diranjang yang empuk dan wangi.

melihat ke langit-langit kamar, dan merenungi nasibnya, yang dianggapnya sangat beruntung, memiliki seorang paman, seperti paman Rasyid.

"Ren" terdengar suara paman Rasyid memanggilnya, membuyarkan lamunannya.

"ya, paman" . sahutnya dari dalam, dan mencoba bangkit untuk menemui pemilik suara.

kreeek..

pintu dibuka, paman Rasyid sudah berada didepan pintu, dan menenteng sebuah laptop.

"ini untukmu, agar memudahkanmu untuk perkuliahan nanti". seraya memberikan laptop yang dipegangnya.

"terimakasih paman, Rena berjanji akan serius kuliah, agar menjadi orang yang berguna kelak". ucap Rena, suaranya bergetar, karena menahan haru, atas semua kebaikan yang diberikan paman kepadanya. tak terasa, bulir-bulir sebening kristal jatuh tanpa mampu ditahannya.

"jadilah anak yang bisa kubanggakan, jangan mengecewakanku dan ibumu" balas Rasyid,dan mengelus kepala keponakannya dengan kasih sayang.

Rena menjawab dengan anggukan.

"ya sudah, ayo makan malam". ucap paman Rasyid, dengan nada ajakan.

Rena menjawab lagi dengan anghukan, karena iya tak mampu mengeluarkan kata-kata. hatinya mengharu biru.

"Ya. Rabb..terimakasih atas segala nikmat yang engkau berikan pada hamba." ucapnya tanda syukur yang tak henti Ia ucapkan.

"ibu, aku akan mewujudkan semua impianmu." janji Rena dalam hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!