NovelToon NovelToon

Celia

Awal Mula

This novel is dedicated to my very best friend, Eva Gelista ♥️

...🥀🥀🥀...

Happy reading ♥️

Minggu pagi ini cuaca cukup cerah, bunyi suara margarin yang dipanaskan di atas wajan terdengar dengan begitu jelasnya tak hanya itu harum wanginya pun memenuhi ruang dapur yang menghadap kolam renang dan taman bagian belakang rumah yang ditumbuhi banyak jenis bunga.

Renata tengah asik menyiapkan sarapan untuk orang-orang yang sangat dicintainya. French toast ( roti yang direndam dengan susu dan telur serta bumbu lainnya, kemudian dipanggang di atas wajan ) adalah pilihannya kali ini.

Ia bersenandung kecil melagukan tentang cinta dan sesekali menggoyangkan pinggulnya pelan hingga rambut panjangnya yang dikuncir kuda ikut bergerak sesuai irama.

Tanpa Renata sadari, Fabian telah menyandarkan tubuhnya di kusen pintu sembari mengulum senyumnya. Ia perhatikan istrinya itu dengan tatapan mata teduh penuh cinta. Renata memang tak lagi muda tapi bagi Fabian, dia lah wanita yang paling cantik dan berarti dalam hidupnya. Lama bersama tak menjadikannya bosan, yang terjadi adalah sebaliknya. Tiap hari, ia semakin mencintai istri yang telah memberikan 2 orang anak itu.

Dulu....

Fabian dan Renata pernah diterpa badai dahsyat dalam kehidupan rumah tangga mereka hingga keduanya tak sanggup lagi hidup bersama dan memutuskan untuk bercerai.

Namun dari badai itu keduanya belajar bahwa Memaafkan adalah hal terbaik dari sebuah cinta.

Butuh seorang yang kuat untuk dapat mengatakan kata " maaf".Dan butuh seseorang yang lebih kuat lagi untuk dapat memaafkan. Pada akhirnya cinta lah yang dapat menaklukkan semuanya.

Masa itu telah lama berlalu, dan kini keduanya telah kembali bersama dengan cinta yang lebih kuat dan rasa saling terbuka tanpa menyembunyikan apapun lagi meskipun itu sesuatu yang menyakitkan.

Fabian menghela nafasnya lega, dalam hatinya ia begitu merasa bersyukur karena Tuhan masih memberikannya kesempatan kedua untuk hidup bersama dengan wanita yang paling dicintainya itu. Wanita yang mengalihkan dunianya sejak pertama kali mereka bertemu.

Fabian melangkahkan kakinya pelan, berjalan mendekati sang istri yang masih belum sadar dengan kehadirannya di sana. "Sayang..." sapa Fabian seraya memeluk tubuh sang istri dari arah belakang dan tak lupa ia daratkan bibirnya di sebelah pipi Renata dan mengecupnya lembut.

"Ya Tuhan," Renata melonjakkan tubuhnya karena terkejut oleh belitan tangan Fabian di atas perut datarnya. Tak hanya itu, ia juga terkejut karena ciuman mesra yang Fabian berikan padanya.

"Maaf karena membuatmu terkejut," bisik Fabian tanpa melepaskan belitan tangannya.

"Its oke... tapi aku lagi masak, Bi," sahut Renata seraya menolehkan kepala dan balas mengecup pipi Fabian yang tersampir di pundaknya.

Fabian tahu jika Renata ingin dirinya untuk melepaskan belitan tangan tapi rasanya ia masih merasa tak rela untuk melakukan itu.

"Bi... aku lagi masak," ucap Renata lagi mengingatkan dan akhirnya Fabian mengurai pelukannya walaupun enggan.

Renata meletakkan spatula di atas meja dan membalikkan tubuhnya menghadap sang suami. Ia jinjitkan kakinya dan meraih wajah Fabian dengan kedua tangan hingga bibir lelaki itu mengerucut lucu dan Renata pun mengecupnya dengan mesra. "Terimakasih karena sudah mau mengerti," sahut Renata seraya tersenyum manis pada suaminya.

Fabian menatap teduh netra berwarna coklat karamel milik istrinya itu. Renata selalu mampu membuatnya tenggelam dalam cinta. Ingin rasanya ia merengkuh tubuh istrinya, dan membawanya kembali ke atas ranjang mereka dan bergumul penuh peluh seperti tadi malam tapi ia tahu Renata tengah sibuk memasak untuk dirinya dan kedua anak mereka.

Tiba-tiba Fabian tersentak, mengingat kedua anaknya yang telah beranjak dewasa belum juga hadir diruang makan. Karena biasanya mereka selalu sarapan bersama sebelum memulai hari. Celia dan Aksa, dua anak kesayangan Fabian juga Renata.

"Mereka kemana ?" tanya Fabian.

"Mereka ?" Renata berkerut dahi seolah tak paham. "Aksa pergi joging, dan Celia sepertinya kembali tidur setelah subuh," lanjut Renata saat ia sadar jika Fabian menanyakan kedua anak mereka.

"Princess, tidur lagi ? apa ia begadang ?" tanya Fabian lagi.

"Entahlah, mungkin karena ini hari Minggu makanya ia kembali tidur dan tak perlu pergi bekerja," jawab Renata.

Ya... Celia kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa berusia 24 tahun dan sudah bekerja di perusahaan Daddy nya bersama 2 kakak sepupunya Davin dan Darrel yang merupakan anak kakak Fabian yang bernama Sakti.

Walaupun Celia sudah dewasa tapi Fabian masih saja memanjakannya. Bahkan ia masih memanggil Celia dengan kata "Princess" padahal Celia sudah berkali-kali memprotesnya karena ia merasa malu dengan panggilan itu. Seringkali teman-teman Celia meledeknya karena panggilan yang Fabian berikan padanya. Tak hanya Fabian tapi semuanya masih memanggil Celia seperti itu, kecuali Renata.

Celia meminta mommy nya untuk memanggil ia dengan sebutan nama karena dirinya ingin dianggap sebagai perempuan dewasa bukan lagi gadis kecil yang manja.

Tak hanya dimanjakan, tapi Celia juga dijaga sangat ketat oleh semuanya terutama Fabian. Bahkan Aksa sang adik yang masih berusia 17 tahun itu ikut menjaganya. Ia lebih terlihat sebagai bodyguard daripada seorang adik. Belum lagi Davin dan Darrel yang berlaku sama. Dibandingkan sebagai kakak sepupu, keduanya lebih mirip orang kepercayaan atau tukang pukul yang disewa Fabian.

Tak heran jika di usianya yang sudah menginjak 24 tahun Celia tak pernah berhubungan serius dengan laki-laki manapun karena nyali mereka akan langsung ciut ketika harus menghadapi para lelaki yang ditugaskan untuk melindunginya.

Bahkan ketika semua sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, Fabian akan menugaskan bodyguard betulan untuk menjaga anak perempuan kesayangannya itu.

Dan hal itu sangat membuat Celia frustasi hingga ia merengek pada Renata agar bisa menghentikan kegilaan Daddy nya, yaitu menjaganya dengan begitu ketatnya.

Setelah berunding dengan lama dan alot juga diselingi bujuk rayu dari Renata akhirnya Fabian bersedia untuk melakukan itu. Ia tak lagi menggunakan jasa bodyguard untuk membuntuti Celia.

Kadang Renata pun sering merasa kasihan pada anak gadisnya itu, tapi Fabian sangat tak ingin Celia terpengaruh oleh pergaulan buruk jaman sekarang. Ia ingin Celia mendapatkan lelaki yang mencintainya dengan tulus seperti yang ia lakukan pada Renata.

Terlebih lagi masa lalu Fabian yang pernah melakukan hal bodoh hingga ia terjebak dalam kehidupan bersama Lea, wanita yang terobsesi padanya dan mengharuskan ia mengikat Renata wanita yang sebenarnya ia cintai dengan dusta agar bisa menjadi istrinya. Fabian selalu bergidik ngeri ketika ingatan masa lalunya hadir dalam kepalanya.

"Aksa joging kemana ?" tanya Fabian.

"Sepertinya ia joging di taman kota, paling juga sebentar lagi ia pulang untuk sarapan," jawab Renata dan Fabian pun mengangguk paham.

"Kalau begitu aku bangunkan Celia dulu," lanjut Fabian seraya berjalan menuju tangga yang akan membawanya ke lantai dua di mana kamar Celia berada.

***

Pintu kamar Celia tak tertutup rapat, sepertinya anak gadisnya itu telah meninggalkan kamarnya beberapa waktu lalu dan kembali lagi untuk melanjutkan tidurnya.

Fabian langkahkan kakinya perlahan memasuki kamar Celia yang masih terlihat gelap padahal matahari telah menyapa bumi dengan sinarnya yang cerah ceria. Tirai berwarna merah maroon dikamar Celia masih menutupi kaca jendelanya dengan sempurna.

Di atas ranjang, celia tertidur dengan menelungkupkan tubuhnya. Rambutnya yang panjang tergerai tak beraturan dan menutupi wajahnya yang cantik.

Fabian berjalan pelan menuju anak gadisnya yang masih tertidur pulas. Tak jauh dari tubuhnya yang terbaring laptop Celia masih menyala dengan layar yang terbuka. "Dasar...," gumam Fabian pelan.

Ia hendak mematikannya namun gerak jemari Fabian terhenti ketika layar itu menunjukkan percakapan Celia dengan seorang laki-laki dalam kolom pesan akun sosial medianya.

"Hi sleepy head ( hei tukang tidur) aku tahu kamu pasti masih tidur." tulisnya disana.

"its 3 am here and i can't stop thinking about you," (ini jam 3 pagi di sini dan aku tidak bisa berhenti memikirkanmu ). Lelaki itu kembali mengirimkan pesannya.

Fabian yang membaca itu membulatkan matanya tak percaya. "What the F*ck," makinya pelan. Ia merasa sangat terkejut dan tak terima dengan apa yang dilihatnya saat ini. Dari bahasa yang digunakan dalam percakapan itu sepertinya lelaki itu telah mengenal Celia cukup lama.

Fabian segera mengklik profil lelaki itu untuk melihat siapa dirinya. Terlihat banyak sekali photo yang di tampilkan di laman sosial media lelaki bernama C.ADillan itu. Ia pilih satu-satu photo yang menunjukkan wajah si pemilik akun namun sayangnya semua photo itu tak ada yang menunjukkan wajahnya dengan jelas.

Fabian terus menggerakkan jemarinya mencari photo yang memperlihatkan wajah lelaki itu dengan jelas hingga ada satu photo yang ia pilih.

Fabian amati wajah tampan khas indo itu, walaupun dari arah samping tapi sepertinya ia pernah melihat wajah lelaki itu sebelumnya namun entah di mana.

Cukup lama ia melakukan itu hingga suara serak khas bangun tidur membuyarkan lamunannya. "Apa yang sedang Daddy lakukan ?" tanya Celia dengan wajah terkejut bercampur rasa kecewa.

to be continued ♥️

thanks for reading.

Ultimatum

Happy reading ♥️

"Apa yang sedang Daddy lakukan ?" tanya Celia dengan wajah terkejut bercampur rasa kecewa.

Segera ia menutup layar laptopnya dengan paksa dan tergesa, hingga Fabian tak lagi bisa memperhatikan photo lelaki itu dan sialnya ia pun lupa nama akun yang digunakannya.

Celia mendengus kesal, wajahnya langsung ditekuk tanda tak suka dan Fabian sadar tentu saja. "Daddy hanya ingin mengajakmu untuk sarapan bersama," jawab Fabian setenang mungkin. Walaupun dalam hatinya meradang tentang fakta bahwa Celia memiliki teman dekat laki-laki.

Fabian bangkit dan berjalan meninggalkan kamar anak gadisnya itu. "Daddy tunggu di bawah," ucapnya terdengar dingin, sebelum menghilang di balik pintu meninggalkan Celia dengan perasaan kacaunya.

Celia tahu jika daddy nya itu sangat mencintainya, begitu juga dengan mommy dan adiknya. Namun sikap posesif dan protektif mereka yang berlebihan membuat Celia terkekang dan tak dapat bergerak dengan bebas.

Setelah lulus kuliah, Celia langsung bekerja di perusahaan keluarganya sebagai manager. Di mana Sakti yang merupakan kakak dari Fabian adalah direktur utamanya dan sang daddy menjadi wakilnya.

Tentunya Celia sadar kenapa ia bekerja disana, itu adalah salah satu cara agar daddy nya bisa mengawasi segala gerak geriknya. Tak hanya Fabian tapi kedua sepupunya pun bekerja di sana dan melakukan hal yang sama. "Arrggghh," Celia menjambak rambutnya sendiri karena frustasi.

Bukannya ia tak bersyukur atas kasih sayang berlimpah dari seluruh keluarganya tapi ini semuanya terasa berlebihan. Bahkan teman-temannya pun merasa enggan ketika harus mengajak Celia untuk suatu acara karena banyaknya syarat yang diberikan daddy nya dan itu sangat mempengaruhi pergaulannya.

Hanya Renata sang mommy yang lebih pengertian, sering ia meminta Fabian untuk melonggarkan aturannya pada anak gadis mereka agar Celia tak merasa tertekan tapi nyatanya Fabian hanya memberikan sedikit saja kelonggaran.

Dada Celia berdegup kencang, ia masih merasa terkejut luar biasa dengan apa yang baru saja terjadi. Tak terbayangkan apa yang akan daddy nya katakan di ruang makan nanti. Fabian memang tidak memperlihatkan rasa marahnya tapi daddy nya itu tak bisa menyembunyikan rasa kecewa dari wajahnya.

Dengan jemari gemetar Celia kembali membuka laptop, lelaki yang sudah 2 tahun ini mengisi hati juga pikirannya tertera pada layarnya walaupun tak terlihat jelas. Lelaki yang dicintainya secara diam-diam dan tak pernah ditemuinya sama sekali karena jarak membentang diantara keduanya. Lelaki itu adalah teman semasa kecilnya dan hanya bertemu beberapa kali saja. Tapi nyatanya cinta tak menghalangi itu semua.

Collin Andrew Dillan, lelaki berumur 27 tahun itu adalah anak dari dokter Jamie. Seorang dokter yang dulu pernah menyembuhkan Daddy nya dari kecelakaan tragis. Itu terjadi beberapa belas tahun yang lalu, usia Celia saja masih 5 atau 6 tahun ia tak ingat pasti.

Walaupun ayah Collin yang bernama dokter Jamie itu adalah sepupu jauh juga pernah membantu kesembuhan daddy nya tapi Celia tahu jika hubungan keduanya kurang baik. Ada sesuatu di masa lalu yang membuatnya seperti itu.

Tapi Tuhan berkehendak lain ketika mempertemukan keduanya melalui jaringan sosial media. Secara tak sengaja mereka bertemu dalam kolom komentar kakak sepupunya Davin.

Itu terjadi 2 tahun lalu ketika Celia baru saja kehilangan kekasihnya karena ulah kedua sepupunya itu. Sang kekasih babak belur di tangan Darrel dan sumpah demi apapun Celia sangat membenci kejadian itu hingga ia memblokir nomor ponsel kedua sepupunya itu. Celia mengurung diri berhari-hari dan tak mau bertemu siapa pun, kesabarannya telah habis.

Merasa sulit meraih adik sepupunya, Davin membuat postingan permintaan maaf di akun sosial media dan menyebutkan nama Celia di sana. Orang yang pertama kali berkomentar di postingan itu adalah Collin. Ternyata para kakak sepupunya itu berteman dengan Collin di dunia maya. Ia hanya menuliskan kata "Princess Celia ?" Tak menyangka jika lelaki itu masih mengingatnya padahal mereka terakhir bertemu itu sekitar 16 atau 17 tahun yang lalu saat Celia masih kecil.

Saat itu juga Collin mengirimkan pesan pribadi bertanya apakah ia "princess Celia" yang Collin kenal dulu kala dan Celia bertanya "bagaimana kamu bisa ingat dengan ku ?"

"Karena aku tak pernah melupakanmu," itulah jawaban Collin waktu itu.

Bagai mantra, apa yang Collin tuliskan mengobati patah hati Celia begitu saja. Keduanya menjadi intens berbalas pesan. Di mulai dari sebuah pertemanan dan berakhir dengan rasa cinta yang saling bersambut. Sadar ada yang tak beres dengan masa lalu kedua orang tua mereka, membuat Celia dan Collin menjalani kisah cinta secara diam-diam. Tapi kini Fabian telah tahu tentang semuanya, Celia harus bersiap kehilangan lelaki yang ia cintai itu.

"Celia !" terdengar suara Fabian yang kembali memanggilnya.

Celia memang tak suka dipanggil "princess" tapi jika Daddy nya tak memanggilnya dengan sebutan itu maka ia sedang dalam keadaan tak aman karena dengan begitu menandakan jika Fabian tengah marah besar padanya.

"Tunggu, aku turun sekarang" sahut Celia. Ia pun mematikan laptopnya tanpa membalas pesan yang dikirimkan Collin padanya.

***

Di lantai bawah semua telah duduk di ruang makan dan menunggu Celia di sana termasuk Aksa sang adik.

Malas-malas Celia berjalan menuruni tangga dengan kepala tertunduk lesu. Ia mengangkat wajahnya dan melihat semua mata memandang ke arahnya termasuk mommy nya Renata yang menggelengkan kepalanya pelan seolah tak percaya.

Tanpa banyak bicara, Celia duduk tepat di sebelah adiknya. Walaupun usianya masih 17 tahun tapi Aksa memiliki postur tubuh yang jauh lebih tinggi darinya dan berharap ia bisa menyembunyikan diri dari tatapan dingin mata daddy nya.

Semuanya menikmati sarapan mereka dalam sunyi hanya bunyi sendok yang beradu dengan piring yang terdengar di ruangan itu. Susah payah Celia mengunyah dan menelan makanannya padahal itu hanya setangkup roti panggang saja.

Sesekali ia menatap mata Renata sang mommy tapi sepertinya wanita itu berusaha menghindari tatapan matanya. Celia pun beralih melihat ke arah Fabian dan daddy nya itu fokus pada piringnya dengan raut wajah dingin. Begitu juga Aksa, adik cerewetnya itu Lebih memilih untuk tak banyak bicara. "Ya Tuhan...," lirih Celia pelan. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan.

Keheningan itu terjadi beberapa belas menit sampai semuanya menghabiskan sarapan mereka kecuali Celia tentu saja. Nafsu makannya hilang seketika.

Biasanya Fabian akan bertanya kenapa Celia tak menghabiskan sarapannya. Apakah putri kesayangannya itu tidak enak badan atau menginginkan makanan yang lain, tapi kali ini tidak. Fabian terdiam seolah tak peduli dan itu membuat Celia merasa resah hati.

Fabian meraih gelas dan meminum isinya hingga tandas, ia membersihkan ujung bibirnya dengan tisu dan kini mata dinginnya menatap Celia lekat-lekat.

"Apa ada yang ingin kamu jelaskan pada kami ?" tanya nya tanpa basa-basi.

"Tentang apa ?" tanya Celia berusaha untuk kuat menghadapi daddy nya itu.

"Apa harus daddy yang memulainya ?" tanya Fabian masih dengan tatapan matanya yang dingin.

Tak hanya Fabian, tapi semua mata tertuju padanya seolah-olah Celia adalah pelaku kriminal yang baru saja tertangkap dan diinterogasi.

"He is just a random guy that i met in the internet," (Dia hanya pria acak yang saya temui di internet )" Celia mulai membuka mulutnya.

"Dan kamu membiarkan seorang pria acak untuk lancang memikirkan kamu di pukul 3 pagi ? Daddy ini seorang laki-laki ! Daddy saja tak berani menduganya karena itu akan menyakiti hati daddy sebagai seorang ayah," sahut Fabian.

"Dia tak seburuk yang Daddy kira," bela Celia.

Fabian terdiam dan menatap Celia kian dalam. "Tell me ( katakan padaku ) apa yang dipikirkan seorang pria tentang perempuan di jam 3 pagi ?" tanya nya dan Celia tak bisa menjawabnya.

"Daddy sangat mencintaimu. I treat you as a princess. ( Saya memperlakukan Anda sebagai seorang putri ) dan tak akan rela jika seorang pria acak berpikir buruk tentang mu," lanjut Fabian dengan suaranya yang meninggi.

"Percayalah dia bukan lelaki yang seperti daddy pikirkan. Dan aku bukan anak kecil lagi, aku harap Daddy tak ikut campur dalam kehidupan pribadi ku,"

"Apa ??" tanya Fabian tak terima.

"Aku sudah berusia 24 tahun, mau tidak mau suatu hari aku akan pergi dengan lelaki yang aku cintai dan Daddy tak akan bisa mencegahnya. Apa daddy ingin aku menyendiri di sepanjang umurku ?" tanya Celia sambil berurai air mata.

"Tentu tidak, tapi Daddy ingin kamu dengan lelaki yang tepat," jawab Fabian.

"Semua laki-laki tidak pernah tepat di mata daddy ! pacar terkahir ku saja babak belur karena di hajar Darrel dan itu pasti ada campur tangan Daddy di dalamnya !" tuduh Celia.

Fabian mengepalkan tangannya dan Renata pun menahan suaminya itu agar bisa lebih menahan diri.

"Aksa, bisa tinggalkan kami bertiga ? pergilah ke kamarmu," titah Fabian pada anak bungsunya itu dan Aksa pun menurutinya.

Setelah kepergian Aksa barulah Fabian berbicara. "Apa kamu tahu kenapa Darrel memukul mantan pacarmu ?" tanya Fabian pada Celia.

"Karena kalian yang terlalu berlebihan dalam mengekang aku ?" sahut Celia masih diselimuti rasa emosi.

Fabian tersenyum miring sebelum ia menjawab "Karena dia tidur dengan perempuan yang berteman dengan Darrel. Ia beralasan karena waktu itu sedang dalam keadaan mabuk. Bagaimana jika itu terjadi padamu, Celia ?"

Celia menutup mulutnya dengan kedua tangan tak percaya.

"Tahukah kamu ? Daddy pernah melakukan hal buruk hingga hidup menderita setelahnya dan daddy tak mau itu terjadi padamu juga Aksa," lanjut Fabian.

"Lelaki yang nyata adanya saja bisa menyakiti apalagi lelaki acak yang kamu temui di internet ! putuskan dia, Celia !! tak ada bantahan !!" ucap Fabian sembari berdiri dan pergi meninggalkan meja makan tanpa memberikan kesempatan Celia untuk berbicara.

To Be continued ♥️

thanks for reading ♥️

Memikirkan Kamu

"Lelaki yang nyata adanya saja bisa menyakiti apalagi lelaki acak yang kamu temui di internet ! putuskan dia, Celia !! tak ada bantahan !!" ucap Fabian sembari berdiri dan pergi meninggalkan meja makan tanpa memberikan kesempatan Celia untuk berbicara.

Spontan Celia tundukkan kepala dengan air mata bercucuran. Berpisah dengan Collin? sanggupkah ia ? meskipun tak pernah bertemu secara langsung, tapi perasaan cintanya begitu kuat pada lelaki yang tinggal di benua yang berbeda dengannya itu.

Renata menatap nanar pada putrinya, dalam lubuk hati yang paling dalam ia sangat merasa kasihan, tapi Renata pun paham mengapa Fabian begitu protektif pada Celia. Tentu saja karena kasih sayangnya yang tak terbatas hingga ia ingin melindunginya dengan sekuat tenaga.

"Bi, sayang....," Renata pun berdiri dan berusaha menyusul sang suami yang berjalan menuju ke kamar mereka, meninggalkan Celia yang duduk sendiri di ruang makan dengan pipinya yang basah.

Ia sadar jika daddy nya saat ini benar-benar sedang marah.

Di dalam kamar, terlihat Fabian tengah mengatur nafasnya yang tersengal. "Sayang...," Renata pun menghampiri suaminya itu seraya memberikan usapan halus di punggung Fabian, berusaha menenangkannya.

Fabian mendengus kasar, "Bagaimana mungkin dia berani berbuat seperti ini di belakang kita ? apa kamu tahu tentang lelaki itu ?" tanya Fabian beruntun.

Renata menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. Ia tak tahu tentang hubungan Celia dengan lelaki yang dikenalnya di dunia maya itu. "Itu bukan salah Celia," ucap Renata pelan.

"Bagaimana mungkin bukan salahnya ?" protes Fabian tak terima.

"Apa kamu tak merasa ? kamu terlalu keras padanya, hingga ia melakukan hal ini. Sembunyi-sembunyi di belakang kita karena Celia tahu kamu akan bereaksi seperti ini jika ia mengatakan padamu bahwa dirinya memiliki hubungan spesial dengan seorang lelaki," jelas Renata.

"Dan kamu sebagai ibunya masa tidak tahu ?" tanya Fabian penuh rasa curiga.

"Celia tahu jika aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu sehingga ia tak berani bercerita padaku," jawab Renata apa adanya.

Fabian berpangku tangan, sembari terus bernafas kasar. Ia belum bisa menenangkan dirinya sendiri. Trauma di masa lalu membuatnya begitu ketakutan hal buruk terjadi pada kedua anaknya.

"Sudah ku katakan padamu berulangkali, sebaiknya beri kelonggaran pada Celia agar ia merasa nyaman dengan begitu ia akan bercerita dengan sendirinya kepada kita tanpa merasa ketakutan atau tertekan," lanjut Renata kemudian.

"Kamu tak ingin Celia berontak bukan ?" tanya Renata.

"Berontak ?" Fabian balik bertanya dengan rasa cemas.

Renata mengangguk pelan, "aku takut ia akan berontak dan berbuat nekad di belakang kita. Celia sudah dewasa, ia sudah mampu membuat keputusan sendiri dan aku takut ia akan semakin banyak merahasiakan segala sesuatunya dari kita."

Fabian terdiam dan meresapi apa yang dikatakan istrinya itu. Renata mengatakan hal yang sebenarnya. Tak terbayangkan jika Celia melakukan itu padanya. Ia tak akan biarkan Celia untuk jauh darinya.

***

Di dalam kamarnya, Celia masih menangis tersedu. Ia baringkan tubuhnya sambil pejamkan mata, membayangkan sang pujaan hati yang sebentar lagi harus dilepaskannya. "Maafkan aku," gumam Celia pelan.

Seandainya saja Collin tak terlibat dengan masa lalu kedua orangtuanya, pasti Celia akan mengakui hubungan itu dengan lantang. Ia akan mengatakan pada Mommy dan Daddy nya bahwa dirinya sangat mencintai Collin. "Huuufffttt," Celia menarik nafas dalam dan bayangan masa lalunya kembali dalam kepalanya.

Masa itu sudah lama berlalu, tapi Celia masih bisa mengingatnya dengan jelas bahwa mommy dan Daddy nya pernah memutuskan untuk berpisah dan itu sangat membuatnya sedih. Ia ingat bagaimana Fabian menjemputnya di akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama dan 2 hari kemudian ia akan diantarkan kembali ke kediaman mommy nya. Walaupun Celia tahu bahwa kedua orangtuanya sangat mencintai dirinya tapi hidup seperti itu tidaklah menyenangkan.

Celia juga ingat di masa itulah ia pertama kali bertemu dengan Collin. Meskipun ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara mommy, daddy dan juga papanya Collin tapi ia tahu jika daddy nya tak menyukai dr. Jamie. Celia tahu, daddy nya merasa cemburu.

Selama 2 tahun menjalin kasih tak pernah sekalipun mereka bertemu. Hanya melalui jaringan sosial media dan itu pun dengan waktu yang sangat terbatas Keduanya berhubungan hanya ketika Celia tak berada di rumah, atau jika berada di rumah pun mereka akan saling berhubungan di waktu dini hari ketika semua orang telah terlelap tidur agar tak ada seorang pun yang tahu.

Meskipun terpisah jarak yang membentang jauh tapi keduanya selalu saling memikirkan satu sama lain karenanya rasa cinta mereka yang saling bertautan dengan kuatnya.

"Saat kamu melihat ke langit di malam hari, ketahuilah bahwa aku sedang memikirkan kamu.

Dan saat siang hari ketika awan berlalu, percayalah aku sedang memikirkan kamu di sisi yang lain, karena kita memandang satu langit yang sama itulah cara kita bersama. Mungkin di sana kamu merasa sendiri tapi sebenarnya tidak, karena setiap waktu aku selalu memikirkan kamu,"

Itulah kata-kata yang Collin tuliskan untuk Celia, walaupun mereka terpisah tapi ia selalu memikirkan Celia di setiap helaan nafasnya.

"Ya... Tuhan....," Celia mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dan menangis tersedu-sedu.

***

"Dokter Collin, pasien di kamar 113 mengalami sesak nafas," ucap seorang perempuan yang mengenakan baju perawat berwarna biru muda dan Fasih berbahasa Jerman.

Langsung saja Collin mematikan layar ponsel yang sedang ia tatapi berharap sang kekasih hati membalas pesannya namun ternyata tidak. Telah berlalu 2 jam dari terakhir dirinya mengirim pesan pada seseorang yang dirindukannya dengan sangat. Pesan itu pun telah dibaca, tapi balasannya belum juga nampak.

"Dokter Collin ?" tanya perawat itu lagi

"Ah maaf," Collin memasukkan ponselnya ke dalam saku jas putihnya. Jas yang sering digunakan para dokter. Seperti halnya sang ayah, Collin pun mengikuti jejaknya. Kini ia telah menjadi seorang dokter dan saat ini ia sedang melakukan tugas menjadi dokter jaga di sebuah rumah sakit ternama di kota Berlin, Jerman.

Dengan hati gundah gulana Collin langkahkan kakinya menuju ruang inap yang dituju. Ia pun memberikan pertolongan pada seorang pasien yang mengalami sesak nafas. Sebisa mungkin ia berkonsentrasi walaupun pikirannya tengah melayang pada perempuan yang dicintainya yaitu Celia.

Telah berlalu 4 jam dari terakhir Collin mengirimkan pesan, dan kini ia dapati semua akun sosial media Celia dalam keadaan tidak aktif. Dalam hati kecilnya, Collin yakin jika sang kekasih sedang tidak baik-baik saja.

Waktu jaganya telah selesai, Collin pun berniat untuk pulang. Ia langkahkan kakinya keluar gedung rumah sakit. Hal pertama yang ia lakukan adalah menengadahkan kepalanya menatap jauh ke awan, memikirkan sang kekasih yang berada di sisi dunia yang lain. "Im thinking bout you, Princess," gumam Collin pelan. Sungguh rasa rindunya yang bercampur cemas sudah tak tertahankan lagi.

***

Tak hanya Collin yang merasakan resah hati, di sisi lain Celia pun merasakan hal yang sama. Sejak kemarin dirinya sudah tak menghubungi Collin lagi. Tak tahu apa yang akan dikatakannya pada lelaki itu.

Hari ini adalah Senin pagi, sejak insiden sarapan pagi kemarin dirinya belum juga bertemu dengan Daddy nya, Fabian. Menurut Mommy nya, Fabian tengah sibuk mengurus bisnisnya.

Celia berdiri di depan cermin, merapikan diri sebelum pergi ke kantor. Ia tatapi pantulan dirinya sendiri dan ia rasakan hampa dalam jiwa.

"Huuufffttt," Celia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Berusaha menenangkan diri sebelum bertemu dengan sang daddy. Menyambar tas kerjanya dari atas meja. Celia berjalan gontai menuruni tangga yang akan membawanya ke lantai 1.

Ada yang berbeda di pagi ini, suasana rumahnya begitu sunyi. Padahal biasanya cukup ramai karena Mommy, Daddy dan adiknya Aksa akan duduk bersama di ruang makan menunggu kedatangannya dan sarapan bersama. Hal ini tak pernah terlewatkan, kecuali jika Daddy nya sedang melakukan dinas kerja ke luar kota. Takut-takut Celia melangkahkan kakinya ke ruang makan dan di sana hanya ada mommy nya saja, Renata.

"Daddy dan Aksa mana, Mom ?" tanya nya sembari mendudukkan tubuhnya di atas kursi.

Renata tak langsung menjawabnya, ia terlebih dahulu memberikan piring yang berisikan pancake dengan madu di atasnya. Sarapan favorit putrinya itu.

"Daddy telah pergi duluan ke kantor," jawab Renata sembari mendudukkan tubuhnya di atas kursi.

"Dengan Aksa ?" tanya Celia dan Renata pun mengangguk pelan.

Celia pun menghela nafasnya yang terasa berat.Tak biasanya Daddy nya itu meninggalkan dirinya sendiri seperti ini. Padahal setiap pagi mereka selalu pergi bersama ke kantor karena memang tujuan mereka sama. Celia tahu jika daddy nya sedang dalam keadaan marah besar padanya.

Celia menikmati sarapannya yang mendadak terasa hambar dan sulit untuk ditelan. Susah payah Celia memakannya dan itu pun hanya habis setengahnya saja. Ia lebih memilih untuk segera pergi ke kantor.

"Sayang, apakah kamu ingin berbagi cerita dengan mommy ? karena dengan senang hati Mommy akan mendengarkannya" tanya Renata dengan tatapan matanya yang teduh.

Celia tersenyum masam, jika saja lelaki itu bukan Collin tentu saja ia akan langsung bercerita. Tapi Lidahnya kelu seketika.

"Aku kesiangan, Mom. Kita akan bicara lagi nanti," jawab Celia beralasan dan ia pun bangkit berdiri dan mencium kedua pipi mommy nya sebelum pergi.

Hal pertama yang Celia lakukan ketika berada di luar rumah adalah melihat ke arah langit dan memperhatikannya. "Aku sedang memikirkan kamu," ucapnya lirih. Kemudian ia pejamkan mata dan membayangkan wajah tampan lelaki yang sangat dicintainya. "Sanggupkah aku berpisah darimu ?" batin Celia dalam hati.

to be continued ♥️

thanks for reading ♥️

mumpung Senin vote yuuukkk 😍

Hadiah juga boleh 😍

terimakasih ♥️♥️♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!