NovelToon NovelToon

Perjodohan Yang Ditukar (1)

1. Awal Jumpa (Prolog)

"Kaira sini lo." Teriak Jojo memanggil nama seorang cewe yang kini berlari menghindar dari kejarannya. Ia adalah Kaira Renata.

"Gue nggak mau ikutan!." Balas Kaira ikut berteriak. Dia berlari dengan kecepatan yang menakjubkan untuk ukuran seorang gadis pendek.

"Pleaselah lo ajarin para adek kelas belajar basket untuk perlombaan. Gue hari ini cuti jadi gak bisa ngajarin." Pinta Jojo namun tak di perdulikan oleh gadis itu.

"Gue gak mau!!." Kaira masih terus berlari kencang kearah depan, namun kini pandangannya menengok kebelakang untuk melihat posisi Jojo berada.

BRUK

"Akh... aw ssh." Ringis seorang cowok yang kini ditabrak oleh Kaira hingga tersungkur dengan wajah mendarat terlebih dahulu.

"E-eh maaf maaf. Lo ngak apa apakan?." Tanya Kaira merasa bersalah. Dia terus meminta maaf hingga cowok itu berhasil bangun dan memilih duduk dulu untuk meredakan sakitnya.

"Iya enggak apa apa." Jawab cowok itu sambil tersenyum, membuat hatinya luluh oleh cowok unknow di hadapannya. Namun sedaritadi cowok itu selalu menghindari tatapan dengan Kaira.

"Sini gue bantu." Ujar Kaira sambil melayangkan tangannya untuk membantu cowok itu berdiri-.

"Nggak usah repot repot, saya bisa sendiri. Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum." -Namun di tolak olehnya. Cowok itu berusaha berdiri sendiri dan memutuskan pergi menjauh dengan masih menghindari tatapan dari Kaira.

"W-wa'alaikumsalam."

Kaira terpaku di tempat kala tak mendapat balasan untuk tangan nya yang melayang. Apa ia marah?.

"Nah akhirnya gue dapat kecebong yang bandelnya nauzubila ini." Baru saja dia ingin berbalik tapi kerah baju bagian belakangnya di tarik oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Jogara Jovan teman sekelas Kaira.

"Hehe." Kaira senyum senyum sendiri sambil terkekeh pelan masih memikirkan cowok yang dirinya tabrak tadi.

"Lo gak sakitkan kai?." Tanya Jojo bingung. Sebenarnya tadi dia berdiri tepat dibelakang Kaira, dan melihat langsung adegan tadi tanpa terkecuali.

"Iya gue sakit tapi gue gak tau nama penyakitnya apa." Jawab Kaira dengan senyum anehnya membuat Jojo jijik sendiri.

"Apa yang lo rasain?." Tanya Jojo yang masih setia menyeret tubuh Kaira menuju lapangan basket.

"Hmm entahlah. Intinya jantung gue berdetak cepat, terus perut gue rasanya geli sendiri, dan yang pasti bahagia lihat cowo tadi."

"Itu mah namanya penyakit cinta bego." Jojo geleng geleng sendiri melihat tingkah temannya yang aneh karena sedang jatuh cinta pada pertemuan pertama, mana pertemuannya aneh begitu lagi. Pikir Jojo.

"Ih masa sih? Bay the way cinta itu artinya apa?." Tanya Kaira bingung karena dia belum pernah pacaran sama sekali. Alasannya simple, karena tak ada yang mau sama cewek petakilan seperti dirinya ini.

"Ck dasar, au ah lo cari tau aja sendiri. Intinya gue harus bawa lo ketempat latihan." Ujarnya tak mau tau. Jojo tanpa perasaannya masih menyeret tubuh Kaira menuju lapangan basket.

"Ish serius gue penasaran." Ujar Kaira ngotot.

"Ck lagipula percuma lo ngedeketin dia untuk sekedar embel embel suka. Toh dia bakal nolak mentah mentah." Ucap Jojo berkata benar tanpa rekayasa semata atau hanya sekedar untuk menakuti temannya.

"Kenapa?." Tanya Kaira bingung.

"Karena lo bakal kalah sama anak anak lain yang ngejar Faizan, cantik and body goals banget." Jawab Jojo dengan menekan setiap katanya berusaha menghina Kaira.

"Masa? gue kok gak tau?." Tanya Kaira bingung.

"Karena lo gak perduli. Udah lo diem aja, habis ngelatih adek kelas lo ajarin juga mereka kunci kunci biar menang lomba." Ujar Jojo menyuruh Kaira agar cewek itu setidaknya mempunyai pekerjaan yang bermanfaat.

"Alah gampang itu mah. Tinggal tonjok aja lawannya nah di jamin mereka bakal menang." Usul Kaira tak masuk akal. Jojo memutar bola matanya jengah akan tingkah laku sang teman.

"Menang karena dapat banyak peringatan dari wasit?."

"Iya hehe."

Akhirnya Jojo dan Kaira sampai di lapangan dengan anak anak basket yang sudah berkumpul menunggu mendapatkan pelatihan.

"Halo hai adik adik kelas." Sapa Kaira bersemangat.

"Hm." Namun hanya dijawab deheman datar dari adik kelas.

"Ck yang sopan sama kakak kelas." Kesal Kaira  karena merasa dirinya tak dianggap sama sekali.

"Hm."

"Ok semua untuk beberapa hari kemudian, kakak ini yang akan ngajarin kalian."

"Ok kak, emang kakak ada masalah ya?."

"Iya sedikit sih."

"Eh buset kalian kalau sopan dan baiknya sama si Jojo kampret ini aja mending gue gak ngajar dah. Byee."

Kaira tak terima dengan perlakuan adik kelasnya yang tak adil itu. Dia kesal dan rasanya malas mengajari anak yang tak mempunyai akhlak.

"Eits lo ajari dulu mereka... lagipula cowo yang tadi lo tabrak juga sering kesini ngebantu gue." Ujar Jojo dengan kalimat akhir yang di pelankan. Kaira yang mendengar itu langsung berbinar dan dia langsung bersemangat kembali untuk memberikan pelatihan.

"Wah... OK SEMUANYA KITA LANJUTKAN LATIHANNYA." Teriak Kaira sambil bergaya layaknya seorang pemimpin yang sesungguhnya .Namun setelah mendengar suara salam, Kaira dengan cepat langsung mengubah gayanya menjadi seorang cewek kebanyakan bukan cewek tomboy.

"Asalamu'alaikum, permisi."

"Wa'alaikumsalam oh ya untung lo datang. Bay the way gue mau langsung pergi nih, lo tolong ya jagain anak anak sama sekalian anak cebol ini." Pinta Jojo dan diangguki oleh cowok yang dipanggil Zan itu.

Jantung Kaira ntah kenapa berdegup sangat kencang bahkan detaknya tambah cepat dan keras saat cowok itu mendekati Kaira, namun diberi jarak olehnya.

"Kenali gue Kaira Renata, panggil aja Kaira." Ucap Kaira memperkenalkan diri terlebih dahulu. Dia melayangkan tangannya berharap dibalas.

"Faizan Arsyad, bisa dipanggil Zan." Balas Zan memperkenalkan diri namun sama sekali tak membalas tangan Kaira, ia hanya menempelkan kedua tangannya dan meletakkan di depan dada.

"Oh." Ujar Kaira kaku karena malu sendiri. Dia dengan cepat menarik kembali tangannya seperti semula.

"Oh ya lo yang gue tabrak tadi kan?... maaf atas yang tadi." Ucap Kaira merasa bersalah.

"Iya ngak masalah... hmm, jadi kapan latihannya dimulai??." Zan kini sudah lumayan risih karena berduaan dengan Kaira, walau di hadapan mereka ada anak anak basket yang sedang bermain. Tapi mau bagaimana pun jarak ke duanya dan anak basket lumayan jauh.

"Eh s-sekarang juga boleh." Ucap Kaira yang masih gugup, ia masih setia merasakan degup jantungnya yang kian berdetak cepat.

Zan mengangguk dan ke duanya langsung melatih anak anak untuk bermain basket, membekali mereka dengan ilmu untuk di bawa menuju perlombaan.

...***...

...Assalamu'alaikum...

...Maaf ya kalau tulisan author banyak typo nya dan ceritanya keluar alur....

2. Bertemu Lagi

"Kaira tungguin." Ujar Lala Adrina, sahabat Kaira. Lala meminta teman dekatnya itu untuk berhenti. Sosok pendiam dan pemalu Lala hanya akan berlaku didepan orang banyak, namun tidak didepan Kaira.

"Cepetan dong, gue mau makan." Balas Kaira terburu buru. Hanya karena menemani Lala ke kamar mandi dirinya sudah menghabiskan waktu 5 menit yang amat berharga itu.

"Ok siap." Ke duanya langsung menuju kantin tanpa basa basi, mereka harus cepat cepat selesai karena dosen yang mengajar kelas selanjutnya termasuk salah satu dosen ter-kiler.

"Ah sial mana rame lagi." Umpat Kaira kesal, ia sudah menyumpah serapahi sahabatnya yang terlalu lama dikamar mandi.

"Ah itu ada kursi kosong Kai... eh gak deh ada orangnya." Ujar Lala memberitahu sambil menunjuk meja yang dirinya maksud. Kaira langsung saja melihat yang dimaksud itu dan langsung mengajak sahabatnya.

"Hai, permisi...boleh numpang tempat gak?." Tanya Kaira namun tak didengar oleh cowok itu. Akhirnya Kaira memegang pundaknya yang sontak membuat cowok itu terkejut.

"I-iya ada apa?." Tanya cowok itu yang ternyata adalah Faizan, dia tak mendengar karena memakai hendset ditambah lagi suara berisik dari kantin.

"Eh lo ternyata... Oh ya kita boleh numpang tempat gak Zan?." Tanya Kaira dan langsung disetujui oleh Zan. Toh dia cuma sendiri disini.

"Gak makan Zan?." Tanya Kaira berinisiatif karena sedaritadi Zan hanya suara dari hendset dengan bibir yang terus bergerak cepat seperti merapalkan sesuatu tanpa suara. Zan juga sesekali mengintip kearah makanan Kaira dan Lala namun tak berlama-lama ia langsung balik keaktivitasnya.

"Eh? Udah kenyang." Jawab Zan dengan suara lembut dan serak membuat Kaira begetar.

"Hmm... kalau lo mau atau lapar lagi gue bisa beliin kok, lagian uang gue sisa banyak hari ini." Ujar Kaira membujuk Zan, dia kasihan melihat Zan yang hanya menatap makanannya dan sahabatnya namun hanya diam saja seperti ada yang ditahan.

"Enggak apa apa. Mending ditabung aja uangnya." Jawab Zan tanpa melihat mata kedua cewek di depannya. Dia hanya menunduk menatap meja sesekali berganti menatap perutnya yang rata.

Kaira memilih berdiri menuju tempat penjual makanan. Tak butuh waktu lama, Kaira datang dengan nasi goreng dan sebotol air.

"Ini untuk lo, jangan ditolak!." Perintah Kaira yang tak mau di bantah. Akhirnya Zan menuruti walau ada rasa malu dan segan yang menghampiri hatinya. Ya sejujurnya dia sedang kelaparan karena akhir bulan, ditambah lagi gajinya dari bekerja bengkel mobil selalu habis untuk dirinya dan adiknya mencari ilmu. Sedangkan uang orang tuanya pas pasan untuk kebutuhan sehari hari.

"Terimakasih, kapan kapan saya ganti uangnya." Ujar Zan sopan.

"Gak apa apa jangan dipikirin, yang penting lo kenyang daripada nanti pingsan." Ujar Kaira sambil tersenyum.

Waah pencitraan nih si Kiara... cih dasar. (Batin Lala)

"Hmm... Terimakasih." Ya bagi Zan terserah semua orang mau mengatakan apa tentang dirinya. Mau mengatakan dirinya pria yang gak gentel karena memakai uang cewek hanya untuk seporsi nasi goreng yang harganya hanya 15K, pria yang tak tau malu karena senang di biayai cewek. Tapi Zan hanya ingin menghargai pemberian orang lain yang tulus dan ikhlas. Apalagi makanannya sudah di pesan dan kalau di buang malah mumbazir.

"Sama sama."

Suasana yang tadinya biasa saja kini menjadi canggung dan dingin. Hal ini membuat Kaira panik sendiri.

Apa yang harus gue bilang lagi?kenapa gak ada topik yang bisa di bahas? Kenapa jadi dingin? Kenapa dua orang ini gak mau buka suara sama sekali? Kenapa? Kenapa? Kenapa Zan ganteng banget? Eh?. (Batin Kaira bertanya tanya)

Kaira malu sendiri karena dirinya memikirkan ketampanan Zan yang mampu membuat hayalannya hanya di penuhi wajah dan sifat cowok itu yang berbeda dari cowok yang sudah dirinya temui selama ini kecuali ayahnya. Bagi Kaira Zan dan ayah nya seorang pria yang sama sama bisa membuat hatinya hangat.

"Shut shut." Lala sedaritadi menyenggol tangan Kaira yang sedang melamun itu tapi tak di tanggapi oleh Kaira sama sekali.

"Permisi? Kaira?." Panggil Zan sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Kaira. Zan akhirnya memberanikan diri menatap Kaira karena dirinya merasa kasihan melihat Lala yang lelah membangunkan cewek itu dari lamunannya. Di tambah dirinya risih karena terus menerus di tatap oleh yang bukan sepantasnya.

"Eh iya?." Tanya Kaira spontan dan tatapan keduanya bertemu namun tak berlangsung lama karena Zan langsung membuang matanya kesembarangan arah dan beristighfar didalam hati. Bukannya ia sombong, namun Zan hanya tak ingin membawa matanya ke neraka apalagi Kaira memakai pakaian yang ketat.

"E-eh a-ada ada apa?." Tanya Kaira masih betah memandang wajah teduh Zan dan melupakan keberadaan Lala, namun dari nada bicaranya Kaira tampak gugup.

"Kairaaa." Akhirnya Lala memberanikan diri menguatkan suaranya karena kesal tak di gubris oleh sahabatnya itu.

"Apaan sih?." Tanya Kaira bingung sekaligus kesal.

"5 menit lagi kelas di mulai." Ujar Lala yang membuat Kaira langsung berdiri dan berlari ke gedung kelasnya dengan kecepatan penuh meninggalkan Lala yang mengejar di belakang namun sama sekali tak tersusul karena kecepatan lari Kaira berbeda darinya.

Sedangkan di tempat Zan, ia menyadari kalau dompet Kaira terjatuh karena buru buru. Hampir semua barang barang di dalamnya keluar semua, namun cepat cepat ia kembalikan ketempatnya. Dan Zan tak sengaja melihat di sana ada 5 potongan kertas kecil yang membuatnya terkejut dan berlari menuju kelas yang saat ini di datangi oleh Kaira tanpa basa basi lagi.

Dia tau siapa dosen yang mereka maksud karena dosen kiler di kampusnya hampir semuanya sudah melaksanakan kelas hanya tinggal satu dosen yang belum mengajar.

Dan kartu kartu kecil itu adalah kertas absen yang wajib di bawa saat sedang kelas. Karena kalau tak ada namanya di kertas kecil itu, siswa akan di anggap absen walau sudah mengikuti jam pelajaran dari awal hingga akhir di tambah dosen tak akan bisa melakukan apapun walau dirinya melihat siswa yang tidak memberikan kertas absen,hadir di mata pelajarannya.

Akhirnya Zan sampai di ruang kelas. Tapi tiba tiba dosen yang akan mengajar, menyapanya dari belakang. "Ada apa Zan?." Tanya sang dosen yang sudah kenal dengan siswanya yang satu ini.

"Selamat siang pak. Saya cuma mau mengembalikan dompet punya Kaira Renata." Jawab Zan sopan. Dosen mengangguk dan mengambil dompet itu dari tangan Zan. Inilah yang membuat para dosen langsung ingat kepada Faizan Arsyad, tutur kata yang sopan. Sangat berbeda dengan murid lainnya yang ngasal ngomong tanpa memikirkan siapa yang mereka ajak ngobrol.

"Yaudah kamu balik lagi sana." Suruh guru itu dengan nada galak, tapi sebenarnya pak dosen sama sekali tak berniat marah namun dirinya sudah seperti ini sejak kecil.

3. Lowongan

"Baik pak, kalau begitu saya permisi." Zan langsung pergi setelah mendapat balasan dari pak dosen. Tak ada salam dari mulutnya, karena Zan tau dosen yang mengajar di kelas Kaira saat ini beragama non-muslim.

Pak dosen hanya mengangguk. Setelah di rasa anak didiknya menjauh, pak dosen langsung masuk kedalam kelas dengan aura dingin seperti biasanya.

Tampak suasana yang tadinya hangat, kini menjadi mencekam. Para siswa takut hanya karena ditatap oleh dosen muda yang tampan namun berwajah tembok ini.

"Selamat siang semuanya." Sapa pak dosen dengan mimik wajah khas miliknya, datar.

"SIANG PAK." Jawab seluruh siswa bersemangat. Karena mata mereka langsung segar bugar saat mendengar bunyi knop pintu.

"Kaira Renata yang mana?." Tanya pak dosen dengan suara keras seperti ingin meluapkan seluruh amarahnya, apalagi dengan wajahnya yang sangat mendukung untuk disalah pahami.

"I-iya pak?." Kaira mengangkat tangannya sambil berdiri tegak menghadap dosen. Ia kesal sendiri dengan Lala, bukannya menenangkan ia malah menyuruh untuk maju kedepan.

Kaira yang tak mendapatkan balasan sama sekali langsung beranjak dari bangku, untunglah Kaira duduk dibangku paling sudut membuatnya tak perlu repot melewati siswa lain.

"Mampus gue mampus." Ucap Kaira tanpa suara.

Karena dirinya takut menatap mata pak dosen, akhirnya Kaira memilih melihat lantai dan tangannya yang terus ia mainkan juga ia bisa melihat kakinya yang bergerak sendiri tanpa dirinya perintah sama sekali.

"Ini." Pak dosen memberikan dompet milik Kaira saat cewek itu sudah berdiri tepat di sebelahnya. Tak ada sepatah kata lagi dari pak dosen yang terkenal karena keto the pointnya itu.

Kaira yang bingung hanya menurut dan mengambil dompetnya dengan perlahan, takut bercampur malu menjadi satu. Pak dosen yang menyadari raut muka siswanya langsung membuka suara, ia juga tak mau ada kesalah pahaman disini.

"Tadi Faizan yang nitip ke saya." Jawab pak dosen masih dengan wajah datar, Kaira yang masih linglung hanya mengangguk dan langsung pergi menuju bangkunya tanpa 'permisi' dan 'berterimakasih' tentunya.

Dasar siswa kurang ajar. (Batin dosen)

"Materi selanjutnya kita akan membahas tentang..."

***

"Gak kerja bang?." Tanya Farhan Arsyad, atau akrab di panggil Han. Han adalah adik Zan satu satunya dan Han tinggal berdua bersama Zan di Jakarta dengan modal tempat tinggal yaitu kost-an.

"Ini mau berangkat kerja... oh iya di tempat abang ada lowongan, kamu mau ambil?."Tanya Zan dengan tangan yang masih sibuk mencari barang barang yang pastinya sudah berkeliaran entah kemana karena perbuatan Han.

"Hm... yaudah deh mau, lagipula bosen pulang sekolah gak kemana mana." Jawab Han menyetujui permintaan abangnya itu.

"Yaudah sana siap siap." Pinta Zan dengan suara rendah khas miliknya. Berbeda dengan Zan, sikap Han lebih energik yang tak kenal lelah dan Han juga termasuk anak yang ekstrovert, suka bergaul dan lebih suka 'berkeliaran' daripada berdiam diri dirumah.

"Ok gue siap siap dulu."

"Hm."

Zan yang sudah selesai dengan kegiatannya tadi, memilih menunggu adiknya di tempat tidur sambil bermain ponsel. Sebenarnya kost yang mereka tempati hanya untuk 1 orang 1 kamar.Tapi Zan meminta tolong kepada pemilik kost dan akhirnya di turuti. Kasur yang ada di kamar pun hanya cukup untuk satu orang dan Zan memilih tidur di kasur lipat yang di beli sendiri. Tak masalah baginya tidur di bawah asal Han tak merasakan apa yang dirinya rasakan.

"Udah ayo bang." Zan terdiam melihat penampilan adiknya yang berlebihan. Dari atas ke bawah, penampilan Han sangat rapi layaknya mau menjemput pacar di malam minggu.

"Hufh... ngapain kamu rapi banget? Ganti pakai kaos biasa, lagipula kita disana untuk tanya pekerjaan bukan bergaya." Ujar Zan sambil memutar bola matanya. Ya Zan memang sabar, tapi kalau tingkatnya sampai seperti ini dia tak akan tahan. Di tambah diri nya harus membuang waktu yang cukup lama untuk menunggu dan dirinya juga hampir terlambat.

"Hehe, mana tau ya kan di sana ada mba mba cantik." Jawab Han dengan pedenya.

"Udah sana ganti." Zan menyuruh adiknya kembali lagi kekamar mandi. Walau kost mereka murah, tapi untungnya ada kamar mandi di setiap masing masing kamar kost. Membuatnya bebas keluar masuk kamar mandi & toilet.

"Iya iya."

***

"Sepi banget bang?." Tanya Han bergidik ngeri. Han yang saat ini mengekor di belakang abangnya hanya bisa melihat sekeliling bengkel yang tak ada orang sama sekali.

"Oh mungkin yang lain lagi istirahat". Ujar Zan positif. Keduanya langsung menuju tempat pemilik bengkel berada, yaitu ruang kerja pribadi nya.

Tok tok

"Masuk."

Kakak dan adik itu langsung masuk kedalam ruangan yang di dalamnya ada pak Zul yang sedang bekerja dengan kertas kertasnya.

Zan langsung mengatakan maksud ke datangannya tanpa basa basi terlebih dahulu. "Hmm... yaudah untuk sementara adik mu akan menjalani masa percobaan. Untuk berkas administrasinya tolong di siapkan besok." Jawab pak Zul. Walau terlihat wajah Han biasa saja, namun tidak dengan Zan yang bahagia karena setidaknya adiknya bisa mencari uang sakunya sendiri.

"Alhamdulillah, terimakasih pak. Kalau gitu kami permisi." Zan dan Han langsung keluar dari ruangan ketika sudah mendapat izin dari pak Zul.

"Udah gitu aja?." Tanya Han bingung, jadi apa yang dirinya pikirkan selama ini salah? Bukankah harus melakukan tes, seperti menanyakan sesuatu? Atau sekedar bertanya apa motivasi untuk masuk kerja disini?.

"Iya." Jawab Zan dengan masih memakai wajah bahagia.

"Loh? Gak ada pertanyaan atau apa gitu?." Tanya Han kemudian semakin penasaran.

"Enggak ada, ini kan bukan perusahaan."

"Memang beda ya?." Tanya Han masih bingung. Jadi apa yang dirinya baca dari komik dan novel keliru gitu?.

"Ya beda, kalau pekerjaan di sini cukup ikuti syrat syarat yang harus di penuhi. Yaudah sana kamu pulang, siapin apa apa aja yang perlu dibawa besok." Pinta Zan dan di turuti adiknya. Namun baru saja berjalan beberapa langkah, Han berbalik untuk menanyakan suatu hal.

"Memang apa apa aja?." Tanya Han bingung.

"Nanti abang kirim ke wathsapp kamu." Ucap Zan menjawab pertanyaan Han. Han hanya mengangguk dan bertanya kembali. Sebenernya Zan ingin menjitak kepala adiknya karena banyak pertanyaan yang membuatnya pusing sendiri.

"Gue naik apa?." Tanya Han bingung karena mereka hanya berboncengan dengan motor berdua. Zan nampak berpikir sejenak untuk mengambil keputusan.

"Naik motor aja sana." Suruh Zan dan di turuti tanpa perdebatan dengan adiknya.

"Oh ok."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!