Wilson Simon/Son adalah putra tunggal dari Tomas Simon/Tom, pemilik “Siera Corporation”.
Saat berusia 8 tahun, Son kehilangan kasih sayang ibunya yang meninggal karena satu sebab yang sulit dijelaskan. Semenjak kepergian ibunya, Son hanya diasuh oleh Elen yang menjadi babysitter-nya sejak bayi. Elen sangat mengerti sifat dan karakter Son. Karena itulah dia memiliki pengaruh yang besar pada anak itu. Elen juga diam-diam menyukai papa Son yang menduda semenjak kepergian istrinya.
Papa Son, yaitu Tom setiap hari sibuk dengan pekerjaan kantor hingga tak punya waktu memperhatikan putra tunggalnya itu.
Sejak di SMP dan SMA, Son sudah menjadi idola dan incaran para remaja putri, namun Son tak pernah menaruh perhatian spesial pada seorang pun di antara mereka. Bagaimana pun usaha para gadis di sekolahnya mendekati Son tak pernah berhasil. Biasanya hanya kekecewaan yang mereka dapat karena dinginnya hati dan kerasnya karakter Son hingga mereka pun terpaksa mundur teratur dengan membawa rasa sakit dan patah hati.
Setamat SMA, Son kuliah sambil membantu papanya di perusahaan. Sama seperti waktu sekolah, banyak teman kuliah dan karyawan cewek di perusahaan papanya terpesona olehnya dan berusaha memikatnya. Namun lagi-lagi Son menunjukkan sikap dingin yang membuat semuanya patah hati.
Suatu hari “Siera Corporation” kedatangan seorang tamu wanita berusia 30-an akhir yang mencari Tom. Tak sengaja dia berpapasan dan hampir bertubrukan dengam Son hingga membuat Son refleks memandangnya di pertemuan pertama itu.
Pertama kali, Son merasakan ada aliran hangat menjalar lagi di hati dan tubuhnya setelah 10 tahun dia hanya merasakan dingin dan beku.
Son mulai bingung dengan rasa itu yang tak pernah lagi dirasakannya semenjak kepergian mamanya 10 tahun lalu.
Di hari berikutnya, dia tahu kalau wanita itu bernama Rose Shelim/Rose, adik kelas papanya yang selisih 5 tahun dari papanya. Kedatangan Rose ke perusahaan adalah untuk mencari Tom yang seminggu lalu meneleponnya dan menawarkan pekerjaan sebagai asisten pribadi di perusahaan miliknya.
Setelah melihat-lihat perusahaan Tom, Rose setuju menerima tawaran Tom. Dia resign dari kantornya yang sekarang yang telah membuatnya menjadi seorang wanita karier selama 20 tahun. Rose yang terlalu menikmati pekerjaannya sebagai wanita karier tak memiliki keinginan untuk berumah tangga.
Rose mulai bekerja di perusahaan Tom sebagai asisten pribadi Tom. Mau tak mau setiao hari dia harus bertemu atau berpapasan dengan Rose.
Tom menceritakan pada Rose akan putra tunggalnya itu yang kehilangan kasih sayang seorang ibu saat berusia 8 tahun sehingga memiliki hati keras dan karakter dingin yang susah dimengerti. Karena itu, Rose mulai menaruh perhatian pada Son.
Rose berusaha mendekati Son dengan berbagai cara untuk mencairkan kebekuan di hatinya. Aliran hangat selalu menjalar di hati Rose setiap kali dia bertemu dan melihat Son. Demikian sebaliknya. Tanpa bisa dijelaskan, hubungan Rose dan Son semakin dekat hingga Rose memiliki perasaan dan harapan aneh untuk bersama dengan Son.
Di saat Rose mulai berhasil mencairkan kebekuan di hati Son, tiba-tiba Tom bilang akan menjadikan Rose sebagai istrinya menggantikan posisi mama di hati Son dan menjadi nyonya di rumahnya.
Rose dan Son tentu saja kaget akan rencana Tom itu. Namun akhirnya Rose menerima lamaran Tom untuk menjadi istrinya sekaligus ibu pengganti bagi Son.
Konflik baru muncul lagi saat Rose sudah mulai masuk ke rumah Tom dan menjadi ibu pengganti bagi Son. Son yang merasa frustasi mulai membenci Rose. Dia merasa Rose mengkhianati dirinya dan mempermainkan perasaannya hingga Son kembali kepada sifat dan karakternya yang dulu, kejam dan dingin.
Bagaimana pun usaha Rose untuk membujuk dan mencairkan kebekuan di hati Son tak pernah lagi berhasil. Yang ada malah Son semakin dingin dan membencinya. Apalagi Son juga selalu mendengar kata-kata hasutan dari Elen, pengasuhnya yang tak menyukai kehadiran Rose di rumah Tom.
Pada akhirnya, Rose memilih satu cara untuk berkorban demi menyelesaikan seluruh pertikaian perasaan dan perselisihan di rumah Tom, yaitu meninggalkan Tom dan Son.
* * *
Bab 1
Suatu hari di bulan Mei 2003, di sebuah rumah sakit mewah di kawasan pemukiman elit di kota Medan, terdengar tangisan bayi menggema dari sebuah ruang operasi.
Seorang bayi tampan telah dilahirkan ke dunia melalui perjuangan berat seorang ibu yang mengandungnya selama 9 bulan.
Bayi laki-laki tampan itu lahir lewat operasi cesar karena posisinya yang sungsang. Sebelumnya, seorang dokter anestesi menyuntikkan obat bius lokal pada daerah punggung ibu bayi tersebut yang membuatnya merasakan kenyerian yang amat sangat, lebih nyeri daripada kontraksi bayi dalam rahim.
Setelah itu, dokter kandungan melakukan operasi menyayat 15 sentimeter pada dinding perut di bagian rahim untuk mengeluarkan bayi tersebut. Para suster di ruang operasi membantu jalannya persalinan dengan berdiri di dekat dokter dan mengelilingi ibu itu.
"Selamat ya, bayimu laki-laki. Sangat tampan," begitu dia mendengar suster berkata di sampingnya sambil mendekatkan bayi yang baru dikeluarkan dari dalam rahim.
Dia pun menoleh ke samping kanan untuk melihat wajah bayi yang didekatkan di samping wajahnya. Dia tersenyum lega mengetahui bayinya baik-baik saja dan melihat wajah bayinya itu memang sangat tampan.
"Bayi Ibu akan kami mandikan dulu," kata suster lalu menjauhkan bayi tersebut darinya.
Dia pun hanya bisa memejamkan mata karena merasakan kantuk yang amat sangat sementara dokter menutup kembali luka sayatan di dinding rahim dan dinding perutnya.
Saat dia terbangun, hari sudah menjelang malam. Dia melihat para suster bersiap-siap memindahkannya ke ruangannya sendiri di lantai 8 ruang VVIP.
Tubuhnya sama sekali terasa kaku. Nyeri mulai terasa di bagian bekas sayatan pisau operasi. Suaminya yang menunggunya sedari tadi segera menyongsongnya dan mengikuti arah jalannya ranjang beroda yang sedang didorong keluar oleh beberapa suster.
"Anak kita laki-laki, Kath. Sehat dan tampan," begitu kata suaminya sambil tersenyum bahagia di samping ranjang beroda yang terus bergerak.
Para suster mendorong ranjang itu memasuki sebuah lift diikuti suaminya. Setelah seorang suster menekan tombol 8, lift pun bergerak ke atas.
Sampai di lantai 8, ranjang beroda itu terus didorong hingga sampai di depan pintu sebuah kamar VVIP yang begitu dikuakkan terasa sangat dingin dan nyaman. Ada ranjang besar yang sedang menanti, ditambah sofa, kursi dan meja.
Para suster mendorong ranjang beroda mendekati ranjang besar yang ada di ruangan yang lumayan besar dan luas. Dengan memakai alas kain lebar yang ditaruh di belakang punggungnya, dia pun dipindahkan ke ranjang besar.
Setelah itu seorang suster berpesan padanya kalau dia baru boleh meminum sedikit air setelah buang angin. Lalu mereka pun keluar dari ruangan itu dan membiarkannya dengan suaminya di dalam ruangan. Sekarang, mereka bisa berbicara dengan bebas.
"Syukurlah, akhirnya kita punya seorang bayi. Bayi laki-laki yang sehat dan tampan. Terima kasih ya, Sayang," Tom menggenggam tangan istrinya yang terbaring di ranjang pasien.
Istrinya, Kathy menjawab dengan senyum kecil. Hatinya terasa lega. Semburat kebahagiaan merona di pipinya. Bila diperhatikan, istri Tom ini berwajah sangat cantik. Matanya besar dan indah, hidungnya mancung, dan bentuk mukanya agak lonjong.
"Maaf, Sayang, telah membuatmu menunggu lama," bisik Kathy dengan suara kecil dan serak.
"Tidak. Jangan bilang begitu," jawab Tom. Dia masih menggenggam tangan istriya. "Beberapa jam menunggumu keluar dari ruang operasi rasanya lebih lama daripada 2 tahun menunggu kehamilanmu. Tapi semua itu tidak lagi masalah sekarang karena kamu sudah melahirkan seorang bayi laki-laki untukku. Bayi laki-laki kita. Terima kasih, Kath. Aku mencintaimu," Tom menundukkan wajahnya mendekati wajah istrinya lalu mengecup kening dan pipinya.
"Aku mencintaimu juga," balas Kathy dengan senyum bahagia.
Rasanya, tidak ada lagi yang kurang dalam keluarga Tom Simon Selain kaya-raya, memiliki perusahaan besar, istri cantik, anak laki-laki tampan, dia juga memiliki keluarga kecil yang rukun dan harmonis karena keduanya, Tom dan Kathy adalah suami istri yang saling mencintai, menghargai, dan memahami satu sama lain. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan dalam keluarga kecil mereka selain tentunya tugas dan tanggung jawab membesarkan sang buah hati yang barusan dilahirkan ke dunia.
"Aku ingin melihat bayi kita," kata Kathy.
"Sabar, Sayang, sebentar lagi suster akan membawakannya kepada kita setelah diberi minum," kata Tom.
Kathy tersenyum. "Aku ingin minum sedikit," katanya lagi.
"Oh, kamu sudah dengar pesan suster tadikah?" tanya Tom.
"Sudah," jawab Kathy. "Berikan aku air sedikit."
Tom segera melangkah mendekati meja di mana terdapat piring, mangkuk, sendok, dan cangkir. Dia mengambil sebuah cangkir yang ada di atas meja dan membawanya menuju dispenser air yang ada di ruangan itu. Diambilnya secangkir air dari dispenser panas dan dingin supaya istrinya bisa minum air hangat. Setelah itu dibawanya mendekati Kathy. Tak lupa dia mengambil sebuah sendok untuk menyendoki air di dalam cangkir supaya Kathy yang sedang terbaring lebih mudah meminumnya.
Tom memberi Kathy beberapa sendok air hangat dengan tangannya. Dia memperhatikan wajah istrinya masih terlihat lelah dan pucat.
Setelah Kathy meminum air hangat yang disodorkan Tom, Tom menaruhnya kembali ke atas meja.
"Kamu pasti lapar," kata Kathy. "Belum makan ya, Sayang?" tanyanya.
"Belum," jawab Tom.
Sesaat setelah Tom berkata begitu, pintu ruangan dibuka dari luar. Seorang pramusaji perempuan yang bertugas di bagian dapur rumah sakit membawa masuk 2 piring nasi berikut lauk dan buah yang sudah ditaruh di dalam piring. Kedua piring itu ditutupi plastik putih transparan yang direkatkan ke sisi-sisi piring sebagai penutup makanan dari debu. Pramusaji itu mengambil 2 piring nasi dari meja yang didorongnya menyusuri sepanjang koridor rumah sakit dan diberhentikan di depan kamar pasien.
Dua piring nasi itu tentunya untuk yang menjaga pasien dan pasien itu sendiri. Juga ada jus buah yang ditaruh dalam cangkir. Semua itu diletakkan pramusaji di atas meja yang ada di ruangan Kathy.
Sementara para suster mengurus para bayi yang baru dilahirkan di kamar bayi; memberi mereka susu, menidurkan, atau menggendong saat dokter memberi mereka imunisasi, para ibu yang melahirkan memulihkan diri mereka sendiri di kamar pasien.
Bila ada dokter atau suster yang bertanya, apakah para ibu itu memilih untuk menyusui bayi mereka sendiri ataukah memberikannya susu formula, dan mereka menjawab menyusui sendiri, maka bayi itu akan dibawakan ke ruangan mereka untuk digendong pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Pastinya, ibu yang baru melahirkan akan memproduksi ASI sendiri secara alamiah karena dorongan hormon prolaktin yang dilepaskan setelah dia melahirkan.
Pastinya, semua antibodi yang dimiliki ibu yang menyusui akan berpindah ke bayinya dan menjadi antibodi alami bayi tersebut hingga dia dewasa.
* * *
Bab 2
Elen berdiri di samping ranjang bayi yang ditata sedemikian rupa sehingga terasa adem dan mewah. Ruang atau kamar bayi yang luas itu dari kemarin sudah dirapikan oleh para pelayan yang bekerja di rumah Tom Simon.
Sebenarnya, kamar bayi yang lengkap dengan segala fasilitas itu sudah disediakan sejak Tom dan Kathy menikah 2 tahun lalu. Tapi kamar itu tidak pernah dipergunakan karena sang buah hati yang dinanti-nantikan oleh Tom dan Kathy tidak kunjung muncul setelah 2 tahun. Menginjak tahun ke-3 barulah sang buah hati menunjukkan tanda-tanda akan lahir ke dunia. Dan ini adalah tahun ketiga pernikahan Tom dan Kathy saat mereka berhasil memiliki seorang anak laki-laki.
Elen adalah kepala pelayan di rumah besar milik Tom Simon. Dia sudah bekerja di rumah Tom bahkan sebelum Tom mengenal dan menikahi Kathy. Tepatnya 10 tahun lalu saat papa mama Tom masih hidup dan Tom masih remaja.
Elen berasal dari suatu daerah terpencil di pinggiran kota. Ibunya membawanya ke rumah Tom 10 tahun lalu untuk bekerja di sana. Saat itu ibu Elen bertanya dari rumah ke rumah menanyakan lowongan pekerjaan untuk dirinya dan putrinya. Namun berhari-hari merantau ke kota dia belum juga berhasil mendapatkan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan untuk putrinya. Mereka berdua terpaksa tidur di emperan. Sampai suatu malam dia menyelamatkan papa dan mama Tom yang tak sadar sedang diintai penjahat.
Berkat pertolongannya yang berteriak saat para penjahat hendak mengambil barang-barang berharga milik papa dan mama Tom lewat ancaman, para penjahat itu pun kabur karena warga sekitar bergegas datang dan menggagalkan usaha tersebut.
Dari situlah mama Elen yang sedang bersama Elen berkenalan dengan papa dan mama Tom. Dia ditanyai mama Tom asal usul dan tempat tinggal. Dengan jujur mama Elen berkata kalau dia merantau dari kampung halaman ke kota besar untuk mencari pekerjaan buat dirinya dan putrinya.
Merasa mama Elen sangat jujur dan baik, mama Tom pun berkata pada papa Tom untuk mempekerjakan mama Elen di rumah besar mereka dan papa Tom setuju.
Mama Elen bersama Elen diterima bekerja di rumah besar milik papa Tom sebagai pelayan yang membersihkan rumah. Lambat laun dia berhasil menjadi kepala pelayan di rumah itu saat kepala pelayan yang lama pensiun. Putrinya, Elen juga diterima tinggal di rumah itu dan membantu tugas ibunya.
Elen masuk ke rumah Tom saat dia berusia 17 tahun dan Tom sendiri saat itu masih berusia 15 tahun. Tentunya Tom cukup senang menerima kehadiran Elen di rumah papanya saat itu karena itu berarti dia memiliki teman sebaya yang lebih tua 2 tahun darinya. Hubungan Tom dan Elen cukup dekat dan harmonis sebagai anak majikan dan anak pelayan. Bahkan sering Tom mengajak Elen keluar menemaninya jalan-jalan ke taman atau ke pesta. Saat itu Tom masih remaja dan belum punya pacar.
Di usianya yang ke-20, Tom baru mengenal Kathy, putri tunggal rekan bisnis papanya. Mereka bertemu di pesta perayaan ulang tahun pernikahan papa dan mama Tom yang diadakan di rumah papa Tom. Kathy datang bersama kedua ortunya ke pesta itu dan bertemu dengan Tom. Dalam sekejap Tom segera tertarik padanya. Kathy yang memakai gaun pesta indah tampak begitu anggun, cantik, dan memikat di mata Tom. Namun yang membuat Tom mendekatinya kemudian adalah sifatnya yang lemah lembut dan keibuan. Kathy juga ramah dan baik hati.
Setelah pesta usai, Tom mulai mengejar Kathy dan mujur Kathy ternyata juga menyukainya dan mereka pun menjadi sepasang kekasih yang rukun dan harmonis. Keduanya juga memiliki sifat yang cocok satu sama lain hingga rasanya tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan jika mereka membina rumah tangga. Di usia 23 tahun, Tom melamar Kathy dan Kathy menerima lamaran Tom.
Tanpa mereka sadari, semenjak Elen mengetahui anak majikannya, Tom menyukai Kathy, dia sudah memendam api cemburu dan kecewa di dadanya. Namun semua itu dipendamnya dalam hati dan disimpannya rapat-rapat supaya tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Sampai Tom menikahi Kathy, rahasia cinta terpendamnya pada Tom berikut perasaan patah hatinya karena Tom menikahi Kathy tetap disimpannya dengan rapi. Hanya dia seorang yang mengetahuinya. Tom bahkan tidak tahu.
Dua tahun lalu mama Elen tiada. Setahun kemudian menyusul papa dan mama Tom. Hingga rumah besar milik papa Tom pun hanya tinggal Tom, Kathy, Elen, dan beberapa pelayan wanita di dalam rumah ditambah tukang kebun.
Elen menggantikan posisi ibunya sebagai kepala pelayan di rumah itu.
Setelah 2 tahun menikah dengan Tom, Kathy baru hamil. Dan lima hari lalu dia berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan tampan buat Tom. Penghuni rumah besar milik Tom pun akan bertambah satu di saat Tom dan Kathy membawanya pulang ke rumah.
Ya, hari ini rencananya Tom dan Kathy akan pulang dari rumah sakit ke rumah besar ini dengan membawa buah hati mereka, bayi laki-laki tampan yang sehat dan lucu.
Elen sudah menunggu tibanya hari ini. Rasanya dia tak sabar lagi untuk segera melihat putra Tom itu walaupun bukan lahir dari rahimnya. Iya, dia tetap ingin melihat putra Tom itu walaupun anak itu dilahirkan oleh wanita pilihan yang dinikahi pria yang diam-diam dicintainya.
Elen menjadi orang yang paling sibuk di rumah itu dalam menyambut kepulangan Tom bersama bayi laki-lakinya. Walaupun dalam hati Elen membenci Kathy yang telah merebut Tom darinya, namun Elen pintar bersikap baik di depan Kathy hingga Kathy pun tidak pernah mencurigainya. Apalagi Tom yang selalu berpikir Elen masih sama seperti gadis yang dikenalnya sebelum dia mengenal dan menikahi Kathy. Tom masih mengira Elen adalah teman baiknya yang diterima kehadirannya di rumah papanya saat Tom berusia 15 tahun dan Elen 17 tahun.
Ternyata hati wanita itu bisa berubah dari lembut menjadi kejam saat tersakiti oleh pria yang dicintainya. Elen sakit hati karena Tom memilih Kathy menjadi istrinya, bukan dirinya yang sudah menemaninya lebih dulu walaupun hanya sebagai teman dekat. Namun rasa sakit hati Elen tentu saja tidak akan dia lampiaskan pada Tom karena dia mencintai laki-laki itu. Dia tidak berencana akan menyakiti Tom. Rasa sakit di hatinya semakin hari semakin parah dan dia mulai memikirkan jalan lain untuk melampiaskannya. Tidak kepada Tom, melainkan kepada Kathy.
Terlepas dari semua itu, Elen benar-benar sudah tidak sabar lagi menunggu kepulangan Tom bersama bayi laki-lakinya. Elen sangat penasaran, mirip dengan siapakah putra Tom itu? Mirip Tom atau Kathy? Semoga jangan mirip Kathy karena bisa-bisa itu membuat Elen membencinya juga.
* * *
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!