NovelToon NovelToon

Wife Is Not A Virgin

Prolog

Namaku Vinnie Mentari, aku adalah wanita dari kalangan keluarga sederhana, Tumbuh dengan penuh cinta dan kasih bersama kedua orang tuaku. Semua berawal dari Tuan Adam Scott, pria paruh baya yang membuatku bertemu dengan anaknya Adam Scott.

Adam Scott adalah pria tampan keturunan Indonesia- Jerman. Ayahnya Hans Scott berasal dari jerman dan ibunya solo. Tidak heran Adam memiliki mata biru, wajah tampan serta kulit putih bersih. Ia berusia 30 tahun. Memang Adam adalah pria matang, tampan dan pengusaha muda yang banyak di incar oleh wanita. Tapi aku seperti bermimpi memiliki suami yang hampir sempurna. Namun satu hal yang tidak akan pernah bisa aku memiliki, cintanya. Bahkan kehidupanku berubah 180 derajat bersamanya. Inilah kisah yang mungkin tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, Awalnya semua membuatku menderita tapi rasa sakit itu membawaku mengerti arti dari sebuah pernikahan.

Terkadang dunia memang kejam, yang baik bisa terlihat jahat karena tangan dan perilaku kotor seseorang. Yang jahat dapat menyembunyikan wajah busuknya dengan perilaku yang baik di padu dengan kekuasaan.

Tapi ketahuilah satu hal bahwa tidak selamanya semua itu bertahan. Seperti gelas yang cantik dan kokoh ia memang kuat, bersinar bahkan terus berkilau meski terus_ menerus di gunakan dan cuci setiap hari. Namun ketahuilah bahwa gelas itu tidak bisa bertahan selamanya, karena gelas juga memiliki jangka waktu untuk pecah.

Bertahan, adalah kalimat yang tepat untukku, karena aku memang di ciptakan untuk bertahan hingga akhir. Menjadi istri tidak suci bukanlah keinginanku aku tidak ingin menjadi manusia kotor seperti ini. Aku ingin hanya ingin merasakan cinta yang tulus salahkan itu? Apakah salah wanita sepertiku mengharapkannya?

Aku bahkan tidak pernah berpacaran tapi mengapa aku begitu menjijikan?

Apa salahku terlahir suci dan sebelum menikah aku harus hancur seperti puingan kaca yang pecah. Suamiku begitu membenciku, tolong jelaskan apakah aku berhenti bersamanya atau aku harus bertahan dengan segala caci makiannya. Aku masih terlalu dini mengenal semua ini. Ini begitu menyakitiku. Aku begitu rapuh hanya berpura- pura terlihat bahagia seakan tidak terjadi sesuatu.

Ini begitu menyiksaku, Adam aku begitu mencintaimu tapi mengapa sulit sekali menggapai mu. Kamu bagaikan langit dan aku adalah bumi yang tidak mungkin dapat berada tepat di sampingmu.

Aku Istrimu namun kamu tidak pernah mau menganggap ku ada di sisimu. Jujur ini sangat menyakitiku, aku ingin berlari namun langkahku seakan terhenti. Semua membuatku sadar bahwa dirimu memang layak menemukan seseorang yang jauh di atas ku.

Meskipun berulang kali terluka dan kamu menghancurkan pengorbanan ini, aku selalu percaya akan ada masa dimana kamu dapat benar- benar mencintaiku dengan penuh ketulusan. Aku tidak ingin membuatmu membenciku terus- menerus. Mau bagaimanapun aku adalah satu- satunya wanita yang akan berada tepat di sisimu. Tidak peduli betapa dinginnya sikapmu, betapa menusuknya perkataan mu. Bagiku kamu adalah pria yang memang di takdirkan melengkapi segala kekurangan ku. Terkadang aku sering membayangkan terlahir sebagai satu- satunya wanita yang berhak memelukmu tanpa takut bahwa cintamu di miliki orang lain. Terlalu egois kah impianku itu untukmu kelak? hidup memang seperti itu semua orang berhak bermimpi dan mimpikan tanpa tahu apa isi di balik seseorang yang menyimpan mu di dalam pikirannya seperti perekat.

Note:

Ini adalah novel yang penuh dengan konflik hubungan rumit. Tahap Revisi.

House New

2 hari setelah pernikahan

"Vinnie Mama harap kamu betah dengan rumah baru ini " Ucap Luna Scott sebelum berpamit pulang padaku.

"Terima kasih Mah ini sudah lebih dari cukup, rumahnya bahkan terlalu luar biasa untuk di tinggali oleh wanita dari keluarga sederhana seperti ku." Mamah Luna memelukku sedih, mungkin ia berpikir bahwa aku melalui hari yang berat selama ini.

"Oh sayang, kamu adalah segala nya untuk kami. gunakan rumah ini senyaman mungkin. Mama sudah sediakan pembantu, tukang kebun serta satpam agar rumah ini terasa ramai untuk wanita cantik sepertimu," wajahku tersipu mendengar itu betapa perhatiannya Mama Luna padaku. Aku tidak pernah berpikir akan di perlakukan sebaik ini oleh keluarga kaya seperti Marga Scott. Mama Luna dan Papa Hans sangat baik, aku jadi semakin terharu karena mereka sangat menyayangi- ku. Bahkan baru 2 hari setelah pernikahan kami mereka sudah menyediakan segala fasilitas di rumah baru ini.

"Terima kasih Mama," Ucapku terharu langsung memeluk tubuh Mama Luna. Aku benar kagum dengan Mama Luna, meskipun usia Mama Luna sudah mencapai 50 tahun namun wajahnya masih awet muda. Benar- benar cantik dan aku ingin sepertinya ketika tua nanti.

"Baiklah Mama harus pulang, jika butuh sesuatu telpon saja Mama sayang,  jangan lupa jika Adam berbuat salah beri tahu Mama.. " Nasihat Mama Luna mencium kedua pipi ku. Aku mengangguk pada Mama Luna yang sudah ku anggap seperti ibuku sendiri, Tidak lama Papa Hans keluar dari dalam menghampiri kami, aku tersenyum menyapa Papa Hans.

"Bagaimana apa menantu Papa betah tinggal disini? " Tanya Papa Hans sambil mengelus pucuk kepalaku dengan lembut seperti anak sendiri yang harus ia lindungi dan sayangi.

"Tentu Pa, terima kasih.." Ucapku lembut pada Papa Hans. Papa Hans menatapku sambil terkekeh kecil, mungkin ia lucu memandangku yang berpostur tubuh seperti remaja SMA, ayolah usia ku sudah mencapai 20 tahun.

"Ya sudah buat dirimu senyaman mungkin nak. " pinta Papa Hans memeluk tubuh mungilku. Setelah kepergian Papa Hans dan Mama Luna aku melangkahkan kakiku ke lantai atas dimana mas Adam sedang tertidur lelap. Aku pikir mas Adam membenci ku, kami tidak pernah bertegur sapa setelah pernikahan. Apakah pernikahan karena perjodohan memang seperti ini? benar- benar hubungan yang canggung.

Aku tersenyum getir, menikah dengannya entah itu suatu keberkahan atau musibah aku bisa mati kebosanan bila terus menghadapi situasi canggung ini. Perilaku mas Adam benar- benar kasar, mulutnya hanya mengeluarkan umpatan dan hal- hal ketus. Sejujurnya aku membenci itu. Suami yang baru kukenal beberapa hari, pesona- nya begitu membuatku sedikit tertarik. Mengapa aku terus memikirkannya? padahal ia berada di dekatku. Mungkin karena wajahnya yang tampan sehingga aku sulit untuk melupakannya. Sulit untuk memungkiri aku sedikit bahagia menikahi pria tampan sepertinya, terkadang takdir seseorang siapa yang tahu? Meskipun kepribadiannya buruk terhadapku tidak dapat  di pungkiri aku menyimpan secercah perasaan padanya. Apa salahnya sedikit mencintai suami sendiri?

Aku memperhatikan ia begitu damai dalam tidurnya, tidak seperti dalam keadaan sadar yang selalu memarahi ku!apa masalahnya kaya atau miskin? mengapa ia membeda- bedakan status seseorang. Bukannya bukannya sistem kasta sudah hapuskan. Sebenarnya meskipun aku sudah kehilangan status virgin ku, aku juga merasa sedikit rugi menikahi pria kasar sepertinya, hidupku akan berakhir mengurus pria matang sepertinya hingga aku wafat. Memang benar pria itu hampir mendekati sempurna, pendidikan hingga Pascasarjana, kaya, genius dan berfisik jauh di atas standar. Namun sikap kasarnya itu hampir membuatku gila. Mungkin aku tidak akan awet muda seperti Mama Luna, yang ada aku akan cepat menua menghadapi temperamen buruknya itu.

Berpikir positif adalah kalimat andalanku mau tidak mau suka tidak suka, aku harus tetap melanjutkan pendidikan S1 ku, setidaknya Mama Luna membantu perekonomian keluarga kami. Jadi aku tidak terlalu khawatir dengan bapak dan ibu di kampung halaman ku.ari pekerjaan paruh waktu jika mas Adam tidak memberikan uang bulanan, suami yang kasar sepertinya aku tidak ingin selalu mengandalkannya. karena ia memang tidak dpat di andalkan, dari sikapnya aku sudah tahu bahwa ia masa bodoh denganku! pria gila itu hanya bisa marah- marah tidak jelas. Jika ia diam seperti saat tidur itu adalah suatu keberkahan tersendiri untukku. 

Hari ke 3 setelah pernikahan, ini adalah rutinitas pagiku yang menggembirakan, aku sudah terbiasa hidup sebagai OKB, (Orang Kaya Baru) mempunyai pelayan, tukang kebun, satpam, supir, tinggal di rumah bak istana. Wow! faktanya adalah aku hanya  tinggal di rumah mewah serta mendapatkan pelayan yang di gaji oleh Mama Luna, suami bajingan itu tidak memberi uang sepeser pun. Setidaknya ia memberi ku uang belanja meskipun 500 ribu perbulannya, betapa pelitnya dia padaku hanya karena tidak menyukai ku. Kulihat banyak berita di TV istri tega membunuh suami secara brutal mungkin sebabnya karena jarang memberi uang belanja. 

Hari ini mas Adam kulihat kesiangan,   aku memang sengaja tidak membangunkannya. Uangku sudah menipis untuk belanja makanan mewah permintaan pria sialan itu, aku juga punya batas kesabaran. Enak saja dia yang kaya jika aku yang harus menafkahinya! Aku bukan perempuan bodoh yang mau memberikan uang dan makan hanya karena cinta pada pria sepertinya.

"Kenapa kau tidak membangunkanku? pakaianku juga belum di setrika! bahkan tidak ada sarapan!" teriaknya marah di telingaku, aku tersenyum sambil melipat tanganku menatap matanya kesal. Aku menikah dengannya bukan untuk ini,

"Wahai anak muda, kau urus saja dirimu sendiri! aku juga punya kesibukan. Minta makan enak tidak pernah mau memberi uang belanja kau kira ini sinetron Indosiar!" teriakku di telinganya, ia menatap ku tidak percaya. Mungkin karena biasanya aku sangat baik dan penurut, tapi ini dunia realita. Aku tidak harus jadi karakter cengeng yang perlu di kasihani. Dunia juga perlu uang untuk bertahan hidup.

"What the ****!" umpatnya, namun aku tidak peduli telingaku sudah kebal dengan hinaan dan umpatan, bahkan aku tidak ingat terakhir kali dosen menerangkan mengenai rumus Algoritma. Apalagi umpatan yang tidak manfaatnya, bodoh sekali jika aku harus galau dan memasukannya dalam hati.

Setelah melihat kepergianku, Adam buru- buru ke kamar mandi karena sudah telat kantor. Dalam hati aku menertawakannya. Jaman sekarang perempuan lemah dan cengeng sudah punah apa dia bodoh jika percaya aku takut setiap kali dengan amukan-nya. Justru dalam hati aku menertawakannya karena dia hanya besar.

"Rasakan itu!" ucapku dalam hati

Aku sudah bertekad akan meminta uang belanja, dengan malas aku terpaksa memanggilnya. "Mas! ... Mas! .. Masssss....!!" panggilku membuatnya menghentikan langkahnya, ia menatapku tajam menyorotkan tatapan seperti elang. Dia kira aku takut di tatap seperti itu? bahkan tatapan dosen killer yang memarahi saat aku tertidur di kelas saja aku tidak takut. Wajah cute sepertinya sok menakuti- nakutiku! apa dia Gila? aku menghembuskan napas berat di depannya yang baru saja menuruni tangga kini berdiri depan wajahku hanya 3 jengkal. Jujur tadi aku baru sarapan tumis jengkol,

"Ya tuhan bau napas apa ini! " teriaknya seperti mau pingsan, mungkin dia belum pernah makan jengkol.

"Bau jengkol, wangikan! mana uang belanja untuk makan kita?" tanyaku percuma jika punya pembantu tapi tidak ada yang di masak. Dia menatapku tidak percaya aku kembali mengulurkan tanganku meminta uang belanja, "Udah mana? aku mau masuk kampus ini Mas " pintaku padanya. Ia langsung memberiku uang kertas sejuta.

"Ini jangan panggil saya Mas lagi, saya benci itu!" ucapnya dengan nada dingin, aku tertawa kecil mengimpas wajahku dengan uang sejuta.Ia menatapku heran dengan perilaku absurd ku.

"Ok, suami, sayang atau beib? mau panggilan yang mana? " tanyaku padanya.

"Nama saya saja, saya tidak punya waktu bicara denganmu! saya pergi,' idih gayanya, aku juga mau pergi dari tadi kalau bukan karena uang belanja. Udah cuman sejuta, jaman sekarang 50 ribu juga baru dapet cabe, bawang. Tapi untunglah dari pada gak ada sama sekali. 

Sakit

Kampus

"Woeyy lesu amat itu muka..! " Sindir Cantika sahabatku yang membuat aku memukul bahunya kesal.

"Isss nyesel gue punya temen kaya lu.. encok tulang gue lama- lama..!!" Gerutu Cantika padaku yang membuat aku tertawa geli. Kami memang memiliki selera humor yang tinggi.

"Yang nyuruh lo temenan sama gue siapa coba? kan lo yang dateng sendiri," Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kelas mata pelajaran Manajemen Informatika yang sedikit membuatku pusing dengan berbagai angka- angka, namun entah dimana uangnya yang telah kuhitung setiap jam kuliah berlangsung.

"Iss tinggal aja terus.. maemun..!! " Teriak Cantika di depanku. Sepertinya dia berlari mengejarku tadi, karena terlihat ada sedikit keringat di dahinya.

"Jangan teriak juga abab lu bau..! " candaku langsung meletakan tas kanvasku di meja menunggu dosen datang, akhir- akhir ini memang sedang tren tas kanvas hampir semua mahasiswi memakai ini. Cantika juga meletakan tas kanvasnya di sampingku, ia memang tidak bisa jauh dariku mungkin. Atau teman Cantika hanya aku entahlah aku tidak ingin pusing karna hal itu.

"Au ah gelap..!! " Cantika duduk di sampingku dengan tatapan legendnya yang membuat aku tertawa geli.

"Bhwuuahha...!! Bahasa tahun 2000an elu pakai uda gak musim gue aja yang orang susah gak alay kayak elu..! "

"Kamvret memang suka ngasal..!! " Sindir Cantika padaku.

"Dan elu Maknya kamvretnya vokalis kangen band..hahaha..!!" Tawaku pecah seketika melihat wajah kesal Cantika.

"Dieeemmm..!! " Teriak Cantika menutup telinganya sambil berteriak disaat dosen wanita killer masuk.

"Cantika..!! Kamu bersihkan toilet kampus sekarang..! " teriak Bu Widia geram pada Cantika yang hobi sekali berteriak. Bu Widya memang anti keributan.

"Apes dhaaa..! " Dengan langkah lesu Cantika berjalan menuju toilet. Yang pastinya banyak kapal pesiar kuning mengambang, terkadang memang mengesalkan ada mahasiswa yang suka lupa menyiram hajat, entah lupa atau sengaja tapi itu terlalu kampret untuk mahasiswa lain yang menjaga komitmen kebersihan selayaknya pacaran tapi di tinggal nikah. Aku yang membayangkan Cantika membersihkan toilet sampai bergidik ngeri.

"Semoga sukses bosku..! " Teriak Marcel salah satu temanku dari dalam kelas.

"Sukses gundulmu..!! " Teriak Cantika dari balik pintu dengan wajah kesal.

"Cantika..!! " Peringat Bu Widya agar Cantika segera melakukan tugasnya, karena kepala bu Widya sudah pusing mendengar suara cempreng Cantika.

"Iya..iya ini otw nyarik cogan, ekh..!! salah otw bersihin kotoran cogan yang lupa di siram Bu..! " sinis Cantika pada Marcel yang memang sering tidak menyiram hajat dan itu memang di sengaja Marcel, tidak jarang Marcel sering memakai toilet wanita. Benar- benar menyebalkan bukan?

"Ampun rogu..!! " Teriak Marcel dengan tatapan memelasnya agar tidak terbongkar aibnya. Marcel langsung duduk lega teman- temannya tidak ada yang mengetahui.

"Gosahh lega deh lu..!" Ucapku dengan senyuman smirkku.

"Lah napa lu..? " Tanya Marcel heran penuh selidik.

"Gue tau elu itu biang keroknya wc kampus..! " Ucapku dengan gerakan bibir tanpa suara. Marcel langsung menutup mulutku agar tidak memberitahukan siapapun.

Aku yang kesal Marcel menutup mulutku langsung menggigit tangannya yang bau sampah masyarakat.

"Lepas Marcel tangan elu uda sama kayak aspal jalan, kasar dan baunya bau sampah..!! " Sinisku menatap nyalang Marcel

"Mbahmu..! !"gerutu Marcel.

Aku langsung mengalihkan tatapanku dengan mengeluarkan buku ku, berusaha menghiraukan ucapan Marcel agar biaya kuliahku bermanfaat dan tidak sia- sia seperti Marcel. Ayolah justru karena ia tidak mengerti makannya harus dipelajari.

Bukan tidak mengerti jadi tidak mau belajar.

Kantor

Adam membuka data mengenai kehidupan Vinnie, Vinnie benar- benar wanita liar ternyata. Seketika senyuman smirk muncul di bibir Adam.

Bahkan Vinnie beberapa kali berkencan dengan kekasihnya, namun yang membuat Adam heran ia mau sekali dijual dengan harga yang sangat murah oleh kekasihnya. Gila batin Adam gadis kampung ternyata melarikan diri ke kota bersama orang tuanya untuk mencari harta. Tapi Adam menghiraukan semua itu karna ia memang akan menceraikan Vinnie 3 bulan lagi. Setelah Angelyn kekasihnya kembali dari perancis.

RUMAH

Aku sedang bersantai menikmati kopi di ruang tamu, ini adalah sore hari yang menenangkan. Meskipun ini bukan rumah pribadiku tapi aku harus membuat diriku senyaman mungkin. Adam masuk ke dalam rumah dengan wajah seperti iblis yang siap mengeluarkan api dari mulutnya dengan sumpah serapah.

"Ada apa?" Tanyaku pada Adam heran, dia tersenyum mengejek menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kau wanita murahan!" Ejeknya, bahkan aku sudah hafal dengan kata- katanya yang tidak pernah terlewat dari bibirnya.

"Lalu?" tanyaku mengangkat sebelah alisku.

"Aku sudah mencari tahu tentangmu  kau banyak bercinta bukan hanya dengan satu pria! Murahan cihh!" Dia meludah di sampingku, aku menatapnya acuh kembali menikmati kopiku.

"Mengapa kau diam saja?" Tanyanya heran padaku.

"Lalu aku harus bilang apa, yang kau ucapkan memang benar.." jawabku kembali menyesap kopi. Ia membanting gelas di tanganku dengan kasar, mungkin marah dengan sikapku yang santai.

"Kau sialan! Harga dirimu sangat murah sehingga membuatku malu!" Umpatnya di depan wajahku.

"Kau juga 3 bulan lagi akan menceraikan aku, lalu aku harus berbuat apa. Kekasihmu Angelyn akan kembali dari Perancis bukan?" Tanyaku dengan senyuman datar.

"Dari mana kau tahu soal itu?" Tanyanya dengan nada kasar.

"Dari ponselmu! Aku membukanya menggunakan wajahmu pada saat kau tidur, " jawabku yang memang benar.

"Emm ... Lalu mengapa kau tidak marah?" Tanyanya heran.

"Untuk apa aku marah dengan mu membuang tenagaku, mendengarkan mu marah saja sudah membuat wajahku tua. Lagipula kau sangat pelit jadi aku tidak terllau rugi di ceraikan denganmu. Aku meninggalkan Adam menuju kamar. Mungkin Adam tidak menduga aku akan berkata seperti itu.

"Wanita itu begitu santai, dia setuju saya ceraikan tapi mengapa saya sangat marah dia bersikap biasa saja seperti itu?"

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Alarick mengenai siapa aku, apa sebenarnya yang ada dalam pikiran ku.

Aku juga menikah dengannya karena inside menolong papah Hans dari pencopet, tidak menduga bila balas Budi mereka menikah kan anaknya dengan ku agar aku bahagia. Aku tidak bahagia justru sebaliknya. Dunia memang rumit.

"Ada apa Adam?" Tanyaku saat dia memasuki kamar dengan wajah ragu, dia duduk di sampingku.

"Kau, Emm ..." Ucapan nya terputus. Entah apa yang ingin di katakan dirinya aku sampai bosan menunggu.

"Kau tidak menyesali jika di ceraikan?" Tanyanya kembali, aku memutar bola mataku. Baru menikah beberapa hari tidak akan membuatku seperti kehilangan permata.

"Ya tentu saja, usiaku masih muda masih banyak yang perlu ku kejar. Aku juga menikah dengan mu karena menghormati permintaan Papah Hans, dari awal aku sudah tahu akhirnya. " Jawabku Adam mengerti berjalan pergi setelah mendengar penjelasan ku, aneh. Pikirku dari tadi ia diam hanya ingin mengatakan itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!