Caca Cantika adalah seorang gadis cantik yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Di hari kelulusannya, Caca mendapat kabar kalau Kakaknya Baim, akan segara menikahi kekasihnya Julie Abraham.
Tentu saja Caca yang selama ini tak pernah melihat calon kakak iparnya, harus pulang dan menghadiri pernikahan kakaknya tersebut. Caca pulang ke rumah disambut dengan senyum hangat dan pelukan dari Mama dan Papa.
Caca ingin segera menemui kakaknya, Baim. Masih teringat jelas dalam memori Caca bagaimana Baim sering menelepon dirinya dan menceritakan tentang kisah cintanya bersama Julie. Bagaimana kakaknya tersebut sangat mencintai dan menyayangi Julie Abraham dengan sepenuh hati.
Menurut cerita Baim, dirinya dan Julie hanya berkenalan selama 6 bulan dan langsung memutuskan untuk berpacaran. Baim yang sudah cinta mati dengan Julie langsung melamar Julie di 3 bulan masa pacaran mereka. Julie menerima lamaran Baim dan setuju kalau mereka akan menikah secepatnya.
Dua hari lagi, hari yang dinantikan oleh Baim akan segera tiba. Ia akan menikahi Julie dan hidup bahagia selamanya, seperti kisah di dalam dongeng tentu saja. Caca sangat mengharapkan kakaknya berbahagia. Baim adalah kakak yang sangat sayang pada Caca. Satu-satunya saudara Caca yang ada di dunia ini.
Sayangnya Baim tak pernah Caca temui sejak ia pulang. Keluarga Caca pun mencari keberadaan kakaknya. Ibu bilang, terakhir kali melihat Baim, Baim pergi terburu-buru.
Setiap menghubungi Baim, tak pernah dijawab. Keluarga Caca semakin panik saja. Takut terjadi apa-apa dengan Baim.
"Bagaimana, Ca? Sudah buat laporan di polisi?" tanya mama saat melihat Caca pulang dari kantor polisi.
"Sudah, Ma. Kita tunggu saja ya sambil terus berdoa semoga Kak Baim cepat ketemu!" jawab Caca dengan sorot mata sedih dan khawatir.
Namun Baim tak juga ada kabarnya. Pernikahan pun terpaksa dibatalkan. Para tetangga sudah membicarakan keluarga Caca.
Mama menangis terus menerus. Firasatnya sebagai seorang ibu mengatakan kalau anaknya tidak baik-baik saja.
Sampai dering telepon rumah membuat keluarga Caca menaruh secerca harapan Baim akan ditemukan. Polisi yang menghubungi dan meminta keluarga Ibrahim Budiman datang ke Hotel XX.
Hotel XX adalah hotel dimana Baim rencananya akan menghabiskan waktu berbulan madu. Caca dan kedua orang tuanya pun pergi ke Hotel XX. Mereka lalu diminta ke kamar nomor 1111.
Hati Caca mencelos saat melihat ada garis polisi di depan pintu kamar. Mama sudah lemas dan tak kuat menopang kakinya. Caca dan Papa yang memapah Mama berjalan memasuki kamar.
Di kamar yang seharusnya menjadi tempat bahagia Baim, Caca melihat tubuh kaku kakaknya tergantung tak bernyawa.
"Astaghfirullah Baim! BAIM!! YA ALLAH BAIM!" Mama pun ambruk dan pingsan.
Polisi bergerak cepat membawa Mama ke rumah sakit. Papa yang menemani. Lalu Caca?
Caca hanya terduduk lemas dengan sorot mata kosong. Ia amat syok melihat kakaknya tersayang sudah tak bernyawa.
Caca memberanikan diri menyeret tubuhnya dan menghampiri jenazah kakaknya yang sudah diturunkan oleh polisi dan direbahkan di atas lantai. "Kak... Bangun, Kak!"
Air mata pun mulai menetes di wajah Caca. "Kak Baim! Bangun, Kak! KAK BAIM HUAAAA....." tangis Caca pun pecah.
"JANGAN TINGGALIN CACA, KAK! HUAAAA...." Caca memeluk tubuh kakaknya dan mengguncangkannya. Berharap Baim akan hidup kembali.
"KAK BAIM! HUAAA... KAK BAIM!!" polisi mencoba memisahkan Caca namun Caca tetap memeluk kakak tersayangnya. Sampai Caca merasakan ada sesuatu yang jatuh dari saku baju Baim.
Caca pun berhenti menangis dan melihat kalau yang jatuh adalah sebuah undangan yang sudah terlipat dan kusut. Dengan tangan gemetar, Caca membuka undangan yang tertulis dengan jelas siapa yang menikah.
Julie Abraham menikah dengan Azhar Malik. Tertulis jelas waktu pernikahan mereka. Waktu yang bersamaan dengan seharusnya Baim dan Julie menikah.
Caca pun menangis karena rasa amarah dan benci yang tiba-tiba menyeruak begitu besar dalam dirinya. Ia sedih dan tak terima kakaknya diperlakukan seperti itu oleh wanita sejahat Julie Abraham.
Caca dan Papa harus mengurus jenazah Baim. Menguburkannya dengan layak di tengah terpaan bisik-bisik tetangga yang terus membicarakan keluarga mereka. Mama terlalu shock sampai harus dirawat di rumah sakit.
Tak banyak yang menghadiri pemakaman Baim. Semua ketakutan karena Baim meninggal gantung diri. Bahkan tak ada yang berani mendekat ke rumah Caca karena dianggap menyeramkan karena ada keluarga yang meninggal bunuh diri. Miris sekali sanksi sosial terhadap keluarga Caca. Bukan mendapat simpati malah dijauhkan.
****
Caca menatap kosong makam kakaknya, Baim. Hari di mana seharusnya Baim berbahagia karena memulai hidup baru bersama Julie Abraham, malah menjadi hari ditemukannya jenazah Baim yang sudah dua hari menghilang.
Caca tak menyangka, kakaknya yang suka datang menjenguk dirinya saat kuliah di luar kota sambil membawakan makanan serta selalu memberinya uang jajan tersebut, kini hanya tinggal nama. Bahkan kakaknya tak meninggalkan pesan sebelum kepergiannya sama sekali.
Caca dan keluarga sangat terpukul dan tidak terima dengan kematian Baim. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan kalau tak ada yang bertemu dengan Baim di hotel. Dengan demikian, Baim memang mengakhiri hidupnya sendiri karena keputusan yang ia buat. Penyelidikan pun ditutup.
Tak ada berita tentang kematian Baim di surat kabar maupun portal berita online. Semua ditutupi dan dirahasiakan oleh pihak manajemen hotel demi nama baik hotel bintang lima mereka.
Caca menertawai kejamnya realita hidup yang terjadi pada keluarganya. Bahkan kematian Baim pun tak bisa diberitakan. Kakaknya meninggal dan Julie berbahagia dengan lelaki lain.
****
Sepulang dari rumah sakit, Mama terus melamun. Matanya terlihat kosong dan pikirannya berkelana entah kemana.
Air mata terus menetes dari mata Mama. Tubuhnya terlihat kurus dengan wajah pucat. Mama tak mau makan dan hanya meratapi foto Kak Baim.
"Ma!" panggil Caca. Dibenarkannya mukena yang Mama kenakan. Mama bahkan tak sadar sudah memakai mukena terbalik.
"Makan dulu yuk, Ma." bujuk Caca.
Sayangnya, Mama tetap bersikap acuh. Tak dipedulikannya Caca dan terus meneteskan air mata dengan mata kosongnya.
"Ma... Nanti Mama sakit... Makan ya Ma walau sedikit." mohon Caca sambil mengusap air matanya sendiri.
Caca menyerah karena Mama tak kunjung meresponnya. Ia meninggalkan piring berisi makanan dan menghampiri Papa yang juga sedang melamun di ruang tamu.
Berbeda dengan Mama yang terus menangis, Papa hanya melamun namun sesekali mengusap wajahnya. Terlihat beban penyesalan yang mendalam ada dalam dirinya. Merasa gagal sebagai orang tua sehingga anaknya mengakhiri hidupnya sendiri.
"Pa, makan dulu ya!" ajak Caca.
Papa menggelengkan kepalanya. "Papa kenyang, Ca."
"Papa belum makan. Nanti Papa sakit." bujuk Caca.
"Nanti Papa akan makan kalau Papa lapar." tolak Papa.
Caca bisa apa?
Caca menghela nafas berat. Sampai kapan keluarganya hancur seperti ini hanya karena seorang Julie?
"Ya, semua yang terjadi pada keluargaku karena wanita jahat itu. Wanita yang sudah membuat kakakku meninggal dan kedua orang tuaku tak punya semangat hidup lagi!" batin Caca.
Caca menatap foto Julie Abraham yang ada di kamar Kak Baim. "Kak, jika Julie sudah mengkhianati Kakak, maka aku akan membuat suaminya mengkhianati Julie. Akan aku buat hidup Julie lebih menderita melebihi penderitaan keluarga kita, Kak. Aku akan hancurkan pernikahannya! Apapun akan aku lakukan untuk membuatnya menderita!"
****
Yuk dukung novel ini dengan like, komen, add favorit, vote dan tentunya ⭐⭐⭐⭐⭐ ya 😘😘😘😘
Caca bertekad akan masuk ke dalam kehidupan Julie. Untuk itulah, Caca mencari tahu sebanyak mungkin informasi tentang Julie dan Azhar.
Ternyata mencari Azhar Malik tidak sesulit yang Caca pikir. Azhar Malik adalah pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan. Salah satunya adalah kantor tempat Baim bekerja.
Caca mengerti sekarang kenapa Julie lebih memilih menikah dengan Azhar dibanding dengan Kak Baim yang hanya karyawan biasa. Jelas, uang yang membuat Julie tega menghianati kakaknya.
Untuk masuk ke dalam kehidupan Julie dan Azhar, Caca harus berada di dekat mereka. Salah satunya adalah dengan menjadi karyawan di perusahaan Azhar, Ia berkompeten untuk masuk ke sana karena kepintarannya.
Berkat informasi yang diberikan oleh temannya, Caca jadi tahu kalau perusahaan milik Azhar sedang mencari seorang sekretaris. Lebih tepatnya sekretaris pribadi yang akan terus berada di samping Azhar.
Kesempatan yang bagus!
Kesempatan itu tentu saja tidak dilewatkan oleh Caca. Caca bertekad harus mendapat pekerjaan tersebut. Ia harus berada di sisi mereka agar tujuannya dapat tercapai, apalagi kalau bukan menghancurkan rumah tangga Julie dan Azhar.
Masuk ke dalam perusahaan Azhar bukanlah hal yang mudah. Caca harus bersaing dengan ratusan orang agar bisa diterima di perusahaan tersebut. Untunglah Caca terlahir dengan otak yang pintar. Nilai cum laude di ijazahnya menjadi salah satu nilai tambah yang membuatnya terpilih dalam seleksi tahap pertama.
Hanya tinggal beberapa puluh orang yang tersisa. Caca harus lolos seleksi wawancara dan tes kesehatan jika memang ingin bekerja di perusahaan tersebut.
Usahanya membuahkan hasil, saat diwawancarai HRD perusahaan, Caca menjawabnya dengan tenang dan jawaban yang diberikan juga memuaskan yang menginterview Caca.
Lolos tahap wawancara, Caca juga lolos tes kesehatan. Perusahaan butuh cepat, sekretaris Azhar adalah sekretaris utama di perusahaan. Tak boleh posisinya kosong terlalu lama.
Caca pun akhirnya diterima bekerja di perusahaan Azhar setelah melewati beberapa kali tes. Besok adalah hari pertama Caca mulai bekerja. Caca sudah tak sabar ingin bertemu dengan Azhar langsung. Laki-laki yang akan ia rebut hatinya dari Julie.
****
Caca menatap Mamanya yang sedang berdoa dengan memakai mukena terbalik. Mamanya menyandarkan kepalanya di dinding dan terus berdoa sambil menangis. Bahkan Mama tak menyadari kalau mukena yang dikenakannya terbalik, lagi. Mama terus berdoa untuk Baim yang telah pergi selamanya.
"Ma, doakan Caca ya! Besok adalah hari pertama Caca bekerja. Mama mau kan mendoakan Caca?" ujar Caca dengan suara bergetar menahan tangis.
Mama tak merespon. Tetap saja Mama asyik meratapi kepergian Kak Baim. Mana bisa Caca hidup melihat kedua orang tuanya menderita seperti itu, sementara wanita yang sudah menyakiti hati kakaknya hidup berbahagia dengan suami barunya yang kaya raya?! Mana bisa Caca tersenyum saat hati kedua orang tuanya menangis dan teriris karena kehilangan anak pertama mereka?!
***
Caca menatap gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di depannya. Gedung yang terlihat begitu mewah dibanding gedung lain yang berada di sekitarnya.
Caca diam sesaat sebelum memasuki kantor dimana Ia akan bekerja. Posisi sebagai sekretaris perusahaan akan Ia emban, menyingkirkan beberapa tawaran kerja yang ingin meminang dirinya yang lulus dengan predikat cum laude.
Tak langsung menuju ruang HRD, Caca memilih masuk ke dalam toilet. Dirapihkannya make up dan kemeja yang Ia kenakan hari ini.
Caca mematut diri di cermin dan memuji kecantikannya sendiri. Caca menghabiskan banyak uang tabungannya untuk persiapan hari pertamanya bekerja. Beraneka kemeja dan blouse serta rok pendek sudah Ia beli. Sepatu baru pun tak lupa Ia kenakan. Sempurna!
Caca pun pergi ke ruang HRD dan diperkenalkan dengan Rima, sekretaris lama Azhar yang akan resign. Rima mengajak Caca ke ruangan Azhar dan membantunya mengenal pekerjaan yang akan dilakukan Caca nantinya. Mulai dari menyiapkan minuman kesukaan Azhar, membuat jadwal meeting, menjawab setiap panggilan masuk dan hal-hal lain tentang dunia sekretaris yang harus Caca pelajari.
Rima mengajak Caca masuk ke dalam ruangan Azhar dan menunjukkan hal-hal yang Caca wajib ketahui. Ruangan Azhar memang sangat besar dan mewah, ada sekat dalam ruangan Azhar yang di dalamnya berisi tempat tidur dan toilet pribadi. Caca sampai terpukau dengan kemewahan ruangan di depannya.
Sayangnya, Caca tak bisa langsung bertemu Azhar. Rima bilang, Azhar masih berbulan madu dengan istrinya. Hati Caca tercubit mendengarnya, namun Caca tahan.
Selama seminggu Caca menerima pelatihan dari Rima sampai akhirnya hari yang ditunggu telah tiba. Hari dimana ia akan bertemu dengan Azhar.
"Pagi!" ujar si pemilik suara berat yang membuat orang merasa sungkan dan hormat.
"Pagi, Pak!" jawab Rima.
Rima menyentuh pundak Caca yang terdiam tak menjawab salam Azhar. "Pa-pagi, Pak." akhirnya Caca berhasil mengeluarkan suaranya yang tiba-tiba hilang.
Rima menarik lengan Caca dan mengajaknya mendekat. "Perkenalkan diri kamu!" bisik Rima.
Caca pun menurut. Ia mengulurkan tangannya, "Perkenalkan nama saya Caca Cantika. Saya sekretaris baru yang akan menggantikan Bu Rima."
Azhar membalas uluran tangan Caca. "Azhar Malik. Semoga kamu bisa sehebat Rima ya!" ujar Azhar dengan suara berat namun terdengar lembut di telinga Caca.
Caca pun terpesona dengan pria di depannya. Tinggi, gagah, tampan dan penuh kharisma. Sungguh perpaduan yang sempurna, sayangnya sudah jadi suami orang!
Azhar lalu masuk ke dalam ruangannya. Meninggalkan Caca dengan debaran jantungnya yang bertalu kencang. Caca pun kembali ke mejanya dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Siang hari saat Caca sedang sibuk bekerja, seorang wanita cantik datang. Ia mengenakan sepatu high heels dengan baju seksi. Caca langsung mengenali siapa wanita di depannya. Ya, dia adalah Julie Abraham. Wanita jahat yang sudah meninggalkan kakaknya!
Azhar keluar ruangan untuk menyambut kedatangan istrinya. Julie langsung bergelayut mesra pada Azhar, membuat Caca muak melihatnya. "Sayang, itu sekretaris baru kamu?" tanya Julie sambil menatap Caca dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Iya. Namanya Caca." jawab Azhar. "Caca, pending semua janji hari ini. Jangan ada yang mengganggu saya sampai saya beritahu lebih lanjut!" pesan Azhar.
"Baik, Pak!" jawab Caca.
Kedua pengantin baru itu pun masuk ke dalam ruangan Azhar dan Azhar menutup semua tirai. Caca sudah menebak apa yang dilakukan keduanya.
Dua jam kemudian, Azhar keluar ruangan, nampak Julie keluar dengan rambut yang agak berantakan sedikit, tidak seperti saat pertama ia datang. Caca bisa melihat di sudut bibir Azhar terdapat noda lipstik dengan warna yang sama seperti milik Julie.
"Caca, tolong rapikan ruangan saya! Saya akan mengantar istri saya ke lobby dahulu." perintah Azhar.
"Baik, Pak." Caca sangat terkejut mendapati ruangan yang semula rapi kini berantakan seperti kapal pecah.
Caca sampai geleng-geleng kepala dibuatnya. "Kenapa sih harus melakukan hal kayak gini di kantor? Kenapa tidak di rumah saja? Mau pamer? Mau cari sensasi berbeda? Memalukan!" cibir Caca dalam hati.
****
Caca sudah selesai memunguti alat tulis yang berantakan, menaruhnya kembali ke atas meja. Saat Caca hendak membuang sampah, Caca tertegun. Ada banyak bekas tisu di tempat sampah. Berisi jejak-jejak hubungan yang mereka lakukan.
Tak lama Azhar datang bersama Rima yang baru kembali dari ruang HRD. Hari ini Rima terakhir bekerja.
"Sudah dibersihkan?" tanya Azhar.
"Sudah, Pak." jawab Caca.
"Good! Terima kasih ya!" ujar Azhar.
"Rima, tolong kamu ke bagian produksi dan minta mereka koreksi laporan sesuai coretan yang sudah saya buat!" Azhar mengambil dokumen yang sudah ia periksa.
"Ikuti semua yang sudah saya koreksi! Kamu sendiri saja, ada tugas yang akan saya berikan pada Caca!" Azhar memberikan dokumen tersebut pada Rima.
"Baik, Pak." jawab Rima.
Azhar menunggu Rima keluar ruangan lalu menutup pintu. Ada hal rahasia yang akan Azhar katakan pada Caca.
"Caca, kamu harus hafal beberapa orang yang kurang saya sukai di perusahaan ini. Cukup kamu yang tahu, Rima tak perlu tahu." ujar Azhar seraya berjalan mendekat ke arah Caca.
"Baik, Pak."
"Di perusahaan ini banyak penjilat yang ingin perhatian dari saya. Tugas kamu adalah membuat mereka mengurungkan niatnya. Usahakan bagaimana caranya kamu mempersulit mereka untuk bertemu saya."
"Boleh saya tahu siapa saja orangnya Pak?" tanya Caca seraya mengangkat buku catatannya.
"Jangan kamu catat, tapi kamu hafal!" larang Azhar.
Caca menaruh kembali buku catatannya. "Baik, Pak."
"Oke. Pertama, kepala bagian produksi Bapak Irwan. Orangnya tinggi dengan kepala plontos. Kamu akan saya suruh menemuinya seperti Rima tadi. Kalau ia datang memberi dokumen, cukup kamu keep dan berikan saya nanti. Jangan sampai ia menghadap saya langsung. Mengerti?"
Caca mengangguk patuh. "Baik, Pak."
"Yang kedua adalah manager store, Bu Sari yang tak lain adalah istri Pak Irwan. Mereka satu kubu. Yang terakhir bukan penjilat, melainkan Mommy saya sendiri. Usahakan saat beliau datang, kamu kirim pesan kepada saya dan ikuti instruksi yang saya berikan. Kamu mengerti?"
Caca mengangkat wajahnya dan menatap Azhar. Caca terpesona dengan ketampanan yang Azhar miliki. Rambutnya yang hitam, hidungnya yang mancung dengan bulu mata lentik yang jarang dimiliki oleh kaum Adam.
"Mengerti, Pak."
Lalu mata Caca menangkap sesuatu. Caca berjalan menuju meja kerja Azhar dan mengambil selembar tisu. Ia lalu menuangkan air dari gelas Azhar dan berjalan mendekati bosnya tersebut.
Dengan berani Caca mendekatkan dirinya dan berjinjit agar dapat menggapai Azhar. "Ada bekas lipstik di kerah baju Bapak."
Caca membersihkan lipstik di kerah Azhar tanpa permisi terlebih dahulu. Jarak mereka sangat dekat. Caca bahkan bisa mendengar degup jantung Azhar bertalu dengan kencangnya.
Azhar hanya membeku diam, ia bisa melihat sekretarisnya yang cantik dari dekat. Hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik dan manik cokelat matanya yang indah. Azhar bahkan bisa mencium parfum beraroma vanila yang dipakai oleh Caca.
Azhar membiarkan Caca, entah kenapa ia suka dengan kedekatan mereka kali ini. Caca memiliki pesona yang membuat orang yang baru dikenalnya tergoda.
Caca mengangkat wajahnya, mereka saling tatap dengan tangan Caca yang masih membersihkan kerah baju Azhar. "Mau saya bantu cuci di washtafel, Pak? Bapak bisa lepas dahulu kemejanya."
Azhar terus menatap sekretaris barunya. Sekretaris ini agak berbeda dibanding Rima atau sekretarisnya yang lain.
Caca bertindak spontan dan tak memikirkan status dirinya yang hanya menjabat sebagai seorang sekretaris saja. Hal yang tentu saja membuat Azhar tak siap menghadapinya namun terlalu sayang menolak pesonanya. Sekretarisnya kali ini memang cantik, Azhar akui itu.
Untunglah kesadaran Azhar segera kembali. Ia tak mau terlalu berdekatan dengan Caca yang baru dikenalnya.
"Ehem." Azhar mundur selangkah sambil berdehem untuk menguasai dirinya. "Tidak perlu. Saya ada baju ganti. Saya akan pakai baju ganti saya saja. Terima kasih atas perhatian kamu."
Sikap Azhar berubah canggung.
Caca menggantung tangannya di udara. Ia pun malu sendiri dengan sikap agresif yang ia tunjukkan di hari pertama bekerja.
"Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud kurang sopan. Saya hanya tak mau ada karyawan lain yang melihat noda lipstik di kemeja Bapak. Maaf sekali atas perbuatan saya, Pak. Tolong jangan pecat saya, Pak." mohon Caca. Ditundukkannya kepalanya, tak berani menatap Azhar lagi.
Mendengar keluguan Caca dan ketakutannya akan dipecat, Azhar tak kuasa untuk tertawa. "Pecat? Saya enggak akan pecat kamu. Tenang saja. Saya tahu kok niat kamu baik. Justru saya mau berterima kasih sama kamu. Karyawan saya yang lain pasti akan membicarakan saya di belakang, bukannya menegur seperti yang kamu lakukan tadi."
Caca mengangkat kepalanya mendengar ucapan Azhar. "Benar, Pak? Terima kasih, Pak. Saya akan banyak belajar agar tidak mempermalukan Bapak dan membuat Bapak bangga sama saya!" ucap Caca dengan penuh antusias.
Azhar kembali tersenyum, rupanya sekretarisnya kali ini lumayan menyenangkan. "Tentu! Kamu harus tunjukkan kehebatan kamu sama saya. Coba ulangi lagi siapa yang harus kamu hindari untuk bertemu saya?"
Caca menyebutkan semuanya dengan lancar dan hafal di luar kepala.
"Betul sekali! Pintar kamu! Saya akan puji HRD yang menerima kamu bekerja untuk saya!" puji Azhar.
Caca pun memberikan senyum terindahnya. Sengaja membuat Azhar terpukau seperti para mahasiswa yang selalu mengejar cintanya selama ia kuliah.
"Oke. Saya rasa kamu sudah mengerti. Kamu bisa kembali lagi ke ruangan kamu!" perintah Azhar yang mulai salah tingkah karena jantungnya tak bisa tenang melihat senyum indah Caca.
"Maaf, Pak. Kemejanya mau saya cucikan sekalian tidak?" tawar Caca, semakin berani saja.
"Tidak perlu! Biar istri saya yang mencucinya nanti di rumah!" jawab Azhar seakan membanggakan istrinya di depan Caca.
"Baik, Pak. Permisi!" Caca keluar ruangan dengan sedikit rasa kecewa.
"Sabar, Ca. Sabar! Jadilah pelakor yang bermain mulus, jangan terlalu kentara!" ujar Caca pada dirinya sendiri.
****
Keesokan harinya Caca datang ke kantor dengan pakaian yang berbeda. Rok yang dikenakan ketat dan lebih pendek dari sebelumnya.
Kemeja yang dikenakan pun sengaja ia pilih warna merah maroon. Senada dengan lipstik yang dikenakan. Tak ada Rima, ia akan bebas melancarkan aksi menggoda sang bos, Azhar.
Caca menyapa kedatangan Azhar dengan senyum terbaiknya. "Pagi, Pak!"
"Pa...gi, Ca. Ceria sekali penampilan kamu hari ini!" puji Azhar.
Caca mengikuti Azhar masuk ke dalam ruangan. Azhar menaruh tas miliknya di atas meja lalu berbalik dan terkejut saat Caca begitu dekat dengan dirinya.
Caca membuka jas milik Azhar seraya tersenyum menggoda. "Biar saya bantu bukakan jas Bapak ya?" ujar Caca dengan suara lembut. "Maaf, Pak. Saya hanya melakukan tugas saya."
Azhar pun kembali menuruti keinginan Caca. Azhar benar-benar tak bisa menolak Caca. Sekretarisnya terlalu agresif dan sayang untuk ditolak.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!