السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Namaku Atifhah Farihan umurku 15 tahun, aku terlahir dari keluarga sederhana dan bisa di katakan kurang mampu, bapak dan ibuku hanya seorang buruh tani di ladang orang, aku mempunyai seorang adik laki laki yang baru masuk SMP
Sedangkan aku baru saja lulus SMP dan aku tidak berniat melanjutkan sekolah ke tingkat SMA bukan karena aku tidak mau punya pendidikan lebih tinggi tapi karena keterbatasan biaya dan aku pun tidak tega melihat kondisi bapakku yang sudah sakit sakitan. Jadi ku putuskan ikut bekerja di Jakarta bersama bibiku, kebetulan majikan tempat bibi bekerja sedang membutuhkan orang buat jadi pengasuh anak
Meskipun umurku masih sangat muda aku sudah terbiasa mengerjakan tugas rumah karena suka membantu ibuku. Jadi mungkin tidak akan sulit bagiku jika harus bekerja di rumah atau sekedar menjaga anak kecil karena aku juga sering menjaga adiku, jadi akan aku coba bekerja demi membantu kedua orang tuaku apapun pekerjaannya buat aku tidak masalah yang penting itu halal
****
Namaku Muhamad Ahnaf baqir umurku 25 tahun, sekarang aku sedang bekerja di salah satu perusahaan bonafit di kota Jogjakarta sebagai arsitek setelah lulus pakultas islam dan lulus sebagai santri aku tidak pulang pada keluarga ku karena aku masih ingin mengejar mimpiku sebagai arsitek handal
Meskipun aku terlahir dari keluarga berada dan kakak iparku mempunyai perusahaan yang tak kalah bonafit dari tempat ku bekerja saat ini, aku tidak ingin terus bergantung pada kakak dan kakak iparku. Ya aku terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, kakak perempuanku sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang masih kecil, karena orang tuaku sudah meninggal jadi sejak duduk di bangku SMP ku putuskan tinggal di pesantren sambil sekolah hingga lulus kuliah
Sudah tiga tahun aku mengabdi di perusahaan ini aku sudah sangat nyaman tinggal di kota ini meskipun harus jauh dari keluargaku, kakaku sering menyuruh aku pulang dan membantu mas Zaki di perusahaan
Tapi aku menolaknya dengan halus, bukannya aku tidak mau tapi aku ingin mandiri, berdiri diatas kaki ku sendiri, dan ketika aku menikah aku sudah siap dan punya uang dari hasil jerih payahku sendiri tanpa bantuan orang lain
Ngomongin calon istri sampai saat ini aku belum menemukan yang sesuai dengan hatiku, bahkan bisa di katakan sejak masih di bangku sekolah sampai sekarang aku tidak pernah dekat dengan perempuan apalagi sampai pacaran bukan karena aku tidak laku atau wajahku jelek, sebenarnya cukup banyak perempuan yang mendekati ku dan ada juga yang terang terangan mengatakan suka tapi aku menolak mereka secara halus karena aku tidak mau masuk dalam kubangan dosa
Hingga suatu malam ku panjatkan doa serta bermunajat pada sang pemilik hati, tiga malam ku laksanakan shalat istikharoh hadirlah sosok bidadari cantik dengan senyum manisnya, dan itulah salah satu alasanku tidak mau berta'aruf dengan perempuan manapun se shalih apapun ia, karena ku tahu di antara mereka bukanlah jodohku, meski aku tidak tahu bidadariku saat ini sedang berada di belahan bumi bagian mana, tapi aku percaya jika kita jodoh maka suatu saat kita akan bertemu bagai manapun caranya, karena nama kita sudah tertulis dengan indah di lauhul mahfudz
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Hari ini aku berangkat ke kota bersama bibiku. Selama di perjalanan bibi banyak bercerita tentang keluarga majikan tempat ia bekerja
Mereka berasal dari Jogjakarta yang hijrah ke Jakarta dan mereka juga terkenal religius. Alhamdulilah ada sedikit rasa bahagia saat mendengar calon majikanku adalah keluarga yang taat beribadah
Kemudian bibi menjelaskan tugas tugas aku selama bekerja di sana, ya mungkin tidak terlalu sulit, karena hanya menemani kedua anak mereka yang masih kecil dan bisa di bilang lebih fokus pada anak perempuan mereka yang baru sekolah PAUD dan untuk si kecil yang baru usia 2 tahun masih sering bersama ibunya
"Thifah, nanti kamu yang sopan ya selama di sana! Bekerja yang rajin, tapi kamu jangan khawatir mereka sangat baik kok, mereka juga tidak pernah memandang rendah pekerjaan kita" tutur bibi
"Insya Allah bi, Thifah akan berusaha"
Bibi tersenyum mendengar jawabanku "Mbak Anisa dan Mas Zaki juga mempunyai adik laki laki yang sudah dewasa mas Ahnaf namanya, tapi beliau jarang sekali pulang, karena kesibukannya bekerja di Jogjakarta"
"Astagfirullah, ada seorang pemuda juga" aku sedikit terkejut saat mendengar ucapan bibi barusan bagai mana aku bisa leluasa bekerja jika ada pemuda di rumah itu, sementara aku sangat menghindari yang namanya ikhwan, tapi kemudian aku bernafas lega tat kala bibi menjelaskan kembali bahwa pemuda tersebut tidak tinggal bersama mereka
Bis yang kami tumpangi melaju membelah jalanan karena daerah rumah ku sedikit terpencil jadi untuk sampai di kota butuh beberapa kali ganti angkutan
Waktu sudah hampir maghrib saat kami tiba di tempat tujuan. Bibi menggandeng tanganku tat kala sampai di depan sebuah rumah mewah minimalis bergaya modern
Aku terpana melihat rumah tersebut meski terletak di pusat kota dengan hiruk pikuk banyak orang dan suara bising kendaraan yang berlalu lalang tapi berbeda denga ke adaan rumah di hadapanku yang terkesan adem dan sejuk membuat betah setiap mata yang memandang
"Assalamualaikum.. " bibi mengetuk pintu sembari mengucap salam
"Wa'alaikumsalam" tak lama terdengan jawaban seorang perempuan dari dalam rumah
Ceklek
Pintu terbuka di sana sudah berdiri seorang wanita cantik dengan pakaian syar'i yang mambalut tubuh cantiknya
"Masya Allah bibi, ayo masuk" ucapnya seraya mempersilahkan kami masuk
Bibi tersenyum mengikuti wanita cantik itu masuk
"Nah mbak ini keponakan saya, yang mau menemani syifa" ucap bibi saat kami sudah duduk bersama perempuan yang tak lain adalah majikan kami
Aku mengulurkan tangan kemudian mencium punggung tangan perempuan tersebut
"Cantik sekali bi, kamu umur berapa dek?"
"Saya baru 15 tahun bu" jawabku dengan hati hati
"Panggil saja mbak ya, sama seperti bibi memanggil saya," jawab mbak Anisa
Aku menggangguk sopan
"Kamu masih kecil, kenapa tidak lanjut sekolah, nanti saya di kira mempekerjakan anak di bawah umur lagi"
"Saya hanya ingin membantu kedua orang tua saya mencari nafkah mbak"
"Masya Allah mulia sekali ke inginan kamu dek, baiklah begini saja nanti jika ada yang bertanya tentang kamu, bilang saja kamu saudara saya ya, jangan bilang pengasuh anak saya, karena saya juga menganggap bibi sama seperti bibi saya sendiri"
Ya Allah betapa beruntungnya aku mendapat majikan baik seperti ini, betapa baiknya Engkau pada hambamu ini ya Robb, aku mengucap syukur di dalam hatiku
"Bunda.. Ade nangis.." ucap seorang gadis kecil yang sekitar 4 tahunan sambil menggandeng tangan anak laki laki yang lebih muda darinya
"Ya Allah, sini nak sama bunda, kenapa hem"
"Bibi, Syifa rindu" gadis tersebut menghampiri bibi kemudian mencium tangannya
"Bibi juga rindu sama Syifa" bibi memeluk erat anak itu
"Itu siapa bi" gadis bernama Syifa itu menunjuk ke arah ku
"Itu namanya kak Thifah, nanti di akan menemani syifa main ya, sana kenalan gih" gadis itu tersenyum senang kemudian menghampiriku
"Kakak mau menemani syifa main?" aku mengangguk
"Yey.. Syifa punya temen main" ucap Syifa dengan girang, mbak Anisa tersenyum melihat anaknya tersebut
"Ya sudah, kita siap siap sholat maghrib dulu yu, sebentar lagi ayah pulang, ayo bi ajak Thifah istirahat setelah itu kita jama'ah" ucap mbak Anisa sambil menggandeng tangan kedua anaknya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Hari pertama aku mengantar Syifa sekolah, aku sangat bersemangat begitu pula gadis cantik yang kini menggandeng tanganku erat, berhubung sekolah terletak di sekitar komplek perumahan jadi kita tidak perlu menggunakan kendaraan untuk menuju sekolah PAUD Islam tempat Syifa mencari ilmu
Sampai di gerbang sekolah Syifa mengecup tanganku, oh manis sekali gadis kecil di hadapanku ini, dia mengucap salam kemudian masuk ke area sekolah bersama teman temannya yang sudah menunggunya
Aku kembali ke rumah untuk harus membantu bibi mengerjakan pekerjaan rumah, karena Syifa akan pulang sekitar jam 11 siang, jadi ku putuskan untuk menunggunya di rumah dan nanti siang aku akan kembali untuk menjemputnya
Sampai di rumah ku lihat mbak Anisa sedang mengobrol dengan seseorang di layar vidio call, setelah mengucap salam aku masuk saat melewati mbak Anisa aku menunduk sopan sambil tersenyum ramah
Aku ke dapur menghampiri bibi yang baru selesai berbenah, tidak lama ku dengar mbak Anisa memanggilku dari depan, dengan cepat aku mengahampirinya
"Thifah, tolong temani Izam sebentar saya sedang telepon"
Aku mendekati Izam yang sedang merengek pada mbak Anisa, dengan sayang ku bujuk dia supaya mau main bersama ku, akhirnya dia mau main ku gendong Izam masuk ke dalam kamarnya di mana terletak banyak mainan edukasi miliknya
Sekilas ku dengar orang di dalam telpon bertanya pada mbak Anisa dan menyebut namaku, ah aku tidak terlalu memikirkan orang yang menanyakan siapa aku tadi, mungkin dia saudaranya mbak Anisa, ya sudahlah siapapun dia aku tidak ingin tahu karena itu semua bukan urusanku
Setelah bosan bermain Izam tidur di dalan dekapanku, dengan hati hati ku rebahkan tubuh mungilnya di boks bayi supaya tidurnya nyaman
Ku lirik jam sudah setengah sebelas siang, aku pun segera bersiap untuk menjemput Syifa dari sekolah, saat keluar gerbang rumah ada beberapa pembantu tetangga yang sepertinya akan menjemput anak asuh mereka juga
Aku hanya menyapa mereka sekilas lalu malanjutkan kembali langkahku agar lebih cepat sampai ke sekolah Syifa agar tidak terlambat, bisa bahaya kalo sampai terlambat nanti gadis cantik itu bisa ngambek kan susah kalo sudah ngambek begitu
Ternyata aku tepat waktu, saat Syifa keluar dari sekolah aku pun sampai di sana, aku pun mengajak Syifa segera pulang
Sampai di rumah aku membantu Syifa mandi dan berganti pakaian, sambil menunggu adzan dzuhur, Syifa minta makan lebih dulu, aku pun menemaninya makan
Bertepatan selesai Syifa makan adzan dzuhur berkumandang, kami segera ke mushola kecil yang berada di dalam rumah ini, agar segera melaksanakan panggilan dari sang Ilahi Robbi
"Bunda.. Syifa rindu paman Naf" ucap Syifa dengan manja saat ia tengah duduk bersama mbak Anisa di sofa
"Tadi paman Naf, vidio call bunda nanyain Syifa tapi Syifa kan masih di sekolah"
"Kenapa tidak menunggu Syifa pulang sih, vidio callnya"
"Ya sudah nanti kita vidio call lagi ya, sekarang paman Naf sedang kerja"
"Janji ya bunda.. "
"Iya"
Aku tersenyum melihat interaksi anak dan ibu itu, jadi teringat ibu di kampung, bagaimana kabar ibu, bapak dan adik ku, sejak seminggu aku di sini baru sekali aku menghubungi ibu itu pun lewat ponsel bibi karena aku memang tidak punya ponsel begitupun ibu di kampung harus menumpang pada tetangga jika mau telepon
Hanya doa yang dapat ku panjatkan di setiap shalatku supaya keluarga di kampung sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT, amiinn
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!