Seorang pemuda terlihat sedang melihat kiri dan kanan di bagian pagar belakang sekolah. setelah merasa aman ia mulai memanjat pagar belakang Sekolah.
"Yes, gue berhasil masuk" ucap pemuda itu yang bernama lengkap Kelva Bramasta. Ia bangun kesiangan karena jam weker kamarnya sedang rusak.
"Nggak sia sia gue latihan manjatin pagar tetangga buat nyolong mangga, berguna juga buat keadaan kayak gini" ucap Kelva bangga.
"Ekhm..." Kelva menoleh saat mendengar suara deheman seseorang. Di sebelah kanannya berdiri seorang gadis cantik nan imut menatapnya tajam.
'Cantik banget ****' batin Kelva.
"Ikut gue" ucap gadis itu dingin.
"Eh lo siapa main nyuruh-nyuruh gue" Kelva memandang gadis itu, matanya seketika membola saat melihat seragam yang gadis itu kenakan.
"Kecyduk OSIS gue" gumam Kelva.
Ctas
"Kampret ngagetin aja" Kelva kaget saat sebuah cambuk melayang di samping kakinya.
"Cepat!!"
"Iya-iya santuy donk" ucap Kelva, ia mengikuti langkah gadis itu dalam diam. Di pertengahan jalan, Kelva berencana untuk kabur. ia diam-diam membelokkan langkahnya.
Krak
"Sakit woi" Gadis tadi memutar tangan kanan Kelva saat menyadari Kelva hendak kabur. Ia menahan pergerakan Kelva dan mengabaikan rintihan kesakitan Kelva.
"Mau kabur he?" bisik gadis itu segera menggiring Kelva menuju tengah lapangan.
"Wih Lia dapet si brandal tuh" Ucap Siska melihat sahabatnya itu sedang menggiring pemuda yang terkenal akan kebrandalannya.
"Ugh pasti sakit" ringis Sarah melihat tangan Kelva yang masih diputar oleh Lia.
"Berdiri disini sampai jam istirahat pertama" ucap Lia.
"Cantik-cantik kok kejam" desis Kelva.
"Kejam ya?" ucap Lia.
"Sial berat ini woi" Kelva berteriak kesal saat dua ember air di gantungkan dikedua tangannya.
"Protes? oke, Sis ambil batu" ucap Lia.
"Eh? nggak kok nggak" Kelva memilih diam.
"Nikmati hukuman lo" ucap Siska.
"Bantuin gue Sis, sama sepupu sendiri jangan kejam-kejam amat" ucap Kelva.
"Rasain" Ucap Siska.
"Dasar sepupu kampret" geram Kelva.
"Semangat bos" teriak sebuah suara dari pinggir lapangan.
Kelva menoleh dan mendapati Ketiga temannya sedang menatapnya. Bayu, Reza dan Luhan hanya bisa tertawa geli melihat ketua mereka sedang dihukum.
"Bantuin gue woi" teriak Kelva.
"Sorry ni bos, si Ketos galak nggak berani nolongin bos" ucap Bayu.
"Bener kata si Bayu bos" sahut Reza.
"Udah, nikmatin aja" ucap Luhan.
"Dasar temen lucknut"
"Kalian kembali kekelas" bentak Lia.
Lia Andristha, Ketua OSIS yang terkenal kejam, judes, jutek dan bermulut pedas. Murid disiplin dan kebanggaan para guru. Banyak murid yang malas berurusan dengannya karena hukuman yang ia berikan bagi murid yang melanggar peraturan sangatlah berat. Mulai dari mencuci toilet sekolah yang jumlahnya tidak sedikit, membereskan perpustakaan yang debunya numpuk dan lain sebagainya.
"BOS GANBATTE KUDASAI" teriak mereka sambil berlari menghindari kemarahan Lia.
"Dasar Wibu" dengus Kelva.
~
Kelva menggerutu tanpa henti, tubuhnya terasa remuk karena berdiri sambil membawa ember berisi air. Tanganya mati rasa, rasanya ia ingin mengutuk gadis tadi.
"Yo bos" Sapa Bayu saat melihat Kelva memasuki kantin.
"Sial, badan gue sakit semua" Kelva mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia.
"Gimana? enak hukuman dari Lia?" tanya Reza.
"Oh jadi namanya Lia pengen gue patahin tuh badannya" geram Kelva.
"Jangan cari masalah deh sama dia" ucap Luhan memberikan Kelva semangkuk Bakso yang sudah ia pesan untuk Kelva dari tadi.
"Kenapa? gue dendam ama dia" ucap Kelva sambil memakan Baksonya dengan ganas.
"Nanti Lo makin disiksa ama dia" ucap Luhan seakan-akan dia memahami betul sikap Lia.
"Halah, paling nanti gue baperin langsung klepek-klepek" ucap Kelva.
"Lo salah kalau ngira dia kayak cewek lain" ucap Luhan.
"Udah deh Han jangan lo sok tau banget soal dia" ucap Kelva.
"Yah terserah sih, gue cuman ngasih tau aja" ucap Luhan mengedikkan bahunya acuh.
~
Kelva menemukan targetnya yang baru saja keluar dari ruang OSIS. Yup, Kelva sedang menunggu Lia untuk membalas gadis itu.
"Waktunya gunain tampang keturunan Papa Hendra" ucap Kelva.
Dia mendekati Lia yang sedang mengunci pintu ruang OSIS. Kelva segera memojokkan Lia ke tembok, dan meniup-niup wajah imut itu.
"Nafas lo bau rokok" ucap Lia datar, ia menutup hidungnya.
'Kampret'' batin Kelva, dia kira Lia akan merona karena biasanya para gadis akan merona kalau di perlakukan begitu.
"Ah masa?" Kelva masih berusaha menggoda Lia.
"Minggir, gue mau pulang" Lia mendorong tubuh Kelva tapi gagal.
"Mau aa' anterin nggak neng? nggak baik loh cewek cantik plus imut gini pulang sendiri" ucap Kelva mengedipkan matanya.
"Nggak perlu, gue udah di jemput" ucap Lia masih dengan ekspresi datarnya.
'Kok nggak baper sih?' batin Kelva.
"Minggir" ucap Lia.
"Jadi pacar gue ya? lo beda dari yang lain sih" ucap Kelva tanpa pikir panjang, dia merasa tertarik dengan Lia.
"Ogah" Lia melancarkan aksinya menendang kebanggan Kelva hingga pemuda itu menggerang kesakitan.
"Argh masa depan gue" Kelva memegang kebanggannya sambil meringkuk dilantai, matanya melihat Lia yang berjalan meninggalkannya.
"Sial, gue bakal dapetin tuh cewek" ucap Kelva.
~
Kelva menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangannya yang berada di atas meja. Ia masih memikirkan tanggapan Lia kemarin yang biasa-biasa saja saat ia goda. keadaan kelasnya sedang ramai karena jam kosong.
"Eh bos kenapa?" tanya Bayu yang duduk disamping Reza, kursi keduanya berada di depan Kursi Luhan dan Kelva.
"Baru kali ini gue nemu cewek kayak dia" gumam Kelva yang masih bisa didengar oleh ketiga temannya.
"Siapa?" tanya Reza.
"Si Bu Ketos" jawab Kelva.
"Kan udah gue bilang, dia beda dari yang lain" ucap Luhan sambil membaca komik kesukaannya.
"Sial, dan sikap dia itu bikin gue tertarik" ucap Kelva.
"Kalo cuman mau mainin dia mending nggak usah dideketin" ucap Luhan datar.
"Gue bakal deketin dia sampe dapet" ucap Kelva.
"Ekmh mohon perhatiannya" Semua murid yang sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung menoleh ke arah depat kelas. Disana, Lia dan Siska berdiri sambil membawa sebuah kardus dengan tulisan Penggalangan Dana.
"Oke, kami berdua dari perwakilan OSIS ingin menggalang dana yang akan di berikan ke panti asuhan dan panti jompo diharapkan teman-teman mau menyisihkan sedikit uang jajannya" ucap Lia. Siska mulai berkeliling dan menerima uang sumbangan. Kelva menatap Lia yang berdiri diam.
"Terima kasih atas sumbangannya semoga bermanfaat" ucap Lia.
"Gue mau nanya" Kelva mengangkat satu tangannya.
"Apa?" tanya Lia.
"Tadi pagi lo abis makan Roti ya?" tanya Kelva.
"Nggak"
"Ish jawab kok tau sih" ucap Kelva.
"Males" jawab Lia.
"Mau tau jawabannya? Soalnya muka lo itu bulet kayak roti bikin laper" ucap Kelva membuat kelas hening seketika.
Krik Krik Krik Krik
"Gombalanmu receh mas" ucap Siska mewakili Lia.
"******" Reza dan Bayu tertawa nista karena gombalan Kelva yang tidak masuk akal. Siska dan Lia meninggalkan kelas, Kelva menyusul Lia.
"Ngapain lo ngikut?" tanya Siska.
"Gue ikut kalian ya, boring dikelas" ucap Kelva mengambil alih kardus yang Siska bawa.
"Lia?" Siska meminta izin.
"Terserah, biar ada yang megangin tuh kardus" ucap Lia.
Merekapun mulai memasuki kelas-kelas lain untuk meminta sumbangan. Kelva selalu mengambil kesempatan untuk berdekatan dengan Lia, dan Siska menyadari kelakuan sepupunya itu.
"Udah semua, kita balik ke ruang OSIS" ucap Siska.
Mereka bertigapun menuju ruang OSIS. Saat masuk, Kelva di kagetkan dengan melihat tumpukkan berkas sekolah di meja OSIS.
"Anggota yang lain mana?" tanya Kelva.
"Lagi ada dikelas semua" ucap Siska, dia mengambil alih kardus yang dibawa Kelva dan mulai menghitung uang hasil sumbangan dibantu Lia.
"Eh OSIS masih nerima anggota nggak?" tanya Kelva.
"Masih, kita lagi nyari posisi Wakil" ucap Siska.
"Loh? wakil yang lama kemana?" tanya Kelva.
"Ngundurin diri, nggak sanggup. Kenapa nanya?" ucap Siska.
"Gue mau gabung nih" ucap Kelva.
"Lo serius?" Kelva mengangguk.
"Ya udah lo temuin bu Erna, dia pembina OSIS minta persetujuan dia lo boleh masuk atau nggak" ucap Siska.
Lia hanya mendengarkan obrolan keduanya sambil menghitung uang hasil sumbangan. Dia memiliki firasat hari-harinya tidak akan tenang.
"Lia? jangan melamun" tegur Siska melihat Lia yang melamun.
"Mikirn gue ya" goda Kelva.
"In Your Dream" ucap Lia.
"Ah aa' nggak papa kok kalau mimpinya neng mikirin aa'" ucap Kelva.
"Mau gue gigit?" ucap Lia.
"Gigitnya pakek Cinta ya" ucap Kelva.
"Jijik gue" dengus Lia. Siska hanya menggeleng melihat pertengkaran absurd antara Kelva dan Lia.
~
"Kelva" Kelva menoleh ke belakang saat ada yang memanggilnya.
"Eh? Siska?" Kelva menatap bingung sepupunya itu yang baru pulang. Padahal bel sudah berbunyi sekitar 30 menit lalu.
"Lo suka Lia?" tanya Siska to the point.
"Gue cuman tertarik aja sama dia" balas Kelva kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Gue serius, kalau iya gue bantuin deh buat deket sama Lia" ucao Siska mengikuti Kelva.
"Biarin gue berusaha sendiri" ucap Kelva.
"Serius nggak mau dibantu? padahal minggu nanti gue sama Lia bakal pergi nyari bahan buat OSIS" ucap Siska.
Kelva nampak berpikir, minggu nanti dia belum membuat acara apapun dengan teman dan keluarganya. Tidak salahkan kalau dia menerima tawaran Siska.
"Oke, gue ikut" ucap Kelva.
"Nah gitu dong" ucap Siska.
"Jam berapa?" tanya Kelva.
"Jam 10 lo jemput gue baru kita jemput Lia" ucap Siska.
"Lo ngajak gue juga biar ada supirkan" dengus Kelva.
"Ugh Kelva peka banget sih" ucap Siska
"Hah dasar" Kelva mengacak rambut Siska gemas.
"Ish jangan diberantakin woi"
~
Hari minggupun tiba, Lia sedang menilai penampilanya di cermin besar. Baju Kodok dengan dalaman kaos biru lengan panjang, dipadukan dengan bando di kepalanya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, wajahnya ia poles dengan make up tipis. bibirnya ia beri pelembab agar tidak terlihat kering.
Lia merasa penampilannya sudah pas, tapi entah kenapa ia merasa nanti ia akan terganggu. Mengenyahkan pemikirannya, Lia meraih tas punggung kecil berwarna hitam dan melangkah ke lantai bawah.
"Eh anak bunda rapi banget mau kemana?" tanya Mersa-Bunda Lia.
"Mau nyari bahan buat OSIS Bun" jawab Lia, ia mengambil sepatu putihnya.
"Sama Siska?" tanya Mersa yang di balas anggukkan dari Lia.
"Hati-Hati yah" ucap Mersa.
"Iya Bun" ucap Lia.
Lia mendengar suara klakson, ia berpikir itu pasti Siska. Iapun pamit kepada sang Bunda dan melangkah keluar. Dan untuk pertama kalinya Lia malas bepergian keluar.
"Hai Bu Ketos"
TBC
Maafkan Author kalau ada typo 🙏🙏🙏
Kelva menatap rumah sederhana berlantai dua di depannya, dia merasa tidak asing dengan rumah ini. Mencoba mengingat ingat apakah ia pernah ke sini, tapi hal itu terhenti saat ia melihat Lia keluar dari rumah itu.
"Hai Bu Ketos" Kelva melambaikan tangannya kearah Lia.
"Sis, lo pergi sendiri ya gue mendadak sakit" ucap Lia memutar tubuhnya untuk kembali masuk ke rumah. Tapi Siska segera menahanya dan menariknya mendekati mobil.
"Udah jangan banyak alesan, gue ngajak Kelva biar ada supir" ucap Siska.
"Gue ngerti, lo nggak sanggupkan deket sama gue? karna gue itu gantengnya melampaui batas" ucap Kelva narsis.
"Muka kucing gue lebih ganteng dari pada lo" ucap Lia ketus.
'Di bandingin sama kucing' Kelva tersenyum kecut.
"Makanya ke pd an lo itu jangan terlalu tinggi" ucap Siska.
"Yaudah deh, bandingin aja" ucap Kelva kesal.
"Ayo masuk Lia" ucap Siska menarik Lia masuk ke dalam mobil di bagian penumpang.
"Gue bener-bener dijadiin supir" dengus Kelva. Ia memasuki kursi kemudi dan mulai menjalankan mobilnya itu.
"Emang lo udah ada SIM? berani banget bawa mobil" ucap Lia.
"Tenang aja, kalau kena tilang tinggal sogok aja tuh pak polisinya selesai" ucap Kelva. Tatapannya fokus ke jalanan yang sedang ramai.
"Contoh sampah masyarakat" ucap Lia.
"Cantik-cantik tapi omongannya tajam" gumam Kelva.
"Udah deh Lia, Kelva jangan berantem terus sakit kepala gue ngeliat kalian kayak Tom and Jerry" ucap Siska yang mulai jengah dengan kelakuan kedua sejoli itu yang selalu bertengkar.
"Nah bener tuh kata Siska, kita baikan yah kalau perlu pacaran gitu" ucap Kelva.
"Pacaran sama lo? ogah" ucap Lia.
"Sakit hati aa neng" ucap Kelva lebay.
"Lebay" dengus Lia.
"Aa lebay cuman buat neng kok" ucap Kelva.
"Kalian gue doain jodoh" ucap Siska mulai kesal. Oh ayolah, siapa yang tidak kesal kedua sejoli itu sudah di tegur tapi masih juga ribut.
"Amin/Amit-amit" Kelva dan Lia berucap bersamaan.
"Acie kompak banget sih" goda Siska.
~
'Gue nyesel ikut mereka' batin Kelva menangis. Ditangannya sudah penuh dengan belanjaan Lia dan Siska, mulai dari buku doubel polio, sekotak lem kertas, steples, tinta, pena, pensil dan alat tulis lainnya.
"Oke udah semua" ucap Siska. Kelva menghela nafas lega, akhirnya tangannya bisa bebas.
"Yaudah kita bayar ini dulu udah itu kita ke Cafe, gue laper" ucap Kelva. Siska dan Lia mengangguk tanda setuju.
"Loh Bos?" Kelva segera menoleh ke sumber suara saat mendengar suara yang tak asing. Ternyata itu suara Bayu, dia tidak sendiri ada Luhan dan Reza di belakangnya.
"Pantesan diajak pergi nggak mau, ternyata oh ternyata lagi jadi pelayan" ucap Reza dengan nada mengejek.
"Nah kebetulan kalian ada, nih bawa semua ke mobil gue" ucap Kelva menyerahkan semua barang belanjaan kepada ketiga temannya.
"Dasar" dengus Luhan. Merekapun menuju ke parkiran tempat mobil Kelva di parkirkan. Menaruh semua barang di bagasi mobil dengan rapi.
"Nah udah selesai, kalian mau kemana lagi?" tanya Bayu.
"Ke Cafe" ucap Siska, wajahnya merona melihat Bayu.
"Kita gabung ya?" ucap Reza.
"Ok"
Setelah tiba di Cafe, Mereka semua memesan makanan dan minuman. Siska terus menunduk sedari tadi, sedangkan Lia dia sibuk dengan ponselnya. Kelva menatap Lia yang duduk disampingnya dengan senyum manis dan aura bunga-bunga disekitarnya.
'Nih anak kesambet apa sih?' batin Luhan bergidik melihat tingkah Kelva.
"Sis? kok nunduk?" tanya Reza yang sedari tadi melihat Siska yang menunduk dengan wajah bersemu merah.
"Ng-ngga papa kok" jawab Siska. Lia melihat ke arah Siska yang duduk di depannya dengan pandangan menyelidik. Sesekali ia mendapati Sahabatnya itu melirik ke arah Bayu yang sibuk bermain game di ponsel. Lia memutar matanya bosan, bukan jadi rahasia lagi antara ia dan Siska bahwa Siska tertarik dengan Bayu.
"Udah deh Sis jangan malu-malu meong, bilang kalo suka si doi lagi ada" ucap Lia membuat semua yang ada di meja itu menoleh ke arahnya termasuk Siska yang menatap Lia tajam.
"Maksudnya?" tanya Reza.
"Siska itu suk-" bibir Lia segera di sumpal dengan potongan buah apel oleh Siska.
"Jangan dengerin kata-kata Lia hahaha dia itu ngelantur" ucap Siska menyela ucapan Lia dengan gugup.
"Permisi, ini pesananya" ucap seorang pelayan menaruh pesanan Lia dan yang lainnya.
Mereka makan dengan tenang, Kelva melirik Lia yang sedang memakan cumi pedasnya. Tangannya terulur menyodorkan sepotong daging steak yang tertancap di garpu pada Lia.
"Nih coba" ucap Kelva dengan senyum manis. Lia awalnya bingung, tapi akhirnya ia menerima suapan dari Kelva.
"Bucin" dengus Luhan.
"Nih coba juga" ucap Lia, dia menyuap Kelva dengan potongan cuminya. Dengan senang hati Kelva menerima suapan itu.
'Ah senangnya' batin Kelva.
"Abis dari sini kemana lagi?" tanya Reza.
"Tempat biasa" ucap Bayu.
"Kalian duluan aja, gue mau nganter Lia sama Siska pulang" ucap Kelva.
"Kita ikut boleh?" tanya Siska.
"Yakin? nanti kecapekan loh" ucap Kelva.
"Iya, kita ikut aja bosen di rumah" kali ini Lia setuju. dia juga merasa bosan di rumah.
~
Lia menikmati terpaan angin yang mengenai tubuhnya, dirinya sedang duduk sendiri di bawah pohon. Ia sedang berada di tempat Kelva dan yang lainnya biasa berkumpul. Tempat yang cantik dan bersih, banyak tumbuhan hijau dan ada sebuah danau buatan.
"Hei" Kelva duduk disamping Lia dan memberikan gadis itu makanan ringan.
"Dari mana lo tau tempat kayak gini?" tanya Lia.
"Waktu itu gue cuman iseng aja muter-muter eh malah nemu tempat ini, lo suka?" tanya Kelva.
"Suka banget, disini ngga berisik gue suka" ucap Lia.
"Suka tempat sunyi?" tanya Kelva.
"Suka" jawa Lia.
"Lain kali gue ajak ke sini lagi" ucap Kelva. Tatapannya lurus mengarah ke arah danau yang tenang, sebuah ide terlintas di kepalanya.
"Ikut gue yuk" ajak Kelva.
"Kemana?" tanya Lia.
"Udah ikut aja" Kelva menarik Lia menuju pinggir danau.
"Perahu?" Lia menatap bingung Kelva yang mulai menaiki perahu kecil muat untuk dua orang.
"Ayok naik, kita ke tengah danau" ucap Kelva. Lia dengan ragu menerima ajakan Kelva.
"Na-nanti jatoh, ng-nggak usah deh" ucap Lia.
"Tenang aja aman kok" ucap Kelva menenangkan Lia. Ia mulai mendayung hingga Perahu itu sampai di bagian tengah.
"Nah, pinjem hp lo" ucap Kelva.
"Buat?"
"Foto" Kelva mengambil beberapa gambar ia dan Lia, sesekali dia mengambil gambar Lia dengan ekspresi yang belum siap. Ia segera mengirim foto itu ke Whatshap nya sekaligus modus agar bisa mendapat nomor Lia, kekehan geli ia keluarkan melihat betapa alaynya ia saat berfoto bersama Lia.
~
Kelva membanting tubuhnya di ranjang berukuran King Size. Tersenyum senang tanpa henti ia lakukan, seharian ini dia bersama gadis pujaanya.
"Sial" Kelva mengacak rambut hitamnya kasar, ia menyadari bahwa ia sudah terpesona pada Lia terlalu jauh.
"Gue bakal dapetin lo" gumamnya melihat walpaper ponselnya yang berupa foto Lia yang sedang tersenyum sambil bermain air di danau tadi.
Tok Tok Tok
Cklek
"Abang" Suara cempreng menusuk di gendang telinga Kelva.
"Hai adek abang yang cantik" Kelva mengangkat tubuh kecil adik perempuannya yang bernama Kesya. Membawa tubuh kecil itu berputar.
"IBU ABANG KELVA MULAI GILA" teriak Kesya.
"Ihh Kesya abang nggak gila" Kelva menggigit pipi Kesya gemas.Kesya bergidik, Kakaknya itu sangat aneh menurutnya. Karena biasanya Kakaknya itu akan mengabaikannya ataupun menjahilinya. Kelva menggendong Kesya menuju ruang tamu tempat sang ibu.
"Kelva jangan ngisengin adek kamu" ucap Aisyah. Wanita paruh baya itu memperingati putra Sulungnya.
"Kelva nggak ngisengin adek kok Bu" ucap Kelva. Ia menurunkan Kesya dan segera duduk di samping sang Ibu.
"Kamu kenapa? keliatan seneng banget" ucap Aisyah.
"Heheh nggak papa Bu" ucap Kelva. Ia membaringkan kepalanya di paha sang Ibu.
"Nggak mau cerita?" tanya Aisyah sambil mengelus rambut Kelva.
"Hehehe..." Kelva hanya cengengesan tak jelas.
"Tuh kan Bu Bang Kelva mulai gila" ucap Kesya.
"Hus Kesya nggak boleh ngomong gitu" tegur Aisyah.
~
Lia menghela nafas lelah, seharian ini dia menghabiskan waktu dengan Kelva dan yang lain hingga sore. Tubuhnya terasa pegal, sudah lama dia tidak pergi keluar kecuali sekolah. Kepalanya sedikit pusing karena lelah.
Grep
Lia mengelus legan kekar yang memeluknya dari belakang. Lia tersenyum manis saat sebuah kepala menelusup di ceruk lehernya. Sosok itu menuntun Lia menuju ranjang dan kembali memeluk tubuh kecil itu.
"Nggak capek?" tanya sosok itu.
"Capek sih, mungkin karna udah lama nggak main keluar jadi gampang capek" ucap Lia.
"Aku pijitin ya"
"Nggak usah, nanti di bawa tidur capeknya juga ilang" ucap Lia dengan senyum manis. Senyum yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain.
"Aku khawatir, kamu itu jangan sampe kecapekan" bisik sosok itu lirih.
"Iya, aku tau kok" ucap Lia.
"Oh ya, kok kamu bisa sama Kelva tadi?"
"Huff itu Siska yang ngajak" ucap Lia menghela nafas.
"Jangan terlalu deket sama dia" ucap sosok itu tidak senang.
"Iya, ih bawel" ucap Lia mencubit hidung sosok yang masih memeluknya dari belakang.
"Aku bawel karna kamu" dengus sosok itu.
"Ih makin sayang deh" ucap Lia gemas.
"Cium pipi dong"
Cup
Lia memberi kecupan pada pipi kanan sosok itu, sosok tadi membalas kecupan Lia di pipi.
"Gemes banget sih"
"Besok pulang duluan aja, aku ada rapat OSIS" ucap Lia.
"Pengen pulang bareng" ucap sosok itu manja.
"Jemput aja jam 5 ya" ucap Lia mengelus surai lebat sosok yang sangat dia sayangi.
"Kamu berenti aja jadi OSIS" ucap sosok itu.
"Nggak bisa gitu, aku suka jadi OSIS" ucap Lia.
"Dasar kepala batu" dengus sosok itu.
"Kepala batu gini, kamu sayangkan" goda Lia.
"Sayang banget malah"
"Tidur yuk capek" ucap Lia. Sosok tadi mengangguk, perlahan mereka berbaring di ranjang dengan posisi berpelukan. Lia menyembunyikan wajahnya di dada bidang yang nampak nyaman. Menghirup aroma tubuh yang sangat dia sukai.
"Happy nice dream"
Perlahan keduanya mengarungi dunia mimpi dan melewatkan makan malam. Mari kita biarkan keduanya berisitirahat :).
TBC
Maaf kalau ada typo atau keanehan 🙏🙏🙏
Lia menatap datar pada Kelva yang memasang senyum lima jari kearahnya. Bukan senyum itu yang jadi permasalahan, tapi seragam yang dikenakan oleh pemuda itulah yang menjadi masalah. Seragam OSIS dan name tag dengan tulisan Wakil OSIS membuat Lia rasanya ingin mundur saja dari OSIS.
"Aduh jangan masang wajah bahagia gitu dong" ucap Kelva.
"Pssstt Lia itu marah bukan bahagia" bisik Siska kepada Kelva.
"Dia bahagia Sis, liat dia ngeliatin gue nggak pakek kedip" ucap Kelva.
"Loh Lia mau kemana?" tanya Siska melihat Lia berjalan menuju pintu.
"Mau ngasih laporan gue ngundurin diri dari OSIS" ucap Lia.
"Eits nggak boleh" Kelva menahan Lia yang hendak keluar.
"Lo bikin gue eneg" ucap Lia.
"Muka ganteng kayak gini nggak mungkin bikin lo eneg" ucap Kelva sambil memasang wajah sok tampan.
"Minggir, gue mau ngadep bu Erna" ucap Lia menggeser tubuh Kelva.
"Iiiih makin gemesin deh kalau mukanya jutek gitu" Kelva mencubit pipi Lia gemas.
Krauk
"Au Sakit" Kelva menjauhakan tangannya dari Lia saat satu gigitan ia dapati di tangan kanannya. Lia mengabaikan ringisan Kelva dan mulai melangkah menuju ke Kantor guru.
"Rasain" Siska mengikuti Lia setelah menertawakan Kelva yang kesakitan. Kelva mengabaikan rasa sakit di tangannya dan mulai menyusul Lia. Oh ayolah, dia sudah berusaha membujuk bu Erna yang merupakan guru pembina OSIS untuk membiarkannya bergabung ke OSIS.
"Permisi bu, saya mau mengajukan protes" Lia segera mendekati bu Erna saat mendapati Wanita itu sedang duduk di kursi kebanggaannya.
"Protes apa nak?" tanya bu Erna.
"Kenapa Ibu mengizinkan si brandalan menjadi wakil OSIS?" tanya Lia.
"Ah? soal itu, ibu rasa kamu perlu wakil buat bantu tugas kamu" ucap Bu Erna dengan senyum di bibirnya.
"Tapi Bu kenapa harus dia?" tanya Lia.
"Oh itu, cuman dia yang mengajukan diri" ucap Bu Erna santai.
"Udah sana, Ibu masih banyak pekerjaan" usir Bu Erna. Lia memasang wajah kesal, dia pastikan hari-hari disekolahnya tidak akan tenang seperti dulu.
"Gimana Lia?" tanya Siska berjalan disamping Lia.
"Dia jadi wakil sekarang" ucap Lia menatap Kelva malas. Matanya melirik ke arah tangan Kelva yang ia gigit, sedikit memerah dan ada bekas cap gigi.
"Obatin tuh tangan pakek salep" ucap Lia ketus, dia melangkah menuju ruang OSIS diikuti Siska. Meninggalkan Kelva yang mematung dengan senyum bahagia.
"Aaaa si jutek khawatir sama gue" Ah sepertinya Kelva menyalah artikan perkataan Lia yang menyuruhnya mengobati bekas gigitan itu.
"Dasar gila" dengus seseorang yang memperhatikan dari balik dinding.
~
Kelva senang bukan main, ia dan Lia mendapat tugas untuk menyiapkan perayaan ulang tahun sekolah. Kenapa dia senang? tentu saja karena ia akan bersama Lia untuk membahas masalah persiapan. Sekarang, para anggota OSIS sedang melakukan rapat menentukan tema untuk acara. Dan tentunya Kelva duduk di samping Lia dengan alasannya kalau dia wakil Osis.
"Untuk kali ini kita akan menggunakan tema Black and White, sesuai artinya hitam dan putih. Kita akan mendekorasi Aula sekolah dengan pernak-pernik berwarna hitam dan putih, kita juga akan mengadakan beberapa pertunjukan di hari pembukaan dan melakukan pesta promnight di hari penutupan acara. Acara akan dilangsungkan selama seminggu, selama acara berlangsung kegiatan belajar mengajar di tiadakan tetapi tetap diabsen" Lia menjelaskan dengan detail.
"Bagi yang tidak masuk tanpa keterangan yang tidak jelas akan di beri sangsi, beberapa lomba olahraga juga kita laksanakan. Nanti saya akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk mengurus persiapan ini. Ada pertanyaan?" tanya Lia. Salah satu anggota OSIS yang merupakan adik kelas Lia mengangkat tangannya. Lia mengangguk sebagai tanda dibolehkan berbicara.
"Bagaimana dengan hadiahnya? dan apa sekolah lain juga di perbolehkan mengikuti lomba?"
"Untuk hadiah, nanti akan diurus oleh pihak sekolah dan acara ini terbuka untuk umum jadi sekolah lain diperbolehkan ikut nanti akan dibuat undangan" jelas Lia.
"Ada lagi?" tanya Lia. Keadaan hening, tidak ada yang ingin bertanya lagi.
"Baiklah, rapat berakhir kalian bisa kembali ke kelas masing-masing nanti tugas kalian akan saya kirim di grup" ucap Lia.
Kelva membantu Lia membersihkan ruang OSIS bekas rapat, mereka hanya berdua karena Siska sedang ada tugas lain.
"Nanti pulang sekolah temenin gue beli perlengkapan dekor" ucap Lia mendorong kursi agar tertata rapi.
"Siap bu Ketos" Kelva menjawab dengan semangat membuat Lia mendengus.
Drrt Drrt
Lia meraih ponselnya di dalam saku rok saat merasakan adanya getaran. Ternyata panggilang masuk dari seseorang, Lia tersenyum kecil dan menerima panggilan itu.
"Kenapa?" tanya Lia masih melanjutkan pekerjaannya
"..."
"Pulang aja duluan, aku masih ada kegiatan" ucap Lia.
"..."
"Iya nggak akan lama kok"
"..."
"Bawel banget sih"
"..."
"Iya iya bye" Lia memutuskan panggilan sepihak, Kelva menatap Lia dalam diam. Siapa yang menelpon gadis itu? kenapa terdengar mereka sangat akrab?.
"udah belom?" tanya Lia. Kelva mengangguk, merekapun keluar dari ruangan OSIS.
"Siapa?" tanya Kelva. Lia menyerngitkan dahinya mendengar pertanyaan ambigu Kelva.
"Tadi yang nelpon?" tanya Kelva.
"Nggak usah kepo" ketus Lia.
"Pacar ya?" tanya Kelva memastikan.
"Kepo" ucap Lia.
"..." Kelva diam, jika benar yang menelpon tadi adalah kekasih Lia apa dia harus menyerah?. Kelva menggeleng dia tidak peduli Lia sudah memiliki pasangan atau belum, selama janur kuning belum melengkung dan masih banyaknya tikungan maka harapan untuknya masih ada itu lah yang ada di pikiran Kelva.
Kelva dan Lia sedang berkeliling membeli beberapa perlengkapan dekorasi seperti balon, pita, origami, kertas karton yang semuanya berwarna hitam dan putih. Sekarang mereka sedang membeli beberapa macam aksesoris sebagi pelengkap.
Kelva memilih beberapa yang menurutnya bagus, matanya menangkap gelang Couple berwarna hitam dengan tulisan Mine. Dia seperti memikirkan sesuatu, tapi hal itu terhenti saat Lia memanggilnya.
"Udah semua, kita pulang" ucap Lia. Kelva mengangguk, ia menyuruh Lia masuk ke mobil terlebih dahulu. Sementara ia memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil.
"Lama" cibir Lia melihat Kelva memasuki mobil.
"Belanjaanya banyak yah lama lah nyusunnya" ucap Kelva mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Nggak ada yang di cari lagi?" tanya Kelva fokus pada jalan yang ia lalui.
"Nggak, langsung pulang aja" ucap Lia.
"Makan dulu yuk, gue laper" ucap Kelva.
"Terserah" ucap Lia.
'Dasar cewek' batin Kelva.
"Lo mau makan apa?" tanya Kelva.
"Terserah"
"Pizza?"
"Dilarang makan Pizza"
"Makanan resto?"
"Bosen"
"Nasi padang?"
"Mending makan dirumah"
"Jadi maunya apa?" tanya Kelva mulai kesal.
"Terserah"
'Untung sayang' batin Kelva.
"Bakso larva" gumam Lia yang masih bisa didengar Kelva. Kelvapun mengarahkan mobilnya menuju tempat biasa ia dan keluarganya makan Bakso Larva yang terkenal pedas. Saat sampai, ia mengajak Lia masuk dan memilih tempat duduk yang dekat dengan kipas angin.
"Mau level berapa?" tanya Kelva.
"Lima" jawab Lia.
"Yakin? itu paling pedes loh" ucap Kelva.
"Kenapa? lo nggak suka pedes? cih cemen" ejek Lia.
"Oh nantangin, oke mbak pesen dua level lima" ucap Kelva kepada pelayan yang mencatat pesanan mereka.
"Minumannya?" tanya pelayan itu.
"Es teh sama air anget masing-masing dua" ucap Lia.
"Yang kalah bakal traktir yang menang selama seminggu" ucap Lia.
"Oke siapa takut"
'Sanggup nggak ya?' batin Kelva. Dia memang suka pedas, tapi hingga level lima? dia hanya pernah makan sampai level empat.
"Oh iya ini buat lo" ucap Kelva memberikan gelang yang ia beli sesaat sesudah menyusun barang di bagasi mobil.
"Kapan lo beli ini?" tanya Lia mengambil gelang dengan tulisan Mine.
"Tadi, ayo pakek liat gue juga punya yang sama" ucap Kelva menunjukkan pergelangan tangan kanannya yang terdapat gelang. Lia mendengua melihat tingkah Kelva, tapi ia tetap memakai gelang itu di tangan kanannya.
"Ini pesanannya"
Kelva dan Lia memotong bulatan daging itu hingga cabai rawit giling di dalamnya meluber keluar. Lia memotong kecil-kecil, dia menatap bulatan daging itu dengan mata berbinar. Tangan kecilnya mengabil sumpit dan mulai memakan hidangan yang menggiurkan itu. Sedangkan Kelva menatap cabai itu dengan Horor, dia ragu untuk memakannya.
"Kenapa nggak makan? takut?" ucap Lia, dia dengan santai menyeruput kuah pedas itu dengan sendok.
"Nggak kok" Kelva mencoba tidak terlihat cemen. Perlahan ia memakan potongan pertama.
'Oke Kel lo pasti bisa' Kelva menyemangati dirinya sendiri.
Setelah beberapa suapan, Kelva mulai merasakan sensasi pedas dari cabai rawit. Keringat mulai membasahi wajahnya, matanya sudah berair menandakan betapa pedasnya makanan itu.
"Pedes gila, gue kalah" bibir Kelva terlihat memerah, dia menyerah karena tidak sanggup. Lia tersenyum senang, itu artinya ia bisa menabung uang jajannya selama seminggu kedepan.
~
"Kelva kok kamu bolak-balik WC terus?" tanya Aisyah khwatir melihat putra sulungnya itu.
"Nggak kenapa-napa Bu cuman lagi sakit perut" ucap Kelva. ia meringis saat merasakan ia perlu ke WC lagi, segera saja ia berlari dan mulai melakukan ritual.
"Bang Kelva kenapa Bu?" tanya Kesya melihata Kakak tercintanya itu.
"Nggak tahu, palingan salah makan" ucap Aisyah.
'Hiks gue kapok' Kelva meringis meratapi nasibnya yang dikerjai oleh Lia.
Sedangkan di rumah Lia, dia sedang bermanja ria dengan sang Bunda di ruang santai dengan ditemani setoples kripik ubi pedas. Ibu dan anak itu sedang menikmati acara drama ala indonesia.
"Ih pasti nanti itu ketabrak mobil atau motor terus dia tobat, Bunda kok seneng banget sih nonton beginian" ucap Lia.
"Ssst diem, lagi seru" ucap Mersa.
"Hanhan pulang" Lia segera berlari menuju pintu dan menubruk sosok tegap dengan pelukan erat.
"Bang Hanhan kok pulang telat? tadi kemana?" tanya Lia menyelidik.
"Ada tugas kelompok" ucap Hanhan mengecup Jidat Lia sayang.
"Bohong, kerja kelompok tapi dapet luka" ucap Lia datar, dia melepas pelukannya. Matanya menatap Hanhan kesal, dia sudah beberapa kali memperingatkan kakaknya itu untuk berhenti tauran.
"..."
"Mau aku laporin ke Bunda?" ancam Lia.
"Jangan" cegah Hanhan. Lia menghela nafas, ia membimbing kakaknya itu menuju kamar. Dengan gesit ia mengambil kotak P3K dan mengobati luka gores Hanhan yang ada di sekitar leher.
"Lain kali jangan ikut tauran lagi" lirih Lia.
"Sssh ia, janji ini yang terakhir" ucap Hanhan sambil meringis merasakan perih saat obat merah mengenai lukanya.
"Kalau boong, Lia bakal ninggalin bang Hanhan selamanya" ucap Lia menekan kapas ke luka Hanhan.
DEG
Hanhan menarik Lia kedalam pelukan hangatnya, dia mengusap punggung adiknya dengan sayang. Pikirannya berkelana, ucapan Lia bukanlah hanya sekedar ancaman. Gadis itu akan benar-benar pergi meninggalkannya.
"Ayo janji" Lirih Lia.
"Iya janji" ucap Hanhan, ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat seakan takut kehilangan.
"Bang Hanhan bau" Lia berucap sambil mendusel kepalanya di ketiak Hanhan.
"Kkkh bau tapi kamu masih ndusel kayak anak kucing" Hanhan terkekeh melihat sikap Lia yang berbanding terbalik jika berada di luar rumah. Jika dirumah, Lia layaknya bocah umur lima tahun yang selalu ingin di manja. Sedangkan di luar, layaknya bongkahan es, datar, dan masa bodo dengan keadaan sekitar.
"Miss You" bisik Hanhan.
"Miss You too" jawab Lia.
TBC
Maaf kalo ada typo 🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!