Hello readers yang baru mampir🙋♀ terima kasih sudah berkunjung ke lapakku😁. Kasih jempol dan tambahin ke favorit dulu yuk👍.
.
...
.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
.
...
.
Tiittt Tiiiitt Tiiiiittttt
Sebuah mobil mewah ukuran mini tampak memasuki kawasan Kampus. Semua orang menghindar saat mandengar bunyi klakson mobil itu melintas. Pemilik dari mobil itu langsung memarkirkan minibusnya ditempat yang selalu dibooking.
Tak berapa lama, tampak kaki mulus, heel tinggi menjulang keluar dari dalam mobil itu. Semua pandangan tertuju padanya. Berbagai macam tatapan yang ditafsirkan kepadanya. Mulai dari kekaguman, terpesona, iri dan sebagainya. Sambil berjalan melenggok kiri dan kanan, ia menyusuri lorong Kampus. Sesekali ia menyibakkan rambutnya yang panjang.
Yah dialah Aditi Rathore, putri seorang konglomerat, Raghuvendra Singh Rathore. Ayahnya sekaligus penyumbang dana terbesar di Yayasan itu. Tidak hanya itu, ia juga seorang penyalur Beasiswa untuk mahasiswa yang kurang mampu.
Tn. Rathore seseorang yang baik hati dan dermawan, berbanding terbalik dengan putrinya, Aditi. Dia seorang gadis yang cantik sih, tapi sangat sombong dan angkuh. Kehidupannya yang bergelimang harta membuat dia selalu berfoya-foya, seperti travelling ke luar negeri, shopping dan juga senang ke club bersama teman-temannya.
Banyak lelaki yang ingin jadi pacarnya, ingin menjalin hubungan yang serius dengannya, namun seorang Aditi lebih senang menggonta ganti mereka. Pindah dari pria satu ke pria yang lain. Untuk saat ini dia sedang dekat dengan Tiger, cowok sok cool dan sangat terkenal dengan playboynya diseluruh kampus.
"Hai girls," sapa Aditi pada kedua temannya, Neha dan Payal.
"Haii..," jawab mereka kompak.
"Kalian sudah mengerjakan tugas dari si gendut itu belum ?" tanya Aditi sambil membetulkan lengan bajunya.
"Aku sudah," jawab Neha.
"Yaahh.. Aku belum. Aditi bagimana denganmu ?" tanya Payal.
Aditi hanya mengangkat bahunya. Mereka terus berjalan menyusuri lorong, hingga sampai didalam kelas.
"Kalian kan tahu sendiri aku sangat sibuk. Ke salon, shopping, nonton, uufttt.. Itu semua sangat menyita waktu. Aku bahkan tidak sempat untuk mengerjakannya" keluh Aditi sembari menghembuskan poni yang menjuntai didepan wajahnya.
Mereka pun duduk sambil terus ngerocos. Neha tengah sibuk memperhatikan pantulan wajahnya dideoan cermin kecil yang selalu dia bawa.
"Tenang saja.., tugasnya kan masih sampai besok, jadi kalian masih bisa mengerjakannya" ucap Neha mematut-matut polesan wajahnya. Aditi dan Payal manggut-manggut. Aditi tak sengaja menoleh pada salah seorang lelaki dibelakangnya yang sedang sibuk membaca. Ia pun berpikir sejenak.
"Heii.. Aku ada ide," ucapnya kemudian.
Neha dan Payal saling berpandangan. Aditi tersenyum, lalu berdiri dan menghampiri Imam.
Imam adalah cowok berkaca mata dengan bintik hitam dipipinya. Kerjanya hanya belajar saja, tak dipungkiri juga kalau dia Mahasiswa terbaik di Kampus itu.
"Haii..," sapa Aditi.
Imam menoleh dan tersenyum manis, malu-malu kucing saat ditatap Aditi, gadis tercantik di Kampus itu. "Hai..," jawabnya malu.
"Imam apa Aku boleh minta tolong? " tanya Aditi dan mengedipkan matanya.
"Aa-aa-apa..?" jawabnya gugup. Aditi menyentuh pundaknya membuat lelaki itu semakin terguncang jiawanya. Darahnya mendesir sangat kencang.
"Jangan tegang begitu" bisik Aditi.
Sesekali Imam menghapus keringat yang mengucur didahinya. Neha dan Payal sampai tertawa geli melihat tingkah Aditi menggoda lelaki itu.
"Besok ada tugas dari Dosen Gendut itu, Kau lihat kan Imam tanganku begitu sakit. Aku tidak bisa mengerjakannya. Jadi bisakah Kau membuatkannya untukku ?" tanya Aditi dengan nada manja.
"Ii-iiyaaa.. Te-tentu saja" jawabnya.
"Terima kasih ya.., Kau memang sangat baik" bisik Aditi membuatnya semakin merinding. Aditi kemudian kembali bersama teman-temannya dan menahan tawa mereka.
"Huuhh.. Kau enak bisa menyuruhnya. Huufft.. bagaimana denganku?" ujar Payal menepuk jidatnya.
Tak berapa lama semua mahasiswa lainnya masuk ke kelas, disusul dengan seorang dosen kemudian. Kelas pun dimulai.
...****************...
Di Perpustakaan
Renu menghampiri Imam yang sedang asyik menulis. Dia adalah gadis yang berpenampilan sederhana, baik pada sesama. Sejak lama, ia sudah mengagumi Imam. Jatuh hati pada pria bertompel itu.
"Hai.., wah rajin sekali" tegurnya sembari menepuk pundaknya.
Imam tersenyum sekilas, lalu kembali melanjutkan tulisannya untuk membuat laporan untuk Aditi.
"Kau sedang membuat apa?" tanya Renu penasaran.
"Ini.., Aku sedang mengerjakan tugas untuk Aditi" jawabnya polos.
"Apaa.., Kau mengerjakan tugasnya Aditi. Berikan padaku !" ucapnya kaget dan berusaha merebutnya.
"Renu jangan.., Apa yang Kau lakukan ?"
"Kau ini bodoh sekali, kenapa Kau mau mengerjakan tugas gadis sombong itu ? Kenapa Kau tidak menolaknya ?" hujat Renu dengan kesal.
"Kenapa, Aku senang membantunya, sudahlah jangan ganggu Aku" ucapnya kembali menulis.
Karena kesal dengan sikap Imam yang membela Aditi, Renu pun pergi meninggalkan lelaki itu sendiri. Sesampai dipekarangan Kampus dari kejauhan tampak Aditi sedang berkumpul bersama teman-temannya. Dengan menahan geram, Renu bergegas menghampirinnya. Ia merasa tidak terima, bila sahabatnya Imam menjadi kacung gadis itu.
"Aditi..," tegurnya dengan nada jengkel.
Aditi menghentikan tawanya, lalu berdiri tegak dihadapan Renu.
"Kenapa Kau menyuruh Imam untuk mengerjakan tugasmu. Kau kan bisa membuatnya sendiri" ucap Renu melabrak, Aditi malah tersenyum tipis, tak begitu menggubris perkataan Renu. Ia kembali berbalik badan untuk duduk. Neha dan Payal tampak saling memandang sinis.
"Untuk apa gunanya tangan dan otakmu kalau Kau tidak memanfaatkannya dengan baik, malah menyuruh orang lain melakukan tugasmu, kau sungguh tidak tahu malu..," tukas Renu sembari memaki.
Dengan cepat Aditi Aditi membalik badan dan menghentikan ucapan Renu. "Heiii..," teriaknya menunjuk ke depan wajah Renu. Aditi melipat kedua tangannya ke dada. Ia merasa kesal karena perkataan gadis itu. "Memangnya siapa dirimu, memakiku seenak mulutmu. Kenapa Kau yang tidak terima Aku meminta laki-laki itu untuk melakukannya, apa Kau pacarnya haahh..,?"
Aditi tampak jengkel. Kedua sahabatnya pun sampai berdiri untuk berjaga, jika sewaktu-waktu Aditi menyerang Renu.
Renu tak menjawab, ia terdiam sejanak.
"Sebaiknya Kau jangan banyak bicara, lagipula apa urusanmu dengannya ?" ujar Aditi sewot.
"Tapi dia bukan pembantumu, yang seenaknya Kau suruh-suruh" pungkas Renu.
"Whatever," sahut Aditi cuek dan kembali duduk. Renu akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Aditi menghela nafas menahan kesal, sesekali menyeruput minuman dingin di tangannya.
...****************...
Sepulang dari kampus, terlihat Tiger menghampiri Aditi dan hendak mengajaknya jalan-jalan. Dengan senang hati, gadis itu menerima ajakannya.
"Ya sudah.., have fun yaah.." ujar Neha.
Aditi tersenyum dan melambaikan tangan. Ia pun pergi bersama Tiger meninggalkan kampus. Dari jauh Imam memandang kepergian mereka sambil membenarkan kacamatanya. Cukup lama ia termenung.
"Kau lihat.., Kau itu hanya dimanfaatkan olehnya" ucap Renu tiba-tiba sudah berdiri disamping pemuda itu.
"Kau ini., mengagetkanku saja" sahutnya.
"Aku sarankan padamu, jangan menjadi pelayannya lagi" ujar Renu memperingatkan.
Imam tak menggubris, ia lalu mulai menaiki sepedanya dan pergi meninggalkan gadis itu.
...****************...
Sesampai di rumah, Imam memarkirkan sepedanya dan langsung masuk ke dalam menuju kamarnya. Ia tampak menghempas tas dan beberapa buku ke ranjangnya yang kecil. Perlahan lelaki itu membuka lemari pakaiannya. Pandangan matanya tak berkedip menatap gambar Aditi yang berukuran besar didalam dinding lemarinya.
Sambil tersenyum, ia menyentuh wajah cantik yang selama ini dikaguminya.
Imam mencium dua jarinya dan melekatkannya pada gambar bibir Aditi.
"KAKAK..!!!"
Imam terkesiap buru-buru menutup pintu lemarinya lagi. Simran, adik perempuannya tiba-tiba menghambur mengejutkannya.
" SIIMIII.., huufft..," ujarnya sembari menghembuskan nafas.
"Heeeiii.., kenapa tegang begitu ? Apa yang Kakak sembunyikan ?" tanya Simi sembari melirik-lirik lemari Kakaknya.
"Tidak ada apa-apa., sudah sana Nenek memanggilmu" ucap Imam sambil mengantar Simi hingga ke pintu kamarnya.
"Aaaeehh., tunggu dulu" ucap Simi. Namun keburu Imam menutup pintu kamarnya. "Huuuh..," gerutu Simi beranjak pergi.
Imam tinggal dirumah yang sederhana bersama Adik dan Neneknya. Kedua orangtuanya telah meninggal dalam suatu kecelakaan. Jadi, selama ini mereka hidup dari uang pensiunan Ayahnya. Beruntung juga Imam mendapatkan beasiswa hingga bisa melanjutkan pendidikannya lebih tinggi.
Sedangkan untuk biaya adiknya, didapatkan dari uang pensiunan kakeknya. Kehidupan mereka menjadi serba sulit setelah kematian kedua orangtuanya. Lepas dari semua itu, Imam dan juga adiknya tidak pernah mengeluh atau pun menuntut sesuatu kepada neneknya yang telah tua.
...****************...
Aditi pulang larut malam dalam keadaan mabuk bersama Tiger. Sebelum pulang dia mengantar Tiger terlebih dulu. Sebelum turun Tiger meraih tangan gadis itu, lalumembelai pipinya dengan tatapan gairah. Perlahan Tiger mendekati wajah Aditi yang putih mulus, lalu mengecup bibirnya yang ranum. Aditi terhanyut beberapa saat dalam belaian dan sentuhan lelaki itu. Saat pergerakan Tiger mulai liar dengan cepat Aditi melepaskan ciumannya.
"Sampai jumpa," ucap Aditi dan mendorong tubuh Tiger yang kekar.
Tiger merasa kesal karena Aditi menyudahi permainannya. Ia kemudian turun dari mobil, Aditi langsung memutar balik mobilnya dan melaju pergi.
Sesampai di rumah, Aditi masuk dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pusing karena terlalu banyak minum. Tak berapa lama, lampu ruang tengah menyala terang.
"ADIIITIII.."
Aditi berbalik saat mendengar suara Ayahnya memanggil. Tn. Rathore tampak berjalan mendekat. Aditi berusaha berdiri tegak, walau masih sempoyongan.
"Kau mabuk ?"
Aditi terdiam sejenak. Tn. Rathore menarik nafas dalam, tak habis pikir dengan kebiasaan Aditi yang selalu minum.
Eeeeaaakkgggh..
Tn. Rathore tercenung mendengar suara sendawa yang keluar dari mulut putrinya. Dengan cepat gadis itu menutup mulutnya.
"KAU..!!"
"Aayahhh.., aku lelah. Besok saja ya bicaranya" pungkas Aditi cepat memotong perkataan Ayahnya. Ia pun berjalan sempoyongan menuju kamarnya, meninggalkan Tn. Rathore yang terpaku.
.
...
.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
.
...
.
To be continue
Makasih yang berkenan hadir🙏silakan tinggalkan jejak di kolom komentar ya. Untuk yang baru mampir silakan tekan like, rate5 n votenya🙏🙏.
HAPPY READING💗
.
...
.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
.
...
.
Tn. Rathore memeriksa pengeluaran yang telah dihabiskan oleh Putrinya. Semua uang yang dikeluarkan hanya digunakan ditempat-tempat hiburan, terakhir pengeluaran di Club malam. Tn. Rathore sampai mengurut dada karenanya.
"Bekukan kartunya !!" perintah Tn.Rathore pada Asisten pribadinya.
"Baik Tuan," angguk Asistennya.
Tn. Rathore sendiri tak habis pikir, apa yang ada didalam pikiran putrinya saat ini. Padahal dia sangat berharap Aditi dapat membanggakannya suatu hari nanti.
Kalau kelakuan Aditi masih tetap seperti ini, suatu hari dia pasti akan merasa canggung jika suatu hari dirinya dalam kesulitan. Padahal selama ini, Tn. Rathore menghasilkan uang untuk Aditi juga.
"Dimana dia saat ini?" tanya Tn. Rathore kemudian.
"Nona sedang berbelanja Tuan" jawabnya. Tn. Rathore kembali menghela nafas dalam sembari menyandarkan badannya.
Disebuah pusat perbelanjaan,
Aditi sedang berbelanja bersama teman-temannya waktu itu. Dia memilih banyak barang-barang branded.
"Hari ini Aku belanja sepuasnya" ucap Adit girang. Mereka kemudian mengantri dikasir. Pertama Neha membayar terlebih dahulu, kemudian Payal dan terakhir Aditi. Aditi tampak menyerah kartu kreditnya kepada kasirnya.
"Maaf Nona kartunya tidak bisa digunakan" ucap Kasir toko itu. Aditi tercengang, Ia kemudian mengeluarkan kartu kedua.
Lagi-lagi kasir itu memberikan kartu kedua Aditi. "Maaf, tidak bisa juga Nona" ujar Kasir itu.
"Aa-apaa.., tidak mungkin" ujar Aditi terlihat bingung. Ia terdiam sesaat.
"Heii.., apa Kau sidah selesai. Kami juga mau bayar" ucap salah seorang wanita dibelakangnya.lalu menyerahkan kartu yang satunya.
"Aditi, apa yang terjadi ?" tanya Neha.
Aditi tak menanggapi pertanyaan sahabatnya itu. Raut wajahnya tampak kesal. Aditi meletakkan kembali barang-barang yang dipilihnya tadi. Kemudian ia berbalik meninggalkan Neha dan Payal dengan perasaan jengkel.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Payal sambil memandang Neha.
"Hmm..," jawab Neha mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
Aditi pulang dengan wajah kesal. Sesampai di rumah, ia langsung masuk dan mencari keberadaan Ayahnya. Tn. Rathore sedang menerima tamu diruangannya. Ada beberapa orang sedang membahas kontrak kerja sama antar perusahaan.
"Ayah..," panggil Aditi langsung nyelonong masuk ke ruangan Ayahnya tanpa permisi. Hingga semua orang yang ada diruangan itu mengalihkan pandangan menatapnya.
Tn. Rathore mengacuhkan panggilan Aditi, ia malah menyuruh Asistennya untuk membawa Aditi keluar.
"Ayah tunggu dulu, kenapa Kau membekukan kartu kreditku ? Iiiih.. ,lepaskan aku.." bentak Aditi.
"Maaf Nona, saat ini Tuan sedang sibuk" ucap Asisten Ayahnya sembari melepaskan Aditi.
Tn Rathore kembali melanjutkan pembicaraannya dengan beberapa dewan direksi. Aditi uring-uringan diluar, dengan perasaan kesal dia beranjak ke kamarnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Renu berkunjung ke rumah Imam sore itu. Ia hendak membahas beberapa mata kuliah yang kurang dimengertinya. Lagipula, sebentar lagi mereka juga akan menempuh ujian akhir.
"Kau ini bagaimana, bukan seperti itu" ujar Imam mengarahkan Renu. Imam kemudian memberikan penjelasan yang sangat rinci, Renu dengan serius menyimak penjelasannya. Kemudian, ia mencoba mengulang kembali tulisannya.
"Seperti ini ?" tanya Renu memperlihatkan hasil jawabannya.
Imam memeriksanya. "Yah, sepertinya Kau sudah paham sekarang" ujar Imam senang.
Renu menggeliat karena terlalu lama duduk. "Wooaaah.., syukurlah. Aku lelah" ujar Renu sembari menguap. "Aku ingin ke toilet dulu," ucap Renu.
"Ya sudah, sana" sahut Imam.
Renu beranjak ke toilet yang ada di Kamar sahabatnya itu. Setelah beberapa menit didalam toilet, Renu kemudian berjalan menuju cermin disamping lemari. Disana ia merapikan sedikit penampilannya.
Langkahnya terhenti saat ia hendak beranjak pergi. Pintu lemari Imam sedikit terbuka, gadis itu penasaran untuk membukannya. Perlahan, Renu membuka pintu lemari Imam dan merasa terperanjat saat melihat isinya. Tampak gambar Aditi dengan ujuran cukup besar dan disitu tertulis tulisan Aditi love Zain Imam.
"Renuu...!" panggil Imam diluar. Renu tersentak, lalu bergegas meninggalkan kamar Imam.
"Aku pulang dulu ya, sudah hampir malam" ucap Renu menghampiri Imam.
"Cepat sekali, apa Kau sudah mengerti ?" tanya Imam menatapnya.
"Iya, Aku sudah paham."
"Ya sudah, lain kali kita lanjutkan lagi" jawab Imam.
Renu kemudian meninggalkan rumah Imam dengan perasaan galau. Ternyata diam-diam sahabatnya itu memendam perasaan pada Aditi, si Gadis sombong itu.
"Bagaimana mungkin Imam jatuh cinta pada gadis angkuh itu ?" gumamnya diperjalanan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malamnya, setelah pertemuannya berakhir Tn. Rathore menghampiri Aditi dikamarnya.
"Aditi, apa Kau tidak punya sopan santun?Masuk ke ruangan tanpa permisi" omel Ayahnya menghampiri.
Aditi terlihat memutar-mutar bola matanya.
"Ayah sudahlah, Aku tidak ingin mendengar pidato Ayah saat ini" sahut Aditi menghembuskan nafas.
"KAUU..!!"
"Kenapa Ayah membekukan kartu kreditku" potong Aditi cepat. Hingga Tn. Rathore tidak sempat meneruskan perkataanya.
"Ayah memang sengaja membekukannya, kerjamu hanya menghambur-hamburkan uang saja. Kau tidak tahu bagaimana Ayah bekerja keras untuk masa depanmu" hardik Tn Rathore.
"Ayah..," ucap Aditi sedikit memelas.
"Sebentar lagi Kau akan menghadapi ujian akhir dan Ayah ingin hasil yang memuaskan. Kalau tidak, Ayah akan mengirimmu ke Kampus yang berasrama" ancam Tn Rathore dengan tegas.
Aditi terdiam sesaat.
"Ayah akan berikan uang saku saat Kau pergi ke Kampus besok, jangan membantah!" ucap Tn. Rathore sembari meninggalkan Putrinya yang terpaku. Aditi dengan kesal membanting banting gulingnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di Kampus,
Aditi duduk menopang kepalanya dengan wajah cemberut. Sejak datang ia hanya duduk terpaku tanpa bicara apapun. Kedua sahabatnya menjadi heran.
"Aditi kenapa wajahmu ditekuk begitu" tegur Payal.
Aditi menghela nafasnya. "Kalian tahu, Ayahku telah membekukan semua kartuku. Dan dia hanya memberiku uang saku segini" keluhnya sambil mengeluarkan 4 lembar uang.
"Tega sekali., kenapa?" tanya Neha.
"Dia menuduhku menghambur-hamburkannya" jawab Aditi.
"Bukankah selama ini, itu yang Kau lakukan" sindir Neha.
Aditi menatap Neha tajam. Tatapannya menjadi terhalang saat Payal menengahi. Ia takut kedua sahabatnya itu menjadi salah paham.
"Lalu, apa kata Paman Rathore?" tanya Payal mengalihkan.
"Aku harus lulus pada ujian akhir, setelah itu Aku bisa mendapatkannya lagi. Kalau tidak, Ayah akan memasukkan Aku ke asrama" tukas Aditi.
"Serius?" ucap Neha membelalakan mata.
"Hadeeuuhhh.., bagaimana mungkin. Kalian tahu sendiri kalau selama ini Aku tidak belajar" keluh Aditi. Ia kebingungan karena selama ini memang tak satu pun kegiatan belajat mengajar ia laksanakan.
"Ya ampun.., lalu apa yang selama ini yang ada dikepalamu ? Apa tidak ada satu ilmu pun yang kuasai ?" tanya Payal merasa heran dengan satu sahabatnya itu.
"Ada.., yang kutahu hanya uang, uang dan uang" jawabnya sembari bercanda. Tak berapa lama, Imam lewat didepannya sambil melempar senyum. Aditi berpikir sejenak, lalu berdiri dan bergegas menghampiri Imam.
"hai..," sapa Aditi dan duduk disamping lelaki itu.
Imam tampak malu-malu. "Ada apa tiba-tiba Kau duduk disini ?" tanyanya agak canggung.
"Kenapa, tidak boleh yah..?" tanya Aditi pelan.
"Bb-bboleh" jawab Imam cepat.
Aditi tampak memutar-mutar pulpennya, sesekali ia melirik lelaki disampingnya.
"Imam, Huufft.. Namamu terasa berat dibibirku. Bagaimana kalau Aku memanggilmu Imu saja, setuju tidak?" Ujar Aditi sembari bertanya.
"Terserah Kau saja. Kalau Kau suka begitu, Aku pun juga suka" jawab Imam senang.
"Sebentar lagi kita akan ujian kan. Bisakah Kau membantuku ? Aku ingin kita belajar bersama" ucap Aditi mengutarakan niatnya.
"Benarkah ?" tanya Imam sumringah.
"Hhmmm..," angguk Aditi tersenyum manis.
Neha dan Payal berpandangan sambil menggeleng-geengkan kepala mereka.
.
...
.
💖💖💖💖💖💖💖
.
...
.
Sejak hari itu, Imam selalu terlihat bersama Aditi. Imam mengajarkan berbagai mata kuliah pada gadis itu. Memang butuh proses untuknya agar cepat mengerti dan paham, tapi Imu (panggilan sayang Aditi 😁😁😁) selalu sabar untuk mengajarkannya.
Kedekatan mereka membuat Renu sedikit cemburu. Selama ini, ia lah yang selalu dekat dengan lelaki tompel itu. Dari kejauhan tampak Imam sedang duduk menyendiri. Renu bergegas menghampirinya.
"Hai..," sapanya sembari duduk disamping Imam.
"Hai..,"
Renu memperhatikan Imam yang sibuk membaca. "Imam, Aku perhatikan Kau sangat dekat dengan Aditi akhir-akhir ini. Kalian pacaran ?" tanya Renu mengawali pembicaraan.
Imam sedikit menghentikan bacaannya. "Tidak, Kenapa?" tanyanya balik.
"Karena Aku perhatikan dia mendekatimu akhir-akhir ini, jadi Aku pikir kalian punya hubungan khusus."
Imam tergelak mendengarnya. "Hahahaa..,"
"Kenapa Kau tertawa, ada yang lucu ?" tanya Renu mengerutkan dahinya.
"Tidak, kami dekat karena kami belajar bersama" jawab Imam sembari membenarkan kacamatanya.
"Ooooh..," ucap Renu mengangguk-angguk. Imam kembali melanjutkan bacaanya.
"Tapi Kau mencintainya kan?" tanya Renu lagi. Sontak pertanyaan Renu membuat Imam memandangnya dalam diam. "Aku melihat gambarnya di lemarimu" sambung Renu lagi.
"Aaaeeh., itu..hanya., yaahh Aku hanya mengaguminya saja" jawab Imam sedikit malu.
"Tapi Aku mendukungmu. Ayo ungkapkan kalau Kau mencintainya" ucap Renu menyenggol Imam dengan bahunya.
"Tidak-tidak..," tolak Imam semakin menekuk wajahnya.
"Aaaehh.., kenapa harus malu begitu. Cepat katakan padanya sebelum diambil orang lain" ucap Renu tersenyum dengan penuh semangat.
Imam terdiam dan berpikir sejenak. Ia berpikir perkataan Renu ada benarnya juga. Sebentar lagi mereka akan menempuh ujian akhir, dan setekah itu akan menerima tanda kekukusan mereka. Itu berarti, ia akan sulit untuk menemui Aditi lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dirumah, Imam membayangkan wajah cantik Aditi. Perasaannya benar-benar bahagia karena kedekatannya akhir-akhir ini dengan gadis itu. Imam membaringkan tubuhnya disofa. Kedua tangannya ke atas dihimpit oleh kepalanya, lalu memejamkan matanya sambil tersenyum-senyum.
Nenek melihatnya terheran-heran dan geleng-geleng kepala.
"ZAAAIIIINN..!!" teriak Nenek mengejutkannya.
Cepat-cepat Imam mengambil kacamata dan memasangnya kembali. Ia pun terkejut melihat Nenek sudah berdiri dihadapannya. Dirumah dia biasa dipanggil Zain oleh Neneknya, karena Nenek yang memberi nama itu. Dan kalau di Kampus semua orang mengenalnya sebagai Imam.
"Neneeekkk.. aaahhh.." keluhnya karena Nenek telah mengacaukan khayalannya.
Nenek manggut-mangut dan tergelak. "Kau ini kenapa senyum-senyum sendiri ? Apa Kau sedang jatuh cinta hmm..?" goda Nenek. Imam Hanya tersipu malu, wajahnya memerah.
Tak berapa lama ponselnya berbunyi. Imam melihat nama Aditi terpampang dilayar ponselnya.
"Ayo cepat Kau angkat telponnya" ucap Nenek menepuk pundaknya. Lalu ia bergegas pergi meninggalkan Cucunya itu.
"Hh-hhalo..,? jawab Imam agak malu.
"Helloo Imu., Kau dimana ? Temani Aku jalan-jalan ya..," ucap Aditi.
"Bb-baiklah.,"
"Jemput Aku didepan Kampus ya, hari ini Aku tidak bisa bawa mobil" belum sempat dijawab oleh Imam, Aditi langsung menutup telponnya.
"Hello..,hhel.."
Imam merasa kebingungan harus menjemput Aditi dengan apa, karena dia hanya mempunyai sepeda saja. Ia terlihat bolak balik memikirkan suatu hal.
Nenek yang melihatnya merasa heran. Langkah Imam terhenti saat Nenek berdiri menghalanginya.
"Kau kenapa lagi?"
"Huufft.. Ya ampun Nenek., Aditi mengajakku jalan, tapi Aku hanya punya sepeda Nek,"
Nenek menepuk bahunya. "Hiiisshh.., Kau ini. Kalau gadis itu tidak mau menerimamu apa adanya, itu artinya dia tidak mencintaimu dengan tulus."
"Nek, dia bukan Kekasihku" sanggah Imam.
"Tapi akan menjadi Kekasihmu kan?" goda nenek menggerak-gerakan alisnya.
Imam terdiam sambil melipat tangan dan mengelus-elus dagunya.
"Apa salahnya Kau mengujinya. Kau pergi memakai sepedamu itu bersamanya, dan lihat apa dia mau pergi denganmu" ujar Nenek lagi.
Imam mengangguk-angguk pelan. Benar juga kata Nenek, pikirnya.
"Baiklah Nenek, Aku akan pergi dengan sepeda saja" ucapnya.
Didepan cermin Imam menyisir-nyisir rambutnya. Lalu memakai kemaja lengan panjang, dan tak lupa kacamatanya. Sambil tersenyum, Imam melemparkan ciuman ke bayangannya dicermin dengan jemarinya.
Setelah selesai bersiap-siap, dia menaiki sepeda menuju Kampusnya. Diperjalanan dia melirik sepedanya, kemudian berangan-angan suatu saat dia akan duduk dimobil yang empuk, tanpa kepanasan dan kehujanan untuk menjemput Aditi.
Sesampai didepan kampus Imam belum melihat sosok gadis itu. Sambil menanti kedatangan Aditi, Imam duduk dipinggir trotoar sembari melepas penat. Setelah menunggu lebih dari 30 menit, sebuah mobil mewah tampak berhenti didepannya. Aditi keluar dari mobil itu dengan diantar oleh supir. Imam berdiri sumringah.
"Papu, Kau tunggu disini saja. Aku akan pergi bersama dengan temanku. Nanti malam Aku kembali kesini, tapi ingat jangan katakan pada Ayah" ucap Aditi menunjuk supirnya. Papu mengangguk patuh.
Aditi menghampiri Imam. "Ayo..!" ajak Aditi menghampiri Imam.
Imam kemudian langsung mengambil sepedanya. Aditi bengong dan ternganga melihatnya. "Apa ini ?" tanya Aditi heran.
"Hmm.., Kita naik sepeda saja ya," ucap Imam pelan. Wajah Aditi tampak lesu menatapnya. "Tapi kalau Kau tidak mau Kita naik taksi saja, bagaimana ?" tanya Imam kemudian.
Aditi menghela nafasnya dalam. "Y**a ampun, apa kata dunia Aku pergi dengan sepeda butut. Begini nih kalau pergi dengan cowok kere..Huufft.." gumam Aditi dalam hatinya.
"Ya sudah, Kita naik sepeda saja" ujar Aditi terpaksa.
Imam merasa senang, akhirnya Aditi mau pergi dengan menaiki sepeda. Aditi kemudian duduk menyamping didepan. Imam mulai menggenjot sepedanya. Hembusan angin menerpa wajah dan rambut Aditi, semakin membuat Imam kagum akan kecantikannya.
"Aditi kenapa Kau tidak pakai mobilmu saja, bukankah tadi supirmu hanya berdiri saja disana" ucap Imam.
"Kau tidak mengerti, dimobil itu ada gps-nya. Ayahku akan tahu kemana Aku akan pergi" sahut Aditi.
"Memangnya kenapa?" Imam balik bertanya lagi.
"Sudahlah, Kau tidak akan paham" balas Aditi.
"Sekarang kita kemana?" tanya Imam terus mengayuh sepedanya melewati taman.
"Ke club saja."
Imam menggenjot sepedanya dengan semangat, walau sebenarnya sangat lelah. Keringat sudah mulai mengucuri tubuhnya, tapi demi Aditi dia rela walapun sampai kelelahan.
Sesampai di Club yang diarahkan Aditi, Imam memarkirkan sepedanya. Aditi langsung masuk ke dalam, dan disusul oleh Imam.
Suara musik dan tarian orang-orang memekakkan telinga. Baru kali ini Imam memasuki tempat seperti itu. Aditi langsung duduk dan memesan minuman. Imam hanya memandang dengan perasaan gelisah.
"Aditi Kau minum?"
"Yah, kenapa? Kau mau?" Aditi balik bertanya sembari menyodorkan minuman. Imam mengibaskan tangannya didepan hidungnya karena bau alkohol itu.
"Tidak, terima kasih"jawabnya singkat.
Sebenarnya dia ingin mengatakan perasaannya tapi tak jadi karena tempatnya tidak tepat. Aditi kembali meneguk minuman, sambil mengangguk-anggukan kepala dan menggoyangkan tubuhnya.
.
...
.
💗💗💗💗💗💗💗💗
.
...
.
To be continue
Dikampus, seperti biasa Imam membaca buku dibawah pohon dipekarangan kampus. Aditi melihatnya dari jauh sambil tersenyum, lalu menghampirinya.
" haii.. " . lalu duduk disampingnya.
Imam menoleh juga tersenyum, lalu kembali membaca. Aditi merasa tak suka diacuhkan, lalu merebut bukunya.
" aaeehh.. Aditi.,". ucap Imam mencoba mengambil kembali. Aditi mengelak sambil memainkannya, saat Imam hampir meraih.
" aaakhh.. " . Aditi tergolek karena didesak terus sama Imam, akhirnya Imam tak sengaja jatuh ditubuh aditi, mereka saling berpandangan, Imam semakin deg-degan karena begitu dekat dengan wajah Aditi.
" heeiii.. apa ini " ,teriak Tiger melihat mereka. Cepat-cepat Imam kembali duduk dan langsung merebut bukunya dari tangan Aditi.
" Aditi.. kau menyukainya? " tanya Tiger.
Imam menoleh pada Aditi, sambil menaikkan kacamatanya. Berharap Aditi berkata iya.
" tidak.. kami hanya belajar ". lalu berdiri dan menggandeng tangannya. " kau mau mengajakku jalan? " tanya nya kemudian. Imam jadi tak semangat mendengar jawaban Aditi.
" yaahhh.., aku pikir kau terlalu sibuk dengan kekasih barumu sekarang heheheee.. " ledek Tiger, lalu tertawa bersama teman-temannya.
" kau sudah gila.., ayo pergi.., Imu.. aku pergi dulu ya., daahhh " ,lalu Aditi mengajak Tiger pergi dari situ. Imam merasa agak kecewa dengan sikap Aditi.
Diperjalanan Tiger menatap Aditi.
" kau benar-benar tidak jatuh cinta pada si kacamata itu kan? "
" ya ampun Tiger.. kau sudah gila., denganmu saja aku masih berpikir dua kali apa lagi dengan dia ". jawab Aditi sembari tertawa.
" baguslah.. ". ucap Tiger senang. Mereka terus melajukan kendaraannya.
Hari berikutnya
Jadwal untuk ujian kelulusan telah ditentukan. Ujian telah berlangsung beberapa hari, dan hari ini hari terakhir ujian. Pengawasan semakin ketat, Setiap mahasiswa diberi jarak, mereka ujian harus benar-benar dengan kerja keras masing-masing. Imam mengerjakan setiap soal-soal dengan mudah, maklum dia kan mahasiswa terpintar. Dia sudah bertekad untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadi orang sukses. Sedangkan Aditi sesekali mengernyitkan keningnya, walaupun begitu selama ini dia telah belajar banyak bersama Imam. Neha dan Payal juga berpikir keras ujian kali ini. Mereka tak ingin menjadi penghuni kampus itu tahun depan lagi. Setelah jam ujian selesai, mereka keluar satu persatu. Terakhir Aditi yang keluar dengan rasa lega. Imam telah menunggunya beberapa lama.
" Aditi ". Sapa Imam saat melihatnya keluar. Aditi menghela nafas lega. " bagaimana.. kau bisa mengerjakan soal-soalnya? " tanya Imam.
" hhmm..,aku bisa mengerjakannya semua berkat dirimu..". Aditi kemudian mencium pipi kanannya. " terima kasih telah membantuku ". ucap Aditi tersenyum. Neha dan Payal menghampiri mereka.
" Aditi ayo..," ajak Payal, lalu menggandeng tangan Aditi dan membawanya pergi. Imam tak sempat bicara banyak dengan Aditi. Lalu langsung pergi kembali kerumahnya.
Dijalan Imam bertemu dengan Renu, temannya.
" hai.., kau sendiri saja? " sapa Renu. Imam hanya tersenyum saja. " ada apa.., kau tampak sedih? ". tanya Renu.
" Renu.. aku bingung.. " .jawabnya lalu berhenti berjalan sejenak.
" bingung..., apa soal Aditi? ".
Imam mengangguk.
" kenapa kau harus bingung.. katakan padanya kalau kau mencintainya, kau tahu..setelah ini entah kau akan bertemu dengannya lagi atau tidak ".ucap Renu. Imam terdiam. Renu kemudian memegang bahunya. " katakan padanya..kau pasti bisa ". tambahnya lagi memberi semangat.
" baiklah.., aku akan katakan " jawab Imam tersenyum.
" bagus..jadi jangan bingung lagi.. ok "
Mereka melanjutkan perjalanan sambil bersenda gurau.
Aditi, Neha, dan Payal sedang berada dicafe menunggu Tiger. Aditi sedang menyeruput cappuccino nya.
" Aditi.. boleh aku tanya sesuatu ". ucap Neha.
" hhmmm.. ".
" apa kau mencintai Imam, lelaki bertompel itu? ". Pertanyaan Neha membuat Aditi tersedak.
" uhukk.. uhuukkk.. uhhuukk.., ". lalu mengambik tisu untuk melap mulutnya. " kenapa kau bertanya hal itu ". jawabnya tidak suka.
" kenapa.., ada yang salah.., aku perhatikan kau sangat dekat dengannya ,bahkan kau dengan mudah mencium lelaki itu ". tambah Neha.
" yaa benar.., seorang Aditi Rathore mempunyai selera rendah seperti itu.. kau terlalu murahan pada lelaki seperti dia ". sahut Payal pula.
" apa kau bilang.., murahan.. tutup mulutmu" ucap Aditi mulai tak suka dikatai seperti itu.
" tapi kenapa dengan gampang kau memberikan ciuman padanya ". tanya Neha lagi.
" aku hanya berterima kasih karena dia telah membantu selama ini ".
" berterima kasih apa harus dengan ciuman ". Neha dan Payal terkekeh seolah-olah mengolok Aditi. " atau mungkin kau memang telah jatuh cinta padanya, bahkan kau memberinya nama panggilan sayang siapa.. Payal.. aku lupa ". tambah Neha berpikir.
" Immuuu hahahaah ". ledek Payal. Mereka menertawakan Aditi.
" aku sudah bilang aku tidak mencintainya". tegas Aditi sambil berdiri.
" heii.. tenanglah.. kami hanya bercanda hahhaa ". Neha menarik Aditi duduk kembali.
" oh ya.. tapi bagaimana kalau dia mencintaimu, karena pasti dia beranggapan kau menyukainya ". Ujar Payal juga. Aditi terdiam. Perhatian Aditi memang berlebihan pada Imam selama ini.
" sudahlah.. kenapa kalian membicarakannya, sebaiknya aku pergi saja ". Aditi kemudian pergi meninggalkan teman-temannya dengan wajah kesal. Bahkan dia tak menghiraukan Tiger yang berpapasan dengannya.
*****
Pada malam perayaan perpisahan dikampus, Imam bersiap-siap untuk pergi kesana. Dia berdiri didepan cermin memegang setangkai bunga mawar, sambil tersenyum membayangkan saat-saat menyatakan perasaannya pada Aditi.
" wahh.. wahh.. tampan sekali.," tegur adiknya. Imam jadi malu. " sudah cepat sana pergi."
Imam bergegas pergi menuju kampusnya. Mereka telah berkumpul di aula, sudah banyak yang hadir. Suara musik mengiri acara. Imam masuk hendak mencari sosok wanita yang dia cintai. Tampak disana Aditi sedang bersama teman-temannya. Renu menghampiri Imam.
" waaooww... kau sudah siap menyatakan perasaanmu padanya? ". Renu melihat setangkai mawar merah yang dipegang Imam.
" yaah.. " jawab Imam dengan semangat.
" ya sudah.. ayo sana., cepat katakan ". Imam mengagguk dan melangkah perlahan menuju Aditi. Sambil memegang bunga mawar dia terus menuju Aditi.
" Aditi. " ucapnya sambil tersenyum. Aditi membalikkan badannya terkejut melihat Imam berdiri dihadapannya. Neha dan Payal saling berpandangan dan melempar senyum. Aditi memperhatikan raut wajah sahabatnya itu, dengan pandangan tidak suka.
Imam kemudian berdiri dengn lututnya dan menghadap Aditi. Lalu memberikan mawar itu dan tersenyum.
" Aditi.. aa-aaku.. mencintaimu ". ucap Imam mengungkapkan perasaannya. Semua orang bertepuk tangan menyaksikannya.
" hooohh.. hooohh.. " teriak semua orang. Aditi mencoba menahan perasaannya. Imam lalu meraih tangan Aditi.
" Aditi maukah kau menjadi pacarku " tanya Imam menggenggam tangannya. Aditi kembali teringat dengan percakapannya kemarin bersama teman-temannya. Renu menatapnya dari jauh sambil tersenyum.
Aditi melepas tangannya dengan kasar, lalu
plllaaakkkk
Aditi menampar pipi Imam dengan keras hingga kacamata nya jatuh. Semua orang terdiam. Renu bahkan terkejut tak menyangka hal itu.
" itu hal yang pantas kau dapatkan., kau kira apa.. selama ini aku baik bukan berarti aku menyukai mu.,lihat dulu dirimu., apa kau pantas untuk ku haah " .ucap Aditi dengan kasar. Imam terdiam menunduk tak menjawab. Lalu Aditi mengambil segelas minuman dan menyiramkannya pada wajah Imam. " ini..,karena kau berani mempermalukan aku.,cintamu itu penghinaan untukku..,lihat dirimu..,kau cuma lelaki miskin.,apa pantas kalau aku menjadi kekasihmu, apa aku harus pergi jalan-jalan lagi dengan sepeda bututmu itu... pergi sana...dan berikan cintamu itu pada yang lain saja.. kau mengerti..dan ingat jangan pernah menunjukkan mukamu lagi ". Setelah meluahkan kemarahannya Aditi kemudian pergi, Imam merasakan begitu sakit penghinaan itu. Dia mengambil kacamatanya, lalu berdiri menghapus airmatanya. Semua orang menertawakannya.
" hahahaa..seharusnya kau berkaca dulu., aku saja yang lebih tampan darimu masih dia tolak ". ledek Tiger menghampiri dan mendorong kepalanya. Bergegas Imam meninggalkan aula dengan perasaan hancur.
pllaakkkk.
Renu menghampiri Aditi dan menampar pipinya dengan keras.
" itu hal yang pantas kau dapatkan karena telah menghina Imam begitu rendah.., " maki Renu tak teriman sahabatnya diperlakukan seperti itu.
" kau sudah gila ". Aditi hendak membalas tapi ditangkis oleh Renu.
" kau yang gila.., kalau kau tidak menyukainya katakan dengan baik-baik, tidak perlu menghinanya di depan semua orang.,kau memang gadis sombong.. selama ini dia telah membantumu dan kau menghinanya seperti ini "
" memangnya kenapa., haahh.., kalau begitu kenapa bukan kau saja yang menjadi pacarnya ". ucap Aditi lalu beranjak pergi meninggalkan Renu.
Imam pulang larut malam, dia pulang dengan mata sembab. Sesampai dikamar masih terngiang ditelinganya setiap kata-kata yang diucapkan oleh Aditi. Hatinya begitu sakit. Imam kemudian bangkit dan membuka lemarinya, lalu menyobek gambar Aditi yang terpampang disana. Imam menginjak -ijak serpihan kecil gambar Aditi. Lalu dia terduduk dipinggir ranjangnya.
aku bersumpah tak akan melihat wajahmu lagi.., aku sangat membencimu.. aku membencimu..
Jeritnya dalam hati menahan amarah. Dia menyesal telah menyatakan perasaannya.
Aditi membaringkan tubuhnya diranjang. Sambil menatap langit-langit kamarnya. Dia kembali teringat dengan kejadian diperayaaan tadi. Entah kenapa perasaanya jadi tak tenang, rasa bersalahnya muncul. Dia merasa menyesal telah berlaku kasar dipesta tadi. Tapi egonya memaksa dia berlaku demikian.
Beberapa hari kemudian pengumuman kelulusan. Imam menemui rektor lebih awal dan meminta surat keterangan kelulusannya. Dia lulus dengan Ip tertinggi sehingga sudah ada perusahaan yang ingin mengontraknya. Lagipula Imam tak ingn bertemu dengan Aditi lagi.
Aditi dan teman-temannya merasa senang karena mereka juga lulus. Aditi menyisiri setiap kampus tapi tak menemukan Imam, dia melihat Renu dari jauh, ingin dia bertanya pada gadis itu tapi ditahannya. Aditi tak sempat untuk minta maaf padanya dan juga Imam.
Tn. Rathore mengembalikan semua properti yang dia sita dulu pada putrinya, Aditi mendapatkan kembali keinginanya, tapi hatinya masih merasa tak tenang. Aditi mencoba mencari Imam untuk meminta maaf. Aditi juga mencarinya ke rumahnya, tapi dia telah pindah ke kota lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!