Di pagi buta tampak seorang gadis cantik yg mengepang rambut nya menjadi dua. Perlahan ia pun mengambil bedak dengan shade yang lebih gelap dari kulitnya yang putih bersih. Membuat beberapa frackless di wjahnya dan menenggerkan kacamata bulat di hidung nya sebagai sentuhan terakhir.
"Done." Senyum nya mengembang ketika melihat mahakarya nya di wajah nya itu.
Setelah selesai merombak wajahnya ia pun beralih pada lotion di dekatnya, yang mana warna nya sedikit gelap. Ia segera mengaplikasikan ke bagian tubuhnya yang terbuka.
"Penampilan yang luar biasa Zivara, you look so nerd..." Ia terkikik melihat penampilan baru nya itu.
Zivara william melson, dia selalu berpenampilan cupu semenjak SMP karena ia ingin belajar dengan tenang, dan ingin mendapat teman yang tidak memandang dirinya hanya kerena kecantikan dan juga orang tua nya.
Tok tok tok
"Masuk!!" sahut Zivara yang sendang mengenakan sepatu di kaki nya.
Klek
"maaf non, aaaaarrggghhh....." teriak mbak wik yang membuat Ziva terperanjat.
"aaaaaa, ada apa mbak, ada hantu dimana...." Ziva berlari ke arah mbak wik.
"mbak kira siapa tadi non.... Hehe maaf belum kebiasa non...."
"Gimana penampilan Ara, mbak ok kan?" Tanya Ziva sambil mengedipkan matanya.
"Penampilan non, tambah aneh, apa gak apa non kan udah SMA masih aja penampilan gini?" mbak wik geleng-geleng kepala melihat penampilan putri majikan nya ini, padahalkan zivara adalah gadis yang sangat cantik.
"Bagus karna itu emang tujuannya Ara, mbak, ziva tuh pengen dapet temen yg tulus mbak..." Ziva melambaikan tangan pada mbak wik, lalu bergegas menuruni tangga.
Tampak kedua orang tuanya dan juga kakak nya terperanjat melihat penampilan ziva.
"Pagi semua..." Sapa nya dengan penuh ceria.
"Pagi sayang..." sahut orang tua nya, yang mana ziva langsung duduk di meja makan.
"Pagi kakak ku tersayang..." Senyum ziva mengembang dengan sempurna.
"Ara elu tu ya bisa gak sih gak gini penampilanya kalo sekolah." cibir mike pada adik semata wayangnya.
"gak usah di uyeng-uyeng juga kalik kak muka gue...."
Mike langsung memeluk adik nya itu, "Lo aneh aneh aja Ra, masa ia lo mau ke sekolah dandanan nya kek gini, gimana kalo lo tu di bully" cecar mike yang tak habis pikir dengan adik nya ini.
"udah gak usah berantem.... Ni Ra roti nya." ujar Fania sambil menyodorkan roti yang duah ia olesi dengan selai nanas, favorite nya ziva.
"makasih ma..."
"Ra , gak bisa apa pake penampilan kamu yang biasa, papa sakit ngeliatnya.." ujar Fadli
Pufffffhh
Mike menahan tawanya melihat wajah ziva yang sudah memerah karna amarah.
"kakak....." Teriak zivara.
"Isshhh udah lah, Ara berangkat dulu...." Ziva langsung mencium tangan papa dan mama nya.
"ehh, gue nggak??!!" cecar mike.
"gak mau.." Ziva langsung melangkahkan meninggalkan meja makan.
"adik durhaka elu... Dah ma pa, mike juga harus berangkat, dahhh..." mike langsung menyusul ziva ke luar rumah.
" eh elu gak mau bareng gue?" tanya mike sembari mengeluarkan motor nya dari dalam garasi.
"gak gue naik ojek aja tuh ojek nya dah dateng..." pernyataan ziva membuat mike melongo karna adiknya itu belum pernah naik ojek sebelum nya.
Sedangkan ziva sedang memasang helm pada kepalanya meski awal nya susah.
"bisa gak neng?" tanya driver ojek pada ziva yang kelihatan susah memasang helm.
Klek
"bisa bang."
Ziva langsung naik, sang ojek pun langsung melajukan motornya ke sekolah baru ziva. Ya ziva sengaja pindah dari sekolah lamanya karna terlalu banyak masalah. Kebohongan, pengkhianatan, sudah cukup baginya, sekarang ia harus membuka lembaran baru di hidup nya.
Di pertengahan motor itu agak oleng dan akhirnya menepi.
"kenapa berhenti??" tanya Ziva.
"aduhh maaf neng, bannya kempes, kayaknya kena paku deh..."
"what terus gimana donk bang...." tanya z8va frustasi karna sudah hampir masuk jam sekolah.
"burrr...." teriak ojek itu pada pengendara yang baru saja lewat.
"ehh, iya kenapa wok?" pengendara itu berhenti, yang ternyata teman si ojek.
Setelah berbincang sedikit lama, bang burhan, si pengendara tadi menyuruh ziva naik ke motornya. Ia yang akan mengantarnya ke sekolah.
"bang agak cepetan donk bang, ah mau telat nih..." seru ziva yang berkali kali melirik jam tangannya.
Bang burhan kemudian melajukan motornya sedikit lebih cepat. Tak membutuhkan waktu lama ia sudah sampai di sekolah.
"nih bang ongkosnya." seru ziva sambil menyerahkan uang seratus ribu.
"eh ini kebanyakan neng..."
"udah ambil aja, bagiin sama abang yang tadi...."
Ziva langsung berlari ke arah gerbang yang sudah hampir tutup.
Grep....
Seperkian detik aja dia telat maka gerbangnya bakal ditutup.
"tunggu pak... Saya mau masuk..."
"ya ampun untung aja belum di tutup, ya udah sana masuk..."
Fiuuhhhhh
"hampir aja telat, ya kali gue baru masuk langsung telat sihhh...." ziva menepuk jidat nya.
Karna tak fokus ziva malah tersandung dengan kaki nya sendiri.
"aarrrgghhh." ziva memejamkan matanya.
Bruukkkk
Matanya kembali terbuka ketika tak merasakan sakit di tubuh nya.
"woyyy minggir, lo...." seru seseorang dengan suara bass nya.
"suara nya deket tapi orang nya kok gak ada ya??"
"lo nindihin gue anjirrr..." makinya lagi yang membuat ziva terlonjak dan segera berdiri.
"aarrrggghhh....sialan...." ringis lelaki itu dan segera bangkit dari posisinya.
"so sorry ya..." ziva menunduk malu.
"sorry lo bilang, gak liat apa baju gue jadi kotor ginih..." cecar lelaki itu. Yang membuat ziva mendongak dan benar saja baju seragam lelaki itu kotor terkena lumpur.
"stop!! Jangan deket deket..." ujar lelaki itu menghalangi langkah ziva yang hendak membantunya.
Ziva menunduk ketika melihat tatapan yang begitu tajam dari lelaki itu.
"shiittt, kenapa gue harus dapet masalah di hari pertama gue masuk sihhh...." batin ziva.
Dengan aroganya ia melepas almamaternya yang terkena lumpur. Dan memandang iva dari atas sampai bawah.
"cupu"
"mimpi apa gue semalem, bisa bisanya gue di tindih ama cewek modelan kayak lo." ujar nya dengan mata yang terus memindai ziva dari atas sampai bawah.
Sedangkan ziva hanya bisa menggerutu dalam hatinya. Sumpah pengen banget rasa nya ziva menjitak kepala orang ini. Sampai sebuah seruan mengagetkan mereka.
"Revan..."
Tampak seorang guru dengan wajah yang sangar datang menghampiri mereka.
Glek
"mampus" lirih Revan yang jelas terdengar.
Ziva yang tak ingin terlibat masalah langsung berlari kabur.
"woyy, lu..."
"mau kemana kamu..." ujar beta selaku guru bk.
"sya mau ke kelas bu..."
"alasan pasti kamu mau bolos kan..." ujar beta langsung menari tangan Reva menuju kantor nya.
Sedangkan di sisi lain Ziva sedang menghadap seorang guru.
"ini beneran kamu? Kok foto nya beda?" tanya Linda selaku wali kelas yangsedang memeriksa dokumen perpindahan milik Ziva.
"a anu bu..."
Belum sempat Ziva menjelaskan datang seorang pria paruh baya.
"ikut saya ke ruangan saya."
Setelah sampai di ruangan, mereka pun berbincang.
"dia itu keponakan saya, dia berpenampilan begitu ingin menutupi indentitas nya, saya harap anda mengerti untuk tidak membeberkan hal ini. "tukas pak Ridwan.
Linda pun mengangguk dan langsung mengantarkan Ziva ke kelas nya. Setelah melewati beberapa koridor yang anjang sampailah mereka di kelas IPA 1.
"Pagi semua..."
"Pagi bu...."
"Hari ini kita kedatangan murid baru..." ujar Linda yang di sambut sorak suka cita.
"Cakep pasti..."
"cewek apa cowok bu..."
"sudah sudah, jangan berisik, Ziva masuk..."
Seketika kelas menjadi sunyi...
"ha hai semua..." Ziva melambaikan tangan.
"ya elah kirain cakep tau nya sih zonk..."Seru seorang cewek yang namanya Jessy.
"bener tuh..." angguk maurin menyetujuinya.
"udah kalian diam... Ayo Ziva lanjutkan perkenalanny." Senyum Linda yang membuat Ziva tersenyum terpaksa.
"hai semua, namaku Zivara, biasa di panggil Ziva atau Ara, aku pindahan dari FAG school. Salam kenal...«
Sontak semua teman teman nya langsung menertawainya. Bagaimana tidak FAG adalah sekolah yang sangat terkenal disana.
"lo ngada ngada ya? Ya kali modelan kayak lo pindahan dari FAG school." ujar Jessy.
"udah udah sekarang Ziva kamu dudukdi belakang Reno ya." tunjuk Linda pada kursi yang berada di barisan ketiga.
Ziva pun melangkahkan kakinya ke arah bangku nya, tanpa mengalihkan pandangannya dari Reno. Yang menurut nya begitu menarik, sampai sebuat sapaan mengejutkat dari bangku sebelah nya.
"hai cupu..." ujar Randi yang menyunggingkan seringaian tipis.
Dengan pelan Ziva mengangguk dan duduk di kursinya. Namun ia kembali terlonjak ketika melihat Revan memasuki kelas.
"Dia..." seru Ziva yng dapat di dengar oleh Sisil.
"Dia Revan, ketua genk The White Eagle" ujar Sisil
"The White Eagle??" ulang Ziva seraya melirik Sisil.
"Iya mereka itu most wanted di sekolah kita ini. Dan anggota nya, inti nya Reno sama Randi, yang lain ada dari kelas lain dan ada juga yang di luar sekolah, mereka tuh genk motor gitu keren ya..." jelas Sisil dengan mata berbinar.
"gue saranin sama lo jangan buat masalah sama mereka." lanjut Sisil yang membuat Ziva menegang.
Deg
"emang kenapa?" tanya Ziva penasaran.
"mereka tuh sangat berkuasa dan kalo lo bermasalah sama salah satu di antara mereka lo bakal abis.
"mak maksud nya??" lirih Ziva yang belum paham.
"mereka orang tersadis, gak mandang lo cewek atau cowok , mereka bakal nindas lo."
Mendengar pernyataan dari Sisil saja sudah membuat Ziva kepikiran, "apa mereka sesadis itu?"
Tiba tiba saja beberapa gambaran melintasi otaknya, tentang bagaimana cara mereka menindas siswa siswi sebelumnya.
"ihhh ngeri..." Ziva bergidik.
"jantungnya pun kembali berpacu ketika Revan berjalan kearahnya dan berbisik "tunggu aja pembalasan dari gue!!"
Proses belajar mengajar pun berjalan lancar, yng mana membuat perasaan Ziva jauh lebih tenang.
"aiiishhh pegel banget" ujar Ziva sambil merenggangkan jari jari tangannya.
Tup
Mendengar itu Ziva menoleh ke arah Revan yang duduk di samping Reno atau lebih tepatnya di samping meja Randi, yang mana kini Revan sedang asyik mengunyah permen karet.
Revan yang merasa di perhatikan langsung menoleh, yang mana membuat Ziva langsung memfokuskan diri pada penjelasan di papan tulis.
Triinngggg
Bel istirahat pun berbunyi yang mana di sambut sorak sorai semua murid.
Bruukkk
"ma maaf Van, gak sengaja." kata seorang siswa yang tak sengaja menabrak Revan.
Revan menepuk nepuk almamaternya yang bersentuhan dengan siswa tadi, kemudian menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Bruugggghhh
Tanpa basa basi Revan pun memukul cowok itu hingga terpental beberapa meter.
Ziva hanya memejamkan mata ketika melihat kekerasan itu terjadi di depan matanya.
"impas." seru Revan yang beralih menatap Ziva yang terlihat masih shock.
Dengan senyuman iblisnya ia pun mendekati Ziva yang terlihat makin gugup seraya meremas ujung rok nya. Sesekali ia membetulkan kacamata di hidungnya yang sedikit kebesaran.
"kalo lo gak mau bernasib sama kayak si Gavin lo kerjain semua tugas gue." seru Revan sambil meletakan bukunya di hadapan Ziva.
"tap."
"udah kerjain aja."ujar Sisil.
"oh oke." Sahut Ziva.
"huhhh anggep aja ni permintaan maaf gue ke si urakan ini karna dah bikin kotor baju nya...." batin Ziva.
"oh iya, nama lo siapa?" tanya Revan yang tak lama ia tertawa melihat bet namanya.
"Zivara doank, pendek amat nama lo, berdoa aja umur lo gak pendek kayak nama lo tu." lanjut Revan yang saat itu juga Randi menghampiri mereka.
"kantin yukk." ajak Randi yang kemudian Revan dan Reno beranjak pergi dari sana.
Huufffhhh
Ziva pun merasa lega ketika orang orang itu pergi dari hadapan nya.
"ngapain lo liatin Revan, suka lo sama diam?!!" ketus Jessy yang menghampiri Ziva tak suka.
Dengan cepat Ziva pun menggeleng " bukan gitu kok."
"gue ingetin ya Revan itu cuma punya Jessy." seru angel dan disetujui ole maurin.
"betul tuh..."
Saat itu juga Sisil berbisik "gak usah di dengerin mereka itu orang gila!!"
"ngapain lo bisik bisik?"seru Jessy dengan wajah sinisnya.
"yang jelas gue gak ngomongin lo!!" tandas Sisil kemudian menarik tangan Ziva untuk pergi.
"ki kita mau kemana?" tanya Ziva yang di seret oleh Sisil.
"kantin, gue laper!!" jelas Sisil yang saat itu juga mereka langsung memesan makanan.
Dengan pelan pun Ziva menyuapkan soto ke dalam mulutnya sambil melirik ke arah Sisil dengan tatapan yang sulit di artikan.
"kok kamu ma mau sih temenan sama aku, padahal kamu tuh cantik lah aku cupu." lirih Ziva.
"gue mah gak pilih pilih temen! Udah abisin aja tuh makanan lo." seru Sisil tanpa menoleh.
Perlahan Ziva membenarkan kacamatanya, dan kembali melajutkan acara makannya.
"Sil, lo gak salah temenan sama tuh cupu, gue liat kalian tuh bagaikan susu sama comberan tau gak??!!" tawa Jessy yang memhampiri mereka.
"bukan urusan lo." tukas Sisil menatap nyalang pada Jessy.
"Ckckck lebih baik lo gabung ama gue, emang lo gak bosen sendiri terus gak punya temen, dari kelas satu sampe kelas dua, eh sekalinya punya temen malah zonk." lanjut Jessy yang langsung di sambar tawa dari genk nya.
Brukkk
Sisil menggebrak meja dengan keras "bacot lo..."
"sa sabar Sil" Ziva mencoba untuk menenangkan Sisil.
"Dan lo cupu, gak usah sok caper di sini." Ujar Jessy yang mendorong bahu Ziva sampai mundur selangkah.
Di sisi lain pandangan Revan dan kawan kawan pun tak luput dari pertengkaran itu.
"berisik!!" lirih Revan.
"aiisshhh gue mau tenang kayak nya gak bisa nih..." batin Ziva.
Ziva menatap nyalang ke arah Jessy.
"hohh kenapa tuh mata marah." kata Maurin.
Tiba tiba Ziva maju dan langsung mendorong Jessy hingga terjengkang ke belakang.
"aarrrgghhhh...." teriak Jessy yang merasakan sakit di bokong nya.
Ziva tersenyum miring, dan semua murid di sana terpelongo melihat apa yang di lakukan oleh Ziva. Tidak terkecuali Sisil bahkan Revan dan kawan kawan.
"denger baik baik, aku emang cupu dan gak suka cari masalah.... Tapi aku paling gak takut sama masalah, kamu gak usah sok, di atas langit masih ada langit...." Ujar Ziva seraya menarik rambut Jessy yang mebuat si empunya berteriak kesakitan.
Ziva langsung berlenggang pergi meningalkan tempat itu. Semua orang menatapnya tak percaya, karna selama ini belum ada yang berani melakukan itu pada Jessy dan genk nya.
Ini kali pertama dan itu di lakukan oleh gadis cupu seperti Ziva.
"shiittthhh" umpat Jessy.
"woyy bantuin..." teriak Jessy yang membuat kedua teman nya tersadar dan langung membantunya untuk berdiri.
"awas aja tuh anak" seru Jessy dan bergegas pergi.
"menarik!!" lirih Revan yang sedari tadi menyaksikan apa yang terjadi.
"amazing!!!!" seru Sisil yang baru tersadar dengan keadaan.
Setelah keributan tadi Ziva langsung pergi ke toilet, namun sialnya baru selesai dengan urusan nya di toilet ia kembali bertemu dengan Jessy and the genk.
Jessy yang melihat keberadaan Ziva, langsung berjalan cepat dan langsung menarik rambut Ziva.
"sa sakitttt Jess...." Teriak Ziva.
"lepasin Ziva!!" teriak Sisil yang hendak menolong Ziva.
"berani lo melangkah, gue gak bakal segan segan nyakitin dia." ancam Jessy.
Rombongan The White Eagle hanya menghela nafas ketika melihat itu semua. Sedangkan siswa lain ada yang memandang iba, ada juga yang penasaran akan aksi si cupu yang tadi berani melawan Jessy.
Randi yang merasa terusik dengan kebisingan di hadapan nya, bergegas menghampiri mereka.
"mau kemana lo??!" tanya Revan.
"palingan dia ngerasa keganggu, lo tau sendiri suara Jessy tu kek kaleng rombeng sumbang amat..." seru Reno.
"that's true...." sahut Randi.
"Randi!!!" seru Maurin dan Angle yang terkagum melihat kedatangan Randi.
"lepasin dia!!!" titah Randi dengan wajah sangar nya, yang gak mengurangi tingkat ketampanan nya.
"gak akan!!" sentak Jessy.
"lo cari tempat lain aja kalo mau bully orang, gue kganggu anjim.... Lepasin dia bangsat..." bentak Randi yang membuat Jessy sedikit menciut dan langsung mendorong Ziva.
Ziva pun memejamkan matanya, namun ketika tidak merasakan sakit ia pun membuka matanya.
Matanya membulat ketika melihat Reno menahan tubuhnya, yang sumpah demi apapun jantung nya udah kayak mau copot.
Canggung dengan situasi seperti itu Reno langsung melepaskan pegangan nya pada Ziva yang membuat ia jatuh terduduk.
Dugghhh
"aawwww..." ringis Ziva.
Melihat sepasang sepatu, ziva mendongak dan melihat Revan tersenyum mengejek melihat wajah konyol dari Ziva.
"Ren, lo kurang kuat jatohin nya." seru Revan.
"sialan" batin Ziva mendengus.
Bersamaan itu Sisil memhapirinya dan langsung membantunya berdiri.
"Lo gak papa kan??" tanya Sisil khawatir.
"urusan kita belum selesai!!!" ujar Jessy dan segera meninggalkan tempat itu.
Ziva pun berjalan ke arah Randi "makasih ya..."
"gak usah GR, gue bukan bantuin lo, gue cuma keganggu sama suara cempreng Jessy...." Jelas Randi yang tak ingin Ziva salah paham.
Ziva mengangguk paham.
"kelas yuk??" ajak Sisil.
Sedangkan di dalam kelas terlihat Jessy sedang uring uringan.
"si cupu bener bener, bisa bisa nya dia buat gue di permaluin di depan banyak murid gitu. Gue bakal buat perhitungan sama dia." cecar Jessy yang tanpa sengaja melihat tas Ziva.
"kayaknya gue harus tau harus ngelakuin apa." Jessy tersenyum miring.
Ia segera beranjak ke meja Ziva dan mengobrak abrik isi tas Ziva. Ia menemukan buku tugas Revan yang tadi Revan minta buat kerjain.
Ia merobeknya
Srek srekkk
"Jess, lo gila ya??! Gimana kalo Revan tau???" Angle menjadi panik.
"sssttttt bilang aja kalo si cupu yang negerobek tuhhh buku." jelas Jessy mengedipkan sebelah matanya.
"ehh Ta, lo kalo di tanya jawab aja si cupu yang robek buku nya Revan karna dia gak mau di suruh buat ngerjain tugasnya. Ngerti!!!" tukas Maurin pada siswi yang kebetulan berada di sana.
"iii iya."
Tak lama kemudian Sisil dan Ziva masuk ke kelas dan betapa terkejutnya Ziva saat meja nya berserakan robekan buku Revan.
"shiitttt, apaan nih, masalah besar nih..." batin Ziva.
"ya ampun buku nya Revan!!!!" ujar Sisil.
"kenapa buku gue??" ujar Revan yang baru saja sampai.
Deg
Ziva pun hanya menunduk saat tatapan tajam Revan mengarah pada buku nya yang sudah gak berbentuk.
"sumpah Van, bukan aku, aku bener bener gak tau kenapa bisa gini..." Ziva mencoba membela diri.
"dia bohong , gue liat sendiri kalo dia yang nyobekin buku lo sambil bilang dia gak banget nemgerjain tugas lo!!!" cecar Ita.
Jessy dan kawan kawan menyunggingkan senyum mendengarnya.
"sial kayak nya ini udah direncanain, gue harus pinter...." batin Ziva.
"aku tau kalian gak suka sama aku tapi gak harus kan fitnah pake nyabekin buku orang." ujar Ziva yang pura pura sedih.
"Van, please kamu percaya sama aku, itu bukan aku, aku bakal kerjain semua tugas kamu kok..." Ziva mengatupkan kedua tangan nya.
"gue gak peduli sama harga buku itu, gue mau tugas gue selesai besok!!!" titah Revan.
"oke pasti..." sahut Ziva.
Seteleh itu jam pelajaran pun berlangsung dengan sangat lancar sampai bel berbunyi.
Bruukkk
"sesuai kata lo tadi, kerjain tugas gue.!!" ujar Revan dan di balas dengan anggukan dari Ziva.
Dengan segera ia mengambil buku tersebut bahkan saking buru buru nya ia malah menabrak Reno.
Duggghh
"aarrrggghhh" Ziva membelalak ketika menyadari almamater Reno terkena bedak nya.
"lo gak papa??" tanya Reno.
"gak papa kok" sahut Ziva sembari memegangi kening nya.
"kalo gak papa kok jidat lo di pegangi gitu??" tanya Reno.
"udah lah ngapain juga ngobrol sama dia, yuk cabut!!!" seru Revan.
"yuk cabut!!" seru Sisil.
"gue duluan" Sisil langsung memasuki mobil yang dikendarai sopir nya itu.
"daahhhh"
Setelah kepergian Sisil, Ziva merogih ponselnya untuk memesan ojek sambil berdiri di pinggir jalan.
"ehh ada si cupu...." tunjuk Angle.
Jessy mempecepat laju mobil nya sehingga sebuah genangan air terciprat ke arah Ziva. Dan hal itu membiat Ziva jadi basah dan kotor.
"sorry..." teriak Jessy.
"shittt sial banget hari gue. ..." maki Ziva.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!