NovelToon NovelToon

A Choice

Perkenalan

...Happy Reading....

...***...

"Sah?",tanya penghulu yang baru saja Reizo mengucapkan ijab kabul.

"Sah!",jawab serentak para saksi pernikahan Reizo dan Caramel.

"Alhamdulillah". Penghulu mendoakan pernikahan kita dengan hikmat dan lancar.

Seketika hidupku runtuh seketika. Setelah semua yang aku lalui sia-sia hanya dengan sebuah pernikahan yang sama sekali tidak aku inginkan. Tapi, sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, aku harus merelakan ini semua karena Mama tiri ku memaksa aku keluar dari rumah yang dibangun oleh Papa dan Bundaku selama ini hanya dengan sebuah pernikahan agar aku bisa hidup layak seperti manusia yang ingin dihargai sebagai manusia biasa. Setelah Papa dan Bunda berpisah atau cerai, mereka memutuskan ingin hidup sendiri-sendiri. Lalu Papa menikahi wanita yang benar-benar licik yang pernah aku kenal selama hidupku ini. Karena, Mama merencanakan niat yang tidak baik terhadapku untuk menjaga perasaan adik tiri ku yang mencintai kekasihku bernama Alvaro. Aku dipaksa menikah oleh laki-laki yang sedang duduk di sebelahku yang baru saja selesai mengucapkan ijab kabul.

Air mataku tidak berhenti terus mengalir seperti air terjun yang tidak akan ada habisnya. Aku terus melihat kearah wanita licik itu. Wanita licik itu terus tersenyum puas melihat penderitaan ku ini. Ayah, inikah yang Ayah inginkan dariku?. Menikahkan anak gadis ayah dengan laki-laki yang tidak aku cintai dan sayangi?. Apakah Ayah akan puas dengan semua ini? batinku yang terus menerus meratapi nasibku.

Bunda yang selalu ada di samping ku selalu memberikan kekuatan lahir dan batin.

Reizo dan Caramel menanda tangani Akte Nikah. Mereka lalu berfoto bersama. Caramel selalu mencoba tersenyum di setiap sesi foto yang ada. Para wartawan selalu meliput setiap titik yang terjadi di sana.

"Jangan buat malu keluarga gue!. Atau keluarga loe yang akan hancur!",ancam Reizo dengan berbisik didekat telinga Caramel seperti seseorang yang mencium pipi Caramel.

Caramel tercengang mendengar Reizo berkata seperti itu. Seperti ia mendapat pukulan dan hantaman yang sangat kuat.

Reizo memberikan sebuah isyarat supaya Caramel tersenyum terus menerus di setiap sesi foto. Ia menatap Caramel tajam karena ia tidak mau bila Caramel membuat kesalahan yang kecil. Semua harus berjalan dengan lancar.

Reizo dan Caramel mengadakan konferensi pers kepada para awak wartawan. Reizo selalu menjawab pertanyaan dari para wartawan. Reizo sangat cekatan bila menjawab di setiap pertanyaannya. Caramel hanya memilih diam dan mengikuti alur cerita yang Reizo buat-buat. Karena Caramel takut bila membuat kesalahan yang sangat kecil.

Setelah konferensi pers dan acara pernikahan mereka selesai. Caramel dan Reizo pergi ke ruang pengantin.

Reizo dengan cepat melemparkan toxedo dan dasi yang mengikat lehernya itu. Hari ini adalah hari yang terlelah bagi Reizo. Ia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Caramel yang hanya berdiri memandang pergerakan Reizo. Ia tidak menyangka bila ia diacuhkan begitu saja. Bagaimana bila dia meminta haknya sebagai suami?. Apakah aku sudah siap? pikir Caramel keras.

Beberapa menit Reizo keluar dari kamar mandi. Ia melihat Caramel yang hanya mematung di dekat pintu. "Hei...ngapain loe berdiri di situ?",tanya Reizo bingung.

Caramel langsung menundukkan pandangannya. "Maaf Kak, aku hanya sedikit gugup",jawab Caramel pelan.

"Jangan kepedean loe. Gue gak akan meminta hak gue sebagai seorang suami. Karena, gue gak sudi tidur satu ranjang sama loe!",jawab Reizo dengan sadis. Ia segera mengambil satu bantal dan satu guling ke sofa yang terdapat di kamar hotel. Ia melemparkan dengan kesal ke arah sofa. "Loe tidur di sofa. Gue tidur di ranjang!",perintah Reizo yang langsung menarik selimut untuk tidur malam.

Air mata Caramel menetes perlahan. Ia diperlakukan seperti ini di hari pertamanya menjadi Nyonya Reizo Darma Abisatya. Ia segera mengambil baju tidur dan membersihkan badannya di kamar mandi.

***

Lili menyenggol bahu Caramel dengan pelan. Dan Caramel tersadar dengan sendirinya. "Kok loe malah ngelamun sih!",keluh Lili.

Lili adalah sahabat baik dari Caramel. Mereka bersahabat sudah cukup lama dari bayi sampai Caramel menikah. Ia sangat cerewet, pintar, pandai berbicara dan satu lagi, pandai memikat laki-laki.

"Loe itu ngagetin gue tahu gak sih, Li!",kesal Caramel.

"Makanya jangan suka ngelamun sembarangan!",pesan Lili. "Emang sedang ngelamun apa sih?. Pasti ngelamun yang jorok-jorok ya?",lanjut Lili menggoda.

"Apaan sih!",jawab Caramel. Lalu ia melihat anaknya yang sudah tidak duduk di kursinya. "Lalu Arzan mana, Li?",tanya Caramel panik.

"Begini nih kalau orang yang melamun sampai kemana-mana. Sampai anaknya saja tidak tahu!",goda Lili.

"Arzan kemana Li?",tanya Caramel yang sudah panik dulu.

"Dia baru saja pamit ke toilet tadi!. Loe nya aja yang ngelamun terus menerus!".

"Astagaaaaa Lili. Kenapa loe gak bilang!",kesal Caramel yang langsung menyusul anaknya ke kamar mandi.

Lili hanya tersenyum melihat kelakuan Caramel yang ceroboh.

Caramel melihat anaknya baru saja keluar dari kamar mandi. "Ya ampun sayang, kenapa kamu tidak bilang sama Mamel kalau mau ke kamar mandi!",keluh Caramel. Disini Arzan sebagai anak tunggal dari Caramel dan Reizo. Arzan memanggil Mamanya dengan sebutan Mamel artinya Mama Caramel.

Arzan berumur 5 tahun. Yang sekarang sudah memasuki usia TK kecil. "Tadi Arzan udah bilang sama Tante Lili, Mamel!",jelas Arzan.

"Ok sayang. Lain kali kalau mau ke kamar mandi bilang sama Mamel ya sayang. Mamel takut terjadi sesuatu sama kamu. Apa lagi ini tempat umum. Andai saja Papa Rei tahu, pasti Papa Rei akan marah sayang!",kata Caramel sambil duduk berjongkok di hadapan anak semata wayangnya.

"Baik Mamel. Maafkan Arzan ya Ma?",ucap Arzan memeluk sang Mama.

"Iya sayang!",jawab Caramel membalas pelukan anak semata wayangnya itu. Maafkan Mama ya sayang, Mama selalu protektif sama kamu. Karena Mama tidak mau buat kesalahan sedikitpun sama Papa kamu! batin Caramel. "Ya udah, kita lanjutkan makan ya!",ajak Caramel menggandeng Arzan.

Mereka bertiga melanjutkan makan siang yang sempat tertunda.

Ponsel Caramel berbunyi. Ia segera mengangkatnya. "Assalamualaikum Mas!".

"Kamu dimana?. Dimana Arzan?",tanya Reizo yang tidak ada sabarnya sedikitpun.

"Kita sedang makan siang mas di restoran langganan Arzan. Tadi Arzan minta mampir ke sini!",jelas Caramel.

Lili yang sudah membaca situasi Caramel langsung memperagakan bahwa Reizo cerewetnya minta ampun.

"Iya Mas, kita nanti langsung pulang!",jawab Caramel yang sudah ponselnya dimatikan oleh Reizo secara sepihak. Ia lalu melihat layar ponselnya yang sudah tidak terhubung oleh sang penelepon. Caramel mengangkat kedua bahunya.

"Dimatiin lagi kan!",seru Lili.

"Biasa. Dia selalu seperti itu!",jawab Caramel.

"Kalau gue jadi loe, gue udah nyerah dan angkat kaki dari rumah besar itu. Dia itu cuma menganggap loe hanya babu di sana-?".

Caramel memberikan isyarat kepada Lili supaya Lili tidak cerita macam-macam tentang keluarga Reizo di depan mata Arzan.

Lili paham dan langsung dia seketika. "Maaf, maksud gue, gue teman gue!",jelas Lili.

"Sayang, setelah ini kita pulang ya?. Papa Rei sudah telepon",cicit Caramel.

"Iya Mamel. Arzan sebentar lagi juga selesai!",kata Arzan.

Beberapa menit setelah Arzan selesai makan, Caramel mengajak Lili pulang. Mereka langsung masuk mobil dan Caramel yang mengemudikan mobilnya.

Dalam perjalanan pulang Lili tidak henti-hentinya bercerita panjang lebar tentang dongeng. Tidak lama Arzan langsung tertidur pulas.

"Kalau bukan loe sahabat gue, gue ogah ceramah panjang lebar sama anaknya Reizo ini!",keluh Lili.

"Dia anak gue Li. Loe berarti gak tulus bercerita panjang lebar?",tanya Caramel.

"Bukan begitu Mel. Loe lihat sendiri suami loe itu yang angkuh, sombong dan belagu. Dan gue belum bisa percaya kalau loe bisa-bisanya menikah sama dia. Mimpi apa gue nih, punya sahabat satu aja nikah sama orang yang gak bener!",ungkap Lili.

Lili adalah salah satu sahabat aku yang selalu aku sayangi. Dia adalah alasan aku untuk kuat dan bersemangat dalam menjalankan hidup. Dia yang selalu memberikan aku dukungan disaat aku sedih maupun bahagia.

...***...

...Jangan lupa untuk komen, like dan vote....

...Terimakasih....

Tidak Berjanji

Happy Reading.

***

Setelah sampai rumah Caramel mengangkat Arzan ke kamar tidurnya. Sebelum ia pulang tadi, ia mengantar Lili pulang karena perjalanan satu arah.

"Nyonya biar saya saja yang mengangkat Tuan kecil!",kata Ehsan yang sebagai sopir pribadi dari Reizo sang majikan.

"Tidak usah Pak. Terimakasih sebelumnya. Saya minta tolong sama bapak, tolong tutupkan pintu mobil dan pindahkan ke parkiran ya?",perintah Caramel.

"Baik Bu",jawab Ehsan sambil menundukkan kepalanya.

Caramel berjalan sambil mengangkat putranya. sesampainya dikamar, ia meletakkan Arzan dengan pelan di ranjang. Ia lalu keluar dari kamar Arzan dan segera pergi ke dapur.

"Bu!",sapa Dewi pembantu di keluarga Abisatya. Beliau adalah pembantu yang paling senior yang ada di rumah besar.

"Bi, tolong bantu saya memotong sayuran ya?. Saya ke kamar sebentar sekalian mandi ya Bi!",ucap Caramel.

"Baik Bu. Hari ini Nyonya besar ingin makanan masakan Padang Bu!".

"Iya Bi. Nanti tolong bantuannya ya Bi!",sahut Caramel yang segera ke kamar atas untuk membersihkan dulu. Beberapa menit kemudian ia segera turun ke dapur untuk memasak.

Aku tahu, disini aku seharusnya menjadi Nyonya Reizo yang menjaga kehormatan suamiku. Tapi, aku tidak seberuntung itu. Aku disini hanya sebagai figuran dalam keluarga Abisatya. Aku sebenarnya lelah menjalankan ini semua. Dari pagi sampai malam tidak ada habis-habisnya pekerjaan ku. Kadangkala aku sampai tertidur di ruang tamu karena menunggu suamiku pulang dari bekerja. Pagi harinya lagi aku harus berangkat bekerja ke kantor dan menyiapkan sarapan buat seluruh penghuni rumah. Andai aku sudah tidak punya adik kandung, aku tidak akan memberatkan pekerjaanku. Tapi, aku sebagai Kakak harus bertanggung jawab terhadap adik kandungku yang bernama Tiara. Ia masih membutuhkan biaya pendidikan. Dan aku tidak mau punya utang budi sama suamiku sendiri. Aku banting tulang membiayai pendidikan Tiara, karena Bunda hanya seorang pekerja serabutan yang penghasilannya tidak seberapa.

Caramel dan Dewi menyajikan seluruh masakan untuk makan malam. Mereka berdua sangat telaten dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

Caramel tersenyum puas melihat hasil masakan. "Terimakasih banyak ya Bi, sudah membantu saya!",ucap Caramel tulus.

"Saya yang harus berterimakasih sama Ibu. Sudah mengajarkan saya beberapa metode dan resep masakan Nusantara",puji Dewi. Ya udah Bu, saya kembali lagi ke dapur!",pamit Dewi.

"Baik Bi",jawab Caramel. Setelah Dewi berlalu dari hadapannya Nyonya besar yaitu Donna Abisatya turun dari lantai atas. "Dari mana aja kamu?",tanya Donna yang selalu penasaran terhadap Caramel.

"Mama. Maaf Ma, tadi Cara terlambat untuk pulang. Soalnya Arzan minta mampir ke restoran langganannya. Jadi, kita singgah sebentar",jelas Caramel.

Donna duduk di ruang keluarga yang diikuti oleh Caramel dari belakang. "Saya sudah bilang sama kamu, jangan ajak cucu saya keluar tanpa sepengetahuan saya. Saya tidak mau cucu satu-satunya saja celaka!",kata Donna dengan nada ganas.

"Maafkan saya Ma. Ini murni salah saya. Saya tidak akan mengulangi lagi kesalahan ini!",janji Caramel terhadap Mama mertua.

Dewi yang mengintip di dekat pintu merasa iba terhadap Caramel. Caramel adalah menantu idaman setiap Ibu mertua, tapi tidak dengan majikannya, beliau sangat membencinya.

"Ya udah, kembali bekerja!",kata Donna memerintah.

"Baik Ma",jawab Caramel. Ia lalu berjalan menuju dapur. Ia sebenarnya merasa sangat lelah tapi bagaimanapun ia harus berusaha lebih keras agar ia bisa membiayai pendidikan sang adik. Ia duduk di dekat meja yang terhubung dengan dapur.

Dewi menghampirinya. "Pasti Ibu sangat lelah ya?. Saya pijitin ya Bu?",tanya Dewi.

Caramel memijat tengkuknya dengan pelan. "Tidak usah Bi, terimakasih sebelumnya!",jawab Caramel.

"Tapi saya takut bila Ibu nanti sakit, Ibu harus bangun pagi setiap hari, bekerja dan masih memikirkan rumah sebesar ini. Saya takut Bu!",cicit Dewi.

"Terimakasih Bi atas perhatiannya. Tapi, itu tidak ada gunanya. Suami saya tidak peduli sama saya. Saya lelah atau tidak, saya butuh dia atau tidak, tidak ada yang mengerti saya Bi!",ungkap Caramel.

Dewi berkaca-kaca. Ia tahu sang majikan muda ini lelah menjalankan sebuah peran yang tidak mudah. "Saya tahu Bu. Tapi, setidaknya pijitan saya mengurangi lelah Ibu!".

"Kalau saya lelah Bi, saya langsung bisa pergi ke spa. Tapi, kalau hati saya yang lelah bagaimana Bi?",tanya Caramel.

"Saya bingung Bu jawabannya!",jawab Dewi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Caramel tersenyum melihat mimik wajah Dewi. "Saya hanya bercanda Bi!. Ya udah, saya ke kamar Arzan dulu ya Bi!",pamit Caramel yang langsung pergi ke kamar Arzan. Ia tidak lupa mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Ia melihat sang anak sudah bangun dari tidur dan juga sudah mandi.

"Mamel!",sapa Arzan yang melihat Caramel di sampingnya.

"Kita makan malam dulu ya sayang. Oma sudah menunggu di ruang tengah",ajak Caramel.

"Papa Rei belum pulang ya Mamel?",tanya Arzan polos.

Caramel duduk berjongkok supaya bisa sejajar dengan sang anak. "Sayang, Papa Rei sepertinya gak pulang awal. Papa Rei hari ini banyak kerjaan, jadi pulangnya agak telat!",jelas Caramel pelan.

"Kayaknya setiap hari Papa Rei pulangnya telat terus Mamel. Kapan Papa Rei pulang cepat?",tanya Arzan yang begitu peduli dengan sang Ayah.

"Mamel gak bisa janji sayang. Karena Papa Rei begitu sibuk mengurus perusahaan. Kapan-kapan kita pergi ke kantor Papa Rei gimana?",ide Caramel.

"Arzan takut Mamel, bila nanti Papa Rei marah sama Mamel karena sudah ngajak Arzan tanpa izin pergi ke sana!",ungkap Arzan.

Caramel terenyuh mendengar ungkapan isi hati sang anak. Arzan sungguh peka terhadap situasi saat ini.

"Mamel, kalau Papa Rei tidak memberikan izin, bagaimana kalau kita pergi ke rumah Oma Rima?",saran Arzan penuh harap.

"Jangan sayang, Mamel juga tidak bisa berjanji dengan Arzan tanpa izin Oma Donna dan Papa Rei",tolak Caramel halus.

"Mamel takut?".

"Bukannya takut sayang. Mamel soalnya sudah berjanji sama Oma Donna, bila nanti seumpamanya Arzan mau pergi ke sesuatu tempat, Mamel harus izin dulu sama Oma Donna!",jelas Caramel supaya sang anak paham.

"Tapikan Arzan anak Mamel. Dan Mamel juga berhak atas Arzan. Arzan juga kangen sama Oma Rima, Mamel!",cicit Arzan memeluk Caramel.

Caramel membalas pelukan sang anak. "Mamel sayang banget sama Arzan. Jangan benci Mamel sedikitpun ya sayang!. Mamel tidak bisa hidup tanpa Arzan di sini!",ungkap Caramel.

"Arzan juga sayang banget sama Mamel. Arzan janji, bila nanti Arzan sudah tumbuh dewasa seperti Papa, Arzan akan membahagiakan Mamel. Arzan janji Mamel!",ungkap Arzan.

Caramel berkaca-kaca di pelukan sang anak. Ia tidak menyangka bahwa anak semata wayangnya mampu membuat ia menangis. "Terimakasih ya sayang!".

***

Setelah makan malam selesai, Caramel langsung membantu anaknya belajar di kamar. Ia tidak mau bila Arzan mengikuti les tambahan karena Caramel tidak ingin menyia-nyiakan tumbuh kembang sang anak. Ia mengikuti tumbuh kembang sang anak dengan baik.

Pada saat Arzan sedang membuat tugas sekolah, Caramel duduk di samping Arzan dan tidak sengaja ia tertidur tetapi Arzan tidak mau membangunkan sang Mama. "Tidur yang nyenyak Mamel!. Arzan akan belajar sendiri ya!",cicit Arzan berbisik pelan.

Tiga jam kemudian, Caramel terbangun dari tidurnya. "Astaghfirullah!",ucapnya pelan sambil mengusap wajahnya pelan. Ia sudah tidak melihat Arzan duduk di sampingnya lagi. Tetapi, Arzan sudah tidur di ranjangnya bersama Reizo yang sedang memeluk putra sulungnya. Maafkan Mamel sayang! batin Caramel yang melihat sang anak tertidur pulas dalam dekapan sang ayah. Ia menyelimuti dengan sangat pelan, supaya Reizo dan Arzan tidak terbangun. Lalu ia keluar dari kamarnya.

Tiba-tiba Siska datang dari arah berlawanan. Siska adalah adik dari Reizo. "Dari mana saja loe!",tanya Siska yang sadisnya minta ampun.

"Maaf Sis, tadi Kakak tertidur di kamarnya Arzan. Ada apa?",tanya Caramel.

"Dimana Kak Reizo menyimpan dokumen perusahaan yang tadi di tanda tangani sama klien?",tanya Siska.

"Kakak gak tahu Sis. Nanti kalau Kak Reizo sudah bangun, Kakak akan tanya soal itu. Tapi, kalau Kak Reizo masih tertidur, Kakak gak berani untuk membangunkannya",jawab Caramel bijak.

"Bilang aja gak boleh!",seru Siska yang langsung berlalu dari hadapan Caramel.

Caramel menghembuskan nafasnya pelan. Ia heran, kenapa satu keluarga mempunyai sifat yang sama, yang selalu membuat hati seseorang sakit hati. Ia melihat Siska semakin menjauh dan hilang dari hadapan Caramel.

...***...

...Jangan lupa untuk komen, like dan vote....

...Terimakasih....

Tugas Wajib

...Happy Reading....

...***...

WARNING!!!!!!!!!

*

*

*

Bagi yang jomblo skip aja ya!.

Hahahahaaaaa.....

***

Pagi Hari.

Caramel sudah bangun pukul empat pagi. Seperti biasa ia mengerjakan tugas rumah. Seperti memasak, menyiapkan baju sang suami dan anak, menyiapkan kebutuhan yang sudah habis. Semua ia lakukan dengan rajin dan cepat. Karena ia juga harus mengejar waktu untuk pergi bekerja.

Ia tidak lupa menyiapkan air panas untuk sang suami yang masih tertidur. Tadi malam Reizo tidak tidur di kamarnya, dia memilih tidur dengan sang putra. Dan Caramel seperti biasa tidur di sofa yang terletak di kamar utama. Ia menyiapkan beberapa perlengkapan suaminya dengan rapi dan rajin. Dan tidak lupa menyiapkan baju sang anak. Ia membuka pintu kamar Arzan. Ia melihat Reizo masih tertidur dengan pulasnya sambil memeluk erat sang anak. Andai kamu bisa memeluk aku seperti kamu melakukan hal yang sama dengan anak kita, pasti aku akan bahagia dalam hidupku. Dan andaikan waktu itu, kamu tidak mabuk, aku tidak akan mempunyai anak putra dari kamu Reizo.

***

Flashback On.

Caramel baru saja keluar dari kamar mandi. Ia mengecek ponselnya, tidak ada panggilan maupun pesan yang masuk. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Tapi, Reizo belum pulang sampai sepagi ini. "Tumben banget ya, dia belum pulang. Padahal aku masih ngantuk banget. Apakah aku harus menunggu lagi di ruang tamu ini?",keluh Caramel dengan rasa kantuk yang tinggi. Ia lalu bergegas pergi ke kamar utama untuk mengistirahatkan badan dan pikiran. Ia tidur di sebuah sofa yang telah di sediakan Reizo untuk menjaga jarak pada saat tidur antara Reizo dan Caramel.

Caramel menarik selimut dan langsung tertidur pulas tanpa hitungan menit.

Pukul tiga pagi Reizo membuka pintu kamar utama. Ia berjalan terhuyung-huyung ke kanan dan ke kiri. Ia melihat seorang wanita tidur di sofa kamarnya. Ia memandangi dan mengelus pipi wanita itu. "Kamu sangat cantik sekali. Tapi kamu terlalu lugu wanitaku",guman Reizo.

Caramel hanya bergeliat. Ia tidak memperdulikan lagi tangan siapa yang menyentuh pipinya karena rasa kantuk yang sudah menyelimuti matanya.

Reizo mengangkat tubuh mungil itu ke atas ranjang. Ia meraba bibir merah ranum yang memikat setiap laki-laki mana saja yang memegang bibir itu. Ia kemudian menindih tubuh mungil itu dan siap untuk ia terkam sekali hap.

Ia menciumi bibir merah sensual baginya dengan lembut dan tangannya mulai nakal menjelajah keseluruhan tubuh Caramel.

Caramel seperti mimpi yang sangat indah. Ciuman hangat dan memabukkan itu membuat ia menikmati setiap nafas yang masuk ke dalam mulutnya.

Tangan nakal Reizo tidak henti-hentinya memasuki gunung kembar dan sintal itu. Ia tidak sengaja merobek baju Caramel karena hawa nafsu yang semakin menjalar ke seluruh tubuh yang panas.

Baju yang Caramel kenakan sudah tidak beraturan bentuknya. Dan satu tujuan mata Reizo beralih ke bawah. Celana Caramel dengan mudah ia turunkan dan ia lepas, tidak ada penolakan dari Caramel.

Reizo melihat sebuah di bagian tengah paha yang begitu sangat menggoda dan mengiurkan. Ia mencium di kenikmatan yang haqiqi baginya. Ia juga menjilati dengan sangat rakus dan ada erangan dari Caramel yang begitu menikmati kenikmatan yang haqiqi.

"Akhhhhh....". ******* dan demi ******* keluar dari mulut wanita cantik itu. Dan semakin Caramel mendesah karena kenikmatannya, maka Reizo semakin menegang dalam tubuhnya.

Pusaka Reizo tidak henti-hentinya berdiri karena ******* wanita itu. Ia kemudian menindih tubuh Caramel dan mencium bibir, mencumbu dan membuat maha karya dalam tubuh Caramel.

Leher yang jenjang yang di miliki Caramel sudah tidak terbentuk lagi dan hanya tanda kepemilikan yang terpampang nyata di sana. Reizo segera membuka baju dan celana yang masih ia kenakan itu dengan cepat.

Reizo sudah tidak kuat menahan hasrat yang ada. Ia segera memasukkan benda pusaka yang ia jaga selama ini. Dan dengan sangat sulit ia masukkan beberapa kali tapi tidak berhasil. Sempit pikiran Reizo yang ada dalam otaknya.

Mimpi yang Caramel rasakan sungguh semakin liar dan berbeda. Ia merasakan sakit yang luar biasa dalam tubuhnya. Ia mencoba membuka mata dan....

Deg....

Matanya terbuka melihat seorang laki-laki menggagahi tubuhnya. Ia membuka mulut tidak percaya. "Haaaa......!",teriak Caramel.

Dengan bersamaan pusaka Reizo masuk tepat kedalam lubang Caramel.

Jlub

Caramel merasakan sakit yang hebat. Ia memukul-mukul badan Reizo tetapi kekuatan Reizo lebih daripada kekuatannya yang telah diselimuti rasa kantuk dan sakit yang luar biasa.

Reizo menutup mulut Caramel dengan tangannya. Ia menggerakkan ke kanan dan kiri menikmati setiap hentakan yang ia rasakan dalam tubuhnya.

Darah segar mengalir dari tubuhnya. Caramel meringis kesakitan yang amat dalam. Keperawanan yang ia jaga selama ini sudah di ambil paksa oleh suami yang tidak menghargainya sebagai istrinya. Air mata Caramel jatuh ke pelupuk mata. Haruskah seperti ini?.

Reizo dengan rakus melahap habis gunung kembar yang sintal itu. Semakin ia rakus, semakin ia merasakan aliran darah yang semakin mengalir kedalam pusakanya. Dan satu hentakan lagi larva panas keluar di dalam sangkar yang membuatnya gila itu. Dan ia menjatuhkan tubuhnya di samping Caramel yang masih telanjang.

Hati Caramel hancur setelah dengan mudahnya Reizo mengambil harta yang selama ini ia jaga dengan baik-baik. Ia menangis tanpa suara di samping Reizo. Ia menatap wajah Reizo yang sudah tertidur pulas di samping.

Flashback Off

***

Reizo menggeliat ke samping melihat Caramel sedang melamun memandang kearahnya. "Loe ngapain berdiri diambang pintu!",seru Reizo membuyarkan lamunan Caramel.

Caramel tersadar langsung menjawabnya. "Gak apa-apa. Udah bangun ya?",tanya Caramel mengalihkan perhatian.

"Menurut loe!",jawab Reizo sadis. Ia segera turun dari ranjang dan kembali ke kamar utama. Ia melewati Caramel dengan rasa cueknya.

Mana ada wanita yang berani merayunya. Sifat angkuh dan arogan itu yang membuat semua wanita merasa minder dan risih! pikir Caramel dengan lamunan sesaatnya. Ia segera membangunkan Arzan untuk bersiap-siap guna berangkat ke sekolah.

Arzan dengan sendirinya terbangun karena sebuah ciuman yang hangat dari sang Mama tercinta. Ia segera mandi.

Caramel menyiapkan keperluan Arzan ke sekolah. Seperti buku, bekal dan minuman. Ia tidak lupa menyiapkan baju ganti ke dalam tas bila sewaktu-waktu ia ikut kerja dengan sang Mama.

Caramel keluar dari kamar Arzan. Ia segera mandi untuk menyeimbangkan suami dan anaknya.

Reizo sudah rapi dengan setelan jas. Ia melihat Caramel yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi karena sedari tadi ia ada di Walk in Closet. Dia gak henti-hentinya pergi hanya untuk bekerja. Memang gak cukup apa kebutuhan di rumah ini! guman Reizo.

Ponsel Caramel berbunyi pertanda sebuah pesan masuk. Reizo sangat penasaran pesan dari mana, pagi-pagi buta seperti ini. Ia menekan ponsel dan membaca sebuah pesan.

Tiara.

Kak, uang bulanan ini cepat di transfer ya Kak!. Soalnya harus segera ada buat membayar buku semesteran.

"Dasar orang miskin!. Memang disini bank apa, minta seenak jidatnya aja!",lirih Reizo sambil melihat ke arah kamar mandi.

"Ada apa Tuan?",tanya Caramel yang hanya menggunakan handuk untuk melilit tubuhnya yang indah itu. Ia penasaran apa yang di lakukan Reizo di samping sofa itu. Disini Caramel memanggil Reizo dengan sebutan Tuan karena tidak ada orang sama sekali. Dan bila sedang banyak orang, maka ia memanggil Reizo dengan sebutan Mas.

"Memang tidak boleh gue ada di sini. Ini semua kamar gue dan gue bisa melakukan apapun disini!",jawab Reizo yang sadisnya minta ampun.

Memang benar ini rumah dan kamar kamu, Tuan!. Tapi, setidaknya berikan aku ruang privasi hanya sedikit saja! batin Caramel. "Maafkan saya Tuan!",ucap Caramel tertunduk.

"Loe ingin menggoda gue dengan penampilan loe seperti itu?",tanya Reizo yang sudah menegang melihat kemolekan sang istri.

Caramel tercengang dan langsung lari memasuki Walk in Closet. Ia segera mengganti baju dan berdandan dengan riasan yang sederhana.

"Dasar wanita penggoda!",umpat Reizo yang kesal melihat Caramel memakai handuk yang membuat tubuhnya langsung tegang.

...***...

...Jangan lupa untuk komen, like dan vote....

...Terimakasih....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!