NovelToon NovelToon

Pasangan Yang Sempurna

Pertemuan

Di waktu hari yang cerah Sarea berangkat untuk bekerja di tempat kerjanya di hotel terkenal sebagai tukang bersih-bersih kamar Sarea sering kali merasakan ketakutan tersendiri saat akan membersihkan kamar tamunya.

Tapi, semua hal itu tak membuat Sarea terus menerus takut dan berpikir negatif.

Sarea terus bekerja dan sampai hari ini tetap bekerja.

Sarea yang selesai membersihkan kamar sebelumnya kini bergantian kamar di ujung lorong dan saat mengetuk pintu itu Sarea merasakan sangat gugup dan takut hampir setiap kamar tapi, tetap harus ia lakukan.

"Siapa?" Suara dari dalam sangat besar seperti seorang lelaki. Sarea yang telonjak sedikit kaget langsung menjawab menekan gugupnya.

"Jasa kebersihan!" Sarea berusaha tenang sampai seseorang yang ada di dalam membukakan pintu hanya dengan atasan kemeja putih dan bokser saja.

Sarea langsung memalingkan wajahnyanya dan masuk ke dalam dengan membawa Alat ringan untuk kamar mandi dulu.

Saat didalam kamar mandi Sarea membersihkan semua peralatan dan juga sampah yang berserakan di dalam kamar mandi itu, tempat nya sangat berantakan dengan sampah apa ada pesta di kamar mandi ini.

Sarea lama membersihkan kamar mandi karena menunggu si pemilik kamar keluar. Ketika telpon berbunyi diatas kamar ternyata adalah telpon dari Radit.

Javer adalah pemilik kamar hotel yang Sarea bersihkan kamar mandinya dan baru di kamar mandinya saja. Sarea yang sebenarnya sudah selesai membersihkan kamar mandi kini berganti dengan mengganti handuknya.

Sambil mendengar pembicaraan tamu itu didalam kamar mandi Sarea juga sedikit kaget jika tiba-tiba Javer mengeraskan suaranya.

Javer terbangun ketika ada telpon dari Radit lalu ia matikan saat itu ketukan pintu yang datangnya dari Sarea membuat Javer berdiri memakai kemejanya tanpa memakai celana panjangnya.

Saat Sarea masuk kedalam kamar mandi saat itu Javer memakai celananya dan mengambil semua barangnya dan pergi tapi, saat melewati kamar mandi Javer dengan telpon yang masih tersambung dengan Radit yang membicarakan pesta semalam.

Javer mengetuk pintu kamar mandi dan membuat Sarea sedikit kaget lagi untuk kesekian kalinya karena saking gugupnya.

Sarea langsung mendekat ke pintu.

"Aku akan pergi kau bisa bereskan kamar ini," kata Javer lalu benar-benar pergi dari sana.

Sarea membuka pintu dan langsung membersihkan kamar dengan cepat setelah selesai Sarea akan keluar tapi, tiba-tiba orang asing datang mendekat dengan jas hitamnya.

Sarea yang melihat itu menatapnya dan terdiam.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan," ucap Sarea.

"Aku Ammer aku ingin mengambil tas Tuan ku yang tertinggal aku sudah gunakan kartu akses dan pintu tak bisa di buka."

Sarea mengangguk dan menatap kartu yang di gunakan Ammer.

"Apa nomer kamar Bos anda Tuan?" Tanya Sarea dengan sopan.

"383." Jawabnya cepat.

Sarea melihat daftar kamar dan saat itu melihat wajah Ammer.

"Tidak bisa Tuan karena pintu sudah tertutup dan tak bisa di buka jika buka penyewa kamar, di sini tertulis pemilik kamar adalah Tuan Abdullah Zakky jadi tidak bisa anda kembali masuk."

Sarea mengatakan dengan masih bersikap tenang dan sopan walau tampang Ammer didepannya sangat garang dan bertato di bawah telinga kiri.

"Tuan saya menunggu di bawah, bisa tolong berikan tas itu pada saya dan izinkan saya masuk," ucap Ammer berusaha keras agar ia bisa mengambil tas Tuannya.

Sarea menatap malas wajah Ammer.

"Tenang Tuan barang anda terjamin dan akan baik-baik saja, saya tidak bisa mengizinkan anda masuk ini sesuai prosedur yang ada, tunggu saja di ruang tunggu nanti akan ada petugas kami yang mengambilkannya." Ucap Sarea dengan tegas dan tenang.

Ammer tetap tidak bisa menunggu dan meminta lagi untuk mengizinkannya mengambil tas Bosnya.

"Anda biarkan saya masuk dengan pengawasan petugas bos saya sudah menunggu di bawah," ucapnya dengan memaksa.

Sarea mulai kehilangan kesabaran dan saat yang sama lift terbuka dan perdebatan antara Sarea yang keras kepala dan Ammer yang tak mau menurut membuat seorang lelaki dengan wajah sangar dan rapi pakaiannya berjalan ke arah mereka saat suara Sarea tambah kencang.

"Ammer hentikan itu." Kata orang itu seketika Ammer berhenti.

Saat itu juga Sarea dengan nafas memburu dan wajah kesalnya semakin kesal dengan orang yang baru datang ini juga.

"Saya akan meminta maaf atas kesalahannya. Saya Abdullah Zakky saya yang menyewa kamar 383." Katanya dengan mengatakan siapa dirinya dengan wajah yang tak nyaman dan sedikit tegang.

Sarea dengan perlahan menurunkan kadar emosi diwajahnya dan menatap wajah Abdullah.

"Bisa saya lihat identitas anda." Ucap Sarea dengan tenang dan sopan.

Abdullah mengangguk dan memberikan kartu identitas nya setelah Sarea memeriksanya  Abdullah menatap mata Ammer bawahannya.

Ammer menunduk takut dan hanya diam.

"Kalian membuang waktu ku aku akan terlambat kesekolah jika kalian terus mengajakku berdebat," ucap Sarea kesal seketika itu Abdullah meminta anak buahnya Ammer menyiapkan mobil.

Sarea yang mendengar itu menatap wajah Abdullah dengan tak percaya.

"Apa yang anda lakukan Tuan." Kata Sarea dengan wajah yang masih tegang.

"Kau akan terlambat ke sekolah Sarea jadi naiklah mobil yang diantar Ammer, atau kau akan terlambat." Kata Abdullah dengan sopan. Sarea menatap malas dan akhirnya mendorong trolinya yang ada didalam keluar dari kamar Javer dan menutup pintu kamar Javer.

"Tidak aku, tidak bisa Tuan maaf," ucap Sarea menolak.

"Atau kau akan terlambat sekolah." Seketika itu Sarea mengangguk setuju dan Abdullah juga pergi meninggalkan Sarea

Sarea mengganti pakain kerjanya dengan pakaian untuk kekampus.

"Mana ada yang mau mengantarkan orang lain dengan orangnya hanya dia yang mau," ucap Sarea mendumel sambil merapikan pakaiannua.

Saat sudah selesai Sarea langsung bergegas keluar hotel dan di bawah ternyata mobil mewah limosin menunggunya.

"Apa yang terjadi." Kata Sarea yang kaget tak percaya.

Ammer menatap Sarea dengan sangar.

"Masuklah nona Sarea." Kata Ammer setelah membukakan pintu mobil untuk Sarea tapi, saat itu juga Sarea tak percaya.

"Tidak mungkin kau akan mengantarku dengan mobil ini Tuan," ucap Sarea masih mau menolak dan berdebat lagi dengan Ammer tapi, Ammer sangat malas takut di pecat oleh Tuannya.

"Masuklah Nona atau bosku akan memecatku." Ucap Ammer langsung begitu saja membuat Sarea terdiam.

"Ya.. tapi," ucap Sarea yang tiba-tiba bicara lagi dan diam sendiri langsung masuk kedalam mobil.

Saat masuk kedalam mobil mahal itu juga mobil mewah itu Sarea merasa mewah sesaat dan nyaman juga bahagia sesaat ini pertama kalinya ia merasakan naik ke dalam mobil mewah.

Saat di perjalana Sarea sangat nyaman dan sangat merasa hidup itu bahagia dengan naik mobil mewah alwalaupun sementara tapi, saat sampai di sekolah.

Pusat perhatian

Sarea yang kaget karena tiba-tiba mobil limosin ini sampai di sekolah membuat Sarea ketakutan.

"Tuan tolong berhenti di sini saja saya mohon jangan masuk ke dalam sana," ucap Sarea berteriak ke depan.

Seakan Ammer sengaja dan malah memasukkan mobil limosin itu ke dalam gerbang melewati pos jaga ke amanan dan juga menjadi pusat perhatian semua maha siswa dan maha siswi yang lihat. Sarea menatap tak percaya.

Sungguh Sarea merasa menyesal sekarang kenapa juga dirinya harus naik mobil ini, lebih baik ia terlambat dari pada harus naik mobil dan menjadi pusat perhatian.

Sarea terus meminta Ammer menghentikan mobilnya.

Tapi, Ammer tak mendengarnya dan itu sengaja. Sarea semakin panik saat mobil benar-benar masuk ke dalam kampus dan terus sampai halaman dimana tempat para mahasiswa sedang duduk-duduk santai.

Mobil limosin itu berhenti dan saat berhenti Ammer turun dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Sarea. Sarea menatap Ammer dengan tajam, berdehem menekan kegugupannya lalu turun dengan memperhatikan langkahnya.

"Terimakasih, Tuan."

Ammer mengangguk dan tersenyum dengan menjawab ucapan Sarea saat Sarea menatap semua orang yang hampir seluruhnya menatapnya. Sarea benar-benar merasa tak suka dan merasa benci dengan kecanggungan ini. Sampai mobil kembali berjalan menjauh Sarea juga berjalan searah dengan mobil karena letak ruang masuknya ada di jalan yang sama.

Empat orang yang menatap dari awal mobil Limosin masuk tadi adalah Radit Elena Lita dan Ermi. Mereka berempat mengira jika yang naik mobil itu adalah Javer karena Javer terkenal membuat sensasional di kampus itu katanya Radit temannya Javer sekaligus orang terdekatnya tak lebih dari teman sekedarnya karena Javer tak suka Radit mencampuri urusannya dan hidupnya.

"Kukira itu tadi Javer." Kata Ermi yang merupakan teman satu gengnya Elena dan Lita.

"Lihat lah Elena ada yang menandingi kepopuleranmu di kampus," ucap Radit yang memang suka menggoda apa lagi menjadikan perempuan itu teman hiburannya, terkenal dengan playboynya.

Radit memang playboy dan termasuk dalam.lelaki terkeren tapi, Radit hanya sekedar menggoda hanya untuk menghilangkan rasa bosannya.

Elena perempuan cantik dan paling populer juga sama kayanya dengan keluarga Javer dan Elena bercita-cita untuk menjadi model tapi, orang tua tak menyetujuinya dan meminta Elena meneruskan bisnis keluarga saja. Elena juga berambisi untuk menjadi wanitanya Javer satu satunya.

Saat Elena di tatap remeh Lita saat itu Elena mulai kesal.

"Apa iya.. Tidak ada yang bisa mengalahkanku, Dia itu orang kaya palsu," ucap Elena dengan kesal menatap Sarea yang berjalan semakin tak terlihat.

Radit terkekeh.

"Oh.. tidak mungkin bisa, kita lihat saja nanti El." Kata Radit sambil memainkan gagang kacamata nya di depan hidung mancungnya.

"Diam lah Radit," ucap Ermi sekarang karena merasa jika temannya Elena semakin kesal.

"Uh.. Galak sekali Kau Ermi, lihat produk kecantikan yang kau pakai tidak bisa menutupi keriput di wajahmu karena sering marah," ucap Radit lagi membuat Ermi kesal lagi pada Radit.

"Sudahlah, lelah mendengar itu dan lelah duduk ayo Guys.. kita harus ke sana menemui seseorang," ucap Elena seketika Radit menatap bingung juga heran.

"Kemana?" Kata Radit bingung.

"Bukannya kalian harusny mengerjakan pr dan tugas dosen kalian ini selalu mendapat nilai walau tak mengerjakan tugas ya," ucap Radit pada Elena Ermi dan Lita.

"Yaah.. mau bagaimana lagi yang namanya orang cantik itu hidupnya harus penuh santai dan penuh hiburan jika mereka yang tidak cantik tidak akan bisa mendapat hiburan atau duduk santai." Ermina menjawab ucapan Radit yang seperti menyindir Ermi Lita dan Elena.

"Ehmm.. Begitukah baguslah lebih baik kalian belajar saja Jangan jadi bodoh sepertiku," kata Radit tiba-tiba langsung pergi sebelum mendapat tatapan kesal Ermi dan Lita.

Lita menatap Elena yang menggunakan kaca matanya dan mulai melangkah.

"Apa kau kenal siapa perempuan itu?" ucap Elena pada kedua temannya yang berjalan beriringan dengannya seperti para dayang dan selelu menjadi pusat perhatian karena Elena adalah putri primadona kampus dan dua temannya adalah putri pengusaha.

"Aku tahu dan sepertinya pernah dengar kalo dia anak yang mengambil jurusan arsitek." Kata Lita.

Elena menatap kedepan dan saat mereka datang ke kantin mereka melihat Sarea disana dengan memesan sebotol air minum dan duduk sambil mengerjakan sesuatu diatas kertas dan pena.

"Ah.. itu dia disana," ucap Elena menunjuk dua perempuan yang duduknya jauh dari Sarea.

Elena menghampiri keduanya dan menatap dengan hangat.

"Halloo.. Aku menganggu kalian," ucap Elena dengan wajah liciknya tersenyum seperti itu membuat keduanya menatap canggung.

"Hallo Juga Elena." Jawab salah satunya.

"Bagaimana kalian sudah mengerjakannya, Aku juga mau belajar," kata Elena mengambil satu tugas yang ada di atas meja dihadapan keduanya.

Keduanya terdiam.

"Ok.. Terimakasih kalian sangat baik, Semoga hari kalian menyenangkan, Selamat pagi daah..." Katanya dengan mudah menyelesaikan tugas dosen dengan membayar orang.

Keduanya menatap tak suka pada Elena yang mengambil tugas itu dengan wajah cantik bak Dewi kayangan yang kenyataannya otaknya licik.

Elena mendekati Lita dan Ermi.

"Lihat apa kalian," ucap Elena dengan menatap kedua temannya.

"Aku mau mendekatinya jika ia anak orang kaya pasti dia mau datang keacara amal keluargaku dan mengambil lima atau sepuluh amplop kosong milikku." Kata Lita dengan semangat.

Elena menatap Lita dengan malas.

"Lima menit tak lama." Kata Elena pada Lita. Saat Lita mendekat Ermi dan Elena menunggu didepan pintu kantin.

Di tempat lainnya.

Javer baru saja tiba dengan mobil mewah sportnya yang berwarna hitam dan itu sangat keren untuk orang seperti Javer yang sangat maco.

"Haaii.. Pagi menjelang siang Bro..." Kata Radit yang melihat Javer datang kearahnya dan menyapa dengan tatapan tajamnya tapi, Radit menatapnya dengan tatapan hangatnya.

"Kau ketinggalan berita bro," ucap Radit tiba-tiba membuat Javer menatap aneh mengerutkan keningnya. Lalu Javer duduk disebelah Radit di bangku taman.

"Kau tahu pagi ini berita kerennya adalah seorang putri dari keluarga kaya datang diantar sopirnya dengan Limosin dan kau tahu derajat kepopuleran Elena hampir di kalahkan oleh perempuan itu, dan dia sangat cantik bro." Kata-kata Radi rak berefek apapun pada Javer yang cuek.

"Tidak.. tahu," jawabnya malas.

"Ok.." Seketika Radit menjawab sambil menyapa perempuan cantik lewat didepannya.

"Tidak... bukan maksudku kau harus... tahu hanya saja aku baru akan memberikanmu informasi jika perempuan itu sebentar lagi akan menjadi kekasihku kau tahu." Kata Radit lagi tapi, Javer berdiri dan melenggang pergi begitusaja.

Radit mendengus sebal tapi langsung tak kesal lagi karena di sapa maha siswa cantik lainnya yang memanggil namanya Radit.

"Hallo Radit.. jangan lupa Club nanti malam," ucap salah satu gadis itu dengan wajah yang tersenyum manis.

Status sosial

Elena yang menunggu Lita tak datang-datang padahal lebih lima menit akhirnya mendatangi Lita yang masih bicara dengan Sarea.

"Lama sekali apa dia belum mengatakannya?" kata Elena dengan tatapan tak bersahabatnya.

Sarea mulai merasa jika suasananya sangat canggung Sarea tersenyum kikuk.

"Tunggu sebentar El.. aku sedang menawarkan beberapa amplop undangan untuk datang di setiap acara amal keluargaku," ucap Lita pada Sarea yang menatap bingung.

"Oh.. Begitukah!" Kata Elena dengan menatap Sarea remeh.

"Oh.. Ya.. Sarea kenalkan mereka, Itu Ermi rambut pendek sebahu dan yang panjang keriting itu adalah Elena," ucap Lita memperkenalkan.

"Eh.. Yaa.. Hayy.. Salam kenal," ucap Sarea.

"Oh.. Ya.. Hallo," ucap Ermi dengan sangat ramah. Elena mengangguk.

"Selamat pagi," ucap Elena.

"Pagi..." Jawab Sarea dengan riang menatap mereka bergantian.

"Tingkat berapa?" Tanya Elena langsung.

"Oh.. aku pertama." Kata Sarea menjawab dan memberikan senyumannya pada mereka bertiga.

"Oh.. Kalo gitu aku Tiga." Kata Elena. Tiba-tiba Elena bertanya tanpa memperhatikan kalimatnya yang keluar membuat Ermi dan Lita terdiam kaget.

"Apa hubunganmu dengan para pengusaha kelas atas.. Tidak, bukan itu tapi apa bisnis yang keluargamu jalani," ucap Elena pada Sarea yang mengeleng menatap Lita dan Ermi bingung.

"Apa aku tidak.. mengerti?" Kata Sarea menatap dengan tersenyum canggung. Elena tersenyum miring.

"Apa Orang tuamu bekerja di bisnis makanan minuman atau barang fashion atau berlian dan Emas pertambangan... Sejenis lainnya," ucap Elena lagi. Sarea menggeleng.

"Sudah kuduga kau orang kaya... Palsu," ucap Elena dan memelankan suaranya di kata palsu.

"Oh.. begitukah, kalo begitu bagaimana tentang sosial media apapun kita bisa saling berteman." Kata Elena melipat tangannya diatas perut terkesan menantang Sarea yang tak terima jika Sarea memang orang yang sangat populer.

"Tidak.. aku tidak.." Sarea yang mau mengatakan kalo dirinya tidak punya sosial media di potong oleh seruan Lita.

"Yaa.. Benar sosial media katakan apa namanya aku juga akan berteman dan mengikutin akunmu," ucap Lita sangat semangat. Sarea mulai tersenyum lebar dan melambai pelan di tangan kirinya.

"Tidak.. aku sama sekali tak punya sosial media.. aku juga.. Oh.. maksudnya aku jarang menggunakannya walaupun punya," ucap Sarea maksudnya memperjelas ucapan di awalnya.

Lita Ermi dan Elena menatap bergantian dan Elena menatap remeh Sarea dan Ermi dengan Lita menatap sedikit sedih juga kecewa karena menyinggung.

"Sungguh.. kau tak punya.. Oh.. tidak maksudku hidup di jaman apa kau sekarang bisa tidak punya akun sosial media. Hey... Nenek ku saja punya," ucap Elena dengan menatap remeh Sarea berkali-kali.

Menurut Ermi, Elena keterlaluan tapi Ermi tak bisa melarangnya terus meremehkan Sarea. Ermi dan Lita terpaksa diam saja dan menonton.

"Kalo begitu terimalah undangan ini," ucap Lita.

"Tak masalah kamu tak punya sosial media yang penting datanglah di acara ini setiap jadwalnya." Kata Lita sambil mengulurkan undangan itu.

Sarea melihatnya dan membacanya.

"Undangan macam apa itu... Oh.. Ya aku mengerti, tapi aku lebih suka memberi makanan pada Hewan jalanan." Kata Sarea dengan jujur lalu mengeluarkan roti isi dari dalam tasnya.

Ermi Lita termasuk Elena memperhatikan apa yang Sarea lakukan dan benda apa yang Sarea makan.

Sarea yang merasa di perhatikan menatap ketiganya bergantian dan membuka roti isi itu sampai terlihat seberapa banyak isinya.

"Apa kalian mau aku bisa membaginya untuk kalian jika mau," ucap Sarea menatap ketiganya. Seketika Elena menggeleng jijik dan pergi begitu saja. Begitu Elena pergi berbalik Lita dan Ermi juga langsung pergi. Sarea mengedikkan bahunya acuh. Lagi pula mereka datang menghampirinya pasti hanya ingin tahu dan jika sudah tahu mereka akan pergi.

Saat mereka berdiri di depan pintu Kantin Lita mendesah kesal menatap lima lembar undangannya dan amplop kosong nya.

"Sudah kubilang jangan kesana.. " kata Elena kesal pada Lita yang ngeyel.

"Aku hanya mau menawarinya saja." Kata Lita mengeyel.

Ermi menatap tak percaya sedangkan Elena berdecak.

"Sudah tidak usah sedih.. aku akan mengambilnya. Lagian sudah ku katakan jangan hampiri dan berikan itu Orang kaya palsu status saja tidak jelas.. Dia pqsti penipu," ucap Elena kesal sendiri.

Mereka bertiga pergi dari sana tapi, Sarea malah kedatangan teman satu kampus juga satu kerjaan yang sama dengannya.

"Haay.. Sarea.. Pagii.."

"Iyaa pagi Wila," ucap Sarea menjawab sapaan Wila.

"Katakan padaku Sarea siapa yang mengantarmu dan limosin sopir lalu penilaian mahasiswa kampus ini," ucap Wila dengan sangat penasaran. Sarea berdecak malas.

"Hentikan Wila aku sama sekali tidak tahu.. itu terjadi begitu saja Kau tahu tamu kita di hitel Tuan Abdullah Zakky dan Asistennya Ammer mereka berdua yang melakukannya dan membuatku diantar dengan limosin itu," ucap Sarea.

Saat yang sama Wila membayangkan hal tak mungkin.

"Kau yakin mereka berdua.. aku rasa mereka bukan orang sembarangan jangan-jangan mereka berdua salah satu pengusaha terkenal di Indonesia dan tak ada yang tahu kalo mereka konglongmerat dengan bisnis terbesar di negara ini," ucap Wila denganheboh.

"Sudahlah lagi pula itu tak akan berarti apapun, hari ini saja aku merasakan hal itu," ucap Sarea seketika Wila kembali dari bayang-bayang di awan dan mengangguki ucapan Sarea.

"Yaa.. kamu benar mari masuk kelas saja," ucap Wila mengajak Sarea masuk kelas.

Di dalam ruangan kerja seorang Ceo yaitu Aditiya Prabu Aldevaro putra Pertama Prabu Bagas Aldevaro.

"Kau yakin Adit.. Adikmu ini tidak pernah kembali pulang kerumah, Ayahmu ini baru saja pulang dari California dan tak menemukan adikmu di rumah, Pekerjaanmu sudah sama sepertiku kau tahu nak," ucap Bagas Prabu Aldevaro, Sang ayah.

"Iya.. Ayah.. aku mengerti tapi, Itu tidak masalah, Aku juga pernah melihatnya pulang pagi ini sebentar." Kata Aditiya menatap sang ayah.

"Aku mau kau bisa membuat adikmu mandiri..." Kata ayah seketika menghentikan ucapannya dan berpikir keras.

"Aku akan menikahkannya dari perempuan yang pernah dekat dengannya," ucap Sang ayah pada putra pertamanya.

Aditiya terdiam dan menatap sang ayah dengan bingung.

"Sudahlah.. ayah jangan nikahkan dia sekarang, pasti Javer masih ingin merasakan masa mudanya dan banyak sekali hal yang harus di lakukan di masa mudanya.." kata Aditiya mencoba menghentikan sang ayah tapi, Ayahnya tak bisa menarik ucapannya.

"Tidak akan bisa.. Aku tetap akan menikahkannya dan kau harusnya tak melindunginya untuk tidak menikah," ucap Sang ayah pada putranya yang langsung diam Karena salah bicara. Aditiya langsung diam mengangguk juga.

"Yaa.. benar apa yang di katakan ayahmu Aditiya.. Kau seharusnya membiarkan Javer menikah dan tinggal mandiri jika tidak di ajarkan anak itu tidak akan berpikir dan akan terus seperti anak kecil," ucap ibu Asela. Asela adalah istri kedua ayah mereka dan ibu kandung mereka meninggal karena sakit keras.

Aditiya memasang wajah datar tak sukanya saat Asela datang.

"Benarkan sayang," ucap Asela pada sang suami.

"Iya.. Lagi pula umurnya juga cukup," kata ayahnya lagi.

"Jangan lupakan tentang setatus sosial menantu kita Bagas," ucap sang istri Asela menatap suaminya yang menatap lembut dan mengangguk terserah dengan apapun ucapan dan ide Asela.

Adita tambah tak suka sekali dengan orang ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!