Brukkk...
Galang yang merasakan dia telah menabrak seseorang langsung saja menepikan mobilnya dan memastikan siapa orang yang telah dia tabrak.
"Nona tidak apa apa?" galang yang khawatir langsung saja membantu wanita yang telah tersungkur di depan mobilnya.
"Saya tidak apa apa tuan" ucap Zhelina sambil menepuk nepuk dressnya yang kotor.
"Tangan anda terluka" galang melihat tangan Zhelina terluka.
"Itu dia" teriak sekumpulan pria gagah berjas rapi mendekat ke arah mereka.
Melihat sekumpulan pria yang mendekat ke arah mereka Zhelina yang panik langsung saja masuk ke mobil Galang "Mampus gue. Ayo cepat masuk".
Galang yang melihat itu hanya bisa menurut langsung saja duduk di samping pengemudi. Melihat Galang telah duduk Zhelina langsung saja menekan pegal gas mobil Galang dengan kecepatan tinggi.
"Siapa mereka?"
"Tuan tenang saja. Pegangan yang erat"
Zhelina tak menghiraukan ucapan Galang dia terus saja mengemudikan mobil Galang dengan kecepatan tinggi.
"Gila ternyata ada juga wanita yang lebih gila dari si ruba betina" batin Galang mengingat kegialaan Lea.
Setelah melihat para pria itu tidak mengikutinya lagi Zhelina langsung saja menarik napas lega lalu merendahkan kecepatan mobilnya.
"Upss akhirnya" ucap Zhelina tersenyum.
"Siapa mereka tadi? Kenapa mereka mengejar lho? Jangan jangan lho..?" oceh Galang mulai waspada.
"Lho tenang saja gue tidak seperti yang lho kira"
"Terus kenapa mereka mengejar lho?"
"Gue juga tidak tau. Mereka sedari tadi mengikuti gue. Untung saja lho datang" ucap Zhelina tersenyum manis.
Namun baru saja dia menarik napas lega namun tiba tiba dia melihat beberapa mobil mengikutinya dari belakang.
"Sial mereka datang lagi" Zhelina langsung saja kembali meninggikan kecepatan mobilnya sambil terus berpikir kenapa para pria itu bisa kembali menemukannya padahal dia sudah mengikis jarak yang sangat jauh.
Hingga dia menyadari jika di cincin yang dia kenakan ada alat pelacak yang sengaja di selipkan.
"Kenapa gue sampai lupa sih" Zhelina yang kesal karna kecerobohannya tak sengaja memukul kemudi.
Melihat tingkah wanita yang disampingnya Galang hanya bisa mengelengkan kepalanya kecil sambil terkekeh.
"Tolong lho buka cincin ini" perintah Zhelina memberikan tangannya ke Galang dan tangannya yang satu lagi masih mengendalikan kemudi mobil.
"Sudah" ucap Galang setelah mengambil cincin itu dari jari manis Zhelina.
"Ketika gue suruh buang maka lho dengan cepat buang cincin itu" perintah Zhelina sambil terus pokus menyetir.
"Enak saja main perintah ini itu. Dasar cewek gila" gumam Galang kesal sambil melirik Zhelina yang pokus menyetir.
"Sudah jangan banyak bicara jika ingin selamat" ucap Zhelina yang mendengar ocehan galang.
Mendengar ucapan Zhelina, Galang hanya menatapnya memelas.
Zhelina terus saja pokus menyetir sambil berpikir bagaimana caranya menghindar dari para pria yang sedang mengejarnya.
Hingga akhirnya dia mendapat ide yang cemerlang. Dia melihat jalanan yang mulai di padati oleh kendaraan.
Dengan keahliannya dalam mengemudi dia langsung saja menyusup ke jalur kendaraan yang begitu padat.
"Buang cincinnya" perintah Zhelina ketika melihat lampu lalu lintas yang mau berganti ke Merah.
Dengan cepat Galang melempar cincin itu ke luar mobil. Melihat itu Zhelina terus meninggikan kecepatan mobilnya sambil menyelip kendaraan yang menghalangi jalannya.
Tak jarang mereka mendapat caci maki dari pengemudi lain karna mengemudikan mobil mereka secara ungal ungalan.
Namun Zhilia tidak menghiraukan itu yang dia pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar bisa lolos dari kejaran para pria itu.
Zhilia melihat rambu lalu lintas mulai pindah ke merah. Dengan cepat dia menekan pegal gas sampai kecepatan tinggi.
"Yes.. akhirnya gue lolos juga" teriak Zhelina bahagia melihat mobil para pria yang mengejarnya terjebak di lampu merah.
"Cepat ke hotel ****" perintah Galang karna melihat Lea telah menghubunginya.
Mendengar perintah Galang, Zhelina hanya menganguk patuh lalu mengemudikan mobilnya ke hotel yang di katakan Galang.
****
Ghilea yang sedang berada di hotel penginapan mereka merasa sangat kesal karna sudah beberapa jam Galang pergi dari penginapan namun tak kunjung pulang juga.
Lea terus saja mengubungi ponsel Galang namun tak ada jawaban sama sekali. Lea yang begitu kesal terus saja mengerutu memaki Galang.
Lea dan Galang memang ada tugas di luar kota. Mereka sengaja di kirim oleh rumah sakit kakek mereka Bram Adhijaya untuk menangani peninjauan lokasi pembangunan cabang rumah sakit mereka.
Galang dan Lea sudah lulus kuliah. Mereka sekarang bekerja di rumah sakit sang kakek sebagai dokter di sana. Bram memang sengaja ingin membangun rumah sakit di luar kota supaya bisa mewariskannya secara merata kepada kedua cucunya yang lebih memilih untuk mengikuti jejaknya sebagai Dokter.
"Awasnya lho Makhluk Astral. Gue akan hukum lho" ucap Lea kesal karna sebentar lagi mereka harus kembali ke kota mereka.
Baru saja menyiapkan rencana untuk memberi pelajaran ke galang. Lea langsung melihat mobil Galang yang berhenti di parkiran Hotel dari jendela kamarnya.
Melihat itu Lea langsung saja berlari keluar bersiap untuk menghajar Galang. Namun setelah sampai di halaman hotel Lea langsung saja geram karna melihat Galang berjalan dengan seorang wanita.
bersambung....
Lea terus saja memperhatikan wanita yang bersama Galang. "Gadis mana lagi yang lho culik ini?"
"Enak aja lho fitnah gue seperti itu. Malah dia yang nyulik gue" ucap Galang kesal.
Mendengar ucapan Galang, Lea langsung saja tertawa geli. "Ha..ha... hanya wanita bodoh yang mau nyulik palyboy seperti lho".
"Bukan hanya bodoh tapi dia jauh lebih gila dari lho" bentak Galang kesal.
"Gue minta maaf" ucap zhelina merasa bersalah.
"Ya sudahlah. Gue mau beresin barang barang gue dulu" Galang mengingat jika belum membereskan barang barangnya.
Namun saat dia melangkahkan kakinya Zhelina malah ikut mengekor dari belakang. "Lho ngapain ngikutin gue?"
"Maaf gue tidak tau mau pulang kemana" ucap Zhelina memasang wajah sedihnya.
"Terus apa masalahnya buat gue?"
"Apa boleh gue ikut bersama kalian? Gue mau kok bekerja untuk kalian" Zhelina menatap Lea dan Galang penuh permohonan.
"Plisss gue mohon. Gue janji akan bekerja dengan baik" ucap Zhelina menyatukan kedua tangannya memohon ke Galang dan Lea.
Melihat permohonan Zhelina, Lea langsung saja merasa iba "Sudah, lho terima saja dia sebagai pengawal pribadi lho".
"Lho pikir gue tuan putri apa? pakai pengawal pribadi segala" ucap Galang kesal.
Lagi pula bagaimana mungkin dia seorang pria gagah memiliki pengawal pribadi seorang wanita. Bisa bisa dia harus menahan malu setiap hari karna ledekan Zion.
"Gue bisa kok jadi pengawal pribadi lho" zhelina tersenyum penuh percaya diri.
"Apa lho mau setiap hari harus menghadapi keagresipan para fans panatik lho. Gue gak mau kejadian seperti kemarin terulang lagi" ucap Lea geram mengingat dia harus mengantikan Galang untuk mengoprasi pasien karna Galang terlambat datang karna harus mengurus para fans panatiknya terlebih dahulu.
"Kalau menghadapi para wanita wanita genit itu mah soal gampang."
"Apa lho yakin. Nanti lho habis dicakar sama mereka semua karna terus nempel sama gue"
"Gue bisa. Gue janji akan bekerja dengan giat" Zhelina langsung saja semangat.
"Ya sudah lho atur saja dia" ucap Galang langsung saja meninggalkan kedua gadis itu.
"Kenalkan nama gue Ghilea lho pangil saja Lea." Lea langsung saja mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.
"Gue zhelina. Kalau pria tadi namanya siapa?" ucap Zhelina karna dia sama sekali belum berkenalan dengan Galang.
Mendengar ucapan Zhelina yang menanyakan nama Galang dia langsung saja mengerutkan keningnya binggung. Bagaiman bisa Zhelina ikut bersama seorang pria yang namanya saja dia tidak ketahui.
"Gue tadi bertemu dengannya karna gue kabur dari kejaran preman. Jadi gue tidak sempat menanyakan siapa namanya" jelas Zhelina.
Mendengar ucapan Zhelina, Lea mulai curiga. Namun dia berusaha untuk menyembunyikan kecurigaannga dari Zhelina.
"Dia Galang, sahabat sekaligus sepupu gue. Ya sudah ayo kita masuk."
Melihat keramahaan Lea, Zhelina langsung saja merasa nyaman bersamanya. Meraka berdua langsung saja masuk ke hotel mencoba membantu Galang membereskan barang barangnya.
****
"Apa masih ada barang Tuan yang belum di simpan?" ucap Zhelina hati hati karna melihat kekesalan di wajah Galang masih terukir.
"Jangan pangil gue dengan sebutan Tuan, panggil saja Galang" ucap Galang menyulurkan tangannya.
"Zhelina" Zhelina langsung saja tersenyum lalu menyambut tangan Galang.
"Apa semua sudah siap? ingat waktu kita tinggal tiga puluh menit lagi" Lea memperingati.
"Sudah, ayo kita berangkat" Galang langsung saja melangkahkan kakinya dengan penuh semangat.
Mereka bertiga langsung saja pergi ke bandara. Tak menunggu lama akhirnya mereka sampai di bandara. Mereka langsung sana memasuki bandara lalu menuju pesawat yang menuju kota mereka.
Sebelum pesawat lepas landas Zhelina terus saja menatap kota kelahirannya itu dari jendela kaca pesawat.
"Selamat tinggal Deddy, maafkan Zhelina karna telah mengecewakanmu" batin Zhelina hingga tak terasa butiran bening itu membasahi wajah mulusnya.
Dengan cepat Zhelina langsung menghapus air matanya. Dia berusaha terlihat tegar, dia tidak mau dengan kesedihannya ini akan membuat kedua sahabat barunya curiga.
Galang yang duduk di samping Zhelina hanya menatap Zhelina dengan tatapan yang tak dapat di artikan. Sama seperti Lea, dia juga merasakan ada keganjalan dari Zhelina. Namun melihat dari sikap Zhelina dia yakin jika Zhelina adalah wanita baik baik.
"Apa gue boleh tau apa alasanmu ingin pergi dari kota ini?" ucap Galang.
"Gue pergi dari kota karna suatu alasan yang belum siap gue jelaskan" Zhelina menatap Galang dengan tatapan penuh kesedihan.
"Apa pun alasan lho, gue yakin lho orang baik baik. Jangan sungkan karna kami sekarang sahabat lho" Galang tersenyum.
"Terima kasih"
Galang langsung saja mengangguk lalu kembali menatap ke arah depan. Karna lelah Zhelina memilih untuk memejamkan matanya hingga dia tertidur dengan lelapnya.
Melihat Zhelina yang tertidur Galang langsung saja meletakkan kepala Zhelina ke bahunya.
****
Karna hari ini Lea dan Galang kembali ke kota kelahirannya Zion langsung saja menjemput sang pujaan hatinya ke bandara.
Dia menunggu Lea di loby bandara sambil melirik jam yang melingkar di tanggannya.
"Sayang.... Aku rindu" tiba tiba saja Lea naik ke atas punggung Zion dengan senangnya.
"Ayah" bukannya menjawab rindu dari Lea, Zion malah mati kutu karna kepergok oleh sang ayah dan juga calon mertuanya.
"Ayah.. Papa" ucap Lea malu lalu mencoba turun dari punggung Zion.
"Jadi rindunya cuman sama Zion" Rayhan langsung saja memasang wajah ngambeknya.
"Papa Lea rindu" Lea langsung saja memeluk sang Papa.
"Papa juga rindu sayang" Rayhan langsung saja membalas pelukan putrinya lalu menciumi puncak kepala Lea.
"Sama Kakek gak rindu ya?" sambung Bram.
"Lea rindu Kek" Lea langsung saja memeluk Bram.
"Kakek juga rindu sayang"
Melihat keharmonisan keluarga Lea, Zhelina hanya mampu menatap haru drama keluarga itu. Hingga akhirnya Zidan menyadari kehadiran Zhelina di sana.
"Siapa wanita yang bersamamu, Lang?"
"Oh ia, kenalkan dia Zhelina paman" Galang langsung saja meperkenalkan Zhelina.
Mendengar itu semuanya langsung saja menatap Galang dan Zhelina secara berhantian.
" Apa dia calon cucu menantuku?" ucap Bram tersenyum.
"Bukan." ucap Galang dan Zhelina serentak.
"Dia adalah pengawal pribadi Galang, Kek" jelas Lea.
Mendengar penjelasan Lea semua orang langsung saja saling lempar tatapan.
"Bukan begitu, kalian tau sendirikan jika di luar saja banyak fans panatik Galang yang terus mengejar Galang hingga Galang terus terlambat ke rumah sakit. Jadi Galang sengaja membayar Zhelina supaya bisa melawan para wanita itu. Sekalian membantu mrmberi tempat tinggal sekaligus pekerjaan untuknya." jelas Galang sebelum Paman dan Kakeknya beranggapan yang tidak tidak.
"Tidak apa apa kan Kek? Lea yang menyuruh Zhelina untuk jadi pengawal Galang karna Lea gak mau kejadian yang haritu terulang lagi. Dimana nyawa pasien kita jadi taruhan karna ke agresipan para wanita wanita genit itu" jelas Lea penuh permohonan.
"Ya sudah tidak apa apa. Anggap saja kami ini adalah keluargamu" ucap Bram tersenyum.
"Terima kasih, Kek" Zhelina langsung saja tersenyum mendengar ucapan Bram.
"Ya sudah ayo kita pulan, Sky sudah menunggu kalian" Rayhan langsung saja merangkul Lea lalu melangkahkan kakinya.
Mereka langsung saja menuju mobil mereka masing masing. Karna di mension semua orang telah menanti kepulangan Lea dan Galang.
bersambung....
Di kediaman Rayhan semua orang sibuk menyambut kepulangan Lea dan Galang. Mereka memasak berbagai jenis masakan. Bahkan Sarah sendiri turun tangan untuk memasak makanan kesukaan calon menantunya.
Assalamwallaikum.
Suara Lea langsung saja mengema di ruangan itu hingga semua orang langsung saja keluar untuk menyambutnya.
Wallaikum sallam.
"Bibi..." bocah lelaki gembul yang berusia tiga tahun langsung saja berlari ke arah Lea.
"Sky sayang" Lea langsung saja berlari lalu membawa tubuh munggil gembul itu kedalam pelukannya.
Jhuandra sky Adhijaya putra Brayen dan juga Ayu yang kini berumur tiga tahun.
"Bi ki lindu" Sky langsung saja memeluk erat tubuh Lea.
"Bibi juga rindu sayang. Lihat bibi bawa banyak oleh oleh untuk sky" Lea tersenyum senang sambil menciumi wajah chuby Sky sampai ke lehernya hingga Sky langsung terkekeh karna geli.
"he..he.. eli bi..eli.." namun tak menghentikan aksi Lea. Lea terus saja menciumi wajah chuby Sky.
"Sudah sayang kasihan Sky" Anissa langsung saja menghampiri putrinya.
"He..he ia Ma" Lea langsung saja menurunkan Sky dari gendongannya lalu menyalim sang Mama dan memeluknya dengan erat.
"Bunda juga ada di sini?" ucap Lea ketika melihat Sarah datang bersama Ayu juga Nenek Rita.
"Ia sayang. Bunda kan mau menyambut kepulangan calon mantu Bunda"
"Makasi ya, Bun" Lea langsung saja memeluk Sarah, Ayu dan juga Rita secara bergantian.
Melihat keharmonisan keluarga itu Zhelina hanya menatapnya penuh haru. Beda dengan keluarganya, keluarga Adhijaya adalah keluarga yang sangat harmonis.
"Sayang kamu sudah sampai. Mama sanggat rindu?" Tina yang baru darang langsung saja memeluk Alex bagaikan anak kecil yang baru pulang dari rekreasi.
"Galang juga rindu Ma" Galang langsung saja memeluk Tina dengan eratnya.
"Jadi rindunya cuma sama Mama ya?" Alex langsung saja cemburu karna merasa du abaikan oleh Putranya sendiri.
"Sama ayah juga dong" Galang langsung saja memeluk Alex.
Karna terlalu sibuk melepas rindu mereka sampai lupa dengan kehadiran Zhelina di sana. Zhelina hanya mampu diam menatap keharmonisan keluarga itu.
"Paman, Itu Ciapa? pacal paman ya?" ucap Sky sambil menunjuk ke arah Zhelina.
Mendengar ucapan Sky semua langsung saja menatap ke arah Zhelina "Kamu bawa calon menantu untuk Mama ya sayang?"
" Bukan Ma, kenalkan dia Zhelina teman Galang. Galang dan Lea sengaja membawanya kemari karna di sana dia tidak mempunyai pekerjaan" jelas Galang.
"Teman lama lama jadi sayang" Ledek Zion.
"Enak aja. Emangnya Gue seperti kalian" Galang tak terima.
"Biarin yang penting sayang" ejek Lea sambil menjulurkan lidahnya.
Sky yang hanya menatap ketiga sahabat itu sedang bertengkar tiba tiba berlari ke luar ketika mendengar suara mobil yang tidak asing baginya.
"Papa" Sky berlari mengejar sang Papa.
Melihat putranya mengejarnya Brayen langsung saja berlari kecil lalu membawa tubuh gembul itu kedalam gendongannya. "Awas jatuh boy"
"Papa, Bibi pulang" Sky langsung saja menunjuk ke arah Lea.
"Kakak" Lea langsung saja berlari lalu memeluk tubuh sang Kakak.
"Hai adik kecilku. Bagaimana apa kamu senang di sana?"
"Tidak. Lea sama sekali tidak suka di sana. Apa lagi jika hanya bersama playboy cap gayung Galang"
" Enak aja lho. Gue juga gak mau lagi pergi ke sana sama ruba betina seperti lho."
Melihat cara semua orang memperlakukan Lea. Zhelina bisa tau jika Lea adalah gadis yang sangat manja. Lea memang beruntung berada di tegah tegah keluarga yang sangat menyayangi dan juga memanjakannya.
"Sudahlah ayo kita makan. Nanti makanannya keburu dingin" Anissa langsung saja menengahi pertengkaranan keduanya.
Mendengar kata makan Lea langsung saja semangat lalu berlari kecil ke ruangan makanan "Makan. Ayo Lea sudah lapar sekali"
Melihat sikap putrinya yang tidak pernah berubah Rayhan hanya mampu mengelengkan kepalanya pelan. "Lihat putrimu itu. Sudah mau menikah tapi kelakuannya masih sama saja"
"Dia juga putrimu,Pa" Anissa tersenyum.
Mereka langsung saja menyusul Lea untuk melakukan makan bersama. Sedangkan Zhelina hanya mampu menatap keharmonisan keluarga itu dengan mata berkaca kaca.
"Lea memang seperti itu. Dia adalah cucu perempuan satu satunya di keluarga kami. Jadi semua orang sangat memanjakannya. Tapi di balik sifat manjanya itu ada keberingasan yang sangat mengerikan." jelas Galang ketika melihat Zhelina hanya termenung sendiri menatap tingkah Lea.
"Lea memang sangat beruntung berada di tengah tengah keluarga yang sangat menyayanginya. Bahkan di luar sana banyak gadis yang sama sekali tidak di perdulikan oleh keluarganya" Zhelina bersedih.
"Apa salah satunya kamu?"
Mendengar pertanyaan Galang Zhelina hanya mampu mengangguk kecil.Dari tatapan Zhelina, Galang bisa melihat di balik keceriaan dan tawa Zhelina ada tersimpan penderitaan yang sangat dalam.
"Kenapa kalian masih di sini?"
"Oh, ia kak. Zhelina ayo masuk?"
"Siapa dia?" Brayen menunjuk ke arah Zhelina karna baru kali ini Galang membawa wanita ke tegah tegah keluarganya.
"Dia Zhelina kak. Galang dan Lea sengaja membawa di kemari karna dia tidak mempunyai tempat tinggal."
"Zhelina kenalkan dia kak Brayen Kakak tertua di keluarga kami"
"Hai kak. Saya Zhelina"
"Brayen. Ya sudah ayo masuk"
Mereka langsung saja berjalan ke ruang tamu. Sesampainya di sana Zhelina langsung melihat keharmonisan keluarga yang membuatnya sangat iri.
Dimana para istri melayani suaminya dengan sangat baik dan para Anak di manjakan dan juga sangat di perhatikan.
Sangat berbeda dengan keluarganya dimana setiap hari hanya ada pertengkaran dan juga keserakahan yang dia lihat setiap hari.
"Zhelina ayo duduk sayang" Anissa dengan ramahnya mendatangi Zhelina yang diam berdiri menatap mereka.
"Terimakasi, nyonya"
" Jangan pangil nyonya. Pangil saja Tante Anissa"
"Baik Tante"
Zhelina langsung saja duduk di samping Galang. Melihat keramahaan keluarga besar itu Zhelina langsung saja merasa nyaman berada di tengah tengah mereka.
Ada rasa syukur di dalam hatinya karna telah di pertemukan dengan keluarga baru sebaik dan seramah keluarga Adhijaya.
"Tante cantik sekali. tante mau ndak jadi pacal ki?"
Mendengar ucapan Sky semua orang langsung saja tertawa sambil mengeleng kecil. Sifat Galang yang pantang melihat wanita cantik turun dengan mulusnya ke jiwa Sky.
"Memangnya Sky mau punya pacar seperti Tante?"
"Mau lah. Tante cantik"
"Sayang sudah lanjutkan makannya. Siap itu kita Sholat bersama" Ayu langsung saja menyuapi Sky dengan telatennya.
"Tante nti cholat ma ki ya?"
Mendengar kata sholat Zhelina langsung saja salah tingkah. Jangankan untuk sholat agamanya saja dia tidak tau apa.
Melihat sikap Zhelina, Anissa langsung saja merasa aneh. "Kamu kenapa sayang? Apa kamu tidak beragama muslim?"
"Saya tidak pernah di ajarkan soal agama oleh keluarga saya tante" Zhelina menunduk sedih.
Mendengar ungkapan Zhelina semua orang langsung saja terkejut. Anissa langsung saja tersenyum lalu menjelaskan kepada Zhelina tentang agama dengan sangat lembutnya hingga membuat Zhelina langsung saja mengerti.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!