NovelToon NovelToon

MAHABBAH CINTA SANG MANTAN

Mahabbah Cinta Sang Mantan ~ 1

Seorang gadis cantik turun dari pesawat dengan anggun. Semua mata yang melihatnya terpana oleh kecantikan yang dimilikinya. Kacamata hitam bertengger dihidungnya yang mancung menambah kecantikannya. Senyum manis menghiasi bibirnya yang ranum tatkala melihat wanita paruh baya yang melambaikan tangan padanya.

“Nenek, apa kabar ?” Tanya Aruna seraya memeluk nenek Sarah dengan segenap rasa rindu yang tertahan selama kurang lebih enam tahun.

“Alhamdulillah baik sayang. Kamu sangat berbeda sayang.“ Nenek Sarah balas memeluk Aruna kemudian menatap cucu kesayangannya dari atas sampai bawah.

“Harus dong nek, masa dekil terus.“ Aruna terkekeh mengingat masa remajanya yang selalu terlihat dekil akibat perbuatan sang nenek.

“Maafkan nenek dimasa lalu sayang. “ Nenek Sarah merasa bersalah atas perbuatannya dimasa lalu hanya karena ketakutan yang berlebihan.

“Pulang yuk, nek. Runa kangen rumah.“ Rengek Aruna mengalihkan pembicaraan. Ia tak pernah marah ataupun kesal harus melewati masa remajanya dan dibully setiap hari. Baginya semua sudah berlalu dan tak perlu diingat lagi. Ia kini telah kembali dengan wajah aslinya tanpa harus dibuat dekil oleh sang nenek.

Aruna tahu jika nenek Sarah sangat menyayanginya dan rasa sayang itulah sehingga orang tua dari papanya itu melakukan hal demikian. Aruna tak pernah bertanya alasan sang nenek mendandani wajah cantiknya hingga menjadi jelek dan tak enak dipandang. Ia hanya meyakini bahwa sang nenek sangat menyayanginya, itu sudah cukup baginya.

Sejak orang tuanya meninggal, hanya nenek Sarah yang ia punya. Mereka hidup dengan kesederhanaan walaupun sebenarnya sang nenek tergolong orang mampu. Aruna hanya mengenali wajah kedua orang tuanya lewat foto karena pada saat itu dirinya masih terlalu kecil. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan tunangannya memutuskan pertunangan mereka sesaat setelah melihat wajah dekil Aruna maka nenek Sarah segera mengirimnya ke luar negeri untuk belajar dan menghilangkan kesan dekilnya. Baik Aruna maupun nenek Sarah tak sakit hati.

Aruna dan Arion bertunangan saat mereka masih kecil. Aruna saat itu masih berumur 1 tahun sedangkan Arion 6 tahun. Dan Atas kesepakatan kedua orang tua mereka pertunangan itupun terjadi. Merekapun tak pernah bertemu atau dipertemukan oleh kedua orang tua mereka. Dan Arion kemudian memutuskan pertunangan mereka bertepatan dengan kelulusan Aruna. Entah apa sebabnya, hingga saat ini tak seorangpun yang mengetahui alasan Arion. Padahal sebelumnya Arion menerima keadaan Aruna yang terlihat sangat dekil dan tak terawat.

Perlahan mobil memasuki rumah dengan model minimalis. Aruna dan nenek Sarah kemudian keluar dari mobil sementara pak Danang mengeluarkan koper Aruna dari bagasi. Aruna menggandeng sang nenek dengan gembira memasuki rumah yang telah lama ia tinggalkan.

Bahagia bisa kembali ke rumah yang penuh kenangan. Aruna berlari kecil memasuki kamarnya. Sungguh ia sangat merindukan kamarnya. Senyuman Aruna semakin lebar ketika melihat kamarnya masih sama seperti ketika pertama kali ia tinggalkan. Nenek Sarah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan cucu kesayangannya.

“Siapkan makan malam, bi ,,,” titah nenek Sarah pada bi Ina salah satu ART yang menangani masalah dapur.

“Baik nyomya besar. “ Balas bi Ina kemudian bergegas ke dapur.

Nenek Sarah masuk ke dalam kamar Aruna setelah memberikan perintah pada sang bibi. Rasa bahagia tergambar jelas pada wajahnya yang masih menyisakan kecantikan dimasa mudanya.

“Terima kasih nek, sudah merawat kamarku dengan sangat baik.“ ucap Aruna melihat nenek Sarah tersenyum menatapnya.

“Sudah seharusnya, sayang ,,,” balas nenek Sarah membelai lembut rambut Aruna yang sedang berbaring di atas kasur empuk miliknya.

Aruna kemudian meraih tangan nenek Sarah kemudian menciumnya. Suatu keberuntungan baginya memiliki nenek yang sangat menyayanginya. Hanya nenek Sarah yang ia miliki di dunia ini.

“Sayang, setelah penatnya hilang, segera bersihkan diri, kita makan malam.“ Ucap nenek Sarah lembut sebelum meninggalkan Aruna.

“Siap nek.“ Balas Aruna menatap lembut nenek Sarah.

Aruna sangat menyayangi nenek Sarah. Ia tak pernah membantah setiap ucapan dan keinginan sang nenek. Karena baginya semua yang dikatakan atau yang dilakukan oleh nenek Sarah adalah untuk kebaikannya. Pada siapa lagi ia akan berbakti selain pada nenek tersayangnya.

Malam semakin larut kala Aruna terjaga. Perlahan ia bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak ingin membuat sang nenek menunggunya terlalu lama, Aruna segera berpakaian dan keluar kamar. Tampak nenek Sarah sedang duduk di ruang keluarga menunggunya keluar kamar.

“Maaf nek, Runa kebablasan tidurnya.“ ucap Aruna duduk di samping nenek Sarah.

“Gak apa-apa. Makan malam yuk.“ Balas nenek Sarah lembut.

Kelembutan yang dimiliki nenek Sarah membuat Aruna selalu merindukan wanita tua tersebut. Bertahun-tahun ia menahan rindu pada sang nenek selama menempuh pendidikan. Walaupun mereka selalu video call namun rasa rindu itu tetap menguasai dirinya. Hari ini ia telah kembali ke tanah air dan tak akan meninggalkan neneknya. Apapun yang terjadi ia akan bertahan demi sang nenek.

“Wah, makanannya banyak banget, nek.” Seru Aruna dengan mata berbinar. Bagaimana tidak, semua yang tertata rapi di meja makan adalah makanan kesukaannya.

“Makan yang banyak agar tenagamu pulih. Besok kamu mulai bekerja.“ ucap nenek Sarah tersenyum.

“Biarkan aku istirahat beberapa hari, nek ,,, boleh, ya ,,,” Aruna setengah merengek, ia masih ingin berleha-leha sebelum mulai bekerja.

“Gak bisa sayang. Cucu teman nenek sudah beberapa hari ini gak punya sekretaris. Lagipula sabtu minggu kan bisa kamu manfaatkan untuk bersantai “ Bujuk nenek Sarah pelan.

“Ya, baiklah nenekku sayang. Apapun katamu akan hamba lakukan. “ Ucap Aruna tertawa diujung kalimatnya.

Kedua wanita beda generasi itu kemudian makan dengan tenang. Setelah kurang lebih enam tahun akhirnya mereka bisa menikmati makan bersama. Tak ada yang bersuara hingga mereka menuntaskan makannya. Setelah selesai keduanya beralih ke ruang keluarga.

Nenek Sarah duduk di sofa panjang sementara Aruna berbaring di paha sang nenek. Melihat cucunya bermanja-manja membuat nenek Sarah tersenyum. Mata nenek Sarah berkaca-kaca mengingat putri tunggalnya.

‘Semoga disana kamu bahagia nak. Lihatlah putrimu tumbuh dengan sangat baik. ‘ Batin nenek Sarah

“Apa yang nenek pikirkan ?” Pertanyaan Aruna memutuskan lamunan nenek Sarah.

“Nenek hanya mengingat mama dan papamu, sayang. Seandainya mereka masih berada ditengah-tengah kita pastilah kebahagiaan semakin lengkap. “ jawab nenek Sarah jujur.

“Semua sudah kehendak Sang Pemilik Kehidupan, nek. Runa bahagia kok walaupun hanya bersama nenek.“ Ucap Aruna menatap sang nenek dengan lembut.

“Oh ya, kamu sudah punya pacar ?” nenek Sarah mulai menginterogasi cucunya.

“Pasti dong, nek. Orang cantik gini pastilah banyak yang antri.“ jawab Aruna narsis.

“Kenapa tidak pernah cerita ? Atau kenalkan sama nenek secepatnya biar nenek bisa menyeleksi calon cucu menantu nenek secepatnya.“ Nenek Sarah mulai memancing cucu satu-satunya yang ia miliki.

“Nantilah nek, aku juga belum terlalu yakin.“ Ucapan Aruna membuat ujung bibir nenek Sarah tertarik dengan tipis.

“Baiklah, nenek hanya menunggu kabar baiknya saja. Sekarang istirahat gih, malam semakin larut jangan sampai besok terlambat kerja.“ Ucap nenek Sarah.

Walaupun masih penasaran dengan tempatnya bekerja namun melihat nenek Sarah sudah sangat mengantuk membuat Aruna menekan rasa penasarannya. Besok aja bertanyanya, pikir Aruna kemudian masuk ke dalam kamarnya. Perlahan Aruna membaringkan tubuhnya dan mulai menutup matanya.

🌺🌺🌺🌺

HAI SEMUA ,,,, OTHOR KEMBALI EKSIS NIH.

JANGAN LUPA DUKUNGANNYA, YAK

LOVE YOU ALL 🤗🤗

Mahabbah Cinta Sang Mantan ~ 2

Kicauan burung menyambut datangnya mentari pagi mengganggu ruang dengar seorang gadis cantik yang masih terlena dengan mimpi indahnya. Perlahan kelopak matanya yang berhiaskan bulu mata lentik bergerak hingga akhirnya terbuka sempurna meskipun retinanya masih berusaha menyesuaikan cahaya. Mata bening dengan iris coklat terang yang menjadi ciri khas seorang Aruna Melisha. Melirik sang penunjuk waktu yang terus berputar membuatnya sedikit tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi.

“Huffftt, semoga aja gak terlambat.“ Gumamnya sambil menyalakan shower.

Tak ingin mendapat penilaian miring pada hari pertamanya bekerja membuat Aruna mandi bebek. Kemudian secepat yang ia bisa berpakaian rapi dan memoles sedikit make up agar terlihat lebih fresh.

“Yang penting wangi.“ Gumamnya lagi sambil tersenyum menatap bayangannya di cermin besar.

“Cantik.” Lanjutnya terkikik geli mendengar pujian untuk dirinya sendiri.

Aruna segera keluar dan menemui sang nenek yang telah menunggunya. Nenek Sarah tersenyum melihat cucunya tampak cantik. Memakai celana kulot untuk menyembunyikan kaki jenjangnya tak lupa kemeja biru muda yang dilapisi blazer pun menyembunyikan kulitnya yang seputih mutiara. Aruna terbiasa memakai pakaian yang sengaja menutup betis agar kulit mulusnya walaupun selama kurang lebih enam tahun hidup di salah satu negara eropa.

“Apa nama perusahaannya nek ? Dan siapa yang harus aku temui ?" Tanya Aruna sambil menguap sarapannya.

“PT. Glo_Tech, sebut namamu dan minta resepsionis mengantarmu ke bagian HRD.” Jawab nenek Sarah tak berniat menjelaskan lebih lanjut dan Aruna pun tak meminta penjelasan. Baginya sudah cukup nama perusahaan tempatnya bekerja.

“Ok nek, bye. Doakan semuanya lancar. “ Aruna menyelesaikan sarapannya lalu mencium punggung tangan nenek Sarah kemudian mengecup pipi yang sudah mulai keriput termakan usia.

Nenek Sarah hanya tersenyum melihat tingkah cucunya. Ia mengikuti Aruna hingga menghilang dengan mobilnya.

‘Semoga harimu menyenangkan, sayang.' batin nenek Sarah menatap kepergian Aruna.

Beberapa menit kemudian Aruna telah tiba di depan perusahaan besar dan tampak mewah. Dengan bantuan mas tentunya. Ingatkan Aruna untuk berterima kasih pada om Google karena beliaulah sehingga ia tiba di depan perusahaan PT Glo_Tech tanpa tèrsesat. Sesaat Aruna mengagumi kemewahan perusahaan tersebut sebelum akhirnya kembali melajukan mobil perlahan memasuki pelataran parkiran. Setelah memarkir mobilnya, Aruna keluar dan berjalan sedikit cepat ke arah pintu masuk lobby perusahaan. Menganggukkan sedikit kepala pada security dan tersenyum, lalu Aruna melanjutkan langkahnya menuju meja resepsionis perusahaan.

Bukan hanya kantornya yang tampak mewah tapi gadis di meja resepsionis pun tampak good looking.

“Selamat pqgi mbak, saya Aruna boleh tanya ruangan HRD dimana ?” Tanya Aruna sambil tersenyum ramah.

“Oh mbak Aruna, ya ,,, mari saya antar.” Balas gadis cantik itu tersenyum manis.

Ternyata perusahaan PT. Glo_Tech sangat memperhatikan kenyamanan para tamu perusahaan. Gadis yang kira-kira seumuran dengan Aruna sangat sopan dan ramah. Aruna mengikuti gadis yang bernama Revi sesuai dengan nama yang tergantung dida**nya.

“Silahkan masuk mbak ,,,” ucap Revi setelah mengetuk pintu dan terdengar suara seorang wanita mempersilahkan masuk.

“Thanks mbak Revi. “ balas Aruna tulus dan dibalas dengan senyuman oleh Revi.

“Selamat pagi bu. “ sapa Aruna saat pintu terbuka lebar.

“Selamat pagi,,, dengan mbak Aruna, kan ?” Balas bu Dewi saat melihat Aruna. Kemarin ia sudah menerima instruksi dari pendiri perusahaan ini beserta foto gadis itu.

“Benar bu ,,,” Ucap Aruna sopan.

"Kenalkan saya Dewi." Bu Dewi menyebut namanya seraya menyodorkan tangannya dan disambut dengan hangat oleh Aruna.

"Silahkan duduk, mbak. Ada beberapa berkas yang harus mbak Aruna tanda tangani sebelum mulai bekerja. " Bu Dewi menyodorkan map yang telah ia siapkan sembari mengajak Aruna berbincang-bincang.

Tak ingin membuang waktu, Aruna pun menandatangani berkas tersebut tanpa membacanya. Aruna memaklumi mungkin aturan perusahaan besar seperti PT. Glo_Tech memang seperti itu. Aruna kemudian menyerahkan berkas tersebut pada bu Dewi.

“Ayo saya antar ke tempat dimana mbak Aruna akan bekerja.“ Bu Dewi bergegas keluar ruangannya diikuti oleh Aruna.

Mereka menuju lift khusus karyawan hingga dilantai 4 kemudian melanjutkan dengan eskalator karena lift khusus karyawan hanya bisa sampai lantai 4 sedangkan tempat Aruna akan bekerja berada dilantai 5.

“Kita lanjut dengan menggunakan eskalator, mbak. Soalnya lift khusus karyawan hanya bisa sampai lantai 4, sedangkan mbak akan bekerja satu lantai dengan pak Direktur yang berada dilantai 5. Mbak Aruna akan bekerja sebagai sekretaris karena sekretaris yang lama mengundurkan diri tiga hari yang lalu. Oh ya, sedikit informasi tentang pak Direktur kita yang terkenal datar, dingin dan diktator, bukan untuk menakuti lho, mbak, tapi hanya mengingatkan saja agar mbak Aruna menyiapkan mental aja.“ Ucap bu Dewi menjelaskan panjang lebar seraya terkikik geli melihat ekspresi Aruna.

“Saya akan berusaha bu, semoga mental saya cukup kuat.“ Balas Aruna bersamaan eskalator tiba di lantai yang mereka tuju.

“Nah, disini meja mbak Aruna. Ruangan bos di depan meja mbak Aruna. Bos biasanya datang jam 09.00.” Bu Dewi kemudian menjelaskan garis besar pekerjaan Aruna sebagai sekretaris.

“Dan satu lagi, sekretaris yang dulu menyiapkan air putih, kopi dan cemilan. Semua ada di pantry sebelah kiri ruangan pak Direktur. Itu kebiasaan beliau.“ Lanjut bu Dewi mengingatkan.

“Siap bu.” Balas Aruna

Setelah di rasa cukup bu Dewi kemudian kembali ke ruangannya yang berada di lantai 3. Sementara Aruna mulai membuka-buka map yang berjejer diatas mejanya. Terdengar langkah kaki yang mendekati mejanya membuat Aruna menegakkan kepalanya. Matanya membulat sempurna saat melihat sosok pria tampan di depannya. Tubuh Aruna sedikit limbung bayangan masa lalu yang sangat menyakitkan hati kembali berputar di pelupuk matanya.

“Kamu sekretaris baru yang direkomemdasikan oleh kakekku ?” datar, dingin dan tak bersahabat kesan pertama yang diberikan Aruna setelah enam tahun berlalu.

‘Sepertinya pria sombong ini tak mengenaliku. Baguslah semoga saja dia tak akan pernah mengingatku.' batin Aruna senang.

“Iya pak.” Balas Aruna pendek dan jelas. Ia pun pura-pura tak mengenal Arion. Ia tak ingin pria ini berpikiran yang aneh-aneh.

“Kamu punya nama, kan ?” Tanyanya sinis.

“Melisha.” Jawab Aruna pendek tanpa mengulurkan tangan sebagaimana umumnya jika seseorang berkenalan untuk pertama kalinya. Saking ta ingin di kenal Ia sengaja memakai nama belakangnya karena ia khawatir jika menyebut nama Aruna, pria itu akan mengingatnya. Aruna hanya ingin bekerja dengan tenang.

“Bawakan semua berkas yang harus aku tanda tangani.“ perintahnya sambil berjalan masuk ke dalam ruangannya.

Arion lalu duduk pada kursi empuknya. Entah mengapa dirinya tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh saat melihat Melisha. Ia merasa pernah melihat mata bening dengan manik mata coklat terang itu. Tapi dimana tepatnya ia benar-benar lupa. Mungkinkah salah satu wanita yang mengejar-ngejarnya ? Tapi itu tidak mungkin, Melisha terlihat biasa saja saat menatapnya bahkan terkesan tak peduli.

Seandainya saja Restu tidak sedang melakukan perjalanan dinas, ia bisa bertanya padanya. Bukankah selama ini Restu mengetahui semua wanita yang mengejarnya. Mungkin sama Melisha terlewat dalam ingatannya. Mengapa otakku tiba-tiba payah seperti ini ? Mengingat seorang wanita saja tak mampu. Padahal daya tampung memoriku diatas rata-rata. Arion larut dalam pikirannya sehingga ponselnya yang sejak tadi berteriak meminta perhatiannya tak ia gubris.

🌺🌺🌺🌺

SELAMAT PAGI READERS KESAYANGAN 🤗🤗

DATANG LAGI NIH CERITA BARU DARI OTHOR REMAHAN, SEMOGA SUKA CERITANYA.

JANGAN LUPA SEPERTI BIASA JEJAK-JEJAKNYA SELALU DI TUNGGU

Mahabbah Cinta Sang mantan ~ 3

Lamunan Arion terputus saat Aruna yang ia kenal sebagai Melisha mengetuk pintu ruangannya. Sangat aneh sebenarnya, disaat ponsel yang berada di depannya berdering, Arion tak terusik sama sekali akan tetapi ketukan pintu yang dihasilkan oleh tangan halus sang sekretaris seketika memutuskan lamunannya.

“Masuk.” Arion mempersilahkan masuk sembari memperbaiki duduknya, matanya pun melirik ponsel yang layarnya masih menyala.

Ceklek.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita cantik dengan wajah datar. Aruna masuk ke dalam ruangan bersama dengan sekumpulan berkas dalam pelukannya. Perlahan ia meletakkan tumpukan berkas tersebut. Karena hari ini adalah hari pertama kerja bagi Aruna maka ia membawa semua berkas diatas mejanya.. Aruna tak tahu berkas mana saja yang diminta oleh sang bos. Sebuah papan terbuat dari kayu jati dengan pinggiran diukir dan tampak mewah bertuliskan Direktur disertai nama Arseno Arion Atmaja. Nama yang membuat Aruna mengingat penghinaan pria di depannya.

“Ngapain kamu melamun ? Jangan berpikir jika aku akan tertarik padamu. Dan ingat jangan pernah jatuh cinta padaku seperti sekretarisku yang lalu-lalu karena jika kamu memiliki perasaan yang berbeda padaku maka bersiaplah mengundurkan diri !” sarkas Arion tegas.

“Jangan khawatir pak, sampai kapanpun saya tidak akan pernah jatuh cinta pada anda. “ Balas Aruna tak kalah tegasnya.

Dalam mimpi pun dirinya tak akan pernah jatuh cinta pada pria yang telah menjatuhkan harga dirinya. Apalagi memikirkannya, jika saja tak ada lagi stok pria lajang di dunia ini maka Aruna rela menjadi perawan tua.

Arion menata tajam Aruna manakala mendengar jawaban gadis itu. Ia menelisik wajah cantik Aruna seolah ingin melihat ekspresi Aruna saat itu. Tak ada rona merah atau malu-malu saat Aruna menatapnya, apalagi sorot mata memuja layaknya gadis-gadis lain di luar sana. Seketika harga diri Arion sebagai pria paling digandrungi oleh para wanita jatuh sejauh jatuhnya di depan sekretarisnya.

“Keluarrrr !!” Bentak Arion mengagetkan Aruna.

Mendengar teriakan Arion, Aruna hanya mendengus pelan kemudian melenggang keluar dengan anggun. Ia pun tak ingin berlama-lama menatap wajah pria itu. Entah mengapa Arion merasa kesal mengetahui Aruna sama sekali tak tertarik padanya. Padahal di luar sana ia cukup mengedipkan matanya maka wanita-wanita akan datang berbaris mengantri menunggu cintanya.

Aruna menarik napas panjang saat tiba di mejanya. Ia kemudian meraih ponsel dan bermaksud menelepon sang nenek. Ikatan batin cucu dan nenek itu memang sangatlah kuat, sehingga baru berniat saja namun sang nenek tiba-tiba meneleponnya.

“Assalamualaikum, nek.“ Sapa Aruna pelan. Ia takut bosnya itu mendengarnya menelepon.

“Waalaikumsalam, sayang. Gimana pekerjaannya ? Kalau kamu gak kuat keluar aja sayang.“ Ucap nenek Sarah merasa bersalah.

“Jangan khawatir nek, aku gak ada masalah kok. Lagian perusahaan mana yang akan memberiku gaji sebesar ini. “ Balas Aruna terkekeh sebelum meminta maaf karena harus mengakhiri panggilan mereka.

“Jam Istirahat nanti Runa telepon lagi ya, nek.” Lanjut Aruna mematikan sambungan selulernya.

Bersamaan dengan Aruna menyimpan ponselnya, pintu besar di depan mejanya pun terbuka dan menampakkan sosok pria sombong itu. Sebuah map dilemparkan ke meja Aruna.

“Koreksi dengan baik sebelum memberikan padaku !” sarkas Arion dengan rahang mengeras.

“Maaf pak, saya tidak tahu menahu tentang berkas ini karena baru setengah jam yang lalu saya bekerja dan menggantikan sekretaris anda.“ Balas Aruna membela diri. Ia tak terima dengan perlakuan bosnya yang arogan.

“Kamu berani membantahku ?!!!” sarkas Arion tajam.

“Maaf jika saya salah, pak. Tapi memang begitulah adanya.“ sinis Aruna meraih map yang di lempar oleh Arion.

Aruna tak memperdulikan keberadaan Arion di depannya. Ia melakukan tugasnya dengan serius sebelum pria itu meneriakinya lagi. Sementara Arion yang menatap Aruna dengan jantung berdebar kencang. Wajah Aruna mengingatkan Arion pada seseorang.

“Kenapa bapak melamun ? Jangan katakan jika bapak tertarik padaku.“ ucap Aruna mengembalikan kata-kata Àriòn.

“Kamu bukan tipeku, Melisha.“ desis Arion membalikkan badannya. Ia kesal campur malu ketahuan menatap sekretarisnya yang kepedean.

Braaakkk

Arion menghempaskan pintu ruangannya dengan sangat kencang mengagetkan Aruna. Arion kemudian mendial bagian HRD pada saluran pribadinya.

“Halo bu Dewi, bawakan data sekretarisku sekarang !” perintah Arion kemudian meletakkan teleponnya dengan kasar. Jantungnya masih bergemuruh hebat.

Aruna menatap heran pada bu Dewi yang berjalan tergesa-gesa. Sementara bu Dewi hanya memperlihatkan senyuman manisnya. Tak ada yang saling menyapa. Bu Dewi akhirnya hilang dibalik pintu besar nan kokoh ruangan Arion.

“Ini berkas yang bapak minta.“ Bu Dewi meletakkan sebuah map di meja Arion. Sebagai formalitas kakek Ramdan selaku pendiri perusahaan PT. Glo_Tech memasukkan berkas Aruna. Walaupun kakek Ramdan memiliki peran penting dalam perusahaan tersebut namun beliau tetap melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prosedur perusahaan.

Arion meraih map yang diberikan oleh bu Dewi. Dengan teliti ia membaca CV Aruna. Matanya menyipit saat membaca nama lengkap sekretarisnya yang memperkenalkan diri sebagai Melisha. Seluruh perhatian Arion terfokus pada map biru yang baru saja diserahkan oleh bu Dewi. Ia membaca satu persatu dengan teliti seolah takut satu huruf terlewati. Dahinya berkerut membaca nama lengkap sekretarisnya berkali-kali. Tak ingin mengganggu sang bos, akhirnya bu Dewi memberanikan diri berpamitan.

“Aruna Melisha.” Gumam Arion merasa nama tersebut tidak asing baginya.

“Masih ada yang bapak butuhkan ?” tanya bu Dewi menghentikan usaha Arion untuk mengingat nama Aruna Melisha.

“Silahkan keluar.” Ucap Arion datar.

“Baik pak, permisi ,,,” Bu Dewi membungkukkan sedikit badannya sebelum keluar.

“Hmmm !” Arion seperti biasa hanya membalasnya dengan bergumam jika merasa tidak perlu menjawabnya.

Tak ingin lebih lama lagi berada di dalam ruangan sang bos, bu Dewi segera bergegas keluar setelah mendapatkan izin. Sebelum penyakit arogannya kumat, bu Dewi memilih untuk menyelamatkan diri. Siapa yang bisa betah berlama-lama menghirup oksigen yang sama dengan bos arogan itu. Terkadang kita merasa benar namun menurut sang bos salah. Bios maha benar dan nasib karyawan selalu disalahkan.

Aruna sedikit mengangkat kepalanya saat mendengar pintu besar itu terbuka. Detik berikutnya Aruna kembali fokus dengan pekerjaannya dan berkutat dengan berkas yang harus diperiksa ulang. Tak ingin disebut sebagai orang kepo lagipula ia dan bu Dewi baru kenal. Aruna memilih bekerja dengan aman, Ia tak ingin ikut campur dengan urusan sang bos apalagi ia hanyalah seorang sekretaris yang baru beberapa menit yang lalu bergabung. Aruna kembali mengangkat kepalanya melihat bu Dewi yang berjalan tergesa-gesa hingga hilang dari pandangannya.

Sebagai wanita bu Dewi sebenarnya penasaran dengan sikap direkturnya yang tiba-tiba meminta berkas sekretaris barunya. Seingat bu Dewi, direkturnya itu tak pernah sekalipun meminta secara langsung CV sekretarisnya. Padahal Adelia pun cantik tapi hingga gadis itu mengundurkan diri sebagai sekretaris, direkturnya itu belum pernah menanyakan datanya.

🌺🌺🌺🌺

SELAMAT PAGI READERS, APA KABAR SEMUA ,,,

OTHOR HARAP SEMUA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU

BTW JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!