NovelToon NovelToon

Putri Mafia Kesayangan Tuan Muda

Prolog

Di sebuah kompleks pemakaman elit kota J, terlihat sosok pemuda berdiri di depan sebuah makam yang berhiaskan marmer hitam di atasnya, pemuda itu terlihat nampak menghormati seseorang yang terkubur di dalam makam tersebut

Dia juga membawa sebuket bunga mawar nan indah di tangannya, perlahan dia membungkukkan badannya dan menaruh bunga itu di nisan marmer yang ada di makam tersebut

"Mah, aku menjenguk mu lagi pagi ini, apa kabarmu di sana??, ku harap kau sudah bisa memaafkan kesalahanku padamu, aku juga sedang memperbaiki hidup ku sekarang, supaya kau tidak perlu memarahi ku lagi kedepannya,, aku juga berjanji padamu, aku akan jadi orang yang lebih berguna lagi,, aku ingin jadi kebanggaan mu suatu saat nanti," Adlan sedikit menyunggingkan pilu,

"Lucu,, Seharusnya aku berkata seperti ini sebelum kau pergi dari dunia ini, bukan sekarang," ucap sang pemuda dengan menjatuhkan air bening dari pelupuk matanya

"O yah mah,, Aku juga coba menjalani kehidupan ku sendiri sekarang, aku tidak akan menghambur hamburakan uang ayah lagi,, aku berjanji,, jika aku berpoya poya dan berkelahi lagi, kau bisa menjewer telinga ku lagi" ucap pemuda itu dengan bibir bergetar

Adlan Deandra Arfandi,, itulah nama yang di berikan keluarganya padanya,, dia adalah seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang mengasingkan diri dari semua kemewahan yang sudah membawanya kedalam penyesalan terbesar nya, yaitu kehilangan Ibunda yang sangat dia cintai

Dirinya yang sebelumnya hidup di dalam garis bebas, merasa kalau dirinya seorang anak dari keluarga miliarder, menjadikannya orang yang suka berpoya poya, dan merasa paling berkuasa di manapun dia menginjakan kakinya,,

Dengan harta sang ayah Arman Arfandi yang melimpah ruah, yang seorang pebisnis besar dan memiliki aset triliunan, juga di kenal luas di negara nya,, membuat adlan tidak mengenal kata takut di mana pun dia berada

Semasa mendiang ibunya masih hidup, dia sangat tidak suka dengan prilaku anaknya yang semena-mena terhadap orang lain,, dia sosok ibu yang cukup tegas pada Adlan,

Namun Adlan tidak pernah mengindahkan nasehat baik dari sang ibu,, meskipun dia sebenarnya tidak pernah berani membantah perkataan nya,,

Dalam hatinya dia sangat menghormati sosok ibundanya itu, namun ego masa mudanya yang membuat Adlan tidak pernah mau tunduk pada perkataan ibunya yang menginginkan Adlan menjadi sosok rendah hati dan tidak sombong

Di tambah figur sang Ayah yang terlalu memanjakannya sejak kecil,, menjadikan nya ayah yang kurang tegas pada Adlan, itupun membuat Adlan merasa tidak pernah salah dengan apapun yang dia lakukan

Adlan punya keahlian bertarung di atas rata-rata, karena darah sang ayah mengalir deras di nadinya,, Arman Arfandi sang ayah juga adalah seorang petarung handal pada masanya, jadi itu mengukuhkan nya sebagai orang yang tidak bisa di usik di lingkungan mana pun, termasuk saat dia bersekolah

Suatu ketika, Adlan menerima murka dari bunda Lena karena ibunya mendapat kabar kalau Adlan terlibat sebuah perkelahian pelajar dengan puluhan siswa yang jadi korbannya, dan alasannya pun hanya masalah sepele, dan mereka semua terluka cukup serius oleh Adlan

Dan nahasnya Ibundanya itu meregang nyawa setelah dia memarahi Adlan habis habisan karena serangan jantung mendadak,

Adlan merasa sangat bersalah atas kepergian ibundanya untuk selamanya itu

Sang ayah yang juga ikut terpukul atas kepergian sang istri tercintanya juga murka pada Adlan, dia sampai mengusir adlan pergi dari rumah karena terbawa emosi sesaat,,

Dari itulah, Adlan bertekad untuk memperbaiki dirinya demi menebus kesalahan masalalunya pada sang ibu, semenjak pergi dia mengasingkan dirinya dari hingar bingar kemewahan, dan mencoba untuk tidak terus bergantung hidup pada harta sang ayah

"Tuan muda, tuan besar menghubungiku dan ingin bicara dengan Anda" ucap salah seorang yang tiba-tiba datang menghampirinya di pemakaman

Adlan berbalik dan langsung menerima ponsel Anju sang sahabat sekaligus ajudannya

"Hallo pah" ucap Adlan

📲"Apa kau benar-benar tidak akan pulang ke rumah lagi?,, 2 tahun ini papah sudah cukup menderita dengan meninggalnya ibumu, apa perlu kau juga meninggalkan papah??,,, maaf jika papah pernah menyuruhmu pergi dari rumah, papah terbawa emosi saat itu, jadi papah mohon,, kembalilah" ucap Sang ayah

"Pah, aku pasti akan kembali ke rumah, tapi tidak sekarang,, aku masih belum bisa jadi seperti yang mamah inginkan" ucap Adlan

📲"Baiklah jika memang itu pilihan mu,, kapan pun kau ingin kembali ke rumah,,, kembalilah,, mamahmu juga pasti sudah memaafkan mu sejak lama," ucap Arman sang ayah

"Baik pah, terimakasih" ucap Adlan, dan panggilan mereka pun segera berakhir,

"Jam berapa sekarang?" tanya Adlan sambil melihat jam di tangannya sendiri, "Ya ampun, sudah siang,,, mah, aku pamit kuliah dulu, maaf tidak bisa lama lama mengunjungi mu, nanti aku pasti kembali lagi" ucap Adlan pada makam sang ibu,

Diapun dengan terburu-buru meninggalkan kompleks pemakaman elit tersebut, dan segera berangkat ke kampusnya dengan menaiki bis kota

.

Sesampainya di halte depan kampus, dia segera turun dari bis dan masuk ke area kampus dengan terburu-buru dengan tetap di ikuti Anju di belakangnya,

Adlan tidak mau gelar mahasiswa teladan yang sudah dia bangun selama 2 tahun itu tercoreng dengan keterlambatannya

Dia yang sekarang mencoba belajar konsisten menjalani hidup dengan menaati semua peraturan, tidak seperti sebelum sebelumnya

Adlan masuk dengan sedikit berlari di halaman kampus,, dia bahkan tidak begitu memperhatikan langkahnya karena saking tergesa untuk mengejar jam mata kuliahnya yang sebentar lagi akan di mulai,

Adlan sampai menabrak sekumpulan pria yang berjalan di depannya saat berlari,, hingga salah satu pria yang di tabraknya itu terjatuh ke tanah

'Bruk' "Hey,, kurang ajar, apa kau tidak punya mata,, dasar bedebah" ucap pria berbadan tinggi yang di tabrak Adlan

"Ah, maaf maaf, aku aku tidak sengaja, aku minta maaf, aku sedang terburu buru" ucap Adlan mencoba meminta maaf dan mencoba membantu pria yang di jatuhkan nya itu untuk berdiri

"Jangan sentuh aku bedebah" ucap sang pria yang naik pitam saat Adlan mencoba meraih tangan nya

Seorang teman dari pria yang terjatuh itu langsung mencengkram kerah baju Adlan

"Apa kau pikir dengan meminta maaf semua urusannya selesai??, jangan harap,, apa kau lupa siapa yang kau tabrak?,, dia tuan Erik,, generasi kedua orang terkaya sekota ini, jadi sekarang berlutut lah untuk minta maaf padanya, jika perlu jilat sepatu nya supaya kau dapat pengampunan darinya" ucap Pria plontos berperawakan lumayan kekar itu

Erik bangkit dan langsung menghampiri Adlan yang masih di cengkraman Ramos

"Kau lagi kau lagi,, kenapa kau selalu saja membuat masalah dengan ku,, apa kau belum puas kemarin di hajar Ramos, hah??,, O yah,, kamu dengar apa yang di katakan Ramos tadi kan,, sekarang berlututlah dan jilat sepatu ku, dan aku akan melupakan masalah ini" ucap Erik

Anju yang tidak terima tuan mudanya di perlakuan seperti itu pun langsung mendekat dan ambil suara

"Jangan keterlaluan kau anak muda,, atau kau akan menyesali ini" ucap Anju yang sudah mengepalakn tinju nya bersiap untuk memukul, secara usia Anju memang lebih tua beberapa tahun daripada mereka

"Memangnya apa yang bisa di lakukan orang orang rendahan seperti kalian di kampus ini, hah???,, lidah kalian hanya bisanya menjilat saja kan,, dan berlindung di bawah ketiak ibu kalian kalau kalian ada masalah,, hahaha" ucap Erik langsung tertawa

Anju sangat geram dan sangat ingin segera melayangkan pukulan pada wajah Erik,

Namun dia langsung di tahan Adlan saat dia ingin maju

"Aku mau minta maaf dan berlutut, tapi tidak untuk menjilat sepatumu" ucap Adlan.

"Tapi tuan.." Anju tidak habis pikir kenapa tuanya yang sekarang lebih banyak mengalah pada orang lain, kalau itu dulu, pasti mereka semua langsung habis di buat perkedel oleh tuanya itu

"Diamlah, ini bisa kuselesaikan sendiri,,, dengan caraku" bisik Adlan

"Apa kau ingin tawar menawar dengan ku?,, kau pikir siapa dirimu, kau tidak layak membantah ku,, Ramos,, kau langsung beri dia pelajaran saja" ucap Erik

"Baiklah, Dengan senang hati bos" ucap Ramos, dia langsung saja memukul perut Adlan 'Buk buk buk'

"Arghhh" Lirih Adlan langsung mebungkuk karena menerima pukulan di perutnya

"Lancang!!,,, kau tidak tau siapa yang kau pukuli" geram Anju yang naik pitam, dan dengan tinju besarnya dia langsung membalas meninju Ramos untuk melindungi tuanya

'Habuuukkkk' "Arghhh" Ramos sampai terjungkal kebelakang karena pukulan Anju yang cukup keras itu

"Sial, berani beraninya kau memukul temanku" geram Erik

Tatapan tajam Anju pun langsung mengarah pada Erik yang berbicara "Aku juga tidak akan segan untuk menghajarmu bocah" ucap Anju berniat untuk maju dan menghajar Erik juga

Tapi Adlan langsung menarik tangan Anju

"Anju, sudahlah, jangan memperkeruh keadaan, kau juga minta maaflah pada mereka,, aku tidak papa," ucap Adlan, dia menganggap semua perilaku Erik padanya hanyalah sebuah karma yang bisa dia terima, karena dulu dia juga tidak jauh berbeda dengan Erik yang suka menindas orang, hanya saja dia melakukan nya sendirian, bukan dengan tangan orang lain

"Tapi tuan..."

'Pruk' Adlan langsung menurunkan lututnya ke tanah dan berlutut ke arah Erik,, "Erik, Aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf" ucap Adlan dengan menundukan pandanganya

"Dasar kau,, awas kau ya,, akan ku hajar kau" ucap Ramos yang bangkit lagi dengan di bantu dua kawanya yang lain, dia berniat membalas pukulan dari Anju

Namun saat dia akan melayangkan pukulan nya,, tiba-tiba sebuah jarum kecil berwarna biru melesat dari arah belakang mereka dan langsung menancap tepat ke sarap leher Ramos

"Ah, apa ini?", Ramos langsung meraih apa yang menancap di lehernya itu, dan sepersekian detik kemudian dia langsung tergeletak ke tanah,,

Itu pun di ikuti oleh dua orang kawanya yang tiba tiba saja terpekik dan tergeletak ke tanah

"Hey kenapa kalian malah tidur?, apa apaan kalian ini?" ucap Erik heran

'Cep' tiba tiba Erik juga merasakan sesuatu yang menanycap di samping lehernya, dan rasanya itu tidak jauh berbeda dengan gigitan dari seekor semut, tapi itu malah membuat kesadaran nya perlahan hilang

"Arrgghh", lirih Erik, dan dia juga langsung mengikuti rekannya yang lain untuk tidur di tanah

Adlan langsung tercengang melihat kejadian yang menurut nya aneh itu,, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi

"Anju, ada apa ini?, kenapa mereka tiba tiba pingsan??" tanya Adlan benar-benar keheranan

"Aku juga tidak tau tuan" ucap Anju

Tiba tiba sesosok wanita culun bersweater hitam, berkacamata bulat, dan rambut yang di ikat, lewat di hadapan mereka dengan santainya

Wanita itu langsung melirik Adlan yang masih berlutut di tanah dengan tatapan Sinis "Hhh,, Dasar pria pria lemah" ucap Sang gadis

Karma

Adlan masih berlutut di tanah dengan terus menatap bingung pada gadis berpenampilan cupu dengan kacamata bulat dan rambut di ikat dua itu, dia membiarkan sang gadis melintas begitu saja dari hadapannya tanpa tau harus berkata apa

Tapi gadis itu menghentikan langkahnya sejenak sesaat setelah melewati Adlan "O yah, meski kau lemah, aku mengapresiasi niatmu untuk membantu ku saat kemarin" ucap Gea tanpa menoleh

Tiba tiba sebuah bola basket yang entah darimana datangnya melambung tepat mengarah ke kepala gadis itu

Menyadari itu Adlan refleks bangkit "Awaaaass" ucap Adlan beranjak dan berniat menepis bola yang melesat ke arah gadis itu

Gadis itu sedikit menoleh pada Adlan

Tapi kedatangan bola iu terlalu cepat kepada sang gadis, dan Adlan tidak sempat menepisnya, dan

'Buuukk' "Awwwww" 'Guprak' Gea langsung terjatuh ke tanah karena kerasnya benturan bola,, sementara bola itu langsung mental ke arah lain ,,

Sang pelempar bola itu langsung tertawa bersama beberapa temannya yang lain karena melihat lemparan bola mereka mengenai Gea,,, meski sebenarnya mereka Tidak Sengaja melakukan itu

Kacamata bulat yang di pakai Gea sampai terjatuh ke tanah karena terjangan bola itu sedikit mengenai kacamata nya

Adlan menghampiri nya dan langsung mencoba membantunya berdiri dengan mengulurkan tangannya "Kamu tidak papah??", tanya Adlan,,

Namun saat Gea melirik ke arahnya, Adlan langsung terkejut melihat wajah Gea yang tanpa kacamata bulatnya itu, wajahnya sekilas nampak mirip dengan orang yang paling berarti di hidupnya

"Mamah??", Dengan sadar Adlan langsung berlutut di depanya dan meraih satu tangan Gea kemudian mencium nya "Mahh,, aku bersumpah, aku tidak berkelahi lagi,, aku ...."

Gea tentu saja merasa risih dan langsung menarik tanganya yang di gengam Adlan

"Mamah,, mamah,, kepalamu,, sejak kapan aku punya anak seperti mu,,? iihhhh, , menjauhlah" ucap Gea bergidik,, dia langsung mendorong Adlan hingga di sedikit terjungkal, dia langsung mengambil kacamatanya lagi, dan segera meninggalkan Adlan yang masih menatapnya dengan tatapan tidak percaya

Adlan terdiam beberapa saat dengan tangan menahan kebelakang kareana menahan dorongan dari Gea sebelumnya,, dia mencoba meyakinkan dirinya kalau itu hanya mimpi saja

Karena bukan sekali dua kali dia bermimpi di datangi ibundanya saat dia tidur

Perlahan dia berdiri dan menoleh lagi ke Arah Erik dan temannya yang masih tergeletak di tanah dengan tatapan bingung

"Anju, apa aku sedang bermimpi?" tanya Adlan

"Apa maksud tuan?" tanya Anju

"Coba kau pukul aku" ucap Adalan

"Aku tidak berani tuan,," ucap Anju

"Apa sekarang kau sudah mulai membangkang padaku?" tanya Adlan

"Ti tidak tuan, baiklah" 'buk' Anju pun menurut dan memukul bahu Adlan

"Awww, berani sekali kau memukul ku" ucap Adlan asal, karena dia merasakan sakit yang menandakan kalau dia tidak sedang bermimpi sekarang

"Tapi tuan sendiri yang menyuruhnya kan?" ucap Anju membela diri

"Ini aneh,, ternyata ini bukan bermimpi,, tapi bukankah yang barusan itu ibuku?, apa roh ibuku sehebat itu hingga dia bisa melumpuhkan orang tanpa menyentuhnya??" tanya Adlan

"Bukan tuan muda, dia bukan ibumu, mungkin gadis itu hanya mirip saja, dia yang kemarin di jaili Erik saat ospek,, dan anda mengganggu mereka kemarin dengan menyiram wajah Erik dengan minuman anda,, soal mereka yang pingsan aku tidak yakin kalau wanita itu yang melakukannya" ucap Anju

"Kenapa dia bisa punya kemiripan dengan ibu?,, apa dia masih ada hubungan darah dengan ibu ku??,, dan aku yakin kalau dia yang sudah membuat Erik seperti itu,, Anju kamu cari tau informasi tentang gadis itu" ucap Adlan

"Baik tuan, saya akan mencari tau," ucap Anju

Adlan sangat penasaran dengan sosok Gea yang berpenampilan culun itu, dia yakin kalau ada sesuatu yang di lakukannya pada Erik dan kawan kawannya hingga mereka tergeletak lemas seperti sekarang, karena dia berpikir kalau bukan dia siapa lagi,

Dia kemarin juga tidak ada maksud untuk membela gadis itu di depan Erik, dia hanya kebetulan tersandung sesuatu saat kegiatan, dan tidak sengaja menyiram minuman ke wajah Erik,

Dan tentu saja Adlan langsung jadi bulan bulanan rekan rekan Erik, dan mereka melupakan Gea yang sedang di jaili mereka

Adlan segera bergegas kembali untuk ke ruang kuliahnya dan dia sudah terlambat masuk, karena dosen sudah memulai mata kuliahnya

Dia mengetuk pintu dan melangkah masuk

"Maaf pak, saya telat" ucap Adlan sambil nyengir

"Kamu ini, kenapa kamu telat" tanya seorang dosen pengajar yang ada di ruangan itu

"Aku ada sedikit masalah di jalan pak, apa boleh aku duduk dan mengikuti mata kuliah Anda??" tanya Adlan

"Ya Sudah duduk sana" ucap Sang dosen

"Baiklah, terimakasih pak" ucap Adlan, diapun segera bergegas ke tempat duduknya, dan mulai memperhatikan apa yang sedang di bahas Dosen

Tapi baru beberapa saat dia mengikuti mata kuliahnya,, tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke ruangan dan menghampiri Dosen dan terlihat mengatakan sesuatu padanya

Sang dosen pun langsung melirik ke arah Adlan "Adlan, kamu di panggil keruangan dosen" ucap Sang dosen

"Oh, Baiklah" ucap Adlan, tanpa pikir panjang Adlan segera bergegas keluar ruangan dan menuju ke ruangan dosen

Dia mengetuk pintunya sebelum dia masuk

"Apa saya di panggil?" tanya Adlan basa basi

"Ya kamu, masuklah" ucap salah satu dosen di sana

Adlan masuk dan melihat kalau di ruangan itu dia tidak sendirian,, karena ada Erik dan kawan kawan juga di sana, perasaan nya pun mulai tidak enak, tapi dia tetap menghadap ke meja dosen yang memanggilnya

"Adlan, apa yang sudah kamu lakukan pada rekan rekan mahasiswa mu ini?, saya tidak menyangka kamu bisa bertindak kasar seperti ini pada mereka, setahu saya kamu anak yang taat peraturan di kampus ini,, coba jelaskan, apa masalahmu?" ucap Sang dosen

"Aku???,, aku rasanya tidak berbuat apa-apa pada mereka,, aku tadi hanya tidak sengaja menyenggol mereka saat saya jalan terburu-buru pak, dan saya sudah minta maaf juga pada mereka" ucap Adlan menjelaskan

"Kamu jangan bohong, bapak tidak suka dengan mahasiswa yang suka mengelak dari perbuatannya,, Erik dan temanya sampai babak belur begini karena di pukuli olehmu kan,, dan kamu sampai membuat mereka pingsan didepan kampus segala, apa kamu mau menyangkalnya lagi??, sekarang kamu pilih hukuman mu, kamu ingin di skors selama satu Minggu, atau membersihkan pasilitas kampus selama seminggu setelah kau menyelesaikan mata kuliah mu??" tanya Sang dosen

"Itu itu,, aku benar-benar tidak berbuat apa-apa pada mereka pak" ucap Adlan mencoba membela dirinya

"Baiklah, sepertinya kau memilih untuk di skorsing, kau boleh pulang sekarang, dan selama satu Minggu kedepan kau tidak di izinkan masuk kampus,, dan renungkan lah kesalahan mu" ucap dosen itu

Adlan langsung menghela nafas kasar dan merasa tidak akan ada gunanya memberikan penjelasan apa pun sekarang,

"Baiklah, aku tidak ingin diskors, aku memilih membersihkan pasilitas kampus saja" ucap Adlan

"Baiklah, kalau begitu kau boleh kembali, jangan ulangi hal semacam ini lagi kedepannya, atau bapak akan bertindak tegas dengan mengeluarkan mu dari kampus ini,, mengerti??"

"Baik pak, aku mengerti" ucap Adlan

"Sementara kalian,, kalian boleh beristirahat dulu di ruang UKK " ucap Sanga dosen

"Baik pak, terimakasih" ucap Erik langsung tersenyum puas

Mereka semua pun segera keluar dari ruangan dosen itu

"Heh,, bedebah, sekali lagi kau membuat masalah dengan ku, akan ku pastikan kau akan langsung di tendang dari kampus ini" ucap Erik

"Terserah,, Kalau pun aku keluar dari sini, masih banyak kampus yang akan menerimaku" ucap Adlan acuh tak acuh,, dan langsung beranjak dari hadapan Erik,

Sebenarnya Adlan masih merasa kesal dengan keputusan dari dosen itu, tapi dia juga tidak berniat melampiaskan kekesalannya pada Erik atau siapa pun, kalau itu dulu, jangankan orang macam Erik,, sekelas dosen pun pasti sudah di obrak abrik oleh nya jika dia kesal

"Dasar orang miskin payah,, hahaha" ucap Erik

Adlan sedikit menoleh dan menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, dia benar-benar sedikit tidak habis pikir, di saat dirinya ingin menjadi orang yang lebih baik lagi, dia seolah menerima karma dari apa yang sudah di perbuatanya dulu,

Tapi Adlan tidak berniat lari atau merasa muak atas karma apapun yang datang padanya, karena sekarang tekadnya sudah bulat untuk memperbaiki diri,, dan dia akan menghadapi resiko apapun itu untuk bisa menebus semua kesalahannya di masa lalu

Kenalan

Sore harinya Saat mata kuliahnya sudah selesai,,Adlan melaksanakan tugas pertamanya untuk membersihkan pasilitas yang ada di kampus, dia memilih ruangan perpustakaan untuk dia bersihkan hari ini, dengan segera dia masuk ke perpustakaan dan penjaga perpustakaan juga sudah tau kalau Adlan kena sangsi,, jadi Adlan langsung saja mulai membersihkan lantai dan rak rak yang ada di ruangan itu

Meski ada beberapa mahasiswa yang sedang membaca di sana, tapi Adlan bersikap cuek saja, dan Anteng melakukan kegiatan nya itu

Hingga saat dia mengangkat beberapa buku untuk membersihkan raknya, dia melihat seorang gadis berkacamata bulat dengan dua ikatan rambut di kepalanya duduk di salah satu kursi, dan terlihat dia sedang fokus membaca sebuah buku kimia,, Adlan terus memperhatikan nya dari selah kosong jajajran buku yang di ambilnya

Menurut Adlan, Wajah gadis itu lebih cantik saat dia melepaskan kacamata nya seperti saat tadi pagi

"Gadis ini benar-benar membuat ku penasaran" ucap Adlan seraya mengembangkan senyum di bibir nya,

Adlan berpura-pura membersihkan dan terus mendekat pada Gea, dia juga mengangkat sebuah buku yang Gea letakan di atas mejanya, dan membersihkan meja itu juga

"Apa buku ini sudah kau baca?, kalau sudah akan ku kembalikan ke rak" ucap Adlan

"Apa matamu buta,, aku baru saja duduk dan membaca satu halaman,, mana sempat aku menyelesaikan satu buku,, biarkan saja di meja,, aku bisa menaruhnya sendiri nanti ke rak" ucap Gea tanpa menoleh

"Aku hanya bercanda,, kau pemarah sekali?,, benar-benar sangat mirip" ucap Adlan

Gea langsung mengangkat pandangannya pada Adlan "Kau lagi,, sedang apa kau di sini,?" ucap Gea

"Ini tempat umum kan,, semua mahasiswa bebas masuk kesini" ucap Adlan

"Maksudku kenapa kau ada di dekat tempat duduku,, kau bisa cari tempat lain kan" ucap Gea

"Entahlah, tapi aku tertarik untuk duduk di sini,, Sepertinya kau juga hanya duduk sendiri saja,, jadi ku pikir kau butuh teman untuk membaca,, buku apa yang sedang kau baca??" ucap Adlan caper dan memperhatikan sampul belakang buku yang di baca Gea

"Kimia,, apa kau orang yang suka bereksperimen?,, aku pribadi tidak terlalu suka pelajaran kimia," ucap Adlan seraya mendudukan dirinya di kursi di depan Gea

"Hey, siapa yang memperbolehkan mu duduk di tempat ku?" ucap Gea

"Aku hanya ingin mengenalmu, apa tidak boleh?" tanya Adlan

"Aku tidak ingin mengenal pria payah seperti mu, jadi mending sekarang kau menjauh dariku, atau aku yang akan pergi" ucap Gea

"Ya ya Baiklah,, sepertinya kau memang sedang kerasukan siluman harimau, sensitif sekali perasaan," ucap Adlan

"Apa kau bilang?, aku kerasukan?, kamu tuh yang kerasukan siluman ngondek,, pria kok lembeknya gak ketulungan" ucap Gea

"Ya ya, terimakasih atas pujiannya" ucap Adlan seraya beranjak dari tempat duduknya, dan dia pergi keluar dari perpustakaan

"Dasar aneh" ucap Gea dengan suara pelan

Adlan sedikit tidak menyangka ternyata sesusah itu untuk mendekati gadis yang terlihat lemah di luar itu,, Padahal sebelumnya para gadis tidak perlu dia dekati, suda di ikuti kemanapun dia melangkah,,

Tapi Adlan sebelumnya memang hanya bandel di pergaulan kaum pria saja, seperti balapan mobil Sport liar, taruhan, dan berkuasa di sekolah,

Dia tidak tertarik dengan pergaulan dengan wanita, bukan berarti dia tidak suka perempuan, tapi dia tipe pria yang cukup menghargai perempuan, dan tidak berniat menghabiskan masa mudanya dengan bergonta-ganti pasangan,

Menut Adlan, kepribadian Gea itu cukup kuat, dia menebak kalau dia tidak Selemah kelihatannya, jadi dia berpikir harus ekstra sabar untuk mendekati nya

Sementara Gea langsung memperhatikan punggung Adlan yang perlahan menjauh darinya 'Dasar Pria Payah,, baru segitu saja sudah nyerah,, dia tampan sih, Aku suka, Tapii..... haaahh,, apa yang ku pikirkan??, aku tidak mungkin membiarkan orang seperti dia masuk ke duniaku kan?,, dia tidak mungkin bisa bertahan, atau malah jadi beban kan,," gumam batinnya seraya menggelengkan kepalanya, dia pun mengalihkan atensinya lagi pada buku di depannya

Beberapa saat kemudian, ternyata Adlan kembali lagi ke ruangan perpustakaan itu dengan dua cup minuman dingin di nampan dan beberapa cemilan juga, dia langsung menaruhnya di meja Gea

Adlan duduk dan memindahkan minuman dari nampan ke meja,, "Aku tidak tau kau suka minuman apa, jadi aku bawa jus strawberry, dan kopi dingin,, kau mau yang mana?" tanya Adlan

Sontak Gea menoleh lagi pada adalan dan melihat beberapa makanan ringan dan minuman sudah ada di mejanya "Aku tidak pesan minuman, dan sudah ku bilang kau jangan mendekati ku" ucap Gea

Tapi Adlan cuek saja dan langsung meminum kopi dinginnya, meski Gea belum memilih salah satunya

"Aku belum tau namamu, apa boleh kita kenalan??, biar kita lebih akrab" ucap Adlan yang sudah bertekad mendekati Gea dengan cara apapun,

Karena dia sangat penasaran dengan gadis yang punya kemiripan wajah dengan mendiang ibunya, dia berpikir mungkin Gea masih ada hubungan kekerabatan dengan mendiang ibunya

"Hey, aku suka kopi, kenapa kau meminumnya" ucap Gea

"Oh, kalau begitu aku ambil yang strawberry," ucap Adlan berniat menukar nya

"Tidak tidak, itu bekas kau minum,, aku tidak mau minum bekas mulutmu,,, aku ini saja" ucap Gea langsung mengambil Cup nya dan meminumnya, karena dia juga merasa sedikit haus

"Oh baiklah, terserah,, nama mu Gea Kan??" tanya Adlan

Gea langsung tertegun dan sontak berhenti minum "Bukan, aku bukan Gea, namaku Ega,, memangnya kamu tau darimana nama itu??" tanya Gea sedikit heran,

Dia memang sedikit tertutup mengenai identitas Aslinya,, dan tidak pernah sembarangan mengungkapkan siapa dirinya ke sembarang orang, karena dia punya rahasia yang kelam di masa lalunya, dan sangat di cari oleh kelompok yang memiliki jaringan yang lumayan luas

Jadi dia cukup berhati-hati untuk dekat dengan seseorang, dan cenderung pilih pilih teman

"Gelang yang kau pakai itu bertuliskan Huruf G.E.A kan, ku pikir itu namamu,, ternyata bukan ya,, Baiklah Ega, aku Adlan, mahasiswa semester empat,, salam kenal,"

"Oh,, kamu Adlan Ya,,, ini bukan namaku, ini hanya salah eja saja" ucap Gea langsung menyembunyikan gelang nya

"Baiklah, jadi apa kita berteman sekarang??" tanya Adlan

"Jadi Kau menyuapku hanya untuk jadi seorang teman?" tanya Gea

"Apa sogokan ku terlalu lemah ya??,, ya sudah, sekarang kau mau apa,, aku akan carikan lagi," ucap Adlan

"Tidak, tidak perlu, sudah cukup" ucap Gea, dia sebenarnya hanya keceplosan bertanya seperti itu,, tapi untungnya pemikiran Adlan berbeda dengan pemikiran nya yang menganggap Adlan menyukainya

"O yah, aku sebenarnya sedang menerima hukuman untuk membersihkan perpustakaan,, jadi aku bereskan dulu pekerjaan ku, nanti kita ngobrol lagi, kamu baca buku nya yang banyak, biar gak cepat selesai" ucap Adlan

"Ya Sudah sana pergi, lagian juga kau hanya menggangguku di sini" ucap Gea

"Baiklah" ucap Adlan tersenyum,, dia beranjak dan segera melanjutkan aktivitas nya lagi

.

Beberapa saat kemudian Adlan sudah menyelesaikan tugasnya dan segera kembali ke meja Gea, dan di ruang perpustakaan itu sekarang hanya tinggal mereka berdua, dan penjaga perpustakaan saja, sementara yang lain sudah tidak ada di sana

"Apa kau belum selesai membacanya?" tanya Adlan basa basi

Gea langsung menurunkan buku yang sedang dia baca "Sudah,,, sebenarnya kau mau apa menyuruhku menunggu mu?" tanya Gea yang juga tidak habis pikir,, kenapa dia mau maunya di suruh Adlan untuk menunggunya

"Ya untuk mengantar mu pulang" ucap Adlan

"Oh, memang nya kau bawa kendaraan?" tanya Gea

Adlan langsung menggaruk tengkuknya meskipun itu tidak gatal "Sebenarnya tidak, aku tidak punya kendaraan" ucap Adlan nyengir

"Jadi kau mau mengantar ku jalan kaki gitu??" tanya Gea

"Aku antar kamu sampai depan kampus saja" ucap Adlan

"Dasar, tidak bertanggung jawab, kau sudah membuat ku menunggu lama, tapi ujung-ujungnya mengecewakan" ucap Gea sedikit menghela nafas

"Ya, aku minta maaf," ucap Adlan jadi merasa tidak Enak sendiri

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!