NovelToon NovelToon

Takdir Untuk Chessy (Ketika Cinta Mengalahkan Dendam)

Kemalangan Chessy

"Devano Dirgantara …. Apa lu bener-bener nggak waras? Rara butuh lu sesegera mungkin untuk melakukan transplantasi tulang sumsum. Nyawanya sekarang terancam, dia darah daging lu, anak kita satu-satunya, tapi lu main gila dengan sahabat gue? Wah ... kalian sungguh keren ... sangat hebat ...." Chessy benar-benar hampir gila saat memergoki suami serta sahabatnya tidur satu ranjang.

"Chessy ... maaf ... aku ... aku butuh belaian karena udah lama nggak ...." Sylia hendak membela diri tetapi Chessy semakin muak.

"Cukup .... Lu sahabat berhati iblis ...." sela Chessy.

"Tapi dulu lu janji mau berbagi apa pun, jadi salah gue dimana?" Sylia benar-benar tidak merasa bersalah sama sekali.

"Salah lu dimana? Apa lu nggak punya otak buat mikir? Wanita mana yang tega berbagi suami, Syl? Coba lu pikir ada di posisi gue? dasar jallang ...." Chessy pun mengumpat.

"Chessy Manohara Putri Ginanjar .…" Teriak Devan tak mau kalah dengan Chessy. "Cukup ... lu harus sadar diri bagaimana lu sekarang. Lu selalu sibuk ngurus anak sedangkan suami lu? Gue dan Sylia saling mencintai. Sylia juga sedang hamil." Jawab Devan seraya memeluk Sylia.

"Dasar wanita iblis … biadab lu Syl … Gue nggak sudi punya sahabat kayak lu, gue nggak sudi … najiss lu Syl … najiss …." Chessy mendorong tubuh Devan agar menjauh dari Sylia, kemudian Chessy menamparnya dengan sekuat tenaga.

Plak!

"Chessy … jaga sikap lu. Dia sedang hamil," Devan segera menghampiri Chessy dan menamparnya untuk pertama kalinya selama mereka berdua menikah.

Plak!

"Lu bukan manusia Dev. Demi wanita itu lu nampar gue? Dan kalian sudah punya anak dalam perut? Jadi sudah berapa lama kalian bermain di belakang gue? Oh ... ya ... gue tahu kenapa akhir-akhir ini lu nggak pernah sentuh gue. Jadi karena udah ada penggantinya. Gue pikir karena lu capek kerja, nggak tahunya capek main wanita. Dasar brengseek ...." Chessy menyentuh pipi yang ditampar oleh suaminya Devan. Baginya pipi itu tak seberapa sakit dibandingkan hatinya yang benar-benar hancur seketika.

"Cukup Ches, gue cinta Sylia. Gue kepala rumah tangga, jadi apa pun keputusan gue, lu harus terima itu," bentak Devan menatap Chessy tajam.

"Ches, lu janji'kan apa pun yang lu punya, gue juga berhak atas itu. Lo mau jadi orang munafik ya? Lagian Rara sekarang baik-baik aja, Ches. Kak Devan udah kasih Dokter terbaik. Kita juga bulan madu cuma tiga hari doang. Oiya, kita mau ke Paris sore ini. Sebelum kita pulang, lu harus keluar dari rumah ini ya karena rumah ini udah atas nama gue sebagai mahar pernikahan gue nanti. Inget ya rumah ini atas nama Sylia Agustina." kata Sylia dengan sangat lembut tetapi sangat menusuk hati Chessy.

"Hah? Apa lu bilang Syl? Wah … ini sungguh surprise yang sangat indah Dev. Gue bener-bener terkejut. Sumpah gue nyesel anggep lu sahabat, Syl. Dan lu Dev ... Gue yang menemani lu dari nol hingga sekarang. Bahkan gue ngebela lu mati-matian di depan bokap nyokap gue, kakak gue yang modalin bisnis kita, tapi apa? Apa yang lu lakukan Dev?" Chessy sangat ingin membunuh kedua sejoli di hadapannya itu.

Rumah yang sudah Chessy tempati selama empat tahun dengan hasil kerja keras dan desainnya sendiri sekarang direbut oleh wanita yang mengaku seorang sahabat itu. "Kalau gitu kita jangan jauh-jauh Yang bulan madunya. Nggak usah ke Paris dulu nggak pa-pa deh, kita ke Bali aja yang deket biar Chessy nggak khawatir, gimana Yang?" Tanya Sylia merayu Devan.

"Lu denger'kan kata Sylia? Dia masih belain lu padahal lu udah nampar dia. Dia masih khawatir sama lu, Ches. Sudahlah lu jaga dulu Rara, gue sama Sylia mau siap-siap dulu. Kalau ada apa-apa telpon aja. Inget juga apa yang dikatakan Sylia, lu pindah aja ke rumah lama kita."

Tanpa basa-basi lagi Devan dan Sylia keluar dari rumah untuk melakukan perjalanan bulan madu sesuai rencana mereka. Tubuh Chessy tiba-tiba lemas. Tulang-tulangnya seakan remuk dan tak kuat untuk menopang badan yang memang sedikit berubah sejak melahirkan Rara. Chessy akui dia jarang merawat diri karena sibuk mengurus Rara yang sakit leukimia sejak lahir. Bisa saja itulah kenapa Devan memilih Sylia yang parasnya cukup cantik dari dirinya sekarang. Chessy ambruk di lantai. Chessy hanya bisa meringkuk meratapi takdirnya.

"Ini gila … sungguh gue bisa gila dengan semua ini. Tuhan … apa yang harus hamba lakukan sekarang? Apa ini hukuman karena melawan kedua orang tua hamba dulu hiks .…"

"Pah … Mah … maafin Chessy. Andai Chessy dengerin perkataan kalian. Andai saat itu Chessy nggak kawin lari dengan bajingann itu, pasti hati Chessy nggak akan sehancur ini'kan? Hiks hiks .…"

Kring!

Telepon rumah berdering. Chessy yang ambruk di lantai mencoba untuk bangun. Air mata yang entah sudah menetes berapa banyak di pipinya itu di usap halus oleh jarinya. Chessy melangkah dengan lemas dan mengangkat panggilan telepon itu.

"Apa Sus? Anak saya kritis?" Begitulah teriakan Chessy. Baru saja dirinya dihancurkan oleh orang yang dianggap paling penting dan paling diandalkan dalam segala hal. Namun, kini kehancuran itu semakin bertambah karena kabar Rara yang kondisinya semakin memburuk. Tanpa pikir panjang lagi, Chessy langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat anaknya anaknya dirawat.

Langkah kaki yang tergopoh-gopoh, Chessy berjalan menuju ruang rawat Rara. Berbagai alat telah terpasang di tubuh anak yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke lima tahun.

"Rara Sayang, ini Bunda Nak. Rara anak yang kuat'kan? Rara harus sabar ya Sayang," Chessy mencium tangan Rara dan membasahinya dengan air mata. Rara pun membuka matanya perlahan.

"Bunda .…" Terdengar suara berat Rara dibalik alat bantu pernapasannya.

"Iya Sayang, ini Bunda Nak. Rara harus kuat ya Nak." Chessy menggenggam erat tangan Rara kemudian mencium keningnya.

"Ayah mana Bunda? Rara mau bicara sama Ayah." Chessy segera mengambil ponselnya dan melakukan panggilan video pada Devan. Harusnya, Devan belum berangkat bulan madu saat ini.

"Ini Bunda vidio call ya Sayang. Tunggu sebentar!" Namun, sudah yang ketiga kalinya panggilan itu terhubung, tetapi tak diangkat.

"Mungkin Ayah lagi sibuk kerja atau lagi meeting Sayang. Rara mau bicara apa sama Ayah? Bunda sampein ke Ayah nanti ya?" Chessy menatap mata Rara yang untuk berkedip saja sudah sangat berat.

"Rara mau bilang kalau Ayah harus jaga Bunda dengan baik. Rara udah nggak kuat nahan sakit ini Bunda."

"Nggak Nak enggak … Rara anak hebat, Rara kuat ... Rara harus bertahan demi Bunda, Sayang." Beberapa kali Chessy mencium tangan Rara untuk memberikan semangat pada anaknya.

"Bunda … Rara harus pergi. Bunda nggak boleh nangis lama-lama ya? Bunda harus kuat demi Rara." Kalimat terakhir itu ditutup dengan bunyi Elektrokardiograf (EKG) yang panjang.

"Rara …! Bangun Sayang. Buka matamu Nak!" Chessy menggoyangkan tubuh Rara, tetapi tak mendapatkan hasil yang dia mau. Dokter yang menangani segera memeriksa kondisi Rara, tetapi raut wajahnya berubah penuh penyesalan.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Buk, tapi Allah berkehendak lain. Allah lebih sayang pada anak Ibu." Wajah Rara yang telah memucat itu pun ditutup dengan selimut yang menandakan Rara telah meninggal dunia.

"Tidak .... Bangun Rara … bangun Nak … ini Bunda .… Jangan tinggalin Bunda Nak, Bunda mohon ayo buka matamu. Bangun Rara bangun …." Chessy yang tak kuasa menerima kondisi itu pun pingsan.

Tidak Percaya

Awan hitam menyelimuti cuaca siang itu. Chessy masih duduk disisi sebuah gundukan tanah merah yang tak lain ada Rara di dalam sana. Hatinya sangatlah hancur saat itu. Bahkan derasnya guyuran air hujan yang membasahi tubuh Chessy sejak satu jam yang lalu, tidak dia pedulikan sama sekali. Pemakaman anaknya Rara Ayundya binti Devano Dirgantara telah selesai. Semua pelayat yang hanya beberapa orang saja telah pergi meninggalkan Chessy sendiri di TPU. Ya ... Chessy hanya sendiri karena Devan tidak bisa dihubungi.

Chessy kemudian memeluk batu nisan anaknya. Tangisannya tiada henti, tetapi tak terlihat sama sekali karena derasnya air hujan yang mengguyur kota Jember saat itu. Satu-satunya semangat hidup Chessy sudah pergi jauh. Chessy tak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Suaminya direbut wanita lain dan rumahnya telah diambil alih wanita ular itu. Chessy yakin bisnis kulinernya juga akan pindah tangan sebentar lagi. Chessy benar-benar putus asa.

Chessy memang masih punya apartemen dan villa di Surabaya yang tempatnya tak jauh dari rumah kedua orang tua juga kantor Kakaknya. Namun, Chessy bahkan tak berani mengatakan apa pun pada kedua orang tuanya saat ini. Chessy telah hancur. "Ini salah Bunda Nak. Harusnya Bunda dengerin kata Eyang Uti untuk tidak menikah dengan Ayah bejatmu itu. Maafkan Bundamu ini yang nggak becus jaga kamu, Sayang. Bunda benar-benar orang tua yang nggak berguna." Hening sesaat.

"Bunda nyusul kamu aja ya Sayang. Bunda nggak bisa hidup lagi dengan situasi ini Nak." Chessy terus bicara sendiri menyesali semua keadaan yang membuat dirinya hancur dan terpuruk. Setelah itu, Chessy pun pergi dari TPU dengan jalan yang sempoyongan. Chessy terus menyusuri jalan raya tanpa alas kaki dan tanpa peduli seberapa lebatnya hujan itu.

"Ya Tuhan … inikah hukuman yang Engkau berikan? Ambil saja nyawa hamba-Mu ini Tuhan. Ambil sekarang juga. Hamba sangat rindu dengan anak hamba hiks .…" Chessy berteriak menatap langit dan melawan tetesan air hujan yang begitu derasnya. Tiba-tiba ada suara petir yang menggelegar menjawab teriakan Chessy saat itu. Tanpa tahu arah tujuan, Chessy terus berjalan tak menoleh dan tak memikirkan hal lain selain Rara.

Cit ….

Bruk ….

Chessy pasrah tertabrak mobil. Chessy menikmati detik-detik itu karena yang dia pikirkan adalah sebentar lagi akan bertemu dengan anaknya Rara. Chessy berkedip dengan berat melihat sepasang kaki dengan sepatu pantofel yang mendekatinya, dan air hujan yang mengguyur deras di wajahnya kini berhenti karena ada sebuah payung di atasnya.

"Jangan tolong saya … biarkan saya mati disini. Pergilah Tuan … saya tidak akan menghantui Tuan." Chessy lalu menutup matanya dengan senyuman bahagia.

...***...

"Chessy … bangun Nak … kamu bakal telat sekolah loh kalau nggak cepetan bangun." Suara itu sangat tidak asing ditelinga seorang gadis dengan nama lengkap Chessy Manohara Putri Ginanjar. Anak dari pasangan Ginanjar Pramudya dan Dewi Santika.

"Emh …." Chessy mengubah posisi tidurnya dari miring kanan menjadi miring ke sebelah kiri.

"Chessy … kebakaran …." Rakha berteriak di telinga Chessy dan sontak membuat Chessy membuka mata karena sangat terkejut.

"Rakha, kamu iseng banget sih sama adek sendiri," protes Mama Dewi.

"Dia nih bakal bikin kita semua kelaparan Ma, kalau nggak digituin," Rakha membela diri. Namun, Chessy malah tersenyum menatap wajah sang mama dan sang kakak pertamanya Rakha Pramudya.

"Ches, kamu tu kebiasaan bikin kita kelaperan sih. Cepet bangun dan mandi. Papa bakal potong uang jajan kamu kalau sampe telat." Di ambang pintu kamar Chessy, kini berdiri satu laki-laki lagi yang juga sedang marah karena dirinya masih belum turun untuk sarapan bersama.

"Kak Rikho? Kamu Kak Rikho Pramudya?" Chessy kembali tersenyum menatap kakak keduanya. Rikho menghampiri Chessy yang masih duduk manis di kasurnya. Rikho pun menyentil jidat Chessy sekeras mungkin hingga Chessy merintih kesakitan.

"Sakit Kak Rikho," protes Chessy mendongak menatap Rikho dan Rakha yang sudah cekikikan sejak tadi.

"Lu ngapain manggil nama lengkap Kakak hah?" tanya Rikho yang masih kesal. Chessy mengusap jidatnya beberapa kali kemudian kembali tersenyum menatap Mama dan kedua Kakak laki-laki yang ada di hadapannya.

"Ya Tuhan … jangan biarkan mimpi indah yang begitu nyata ini berakhir." Chessy meraih pipi sang mama dan mengelusnya lembut. Sedangkan sang mama bingung dengan tingkah sang anak. Rikho kini memukul kepala Chessy dengan bantal hingga Chessy sedikit tersungkur.

"Kak Rikho …." Chessy berteriak melayangkan protes akan perilaku kakak keduanya itu.

"Sakit?" tanya Rikho kesal.

"Sakitlah. Dari tadi mukul Chessy terus sih. Ma, bela dong anak gadis Mamah satu-satunya ini," Chessy memeluk lengan sang mama dan merasakan bau berbagai macam bumbu di tubuh Mamanya itu. Bau yang Chessy rindukan karena Mama selalu sibuk membuat ketiga anaknya makanan sehat sepanjang hari.

"Rikho, sudah kasian adik kamu kesakitan," kata Mama Dewi membela Chessy dan Chessy langsung menjulurkan lidahnya mengejek Kakaknya Rikho.

"Kalau nggak inget lu adik gue, udah gue buang ke kotak sampah huh. Gue tunggu lu sepuluh menit nggak turun, gue jamin lu nggak akan dapet uang jajan." Rikho kemudian keluar dari kamar Chessy.

"Kakak setuju banget. Anak gadis kok tiap hari harus dibangunin orang se-RT. Kasian nasib suamimu nanti Dek," Rakha pun berlalu dari kamar Chessy. Sedangkan Chessy masih memeluk lengan sang Mama sambil senyum-senyum tak jelas maknanya. Mama Dewi pun mencubit pipi Chessy dan membuat Chessy duduk tegak.

"Iihh Mama kok ikut-ikutan nindas Chessy sih? Sakit pipi aku." Chessy mengusap pipinya dengan rasa kesal namun sedetik kemudian Chessy kembali bahagia menikmati mimpi yang sangat indah untuknya.

"Ayo bangun dan cepet mandi terus pake seragam kamu dan turun sesegera mungkin sebelum Papamu marah." Titah Mama Dewi.

"Chessy nggak mau bangun Ma. Ini mimpi yang sangat Chessy rindukan. Chessy takut jika Chessy bangun akan kehilangan kalian semua." Perkataan Chessy membuat Mama Dewi kembali mencubit pipi Chessy.

"Mah …." Chessy hendak protes namun dengan segera Mama Dewi mencubit pipinya lagi.

"Sakit'kan? Berarti bukan mimpi. Cepetan ah … Sylia, sahabat kamu juga udah dateng nungguin kamu di meja makan."

Deg!

Mendengar nama itu jantung Chessy seakan memompa lebih cepat dan siap untuk meledak. Nama itu adalah nama seorang wanita iblis yang telah merenggut kebahagiaan Chessy.

"Maksudnya Sylia Agustina?" Chessy mencoba mencerna kata-kata sang Mama.

"Memang kamu punya berapa sahabat yang namanya Sylia, hah? Udah cepet mandi itu udah Mama siapin baju sekolah kamu. Mama tunggu di bawah." Mama Dewi pun keluar dan menutup pintu kamar Chessy.

"Sekolah? Seragam?" Chessy celingukan melihat setiap sudut ruangan itu. "Ini kamar gue saat gue masih remaja'kan?" Chessy melihat kalender yang ada di nakas yang tak jauh dari tempat tidur.

"Apa yang terjadi? Ini tahun 2015? Bukannya ini tahun 2022? Gue ada di kehidupan 7 tahun yang lalu? Artinya ini tahun gue kelas XII kan?" Chessy harus segera turun dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Chessy pergi ke kamar mandi dan menggosok giginya lalu mencuci muka. Wajahnya terlihat segar dan tanpa kusam sedikit pun. Bahkan pipi bakpaonya dan beberapa noda hitam juga hilang begitu saja.

Chessy kemudian mengganti baju yang telah disiapkan oleh sang mama dan mengambil tas sekolahnya lalu keluar dari kamar untuk turun menemui keluarganya.

"Ches, lu lama amat sih, buruan kita udah laper banget tau," ucap Sylia.

"Sylia wanita iblis itu benar-benar ada ditengah-tengah keluarga gue?" batin Chessy masih belum bisa menerima keadaan saat ini. Chessy hanya ingat dirinya telah berjalan tak tentu arah setelah pemakaman anaknya Rara. Setelah tak berhati-hati, Chessy ditabrak mobil kemudian Chessy tiba-tiba bangun di tempat tidurnya tujuh tahun yang lalu. "Gue kembali ke masa lalu. Sepertinya gue diberi kesehatan untuk balas dendam? Ya, gue diberi kesempatan untuk mengubah takdir."

Wejangan

Chessy beberapa kali mengatur nafasnya. Kembalinya dia ke masa lalu masih menjadi tanda tanya besar tentunya. Memang dia pernah meminta agar bisa mengulang takdir yang tidak adil itu sebelum kecelakaan terjadi. siapa sangka jika permintaan saat sebelum sekaratul maut itu terkabul.

Chessy harus bisa bersikap seperti biasanya karena tidak mau membuat keluarganya bingung. Chessy mengingat kembali hal-hal apa saja yang dilakukan saat remaja dulu. Chessy menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Chessy pun menuruni anak tangga dengan senyuman termanisnya. Pastinya senyuman itu hanya selalu dia berikan untuk anaknya Rara. Chessy mendekati sang Papah dan mencium pipinya.

"Pagi Pah, maaf ya Chessy mimpi buruk jadi Chessy bangun telat." Chessy melirik Sylia yang sibuk mengisi piring sarapannya.

"Gue baru sadar kalau elu itu parasit di kehidupan gue. Bodohnya gue saat itu selalu menyayangi wanita ular itu cih," batin Chessy merasa muak melihat wajah Sylia.

"Mimpi apa sih emang?" tanya Papah penasaran.

"Mimpi ada wanita ular yang ngerebut semua yang Chessy punya Pah. Serem banget tau Pah, apalagi wanita ular itu berwajah imut dan polos iuh … Chessy merinding deh nggak mau bayangin si wanita ular itu." Chessy tiba-tiba merinding menatap Sylia yang juga sedang melirik arahnya.

"Mimpi itu bunga tidur Ches, sejak kapan lu takut sama hal begituan. Lagian jaman sekarang emang ada wanita ular? Ya kali itu sih adanya di film ikan terbang itu Ches, yang lagunya gini … langit bumi bersaksi … derita kujalani … tak pernah aku mengerti misteri dunia ini misteri dua duniaaaaa .…" Sylia menyanyikan lagu dari sebuah sinetron dengan sangat menghayati hingga gelak tawa di meja makan itupun pecah.

Sylia benar-benar seperti menyihir semua keluarga karena begitu menyukai dirinya. Bahkan Chessy sangat ingat kalau Sylia pernah mau menggoda Rakha dan Rikho, tapi untungnya kedua kakaknya itu tak berminat sedikit pun. Walaupun begitu, Rikho hampir terjerumus oleh jebakan Chessy karena sempat patah hati.

"Tuhan, inikah kesempatan ku untuk mengulang semuanya dari awal? Sylia Ayundya, gue bakal bikin Lo sangat menderita. Sekarang gue biarin Lo tertawa. Gue gak akan biarin Lo ngambil apa yang gue punya." batin Chessy menggenggam erat sendok yang ada di tangannya.

"Sylia bisa aja deh. Kamu cocok jadi artis deh." ucap Papah.

"Iya dia cocok banget jadi artis karena bakat akting yang luar biasa cih," batin Chessy harus sangat sabar dengan skenarionya yang baru.

"Ches, cepet makan kok malah ngelamun sih?" tegur Mamah Dewi.

"Ah iya Mah, makasih ya Mah udah buatin sarapan seenak ini. Semoga Mamah dan Papah selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan." Chessy pun makanan dengan semangat, tapi ucapan Chessy membuat semua yang ada di meja makan bingung karena perubahan sikap Chessy.

"Ches, lu tadi di kamar mandi jatoh dan kepala lu kebentur tembok ya?" tanya Rikho benar-benar heran karena untuk pertama kalinya Chessy bicara dengan sopan dan benar.

"Kak Rikho, nanti di jalan harus hati-hati. Jangan main ponsel ya. Pokoknya ponselnya taro aja di tas kalau ada telpon sambungin ke bluetooth mobil jangan di angkat dari telpon takut nabrak orang." Chessy kembali melontarkan kalimat yang aneh sehingga semua orang menatap Chessy penuh curiga.

Chessy ingat saat itu Rikho masuk penjara dan dihukum sepuluh tahun karena menabrak seseorang di jalan. Chessy tahu selama ini dirinya selalu ceroboh dan berbuat seenaknya. Menghamburkan uang tanpa peduli berapapun. Dan bodohnya lagi, dimana ada Chessy, disitu juga ada Sylia.

"Kak Rakha, putusin aja pacar yang sekarang. Dia itu selingkuh di belakang Kakak dan cuma manfaatin ke loyalan Kakak aja. Uang saham Kakak selalu abis kan buat belanjaan dia. Jangan pancarin parasit begitu Kak. Nanti Kak Rakha bakal ketemu cewek yang baik banget kok nggak usah pacaran dulu."

Chessy juga ingat dulu Rakha kehabisan uang tabungannya karena diambil alih oleh pacarnya dan Rakha terpuruk bahkan hampir bunuh diri. Walaupun setelah itu Rakha sukses besar bahkan membantu Chessy memberikan modal untuk usaha kulinernya dengan Devan, tapi Chessy tidak mau melihat Kakaknya kembali patah hati.

Apa yang terlontar dari mulut Chessy benar-benar jadi sorotan orang tuanya yang tidak tau kebiasaan Rakha dan Rhiko. Bahkan Chessy membongkar rahasia Rakha yang pacaran diam-diam.

"Ches, gimana bisa lu tau' urusan Kakak sama Rakha?" pekik Rikho penasaran.

"Kak Rhiko, walaupun kalian lahirnya cuma beda dua menit, tapi Kak Rakha itu tetep lahir duluan. Jadi harus sopan panggil Kak Rakha. Bagaimanapun dia Kakak tertua kita loh. Iya kan Kak Rakha?"

Chessy mengedipkan sebelah matanya pada Rakha dan membuat Rakha ingin melempar gelas dihadapannya pada Chessy.

"Ck sok bijak," jawab Rakha sinis karena kesal Chessy telah membuka kedoknya yang sudah punya pacar di depan sang Papah.

"Chessy benar, kalian sebagai Kakak benar-benar nggak memberikan contoh yang baik. Kakak macam apa kalian ini?" tegur sang Papah membuat Chessy menjulurkan lidahnya mengejek kedua kakaknya.

Rakha dan Rhiko memang anak kembar, tapi wajah mereka tak serupa. Bukan hanya itu saja, keduanya punya sifat yang berbeda. Jika Rakha anak sulung keluarga Kusuma itu bersifat loyal dan sangat ramah, beda dengan Rikho yang bersifat pelit dan kadang acuh tak acuh, bahkan Rhiko juga sering membuat masalah yang selalu menyusahkan sang Papah.

"Chessy udah kenyang, Chessy berangkat sekolah duluan ya. Kak, inget apa yang Chessy katakan tadi."

Dengan penuh semangat Chessy berdiri kemudian memeluk sang Mamah dan mencium pipinya. Tak lupa Chessy juga mencium punggung tangan Mamah kemudian Papahnya. Chessy juga mencium punggung tangan kedua kakaknya.

Sylia mengikuti hal yang dilakukan Chessy. Merasa muak dan jijik menatap wajah imut dan sok polos itu, Chessy harus sabar menunggu kehancurannya.

"Syl, sampe kapan lu numpang terus ke sekolah?" pertanyaan Chessy membuat Sylia membeku.

"Kan Lo yang minta kita sama-sama terus Ches?" jawab Sylia sedikit gugup.

"Kenapa Chessy tiba-tiba jadi dingin sama gue? Bukannya Chessy udah minum air itu?" Batin Sylia bertanya-tanya.

"Iya gue lupa haha," Chessy tak boleh gegabah. Dia harus tau kenapa dulu dia selalu merelakan semua yang dia miliki untuk jadi miliknya.

Sylia tinggal dengan Paman dan Bibi yang merawatnya sejak kecil karena kedua orang tuanya telah meninggal. Namun karena sebuah kejadian membuat sylia sering ke rumah Chessy. Sebenarnya, Sylia bisa saja naik angkot atau naik bus, tapi dulu Chessy meminta Sylia untuk berangkat bersama dari rumahnya sejak mereka masuk sekolah menengah atas. Itu juga karena sandiwara Sylia yang begitu sempurna.

Chessy selalu diantar oleh supir pribadinya. Keluarga Chessy adalah donatur tetap di sekolah Chessy saat ini. Kekayaan keluarga Kusuma memang tak diragukan lagi di negara Indonesia. Bisa dikatakan keluarga Kusuma masuk daftar 10 besar orang paling kaya di Indonesia.

Karena kekayaan itulah membuat Chessy jadi anak nakal dan arogan di sekolah. Bukan tanpa alasan, tapi dibalik kenakalan dan kearoganan Chessy, ada Sylia yang selalu memprovokasi dirinya.

Chessy sangat ditakuti dan disegani sekolah. Bagaimana tidak, dia punya wewenang untuk mengeluarkan siapa saja yang menyinggung dirinya. Tentu saja itu juga bukan tanpa sebab, tapi Sylia yang membuat Chessy menjadi seperti itu.

Jika dulu Chessy selalu menuruti apapun yang Sylia katakan, kali ini Chessy tidak akan melakukan apa pun yang Sylia katakan. Chessy bertekad akan mengubah dunianya menjadi lebih baik tanpa Sylia si wanita ular.

"Ches, lu nggak kangen sama Kak Devan?" tanya Sylia.

"Ahh iya aku lupa dengan si Devan laki-laki nggak waras itu. Kalau nggak salah sebentar lagi gue juga bakal dijodohin sama seseorang yang belum gue kenal, tapi gue malah kawin lari sama si brengsseek Devan," batin Chessy. Senyum jahatnya muncul seolah dia punya seribu rencana untuk mengubah takdir.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!