"Kembalilah padaku Kania, aku masih mencintaimu. Kamu adalah wanita satu-satunya yang memiliki tempat di hatiku." Bujuk Regal, seraya Membenamkan wajahnya di leher Kania tangannya memeluk tubuh Kania dari belakang dengan eratnya, tak ingin melepaskannya untuk kedua kalinya.
"Bagaimana dengan Istrimu?! Aku tidak mau menjadi pelakor dalam rumah tanggamu, kita memang pernah saling mencintai dan aku memutuskan hubungan kita karena terpaksa dan ki-"
"Dan kini aku tidak lagi bersama dengan kakakmu, itu artinya tidak ada lagi penghalang di antara kita. Masalah Maya biar aku yang menanganinya, yang penting kamu mau kembali bersamaku, aku janji waktuku akan banyak ku habiskan bersamamu." Bujuk Regal sekali lagi.
Kania membalikkan tubuhnya dan mengalungkan tangannya dileher Regal, matanya menatap pria yang sedang memangkunya dengan begitu dekat, " Apakah kamu sungguh-sungguh? Sebenarnya aku juga ingin selalu ada di sisimu, aku tidak bisa melupakan mu," ucap Kania, sebagai jawaban iya. Regal pun tersenyum puas dan langsung menyerang bibir Kania bertubi-tubi, melampiaskan kerinduannya. Tak perduli jika mereka berdua masih berada di dalam kantor.
***
Satu bulan yang lalu , Kania kembali dari Amerika setelah menyelesaikan studinya di sana juga berjuang melupakan pria yang ia cintai, agar bisa membuangnya jauh-jauh.
Demi Alisa sang kak, Kania rela melepaskan pria yang di cintainya yaitu Regal untuk menikah dengan kakaknya, saat mengetahui jika kakaknya itu juga mencintai Regal, Sedangkan Kania memaksa Regal mau menikahi kakaknya, Banyak alasan yang Kania berikan untuk membujuk Regal dan memutuskan hubungan yang sudah beberapa tahun dijalani.
Karena alasan itu Kania pergi menjauh, berharap ia bisa melupakan Regal dan berharap kakaknya bisa hidup bahagia di atas pengorbanannya.
Namun saat Kania kembali, semua tidak seperti yang di bayangkan-nya. Ia mendapati Alisa mengalami depresi setelah diceraikan oleh Regal, tak hanya itu, Kania juga mendapati jika Regal telah menikah lagi tak lain dengan sahabat kakaknya yaitu Maya, setelah membuat kakaknya menderita.
Cinta yang tersimpan dalam hati Kania berubah menjadi kebencian, Kania tak terima kakaknya di campakkan begitu saja, padahal ia tau jika kakaknya sangat mencintai Regal.
****
"Cukup sayang, jangan buru-buru." Kania menghentikan tangan Regal saat hendak membuka kancing kemeja yang dikenakan Kania.
Regal pun menghentikan pergerakan tangannya, tak ingin memaksa Kania.
"Baiklah, tidak hari ini tapi lain kali aku pasti akan mendapatkannya." Walaupun sedikit kecewa, Regal hanya bisa menghela nafas, padahal ia sudah dalam hasrat yang membara.
Kania turun dari pangkuan Regal, dan segera merapikan kembali pakaiannya, sebelum kembali bekerja sebagai sekertaris Regal.
"Aku kembali bekerja dulu, aku tidak mau karyawan yang lain sampai curiga." ucap Kania lalu pergi dengan mengepal kedua tangannya, menahan kemarahannya, sambil mengukir senyum jahat, setelah berhasil masuk dalam hidup Regal kembali, dan tinggal memulai permainan yang sudah di siapkan.
Kania pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, menyeka air yang terus saja keluar dari sudut matanya.
Antara cinta dan dendam membuat hati Kania terus berperang, di sisi lain ia masih mencintai Regal dan di sisi lain ia ingin membalas dendam atas sikap Regal yang telah mempermainkan perasaannya.
"Kamu harus bisa Kania, Jangan kalah dengan perasaanmu, ingat kakakmu sedang menderita dan itu semua karena Regal, laki-laki yang terlalu kamu percaya. Goda terus Mantan iparmu itu, buat dia cinta mati padamu lagi lalu campakkan dia begitu saja, mudah kan." Batin Kania terus diserang oleh pikirannya sendiri.
"Nia... kamu kenapa?" tanya salah satu karyawati yang tak sengaja melihat Kania sedang menangis di depan cermin wastafel.
"Ah... aku gak papa, sepertinya mataku kelilipan makanya air matanya keluar terus." elak Nia sambil berusaha menyeka sisa-sisa air matanya.
"Bohong... kau tidak bisa menipuku. Kau habis menangis kan! Apa pak Regal habis memarahi kamu? sudah kuduga pasti pak Regal. Bos kita memang orangnya sangat menyebalkan, selalu mencari kesalahan bawahannya. Tapi kamu tenang saja, aku dan yang lain pasti akan mendukungmu."
"Siapa sih yang dimarahi pak Regal?"
"Lalu kalau bukan pak Regal yang bikin masalah, lalu kenapa kamu menangis?"
"Makanya dengerin dulu aku ngomong." saut Nia dengan suara yang sedikit serak.
"Sorry, aku salah terka, sampai menjelek-jelekkan pak bos. Udah ah, aku mau ke toilet dulu dah kebelet ini." Ayu bergegas masuk kedalam toilet sedangkan Kania segera keluar untuk kembali bekerja setelah merapikan pakaiannya dan merias wajahnya sedikit untuk menutupi matanya yang sembab.
Kania Bekerja sebagai sekertaris Regal yang di rekrut langsung oleh Regal setelah mengetahui Kania telah kembali dan sedang membutuhkan pekerjaan. Dengan senang hati Kania menerimanya karena itu memang incarannya agar bisa kembali mendekati Regal setelah menjadi mantan kakak iparnya itu.
Meja kerja Nia ada di depan ruang kerja Regal. Yang membuat Regal bisa selalu memperhatikan Nia setiap saat.
"Nia... ini aku bawakan roti buat menemani kerja kamu." Ucap Evan, Asisten pribadi Regal yang diam-diam menyukai Nia sejak pandangan pertama.
"Makasih Evan, kamu baik banget dan sangat peka, kalau aku lagi butuh sesuatu untuk teman kerja biar gak jenuh." jawab Nia dan mengukir senyum untuk berterima kasih.
"Ya sudah aku pergi dulu, Biasa dapat tugas dari pak bos Regal." Evan yang humoris itu pun pergi meninggalkan Nia.
Setelah Evan pergi, Nia segera membuka bungkusan yang berisi roti dan satu cup kopi yang membuat Nia benar-benar kegirangan.
Ia pun hendak memasukan roti tersebut dalam mulutnya namun tiba-tiba roti tersebut dirampas Regal dan segera dibuangnya kedalam tempat sampah begitu juga dengan kopi dingin pemberian Evan tak luput dari Regal yang langsung membuangnya.
"Kenapa dibuang?" protes Nia dengan kesal dan masih tak percaya, roti yang enak itu berakhir di tempat sampah bukan di mulutnya.
Nia menyernyitkan dahinya sambil melipat kedua tangannya di dada sebagai bentuk protes.
"Kau hanya boleh menerima makanan pemberianku sayang, Sebagai gantinya ayo ikut kita akan membeli yang baru." Ajak Regal namun Nia menolaknya.
"Aku tidak mau, bagaimana nanti kalau yang lain tau, kita keluar berdua hanya untuk mencari roti."
"Aku tidak perduli, yang aku inginkan hanya membahagiakan kamu sepanjang hari. Nia, aku sudah kehilangan kamu selama beberapa tahun, dan sekarang kamu datang lagi dalam hidupku, aku tidak akan membiarkan kamu lepas lagi begitu saja, andai aku tidak melepas mu waktu itu mungkin kita sudah menjadi sepasang suami istri dan sudah punya banyak anak. Aku ingin mewujudkan itu."
Nia kembali mengalungkan tangannya dileher Regal, "Semuanya belum terlambat kan?". tanya Nia sembari mengukir senyum manisnya dan Regal pun mengangguk.
To be continued ☺️
Hari ke hari hubungan terlarang antara Nia dan Regal mulai di curigai banyak pihak, lantaran Sikap mereka yang menarik perhatian karyawan kantor.
Setiap hari Nia selalu berangkat dan pulang bersama Regal, padahal jalur rumah keduanya berbeda.
"Nia, aku mau tanya sesuatu padamu." Ucap Ayu saat menyerahkan berkas yang diminta Nia.
"Mau tanya apa Ayu? katakan saja dengan senang hati aku akan menjawabnya." balas Nia sambil tersenyum seolah perkataan Ayu hanya canda.
"Aku serius Nia, gak becanda. Aku dengar desas-desus karyawan di sini, kalau kamu ada hubungan sama pak Regal ya? ingat Nia, pak Regal itu dah punya istri, Kalau istrinya sampai tau kamu ada hubungan dengan suaminya kamu bakalan habis dipermalukan olehnya. Sebelum terlambat lebih baik kamu pikirkan lagi Nia, aku hanya gak mau kamu kenapa-kenapa karena berurusan dengan istri pak Regal itu," tutur Ayu dan lagi-lagi Nia hanya tersenyum.
"Apa sudah bicaranya? Ayu aku berterimakasih karena kamu sudah mengingatkan aku dan masalah benar atau tidaknya hubungan kami aku tidak bisa mengatakannya." Jawab Nia mengabaikan nasehat Ayu.
"Aku hanya mengingatkan, jika terjadi sesuatu, aku tidak bisa membantu, kalau begitu aku pergi dulu, selamat bekerja." Ayu pun meninggalkan Nia untuk kembali bekerja. Senyum Nia seketika lenyap.
"Tidak ada yang bisa menghalangiku melakukannya, karena tidak ada yang tahu tentang perasaanku. Kalian hanya melihat dengan mata dan langsung menghakimi, tanpa tahu kebenarannya, membela yang seharusnya tidak dibela." gumam Nia seorang diri.
Langkah tegas seorang wanita yang di penuhi emosi, menghampiri meja kerja. Saat itu Nia yang sedang sibuk melakukan cek berkas.
Braakkk...
Maya menggebrak meja, membuat apa yang ada di atasnya bergetar. Nia terkejut dan langsung bangkit berdiri.
Dari kejauhan para karyawan sibuk mengintip saat mendengar keributan dan penasaran dengan apa yang akan terjadi.
Plakkkk...
Tamparan keras mendarat tepat di pipi kanan Nia dengan cukup keras, membuat wajahnya seakan terhempas.
Tak hanya itu saja, dengan paksa Maya menarik kalung yang melingkar di leher Nia, hingga membuat luka goresan di leher Nia. Itu adalah kalung pemberian dari Regal, yang sama persis dengan milik Maya.
"Dasar wanita murahan, Pela*cur, gak punya urat malu. Berani-beraninya kamu menggoda suami orang. Wanita seperti kamu memang pantas mendapatkan tamparan, menjijikkan. Apa nggak ada laki-laki lain yang bisa kamu pacari selain menggoda suami orang, atau jangan-jangan kamu memang sengaja merayu Mas Regal untuk menguras hartanya? Sangat mudah di tebak, wanita seperti kamu memang wanita murahan." Hina Maya terus-menerus.
Nia hanya diam, ia mencoba menahan amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya.
"Dasar pelakor." Maya mengangkat tangannya dan ingin melayangkan tamparannya sekali lagi, namun kali ini Nia berhasil menangkapnya dan mencengkeram kuat tangan Maya.
"Aaauuuhhhh... lepaskan!" bentak Maya namun Nia tak mau melepaskannya.
"Kau bilang aku pelakor, lalu kau sebut apa dirimu yang merebut suami kak Alisa, pelakor juga kan. Jadi jangan salahkan kalau suamimu bisa aku rebut juga." Ucap Nia, lalu melepaskan cengkeramannya.
"Jadi kamu-" Maya terkejut sambil mengacungkan telunjuk ke wajah Nia, lalu ia malah tertawa lebar.
"Jadi kamu adiknya Alisa yang bodoh itu, dan sekarang kamu mau menggoda mantan kakak ipar mu sendiri, sungguh memalukan." Maya kembali tertawa lalu kembali menampar Nia disaat Nia lengah.
Nia pun tersungkur di lantai, saat tubuhnya tak siap menerima serangan dari Maya. Tak hanya itu saja, Maya kembali menjambak rambut Nia hingga wajah Nia terdongak keatas menahan rasa sakit.
"Lepaskan aku..." Teriak Nia yang tak bisa melawan.
"Penggoda seperti kamu memang pantas di beri pelajaran. Jika kamu ingin selamat maka pergi jauh dari kehidupan Mas Regal jika tidak maka kamu akan merasakan akibatnya." Ancam Nia.
Disisi lain, Regal yang baru saja kembali bersama dengan Evan di kejutkan dengan kerumunan para karyawan yang saling mengintip.
Langkah Regal terhenti dan ia pun mengacak pinggang ingin marah.
"Pak sepertinya ada sesuatu yang terjadi di dalam." ucap Evan.
Regal segera menerobos kerumunan karyawan saat mengingat Nia ada di sana.
"Minggir kalian." Bentak Evan berusaha memberikan jalan untuk Regal.
Para karyawan yang terkejut dengan kedatangan atasannya, langsung berlarian kembali ketempat kerja mereka masing-masing.
Regal mendapat pemandangan yang mengejutkan, istrinya sedang menganiaya Nia Kekasihnya. Secepat kilat Regal menangkap tangan Maya saat hendak melayangkan tamparan untuk kesekian kalinya.
"Lepaskan aku mas, wanita seperti dia harus mendapatkan pelajaran, Pelakor seperti dia harus dimusnahkan." Maya meronta berusaha melepaskan diri agar bisa menghajar Nia kembali.
"Hentikan Maya." Bentak Regal.
"Biarkan mas, biarkan dia lakukan apa yang ingin dia lakukan, biar dia puas mas." Saut Nia yang dilindungi Evan.
"Tidak Nia, tidak ada yang boleh melukaimu." Saut Regal sembari tetap menahan Maya. "Evan bawa Nia pergi." Perintah Regal, dan segera Evan membawa Nia pergi melewati para pekerja yang sedari tadi menonton adegan panas itu.
"Nia kamu tidak papa?" tanya Ayu, Nia hanya menggeleng dan berlalu melewati Ayu.
Satu-persatu para karyawan membicarakan Nia dan mereka langsung memberi sebutan pada Nia sebagai pelakor dan menambah daftar hitam sekertaris sebagai penggoda bosnya.
Evan mengantarkan Nia pulang ke apartemen tempat tinggalnya.
"Dimana kotak p3k, biarkan aku membantumu mengobati lebam wajahmu dah juga luka di lehermu?" Tanya Evan, Nia hanya menunjuk menggunakan telunjuk, mulutnya tak mampu untuk bersuara lagi.
Dengan hati-hati Evan membantu Nia mengobati beberapa luka kecil di wajah dan juga lehernya.
"Aaauuuhhhh..." rintih Nia menahan pedihnya luka.
"Tahan sedikit pedihnya, lukamu harus di bersihkan biar tidak infeksi. Nah sudah selesai." Ucap Evan, setelah selesai.
"Makasih Van."
"Makasih untuk apa?"
"Nia lebih baik kamu jangan mengusik Nyonya Maya, dia itu Seperti srigala, Siapa saja yang berani Menggoda suaminya dia akan melakukan segala cara untuk menyingkirkannya. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa, lebih baik jauhi pak Regal, Masih banyak pria lain yang menyukai kamu termasuk A-"
"Aku mau istirahat Van, Lebih baik kamu pulang saja." Sela Nia.
"Baiklah, apa kamu tidak papa aku tinggal sendirian?"
"Aku baik-baik saja, lebih baik kamu pulang sekarang." Nia pun mengusir Evan, selain karena ia memang ingin istirahat, Nia tidak ingin pengungkapan Evan yang terus saja mengejarnya.
"Aku pergi, Nanti aku akan menghubungi kamu lagi, Jangan lupa di angkat ya nanti." Pamit Evan lalu meninggalkan Nia seorang diri di apartemennya.
Setelah menutup pintu, Nia menyadarkan tubuhnya di balik daun pintu, Tangisnya kembali pecah. hubungannya semakin rumit saat dirinya memutuskan untuk masuk kembali dalam kehidupan Regal yang jelas-jelas bekas mantan suami kakaknya.
Ibarat sebuah benang, Nia harus mengikat kembali benang yang putus dan kusut, Mungkinkah benang tersebut bisa menjadi baru lagi?
To Be Continued ☺️
Dengan membawa rasa bersalah, Regal datang menemui Nia untuk memastikan keadaannya sekaligus meminta maaf.
Regal mendapati wajah Nia yang memar karena tamparan Maya yang begitu kuat, luka di sudut bibir Nia juga tidak bisa disembunyikan.
"Nia kamu tidak papa?" Regal ingin menyentuh wajah Nia, namun di tepis Nia begitu saja.
"Kenapa datang kemari mas? Lebih baik mas pulang saja." Nia yang masih kesal hendak mengusir Regal dengan menutup pintunya kembali.
"Nia, aku bisa jelaskan. Izinkan aku masuk lebih dulu." bujuk Regal dan berusaha menahan pintu agar tidak di tutup oleh Nia.
Nia pun mengalah dan membiarkan Regal masuk. Nia membalikkannya badannya dan melipat kedua tangannya di dada, memalingkan wajahnya dari pandangan Regal.
"Maafkan aku Nia, aku tak bisa membelamu tadi, Aku tau kamu pasti kecewa dengan sikapku." Regal merengkuh tubuh Nia dan menyandarkan dagunya di pundak wanita yang kini tengah marah dengannya.
Nia terdiam, tak ada satu katapun yang bisa ia ucapkan, Rasa kecewa masih menyelimuti. Dulu Regal selalu membela dirinya di hadapan siapapun, tapi sekarang Regal malah mengusirnya.
"Lepaskan aku mas, lebih baik kita akhiri semua ini." Nia berusaha melepaskan diri.
"Tidak Nia, aku tidak akan melepaskan kamu untuk yang kedua kalinya. Dengarkan aku-" Regal memutar tubuh Nia, dan kini keduanya saling menatap." Sampai kapanpun, hanya kamu yang ada di hatiku, Bertahanlah untukku Nia, tunggu sampai waktunya tepat, aku akan menjadikan kamu sebagai istriku." Bujuk Regal.
"Apa kamu akan menepati janji? tapi bagaimana dengan statusku sekarang, semua orang mengatai aku ini pelakor, Aku malu. Hiks...hiks..."
"Biarkan orang berkata apa, aku akan selalu di sisimu dan untuk membelamu, abaikan apa yang di katakan mereka tidak tau kebenarannya."
"Tapi tetap saja, aku yang akan disalahkan karena sudah menggoda suami orang, Mereka semua beranggapan begitu." saut Nia dengan rengekan.
Regal pun terus membujuk Nia agar tetap mau menjadi sekertaris-nya agar ia bisa selalu bersama dengan Nia.
"Aku pikirkan lagi nanti." Nia meraih tangan Regal dan mengusapnya lembut, "Mas bolehkah aku bertanya sesuatu? tapi aku harap mas jangan marah." tanya Nia lembut.
"Katakan, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, kenapa mas ceraikan kak Alisa dan memilih menikah lagi dengan Maya yang tak lain dia adalah sahabat kakakku. Kenapa kamu begitu tega mas, Apa yang kurang dari kakakku, sampai kamu mencampakkannya begitu saja, Aku sebenarnya sangat marah denganmu yang tidak bisa menepati janji untuk menjaga kakakku."
Regal terdiam, lalu membawa Nia duduk dalam pangkuannya, "Ceritanya panjang Nia, kamu gak usah menanyakan hal ini lagi, yang perlu kamu lakukan hanya selalu berada di sampingku dan selalu ada di saat aku membutuhkan."
Mendengar jawaban Regal, Nia pun tak melanjutkan pertanyaannya, ia tak ingin memaksa, Nia ingin menemukan jawabannya sendiri.
"Apa ini masih sakit?" tanya Regal mengalihkan pembicaraan sambil mengusap lembut pipi Nia. Nia mengangguk karena memang masih sakit.
"Aku akan mengobatinya." Regal pun mencium pipi Nia berulang kali dengan lembut.
"Apa ini obatnya? kalau yang ini bagaimana mengobatinya?" Nia menunjuk luka disudut bibirnya.
"Kamu memang paling pintar kalau urusan menggoda, inilah yang selalu aku rindukan, kau selalu membuatku candu." Regal pun langsung meraup bibir Nia yang begitu menggoda, Nia pun segera membalasnya.
to be continued ☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!