"Dan untuk nilai ujian tertinggi di sekolah ini sekaligus nilai tertinggi se-Provinsi, adalah Aulia Nur Assyifa! Selamat, kepada murid teladan kebanggaan sekolah SMA Nusa Bangsa. Ayo, Aulia sini! Kamu bicaralah sepatah dua patah kata atas keberhasilan dalam ujian nasional ini," kata Kepala Sekolah yang berdiri di atas podium.
Saat Aulia berjalan ke depan, tepuk tangan yang sangat meriah diberikan oleh teman-temannya. Aulia pun senang dengan pencapaiannya. Dia membuktikan kalau anak seorang supir pun bisa menjadi seorang siswa berprestasi dan diakui oleh kebanyakan orang.
"Aku ucapakan banyak terima kasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru yang melalu membimbing kita semua agar menjadi murid yang tadinya tidak tahu apa-apa menjadi banyak tahu. Kita dari seorang murid yang tidak paham apa-apa menjadi paham. Begitu juga untuk teman-teman aku yang selalu memberikan dukungan dan semangat, aku sayang kalian semua. Semua yang aku capai hari ini tidak akan pernah bisa aku raih, tanpa bantuan kalian semua. Aku ...," kata-kata Aulia tertahan karena perutnya terasa mual dan mau muntah.
Hoek! Hoek!
Aulia langsung menutup mulutnya. Dia pun berlari meninggalkan podium. Semua orang yang hadir di sana merasa sangat aneh dan terkejut dengan apa yang terjadi pada sang murid teladan itu. Para murid pun saling berbisik-bisik.
Aulia tidak sempat berlari ke toilet. Dia muntah di pojok ruang perpustakaan. Dia mengeluarkan isi perutnya sampai habis. Sudah tiga hari ini dia sering muntah dan sering mengantuk.
"Aulia, kamu kenapa? Maag atau masuk angin?" tanya seorang guru.
"Sepertinya masuk angin, Bu," jawab Aulia dengan wajahnya yang pucat.
"Ya, sudah kamu istirahat saja ke UKS," titah guru itu.
***
Aulia menenteng tasnya dan berjalan dengan gontai. Dia merasa sedikit pusing meski sudah ditidurkan tadi.
"Aulia," panggil seseorang. Aulia pun menengadahkan kepalanya.
"Kak Rangga!" Aulia berlari dan memeluk tubuh kekasihnya.
"Katanya kamu sakit?" tanya Rangga sambil membelai rambut Aulia dengan sayang.
"Masuk angin kayaknya," jawab Aulia sambil mengeratkan pelukannya.
"Yuk, pulang!" ajak Rangga berjalan sambil merangkul kekasihnya.
***
Beberapa hari pun berlalu dan keadaan Aulia sudah pulih kembali. Dia akan mempersiapkan hari kelulusan bersama teman-teman sekolahnya.
"Kak Rangga, sudah. Masa dari tadi belum puas juga," kata seorang wanita yang usianya masih belia kepada laki-laki yang terus saja mencumbunya.
"Sebentar, Aulia Sayang. Lima menit!" Laki-laki itu masih saja sibuk menjamah tubuh polos kekasihnya.
Setelah melakukan perbuatan terlarang, kedua pemuda dan pemudi itu pun beranjak dari ranjang yang sudah semrawut, akibat ulah mereka. Keduanya pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kak, besok lusa jadikan pergi ke villa?" tanya Aulia sambil merapikan baju seragam putih abu-abu miliknya.
"Tentu saja, Sayang. Kita semua akan merayakan hari kelulusan kamu dan teman-temanmu itu di sana," jawab Rangga sambil mencubit pipi chubby milik Aulia.
"Asik! Kebetulan Bapak akan mengantar Pak Abimana ke Kota Dodol, selama tiga hari." Aulia memeluk tubuh kekasihnya.
"Papa, kok nggak bilang mau pergi? Apa Mama juga ikut, ya?" tanya Rangga. Dia adalah anak dari Abimana, pemilik toko perhiasan terkenal dan terbesar di Kota Kembang.
"Bapak bilang sendiri sama aku lusa kemarin, katanya disuruh mengantar Pak Abimana untuk perjalanan bisnis. Namun, nggak tahu dengan Bu Shinta, ikut atau enggak," jawab Aulia sambil mengambil tas sekolah miliknya.
"Mama pastinya bakal ikut. Dia itu takut kalau Papa selingkuh," ujar Rangga sambil menyeringai.
"Jadi, nggak akan ada yang ganggu kita untuk pergi liburan di villa," ucap Aulia diiringi senyum manisnya.
"Hm, senengnya. Tidak perlu main kucing-kucingan lagi karena takut ke pergok," kata Rangga dengan nada menggoda Aulia.
"Kakak yang mengajak kucing-kucingan. Kita sudah pacaran hampir tiga tahun. Tapi, Papa dan Mama Kak Rangga tidak tahu, kalau kita sedang pacaran," gerutu Aulia lalu berlenggang pergi dari kamar apartemen milik Rangga.
"Bukannya Bapak kamu sama. Dia tidak tahu kalau putrinya sedang pacaran dengan anak Tuannya sendiri," ujar Rangga sambil mengikuti langkah Aulia.
Bapak Aulia yang bernama Yusril merupakan sopir pribadi dari keluarga Rangga. Dia sudah bekerja lebih dari 13 tahun sama salah seorang terkaya di kota itu.
Aulia bisa kenal dengan Rangga juga karena Yusril dulunya sopir yang bertugas untuk antar jemput ke sekolah. Rangga yang merupakan anak tunggal sering merasa kesepian. Makanya Aulia sering diminta untuk bermain di rumah Abimana untuk menemani Rangga.
Seiring berjalannya waktu, cinta tumbuh di antara mereka berdua. Bahkan hubungan mereka sudah melewati batas. Sudah setahun lebih kedua orang itu jatuh pada pergaulan bebas. Rangga berhasil merenggut kesucian Aulia saat dirinya ulang tahun yang ke-20. Aulia yang saat itu masih polos dan berusia 17 tahun pun dengan mudahnya memberikan kehormatan dia pada sang kekasih.
***
"Aulia, gimana? Besok jadi 'kan kita liburan ke vila," tanya seorang perempuan bernama Melati, sahabatnya Aulia.
"Iya, tentu jadi, dong!" jawab Aulia sambil mengedipkan matanya.
"Oke, aku juga sudah ajak kekasihku dan setuju untuk liburan dua hari di villa," balas Melati.
"Lili juga akan ikut bersama kekasihnya. Kita bisa berpesta di sana nanti. Kak Rangga juga akan ajak temannya ikut liburan di villa," ujar Aulia.
***
Acara liburan di villa berjalan lancar. Tentu saja mereka bersenang-senang tanpa ada batasan. Urat malu mereka sudah putus. Sampai saat perjalanan pulang Aulia benar-benar mabok parah. Dia muntah terus selama perjalanan.
"Sayang, kamu sakit apa?" tanya Rangga dengan wajahnya yang panik.
"Entahlah, Kak. Kemarin-kemarin sudah sembuh. Tapi kini kambuh lagi," jawab Aulia dengan lemah.
"Kita periksa ke dokter, ya! Biar tahu kamu sakit apa?" ajak Rangga dan Aulia pun mengangguk.
Rangga pun membawa Aulia ke dokter. Keduanya menunggu agak lama karena dokter itu belum yakin dengan penyakit yang diderita oleh Aulia.
"Coba Nona periksa ke dokter kandungan atau bidan. Saya rasa muntah-muntah yang dialami oleh Anda adalah gejala kehamilan," kata dokter itu dengan suaranya yang lembut.
"Apa?" Keduanya berteriak karena sangat kaget.
"Ada kemungkinan Anda sedang mengandung," ulang dokter itu lagi.
"Bagaimana mungkin?" gumam Aulia karena selama ini dia tidak pernah lupa minum obat pencegah kehamilan.
"Loh, seharusnya Anda senang bisa mengandung. Banyak orang di luaran sana yang ingin punya anak. Mereka bahkan rela mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk punya seorang keturunan," pungkas dokter itu.
Rangga dan Aulia saling beradu pandang. Keduanya benar-benar ketakutan, kalau apa yang dikatakan oleh dokter itu adalah benar.
***
Sekalian pergi ke apotek untuk menebus resep obat. Rangga juga membeli beberapa alat testpack. Sebelum pergi ke dokter kandungan, dia ingin Aulia memeriksa dengan alat tes itu.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Rangga dengan harap-harap cemas. Dia berharap kalau Aulia tidak sedang hamil.
"Ini, Kak," jawab Aulia sambil menyerahkan benda pipih panjang.
"Ini …?" Rangga melihat ada tanda dua garis.
"Hasilnya positif," ucap Aulia sambil berlinang air mata.
"Kamu ha-mil?" Rangga jatuh ke sofa setelah merasakan kedua kakinya lemas karena mendengar ucapan sang kekasih.
***
Mohon dukungannya ya, untuk karya terbaru Aku 🥰.
Kasih Like dan Komentar, ya! Baik itu saran maupun kritik yang membangun 🤗🤗
"Kandungan Nona sudah memasuki tiga bulan, Selamat. Karena ini adalah kehamilan trimester pertama, jaga kandungannya baik-baik, ya." Dokter kandungan itu menjelaskan lewat layar saat Aulia melakukan pemeriksaan lewat USG.
Tubuh Aulia bergetar, bukan rasa bahagia yang dia rasakan saat ini. Justru dia merasakan ketakutan. Bagaimana reaksi yang akan diberikan oleh Papa dan Mamanya Rangga? Bagaimana dengan Bapaknya yang selalu mengingatkan dia agar jangan sampai terlibat dengan perbuatan pergaulan bebas.
Aulia kini merasa pikirannya kacau. Meski dia sudah mempersiapkan diri untuk kenyataan ini, tetap saja berbeda pada waktunya saat melihat ada gumpalan kecil di dalam perutnya.
"Terima kasih dokter. Kami akan menjaga buah cinta ini dengan baik," balas Rangga.
Saat dalam perjalanan pulang, baik Aulia maupun Rangga sama-sama diam. Keduanya sedang berpikir, bagaimana dengan masa depan mereka? Baik Aulia maupun Rangga belum siap untuk punya anak.
***
"Kak Rangga, sekarang kita harus bagaimana?" tanya Aulia dengan air mata yang berlinang.
"Apa sebaiknya kamu pergi dari kota ini? Kebetulan akan masuk kuliah, kan. Aku akan selalu mengunjungi kamu di sana, nanti." Rangga memegang tangan kekasihnya.
"Jadi, aku menyembunyikan kehamilan ini dengan pergi ke luar kota?" tanya Aulia dengan sangsi.
"Iya, bilang saja kita ini suami istri pada orang-orang di sana. Mereka tidak akan tahu siapa kita yang sebenarnya," jawab Rangga.
Aulia menatap Rangga dan memikirkan idenya barusan. Dia tidak menyangka akan seperti ini jawabannya. Saat dia minta Rangga untuk pertanggungjawaban atas kehamilannya.
Keduanya pun sepakat dengan ide itu. Padahal Aulia sudah keterima di universitas negeri favorit, kini mendaftarkan diri di universitas swasta di kota lain. Dia rela melakukan hal ini demi rasa cintanya pada Rangga dan demi bayi yang ada di dalam kandungannya.
***
Sudah tiga hari berlalu saat Aulia dinyatakan hamil oleh dokter. Dia masih suka muntah-muntah saat pagi-pagi. Hal ini membuat Yusril khawatir.
"Nak, kamu kita ke dokter, ya! Bapak perhatikan sudah beberapa hari terakhir ini kamu muntah-muntah terus," ajak Yusril sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.
Betapa terkejutnya Aulia saat melihat ada bapaknya di sana. Wajahnya yang sudah pucat kini semakin pasi saja.
"Lia mungkin masuk angin saja, Pak. Minum wedang jahe juga kayaknya akan cepat sembuh," ucap Aulia sambil tersenyum tipis.
***
Yusril pun membuang sampah ke bak sampah yang ada di sebrang jalan rumahnya. Dia membuang dua kantong plastik sampah berukuran sedang. Saat dia meletakan sampah itu ada test pack yang menyembul dari kantong keresek yang tadi dia bawa. Tangannya terulur dengan gemetar mengambil benda panjang pipih berwarna biru itu.
"Kenapa ada benda seperti ini di kantong sampah rumahku?" gumam Yusril.
DEG!
Tiba-tiba tubuhnya lemas, dia teringat akan putrinya yang sering muntah-muntah saat pagi hari. Lalu dia pun bergegas pulang ke rumahnya dan mencari Aulia.
"Lia! Lia!" teriak Yusril sambil berjalan ke arah kamar putrinya.
"Ada apa, Pak?" sahut Aulia sambil berjalan menghampiri bapaknya.
"Ini milik siapa? Kenapa ada di kantong keresek sampah dari rumah kita?" tanya Yusril dengan menatap tajam ke arah putrinya.
Aulia terbelalak matanya, jantungnya bergemuruh dan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Wajahnya kembali pucat dan matanya berkaca-kaca. Lidahnya terasa kelu dan dia kesulitan untuk berbicara.
"Apa ini milik kamu?" tanya Yusril dengan mendesis.
Aulia hanya diam dan air matanya jatuh membasahi pipinya. Dia tidak bisa menyangkal lagi. Air matanya memberikan jawaban atas pertanyaan bapaknya.
"Sama siapa kamu melakukannya?" tanya Yusril dengan nada tinggi karena dia mulai naik pitam.
"Katakan Aulia!" Yusril sangat murka apalagi putrinya hanya diam saja dan malah menangis.
"Katakan siapa ayah dari bayi itu?" Yusril mencengkram kedua lengan Aulia.
Aulia nangis tergugu sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak bisa bicara atau cuma menyebutkan nama laki-laki yang memberikan benihnya dan menanamnya di dalam perut dia.
"Baiklah. Jika kamu tetap tidak mau memberitahu siapa laki-laki itu. Terpaksa bapak usir kamu dari rumah. Pergilah pada laki-laki yang sudah membuat kamu hamil. Sana minta pertanggungjawaban padanya," ucap Yusril sambil membuka pintu rumahnya menyuruh Aulia ke luar dari rumahnya.
"Pak, Lia minta maaf." Aulia duduk bersimpuh di lantai memohon ampunan pada bapaknya.
"Katakan siapa laki-laki yang sudah menghamili kamu itu?" tanya Yusril dengan tegas dengan menatap pada anaknya.
"Dia … Kak Rangga," jawab Aulia akhirnya jujur.
"Maksud kamu … Rang-ga anak-nya Pak Abi-mana?" tanya Yusril dengan tergagap karena tidak percaya.
"Iya, Pak. Kak Rangga anaknya Pak Abimana," ujar Aulia membenarkan.
"Astaghfirullahal'adzim. Lia, apa yang sudah dia lakukan padamu? Apa di sudah memperkosa kamu?" tanya Yusril dengan gusar.
"Tidak, Pak. Kita sudah pacaran lebih dari dua tahun," jawab Aulia dengan menahan rasa malu dan bersalah pada bapaknya.
"Kau …!" Yusril menunjukan jari telunjuknya pada Aulia.
"Ampun, Pak. Maafkan Lia. Lain dan Kak Rangga saling mencintai. Kita juga melakukannya karena suka pada suka," kata Aulia.
Yusril yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, menampar pipi Aulia dengan keras sampai anaknya itu tersungkur ke lantai. Dia sudah tidak bisa lagi memaafkan kesalahan putrinya ini.
"Lia, sudah berapa kali bapak bilang. Jangan sampai kamu jatuh ke pergaulan bebas itu perbuatan dosa! Setiap hari bapak bicara sama kamu dan kamu hanya menganggap omongan bapak itu angin lalu!" teriak Yusril sambil menjebak rambutnya sendiri. Dia merasa sudah jadi ayah yang gagal karena tidak bisa menjaga putrinya dari perbuatan zina.
Mungkin kalau Aulia hamil karena diperkosa, Yusril tidak akan semurka ini pada anaknya. Ini putrinya bilang suka pada suka. Mereka melakukannya dalam keadaan sadar. Hati ayah mana yang tidak akan terluka dan marah, saat mengetahui hal ini.
"Apa Rangga sudah tahu kamu saat ini sedang hamil?" tanya Yusril dengan mendesis.
"Iya, Kak Rangga tahu," jawab Aulia sambil menganggukkan kepalanya.
"Lalu apa kata dia?" tanya Yusril dengan menatap intens pada bola mata Aulia.
"Kak Rangga bilang, kalau tidak mau menggugurkan bayi ini. Lia harus pindah ke kota lain. Di mana tidak ada seorang pun yang mengenali Lia. Kak Rangga akan sering mengunjungi Lia ke sana dan mengaku kita sebagai pasangan suami istri," jawab Aulia dengan pelan karena merasa takut dalam tekanan sorot mata Yusril yang begitu tajam.
"Apa? Apa kamu yakin kalau dia akan benar-benar bertanggung jawab pada kamu dan bayi yang ada di dalam perut kamu ini" tanya Yusril dengan senyum miringnya. Dia berpikir kalau Aulia itu bodoh karena mudah dibohongi oleh orang lain.
Aulia diam termangu dan memikirkan lagi kata-kata yang tadi diucapkan oleh bapaknya.
***
Apa yang akan dilakukan oleh Yusril? Akankah Rangga bertanggung jawab? Tunggu kelanjutannya ya!
Hari itu juga Yusril dan Aulia mendatangi rumah keluarga Abimana. Mereka ingin memberitahu kalau putra mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Aulia.
Kini dua keluarga itu sedang berkumpul di ruang tamu. Tuan dan Nyonya rumah yang biasanya berlaku baik, kini memandang rendah kepada mereka.
"Gugurkan saja kandungan itu!" titah Shinta dengan tatapan sinis.
"Apa Anda tega membunuh cucu sendiri?" tanya Yusril tidak percaya.
"Janin itu tidak pernah inginkan. Jadi, lebih baik kamu gugurkan saja, selagi belum besar," jawab Shinta.
"Sungguh kejam Anda Nyonya! Menyuruh putriku untuk membunuh nyawa tak berdosa. Aku tidak akan pernah menyuruh putriku melakukan itu. Dia sudah berbuat dosa besar dengan melakukan zina. Kini Anda menyuruhnya melakukan dosa besar lainnya lagi. Jangan sampai murka Tuhan menimpa kita semua. Biarkan bayi ini hidup dan sebagai pengingat mereka akan dosa-dosa yang sudah mereka lakukan." Yusril baru kali ini marah dan membentak orang yang selama ini dia layani.
"Maaf Yusril, kami tidak akan mengakui bayi yang ada di dalam perut Aulia sebagai cucu kami. Terserah kalian mau membesarkan atau menggugurkan. Aku akan kasih uang dua puluh juta sebagai tanda permintaan maaf. Kita akhiri pembicaraan ini. Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus dikerjakan," pungkas Abimana lalu menyerahkan cek dengan nominal 20 juta.
"Maaf, Tuan. Aku tidak akan menerima uang itu. Kalau aku menerimanya, maka aku tidak akan ada beda jauhnya dengan kalian semua," ucap Yusril menolak uang pemberian tuannya.
"Jangan sombong kamu, Yusril! Orang miskin seperti kamu pastinya butuh uang untuk mengurus bayi itu," hardik Shinta dengan mata melotot.
"Justru Nyonya adalah orang yang sudah sombong. Menganggap remeh nyawa yang yang belum lahir ke dunia. Suatu saat Tuhan akan memberikan hukuman kepada Anda dan keluarga ini," desis Yusril lalu berdiri dan menggandeng tangan Aruna agar ikut dengannya.
"Kesombongan kalian akan membawa kehancuran untuk keluarga ini," lanjut Yusril.
***
Aulia menangis tergugu di dalam kamarnya. Dia sangat menyesal akan perbuatannya. Dia tidak menyangka akan sampai membuahkan hasil. Padahal dia tidak pernah absen meminum pil pencegah kehamilan.
Sebenarnya pernah satu kali Aulia lupa makan pil itu. Kejadian saat mereka melakukan hubungan terlarang itu di rumahnya. Hari itu Yusril tiba-tiba pulang ke rumah karena sakit. Aulia panik lalu membawanya ke puskesmas dan merawatnya sehari semalam, dia melupakan pil KB yang belum dia minum. Padahal hari itu dia dalam keadaan waktu subur rahimnya.
Kini, Aulia merasa sangat kecewa kepada Rangga. Dia kirim pesan pun tidak dibaca apalagi membalasnya. Rencana yang sudah mereka susun pun, dia sangsi akan menjalankannya.
***
Malam harinya Rangga datang ke rumah Yusril karena ingin menemui Aulia. Namun, Yusril yang sudah terlanjur sangat marah pada dirinya dan juga keluarga Abimana, membuat dia enggan menerima Rangga sebagai tamu.
"Pak, saya mohon izinkan kami untuk bicara. Aku sangat mencintai Aulia dengan tulus," kata Rangga dengan wajah memelas.
"Pergi saja kamu! Lia sudah tidak membutuhkan kamu," hardik Yusril dengan tangan yang menunjuk ke luar pagar rumahnya.
"Pak, saya mohon!" pinta Rangga dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Aku bilang pergi!" bentak Yusril dengan mukanya yang sudah memerah.
Mendengar ada suara ribut di depan rumahnya. Aulia pun keluar kamar dan melihat apa yang sedang terjadi. Betapa terkejutnya dia saat melihat ada Rangga di sana.
"Aulia, ayo kita bicara!" pekik Rangga ketika dia melihat ada kekasihnya dekat pintu.
Yusril membalikan badan dan melihat ada Aulia di sana. Lalu dia berkata, "Lia, kamu masuk ke kamar!"
"Tidak, Pak. Aku mau bicara dengan Kak Rangga," tolak Aulia sambil kepalanya menggeleng.
"Lia, kamu mau membantah perintah, Bapak!" bentak Yusril.
Aulia pun hanya meneteskan air mata. Dia berharap bapaknya bisa memberikan izin agar bisa bicara dengan Rangga.
"Pak, Lia mohon!" pinta Aulia dengan tatapan memelasnya.
"Apa kamu sudah lupa dengan apa yang sudah mereka lakukan kepada kita?" desis Yusril dengan rasa jengkel pada putrinya.
"Aku akan menikahi Aulia secara siri!" pekik Rangga tiba-tiba.
"Apa maksud kamu, Rangga?" hardik Yusril dengan mata memerah.
"Pak, saya akan menikahi Aulia. Tetapi, dengan sembunyi-sembunyi. Jangan sampai kedua orang tua aku, tahu." Rangga bersungguh-sungguh karena rasa cintanya kepada Aulia.
Aulia dan Yusril membelalakkan mata mereka. Keduanya tidak menyangka kalau Rangga akan bicara seperti itu.
"Aku menolak! Aku tidak mau kalian menikah dengan sembunyi-sembunyi. Menikahlah dengan wajah seperti pada umumnya orang menikah," ujar Yusril menolak keinginan Rangga.
Aulia hanya diam saja. Bagi dia tidak masalah menikah secara diam-diam asal sah secara hukum negara dan agama. Dirinya sudah terlanjur hamil dan dia berkeinginan kalau Rangga menikahinya.
"Pak …." Aulia menatap Yusril dengan penuh harap agar bapaknya mau menyetujui keinginan Rangga.
"Tidak, Lia. Bapak tidak akan mengizinkan kalian menikah seperti ini," kata Yusril dengan tegas. Dalam hatinya dia merasakan sakit putrinya diperlakukan seperti ini.
"Hanya ini cara satu-satunya agar bisa menyelamatkan nama baik Bapak dan Aulia. Papa dan Mama pasti akan menentangnya kalau tahu hal ini. Mungkin saat ini mereka tidak setuju, siapa tahu setelah bayi itu lahir, mereka akan menerima Aulia dan bayi kita," ucap Rangga.
"Benar, Pak. Kita berdoa supaya hati Bu Shinta dan Pak Abimana di luluhkan dan mau menerima Lia dan bayi ini kedepannya," kata Aulia dengan pelan.
"Kamu jangan bodoh, Lia. Dia itu hanya tidak mau di cap jelek oleh masyarakat. Kalau dia benar-benar cinta sama kamu, maka dia akan mengajak nikah dengan cara wajar," ujar Yusril dengan kesal akan kebodohan putrinya.
Saat perdebatan mereka di teras depan rumah. Datang sebuah mobil yang berhenti di depan pintu pagar. Terlihat ada Shinta dan Abimana turun dari mobil itu. Lalu keduanya berjalan memasuki halaman rumah Yusril.
"Apa yang kamu lakukan di sini Rangga?" bentak Shinta pada putranya.
"Aku ingin mengajak Aulia untuk menikah, Ma," jawab Rangga dengan jujur. Dia merasa sudah terlanjur ketahuan.
"Dasar kamu anak tidak tahu di untung!" hardik Abimana sambil menarik tangan putranya.
"Kamu sudah Papa dan Mama jodohkan dengan Kamila. Dia wanita terhormat dari kalangan atas. Kamu malah kabur dan pilih wanita murahan ini! Di mana otak kamu?" Shinta memukul lengan Rangga.
"Pokoknya sampai kapanpun, Mama tidak akan pernah sudi punya menantu seperti dia!" Tunjuk Shinta pada Aulia.
"Hei, Bu Shinta! Kamu jangan menghina anakku! Lihat, anak kamu sendiri juga sama-sama melakukan kesalahan ini. Dia juga berhak mendapat hinaan dari kamu," kata Yusril dengan bernada tinggi sambil memegang dadanya yang mulai terasa sakit.
"Apa kamu lupa Yusril, siapa ibu dari Aulia ini? Bukannya dia mantan pelacur yang kamu ajak nikah. Pastinya anaknya tidak akan jauh dari ibunya itu," ucap Shinta dengan senyum sinis.
Betapa terkejutnya Aulia mendengar perkataan Shinta barusan. Dia tidak tahu masa lalu ibunya seperti apa. Sebab, yang Aulia tahu kalau ibu dia itu wanita cantik dan baik hati. Orang-orang di sekitar sana juga bilang seperti itu. Ibu kandung Aulia sosok wanita yang lembut dan sabar. Tidak pernah marah atau mencaci maki orang lain. Bahkan ibunya itu adalah seorang wanita yang pintar dan cerdas yang dulu selalu mengajari dia belajar. Itu semua yang ada dalam ingatan Aulia.
"Kau …!" Yusril menahan rasa sakit di dadanya dan akhirnya jatuh ke lantai, tidak sadarkan diri.
"Bapak!" teriak Aulia dan langsung meletakan kepala Yusril di pangkuannya dan menggoyangkan bahunya agar bapaknya itu bisa sadar kembali.
***
Apa yang akan terjadi pada Yusril dan Aulia? Akankah Rangga menikahi Aulia? Tunggu kelanjutannya ya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!