NovelToon NovelToon

Pemuda Hebat Seperti Dewa

Pengenalan Tokoh keluarga

Siang belum sepenuhnya hadir masih dalam perjalanan. Tapi pagi sudah beranjak pergi dari munculnya matahari di hari itu.

Pemuda berusia 15 tahun dengan memakai pakaian seragam putih abu duduk di kursi bangku sekolah bersama 40 siswa siswi lain nya sedang menunggu panggilan dari guru pembimbing nya.

"Muhammad Awan Pratama." Seorang Guru wanita memanggil nama nya untuk segera maju kedepan kelas.

Tepukan tangan serta sorak sorai dari siswa dan siswi lainnya bergemuruh di ruangan kelas tiga SMP Taruna Nusantara di kota kecil Cianjur Jawa Barat.

Setelah Pemuda yang di panggil itu sampai di depan meja Guru. Lalu guru itu menyerahkan satu buah rapot dan berkata kepada murid didiknya.

"Selamat Anakku kamu lulus dan masuk peringkat nomor tiga besar di antara 40 siswa lainnya." Wanita berusia 40 tahun memakai jilbab putih menyerahkan raport berwarna merah pada siswa yang di panggil kedepan kelas.

"Terima Kasih Bu Guru tampa bimbingan dan didikan dari Ibu guru dan guru guru lainnya. Saya tidak akan bisa mencapai peringkat ini." Jawab Awan seraya menerima buku raport dan mencium tangan guru tersebut.

*

*

*

Adzan duhur berkumandang di kampung Babakan Desa Kertayasa Cianjur. Seorang pemuda berjalan dengan tergesa gesa menuju rumah yang tidak jauh dari suara adzan di Masjid Jami Al Ikhlas. Tidak lama kemudian pemuda yang bernama Muhammad Awan Pratama itu tiba di rumah gubug bilik yang kumuh di depan samping halaman tampak barang barang rongsokan milik Kakak pertama nya tersimpan rapi.

"Assalamualaikum."

Seorang pemuda memakai baju seragam sekolah memasuki halaman yang begitu sempit karna beberapa karung rongsokan di simpan tepat di depan rumah kumuh itu

"WaallAikum Salam." Jawaban dari lelaki berusia 22 tahun yang bernama Ujang Mulyadi seraya tersenyum manis.

Pemuda itu pun langsung masuk ke dalam rumah seraya berteriak dengan memanggil manggil Ibu nya yang kemungkinannya sedang berada di ruangan tengah.

"Bunda....." Bunda....." Bunda....." Panggil pemuda berusia 15 tahun memanggil manggil Ibu kandung nya itu.

Muhammad Awan Pratama adalah anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan suami istri yang bernama Hilman dan Lisnawati. Anak pertama Bunda seorang laki laki yang bernama Ujang Mulyadi. Para tetangga memanggil dengan sebutan Ujang atau kang Ujang. Kang Ujang usia nya saat ini 22 tahun dan sudah menikah tinggal di samping rumah Bunda. Dia mengontrak rumah bersama istri nya setelah tiga bulan menikah.

Kang Ujang sehari hari nya suka mencari rongsokan di kampung kampung sebelah. Terkadang para tetangga menyuruh untuk membersihkan kebun atau serabutan lainnya yang penting mendapatkan upah dengan cara halal.

Rumah Tangga Ujang Mulyadi bersama Istrinya Dena Rachman sudah menginjak tiga tahun dan di karunia satu orang putri yang baru berumur satu tahun setengah. Sedangkan istrinya kang Ujang biasa suka ikut sama Bunda. Ikut kuli ngepak atau pun membungkus di pabrik tik tuk yang tidak jauh dari Rumah Bunda. Tempat lahir nya PEMUDA HEBAT SEPERTI DEWA.

Anak kedua pasangan Hilman dan Lisnawati bernama Mulyana biasa di panggil kang Yana, usia nya baru 20 tahun dan baru 3 bulan menikah. Sekarang dia menetap di rumah mertua nya yang lumayan jauh dari kampung tempat kelahiran nya tapi masih satu kecamatan.

Putra ketiga yang terlahir dari rahim wanita yang penuh dengan kesabaran menjalani kehidupan yang kekurangan harta. Adalah Muhammad Awan Pratama atau biasa orang orang menyebut nya Awan. Anak yang berbeda nama dari adik dan kakaknya dan lahir di malam tepatnya di malam satu suro.

Menurut mitos. Malam Satu Suro adalah Lebarannya Makhluk Gaib. Kisah ini pasti sudah kerap terdengar di telinga kita, sebagian masyarakat pada masa lalu mempercayai jika malam 1 suro merupakan lebaran bagi makhluk gaib sehingga banyak di antara mereka yang keluar dari tempat persinggahan masing-masing.

Anehnya mitos ini kerap dikaitkan dengan adanya penampakan serta gangguan makhluk halus di malam tersebut.

Entah darimana awal mitos ini muncul yang jelas mitos tersebut hingga kini masih banyak dipercaya.

Terlalu berlebihan jika ada yang percaya bahwa malam satu suro merupakan malam paling buruk dalam satu tahun.

Bahkan ada beberapa orang yang menganggap bahwa di bulan suro terdapat banyak sekali sial dan bencana yang akan menimpa umat manusia.

Muhammad Awan Pratama. Kakek Bunda memberikan nama kepada pemuda yang sekarang berusia 15 tahun.

Kakek. Bunda dulu pernah berkata kepada Bunda. Lisnawati Anak ini yang akan mengangkat mu dari kubangan lumpur. Dan membawa harum keluargamu di saat badai sedang menerjang." Kata nya tapi entah lah sampai saat ini kehidupan keluarga masih serba kekurangan apalagi di tambah pigur seorang ayah menikah lagi. Bunda semakin suka melamun dan menyendiri.

Keseharian pemuda bernama Awan sekolah dan bila waktu libur dia pergi ke pasar untuk menjadi kuli panggul atau pun berjualan kantong plastik dari kelas satu SD sampai sekarang kelas 9 dan lulus SMP.

Anak yang ke empat anak yang di tunggu-tunggu sama Bunda dan Bapak karna jenis kelamin nya cewek yang lebih bahagia oleh Bunda hamil kembar. Tapi Allah berkehendak lain setelah persalinan bayi kembar secara normal. Alhamdulillah yang pertama lahir nya bayi perempuan di beri nama Rina Puspita sari dan yang adik nya jenis kelamin bayi laki-laki di beri nama Riki. Tapi hanya bertahan 7 hari yang laki laki udah kembali lagi sama sang pencipta.

Setelah selang beberapa tahun bunda mengandung lagi Alhamdulillah Bayi nya perempuan dan di beri nama Indri putri lestari.

M. Awan Pratama. Adalah pemuda berambut sedikit panjang wajah putih dan mata bening serta badan atletis dengan tinggi badan 160 cm di usia 15 tahun ini.

Awan lahir dari keluarga yang tidak mampu dan serba kekurangan tapi pantang buat dirinya mengemis atau meminta minta belas kasih orang lain. Karna ajaran dari ibu dan guru ngaji nya.

Bunda pernah menasehati dan memberi petuah kepada anak anak nya. Walaupun kita hidup miskin serba kekurangan tapi Bunda tidak rela kalau ada anak anak Bunda meminta minta ke orang lain. Kata Bunda lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah.

*

*

Anakku. Ngapain teriak teriak berisik? berisik sekali Bunda dan adik adik kamu sampai kaget." Keluh Lisnawati setelah melihat anaknya di pintu masuk.

Pemuda itu hanya tersenyum dan berjalan menghampiri wanita setengah baya yang duduk bersama kedua adiknya sedang menonton televisi.

"Iya..... Ini kak Awan bukan nya bilang salam. Malah teriak teriak." Celetuk gadis kecil berusia 9 tahun itu.

Dengan senyuman manis seraya duduk bersila di samping Ibu kandung dan kedua adik nya. Awan langsung mencium tangan wanita yang telah melahirkannya dan mengusap ngusap rambut kedua adiknya itu.

"Ada apa Nak?" Tanya Bunda setelah pemuda itu duduk di samping kirinya.

"Alhamdulillah, Awan lulus. Dan dapat peringkat ke tiga besar." Kata ku seraya menyerahkan buku raport kepada Ibu nya.

Lisnawati menerima raport anaknya dengan perasaan hati yang bahagia lalu membuka nya serta membaca nya dengan pelan hingga air matanya tak terasa lepas begitu saja.

"Alhamdulillah waa syukulilah.." Lirih Lisnawati lalu menutup buku raport seraya menatap wajah Awan dan mengelus nya.

Rina melihatnya sama hal nya seperti bunda. Dan berkata. "Alhamdulillah" Kak Awan mau di lanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau tidak.?" Adik nya bertanya dengan polos.

"Insyaallah." Balas Awan singkat seraya menatap wajah ibu nya yang tampak sedih di lihat oleh Awan.

Di revisi ulang ya Thor

Bersambung.

Pertengkaran wanita paruh baya

"Bunda... Kenapa menangis? Apakah tidak bahagia.?Anakmu lulus dan ingin melanjutkan sekolah ke tingkat SMA.?" Tanya Sang anak. Sekilas menatap wajah wanita yang sudah keriput di makan usia tapi masih terlihat kecantikan nya walaupun usia sudah menginjak 45 tahun.

Wanita setengah tua di panggil dengan sebutan Bunda oleh pemuda yang baru datang. Sekali lagi tidak bisa bersuara atau pun memberi saran sama halnya waktu pemuda itu lulus sekolah dasar dan ingin bersekolah ke tingkat SMP.

"Anakku Awan Pratama. Air mata yang menetes menyusuri wajah Bunda yang sudah keriput. Adalah air mata kebahagian melihat anak nya sudah lulus dari tingkat SMP. kamu sendiri juga tahu kedua kakak mu hanya bisa sekolah sampai tingkat kelas SD karna terbentur nya sebuah biaya. Mereka berdua lebih mementingkan mencari uang ketimbang bersekolah.

"Tapi saat ini Bunda bingung ketika adikmu menanyakan apakah kamu akan melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di situlah hati Bunda sedikit terenyuh dengan pikiran kebingungan karna terbentur ekonomi." Terang Lisnawati.

Pemuda itu seketika tersenyum dan menyeka air mata yang jatuh dari kelopak mata bening wanita yang telah merawatnya dan membesarkan dengan limpahan kasih sayang.

"Bunda tidak usah bingung dan banyak pikiran untuk saat ini dan kedepan nya. Alhamdulillah. Untuk urusan biaya pendaftaran dan semua alat alat sekolah sudah di pikirkan oleh Awan. Dan Bunda cukup mendoakan saja anakmu agar sehat dan selalu di beri kemudahan setiap langkah kaki yang di jalankan." Kata Awan supaya ibu kandung nya itu tidak bingung dan banyak pikiran.

"Kok bisa?" Tanya Lisnawati singkat dan penasaran.

"Awan kan bukan seperti pemuda lainnya. Di waktu libur hanya untuk bermain, kan Bunda juga tahu tiap libur dan sebelum masuk sekolah Awan kerja di pasar. Jadi masih ada tabungan untuk biaya ya. Pendaftaran sama beli alat alat sekolah." Jawab Pemuda itu.

Bunda hanya mengangguk. Pikiran nya entah kemana hanya Bunda yang tahu.

"Bunda......! Awan mau ke rumah pak Lukman dulu." Sambung Awan seraya berdiri berjalan pergi ke pintu keluar.

"Mau ngapain Nak kerumah Pak Lukman?" Tanya Bunda cepat seraya kening nya berkerut.

"Ada yang harus Awan tanyakan kepada Pak Lukman selaku kepala sekolah di SD Negeri. Tentang persyaratan masuk sekolah menengah atas." Jawab ku sedikit berbohong.

"Syukur lah Nak. Takut nya Bunda punya pemikiran yang jelek terhadap kamu. Karna Pak Lukman beberapa kali selalu bilang kepada Bunda ingin membantu anak-anak bunda untuk sekolah menuju tingkat tinggi." Bunda menjelaskan kepada Awan.

"Siap Bunda......! Pokoknya bunda yang terbaik dan tercantik." Kataku sambil di acungi jempol oleh kedua adikku yang tadi pokus menonton televisi Dengan serial drama film India yang suka mewek dan terharu.

Awan pun melangkahkan kaki nya keluar dan berjalan menuju arah Masjid untuk menunaikan shalat duhur di masjid yang tidak jauh dari rumahnya serta menuju rumah Pak Lukman kepala sekolah SD di kampung sebelah.

*

*

*

Di lain tempat tapi masih waktu yang sama tepat nya di salah satu rumah yang mewah dengan halaman yang cukup luas tepat nya di kampung sebelah yang tidak jauh dari rumah Nenek pemuda berusia 15 tahun itu.

Pasangan suami istri berusia 40 tahun sedang mengobrol di ruangan keluarga dengan topik yang serius.

dalam obrolan suami istri itu di iringi canda dan tawa serta senyuman yang jahat di antara kedua nya.

"Suami ku.....! Jadi kapan akan segera menyita sawah Nenek peyot bernama Romlah? Tanya istri yang duduk di samping suaminya.

"Sebulan lagi sayang. Pas enam bulan dia tidak membayar bunga dan pokoknya. Jadi kalau di hitung hitung hutang nya menjadi 110 juta sedangkan sawah yang ia milik harga nya hanya sekitaran 250 juta tinggal kita bayar 5 juta dan dengan di bantu dengan ancaman orang orang kita maka sawah itu menjadi milik kita." Jawab Engkos suami dari istri yang bernama Titin itu seraya tertawa riang penuh kemenangan.

Mereka berdua tertawa terbahak bahak karna sawah yang mereka berdua idam idamkan. Akan segera di dapatkan dengan mudah.

Kosasih nama aslinya biasa mereka menyebut nya Engkos lelaki dengan usia 40 tahun itu adalah orang terkaya di kampung sebelah pemuda tampan itu. Tepat nya di kampung Nenek Romlah.

Pekerjaan sehari hari nya mencari ayam kampung asli untuk di masukan ke Restoran Restoran mewah di kawasan Jawa Barat.

Akan tetapi kekayaan yang ia dapatkan tersiar kabar hasil dari pesugihan yang tidak memakai tumbal tapi ada syarat yang mungkin nanti saya akan bahas di bab bab selanjutnya.

Sedangkan istrinya Engkos yang bernama Titin kharisma sehari harinya dia menjalankan roda perekonomian nya menjadi lintah darat dengan janji manis di awal tapi pahit di belakang.

Sama hal yang di rasakan oleh Bu Romlah saat ini sudah hampir setahun dia meminjam uang dengan jaminan sertifikat sawah dengan bunga yang mencekik dalam batas perjanjian pinjaman hutang kepada rentenir itu bila dalam tempo tujuh bulan tidak bisa membayar dengan bunga dan pokok nya maka jaminan itu menjadi milik peminjam.

#Plasback#

Satu tahun kebelakang di saat tragedi itu datang di malam hari tepatnya setelah seminggu kematian ayah Bu Romlah. Yang bernama mama haji Jalaludin.

"Romlah......! Keluar kau saat ini juga.! Teriak satu suara dari luar halaman teras rumah nya.

"Wanita paruh baya itu pun keluar menghampiri teriakan seorang wanita yang terpaut usia nya beda beberapa tahun.

"Ada apa kau Markonah? apakah tidak sebaiknya kau masuk dan bertanya baik baik? Pantaskah seorang yang mempunyai gelar haji malam malam berteriak di rumah saudaranya? Kata Romlah dengan nada sedikit menahan emosi nya.

"Woy....! Jangan menceramahi." Cuih....! Mana sertifikat sawah milik ayah. Cepat kau berikan kepada saya sebelum ku bakar rumahmu ini." Kata Markonah dengan emosi yang meledak ledak.

"Kenapa kau menanyakan sertifikat sawah milik ayah. Apakah pikiran mu telah dirasuki oleh iblis. Kita ini masih suasana berduka belum genap 40 hari ayah meninggal tapi kau sudah meminta sertifikat sawah milik ayah." Tanya Romlah yang mulai sedikit termakan emosinya.

"Hai.....! Romlah jangan banyak bacot loe....! Kalau kau masih tidak mau ngasih sertifikat itu. Dengan terpaksa aku akan mengambil paksa menerobos masuk kedalam rumah butut mu. " Kata Markonah yang sudah mulai melangkah kan kaki nya menuju pintu masuk rumah Bu Romlah.

"BERHENTI.

"Teriak Bu Romlah. Seraya berkata lagi.

"Tunggu lah di sini.!! Tak Sudi rumahku di masuki oleh Anak durhaka seperti dirimu.

"Bajingan kau Romlah." Geram Markonah dengan gigi berdetak menahan amarah nya.

Tidak lama kemudian Bu Romlah pun kembali dengan membawa sertifikat sawah milik ayah nya dan menyerahkan kepada wanita yang bernama Markonah. Yaitu adik kandung nya sendiri yang sudah bergelar Haji Markonah.

"Hahahaha......" Hahahaha.....!! Tawa lantang dari Markonah karna harta milik ayahnya bisa dia makan hari ini juga.

"Romlah Sertifikat sawah ini akan saya jadikan jaminan kepada Ibu Titin untuk meminjam uang 50 juta dan kau tiap bulan yang akan membayar Bungan nya dan hutang saya kau yang bayar.'' Kata Hajah Markonah.

"Apakah otakmu tidak waras hah....." Kau yang meminjam dan yang memakai uang nya. Kenapa harus aku yang membayar nya." Sergah Romlah.

"Hahahaha" Bila aku tidak membayar selama tujuh bulan bunga nya tertuang dalam perjanjian antara aku dan pihak pemberi pinjaman maka sawah milik ayah akan di ambil oleh Bu Titin selaku pemberi pinjaman.

Bersambung.

Ketiga Sahabat Muhammad Awan Pratama Bertemu

Ketiga Sahabat Muhammad Awan Pratama Bertemu

Siang Itu tampak matahari menampilkan kekuatannya di kampung tempat pemuda tampan bernama Awan di lahir kan.

Obrolan panjang bersama dengan orang yang telah melahirkan sosok pemuda yang tampan dan cukup pintar di usia yang masih terbilang belia. Tapi pemuda itu bisa menempatkan dimana kedewasaan dan kepintaran serta kemampuan yang mungkin orang lain tidak mengetahui nya.

Muhammad Awan Pratama. Nama yang di berikan oleh Kakek buyut nya. Tepat pas dia lahir malam Jumat satu syuro. Dia lahir dari seorang Ibu yang bernama Lisnawati.

Di saat Awan mau memasuki pintu pagar masjid dari arah belakang ada yang memanggil nya.

"Awan......" Teriak satu suara dari arah belakang. Dan yang di panggil pun langsung memutar badannya melihat pemuda yang umur nya dua tahun di atas nya seraya berkata.

"Ehk..... Fikri. Ada apa teriak teriak? Tanyaku setelah melihat lelaki yang umur nya beda satu tahun denganku.

"Bokap gue nyuruh loe datang ke rumah." Jawab Fikri.

"Ada apa ya kira kira? Tanyaku.

"Mana gue tau.! Timpal Fikri acuh.

"Ya..... Sudah nanti gue kerumah loe. Setelah sholat." Kata Awan.

"Ok." Balas Fikri singkat seraya pergi begitu saja. Sedangkan Awan masuk ketempat Wudhu untuk menunaikan ibadah solat duhur yang sudah pukul satu siang.

*

*

*

Sementara disalah satu warung milik Bu Jubaedah yang biasa di tempati para gadis dan ibu ibu pecinta jajanan pedas yang super hot sampai ada istilah pedasnya level 10.

Irma, Kiara, dan Mira tiga gadis berusia 17 tahun sedang bercanda gurau di warung itu sambil menunggu pesanan nya matang.

"Bu Jubaedah aku mau seblak level lima dong pake kerupuk sama baso biasa paket komplit." Kata Irma memesan jajanan di warung tersebut.

"Aku juga samakan aja Bu Jubaedah paket komplit." Timpal kedua gadis itu secara bersamaan.

"Sip. Nona nona cantik." Kekeh Bu Jubaedah seraya mata nya berkedip sebelah kiri kepada mereka bertiga.

"Mira.... Loe dah ketemu sama Awan belum? Tanya Kiara di sela menunggu seblak pesanan yang sedang di bikin oleh pemilik warung.

"Belum..." Balas Mira singkat seraya geleng-geleng kepala nya.

"Bukan kah hari ini dia menghadiri pengumuman sekolah lulus atau tidak nya?" Tanya Irma yang bertanya karna kalau mengobrol kan tentang pemuda yang bernama Awan itu hati nya terasa ada daya tarik.

"Yoi....." Balas Kiara singkat.

"Menurut kalian berdua. Apakah Awan sekarang akan lulus dan peringkat 10 Besar dia dapatkan..?" Mira penasaran nya di buat nya.

"Menurutku mungkin sih kalau lulus mah pasti cuma kalau peringkat 10 besar mungkin tidak ada. Karna loe tahu sendiri dari kelas 1 SD dia tidak ada peringkat tapi pas kelas enam mendadak ada peringkat tiga besar. Atau jangan jangan dia nyogok ya." Terka Kiara berburuk sangka terhadap Awan dalam obrolan bersama dua sahabat nya itu.

"Husssss....! Tidak boleh Suuddzon loe jadi orang. Apalagi sama sahabat loe sendiri." Irma memberi peringatan kepada Kiara.

Obrolan mereka bertiga pun berhenti ketika Bu Jubaedah datang membawa pesanan seblak berikut dengan minuman nya.

"Gadis Gadis cantik silahkan pesanan nya sudah jadi dan selamat menikmati.." Kata Jubaedah kepada mereka bertiga.

"Terima Kasih Bu Jubaedah yang paling cantik dan genit di kampung ini." Kata mereka bertiga serentak seraya tertawa cekikikan.

"Sama Sama." Balas Bu Jubaedah lalu kembali ke tempatnya karna masih ada yang mengantri untuk membeli seblak buatan nya.

*

*

*

Masih di kampung yang sama dan waktu yang tidak berbeda seorang pemuda yang sedang duduk di masjid seraya tangannya di tadahkan keatas dan bibir berkata dengan pelan dan mata serta pikiran dia pokus kan kepada sang pencipta langit dan bumi.

Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.

“Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil.

"Setelah selesai menunaikan kewajiban nya dan tidak lupa di iringi dengan doa kepada orang tua nya. Pemuda itu pun langsung beranjak dan keluar dari masjid untuk menuju rumah Pak Lukman. Dan tadi juga anaknya yang bernama Fikri memberi tahukan bahwa ayah nya menunggu di Rumah nya.

"Langkah kaki pun terhenti di saat dia keluar dari gerbang Pagar Masjid dan mata nya menatap kearah yang sedikit jauh dari pemuda itu.

"Awan......." Teriak tiga gadis bersamaan dan langsung menghampiri pemuda yang di panggilnya.

Awan langsung membalikkan badannya kearah suara, Ia tersenyum dan hati nya berkata. " Irma, Kiara dan Mira. Ketiga gadis yang berwajah cantik putih dan mulus memakai pakaian yang elegan menandakan golongan orang kaya.

Mereka bertiga pun sampai tepat di hadapan pemuda yang dari tadi menatap nya. Tampa berkedip sedetik pun.

"Hei...... Awan loe malah bengong.? Tanya salah satu gadis dari mereka bertiga.

"Eh..... Anu.... Kiara, Mira, dan Irma. Pada mau kemana? Bidadari Bidadari yang turun dari kamar mandi tepat nya dalam got." Ledek pemuda itu sambil tertawa cekikikan.

"Sialan Loe Sarwan..... Awal nya loe puji kami bertiga tapi ending kata yang terakhir bikin gue enek mendengarnya." Sahut Mira sambil bibir maju kedepan kaya tutut yang berada di sawah Pak Komar.

"Maafkan lah. Hamba mu ini Tuan putri yang tercantik dan terseksi di alam khayalan." Kekeh Awan tak ada rasa bersalah sedikitpun.

"Kiara, Mira...... Kaya nya si Sarwan kesambet hantu yang ada di belakang masjid ini." Ledek Irma sahabat yang selalu mengerti Awan dan sedikit genit bila sedang berdua dengan pemuda yang bernama Awan.

"Sue......, Loe.....! Irma....,'' Nakutin gue aja. Emang pada mau kemana sih kalian bertiga? Tanya Awan kepada tiga gadis berusia lebih tua dari pemuda yang ada di hadapannya.

"Begini. Sarwan terawan awan kami bertiga emang mau kerumah loe." Mira yang menjawab.

"Hmmmmm'' Emang pada mau ngapain kerumah gue? Tanya Awan penasaran.

"Huh......." Sarwan. Loe itu lupa atau hanya pura pura atau kau sudah tua dan pikun." Kata Kiara dan Mira bersamaan.

"Woy......! Mira dan Kiara.....! Gue masih muda dodol" Sergah Awan karna emang tidak mengerti arah pembicaraan nya mau kerumah.

"Muhammad Awan Pratama yang terhormat dan terpintar di kampung ini tapi otak sedikit sedeng dan bikin kami bertiga selalu emosi bila berhadapan dengan sosok pemuda ini. Kami bertiga mau menanyakan hasil ujian mu apakah lulus dan masuk peringkat sepuluh besar." Tanya Irma dengan gaya meledek nya.

Sementara Kiara dan Mira menatap dengan mata yang tidak berkedip serta begitu tegang cemas dan jantung berdetak sangat kencang. Seolah olah melihat hantu karna pemuda yang di tanya oleh sahabatnya memasang wajah yang sangat pias dan lesuh sambil tertunduk. Menandakan harapannya sirna dan redup.

"Cepetan atuh Awan jawab bikin penasaran saja." Rengek Mira yang tidak sabaran.

"Sarwan......" Aduh jadi tidak enak hati ni." Keluh Kiara.

Awan hanya tersenyum dalam hati melihat tingkah ketiga sahabatnya saat ini. Mereka bertiga di buat kesel oleh tingkah pemuda yang bernama Muhammad Awan Pratama.

"Maap." Lirih awan dengan wajah tertunduk terlihat lesu dia sengaja di buat buat biar mereka bertiga penasaran.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!