PLAK!
PLAK!
Tamparan keras mengenai pipi mulus seorang gadis di kedua pipi kiri dan kanannya. Seperti terkena besi yang dipanaskan, rasanya begitu menyengat, panas, dan perih. Tapi hatinya lebih sakit dari tamparan yang ia dapatkan itu. Sahabatnya yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri, dengan tega menamparnya dengan begitu kuat. Bahkan orangtuanya tidak pernah mengangkat tangannya sekalipun padanya. Hatinya seperti tersayat-sayat, sangat sakit.
Gadis tersebut menegang, perlahan ia menatap datar mata lelaki itu, dan berkata "Ke-kenapa?" tanyanya lirih pada seorang lelaki yang menatapnya rendah. Sambil terduduk di lantai yang dingin, gadis itu memegang kedua pipinya.
Apa ia sedang bermimpi?
"Kenapa?" desis lelaki itu yang kini sudah beralih mengambil sejumput rambut gadis didepannya, dan menariknya dengan kuat hingga kepala gadis itu mendongak.
"Hiks, sa-sakit...." isak gadis itu pilu. Sungguh ia tak mengerti dimana letak salahnya.
"Siapa yang mengizinkanmu?!" teriak lelaki itu marah, tepat didepan wajah gadis itu. Kayla memejamkan matanya erat ketika mendengar teriakan yang menggema di ruangan kedap suara itu. Wajahnya tersapu oleh nafas pria yang hanya berjarak 1 cm itu.
"A-apa?" tanyanya terbata, sambil memegang tangan kokoh yang tengah menjambak rambutnya itu, harap-harap sahabatnya itu merasa iba dan melepaskannya. Tapi semakin ia mencoba, justru jambakannya semakin terasa erat. Kayla bisa merasakan beberapa helai rambutnya yang rontok. Kulit kepalanya terasa sangat panas.
Kayla tidak mengerti apa yang sahabatnya itu katakan. Mengizinkan, izin apa? Sungguh ia tak mengerti.
"Kau malah balik bertanya padaku?!" bentaknya murka, tangan kanannya yang terbebas ia gunakan mencengkram dagu gadis itu.
"Kau milikku Kay, apa kau merasa tidak perlu meminta izin?" tanya lelaki itu lirih, dan tetesan bening mengalir dari pelupuk matanya, "Heh! Izin ya, tentu saja aku tidak mengizinkannya! Karena Kayla cuma milik Kenzie!" teriaknya marah yang membuat Kayla tercengang. Milik Kenzie, apa lelaki itu sudah kehilangan akalnya?
"Aku bukan milik siapapun! Apalagi kau Ken! Aku hanya menganggapmu seperti seorang kakak! Dan tidak lebih!" Dengan tak kalah lantangnya gadis itu menjawab, ketika mendengar lelaki yang ia anggap kakaknya itu seenaknya mengklaim dirinya. Sungguh Kayla tidak mau kehilangan sahabatnya itu.
PLAK!
"Terserah kau menganggapku apa! Kau hanya milikku! Dan lancang sekali kau berteriak padaku!" smirk Kenzie menatap Kayla yang masih terisak.
Gadis itu semakin gemetar ketakutan dan tangisnya pun semakin menjadi saat tangan lelaki itu kembali melayangkan tamparannya. Kenzie tertawa kemudian mencengkram dagu Kayla, ia rasa dagunya akan terlepas dari tempatnya. Memberontakpun tidak ada gunanya, tenaganya kalah kuat dan rasa sakit itu sangat mendominasi.
"K-Ken kau gi-gila!" lirih Kayla lemah sambil menatap mata sahabatnya pilu. Kenapa ini terjadi?
"Aku gila?"
PLAK!
Sekali lagi ia dengan tega menampar pipi gadis yang sudah sangat lemah itu.
Lagi dan lagi.
Kayla menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Kepalanya pusing dan ia lelah menangis. Sakit dipipinya karena empat kali tamparan itu bukanlah apa-apa. Namum hatinya lebih sakit ketika menghadapi kenyataan ini, ketika mengetahui sahabatnya yang sudah ia anggap kakak, berlaku kasar seperti ini. Perlahan pandangannya kabur, samar-samar ia mendengar ucapan Ken di telingannya.
"Aku gila karenamu!" ujarnya lirih dan beralih mendekap gadisnya. Setelahnya ia tidak merasakan pergerakan dari Kayla dalam dekapannya. Ken dengan segera membopong tubuh lemah Kayla ke kasur king size. Ia lupa bahwa gadisnya memiliki fisik yang lemah. Ken kemudian beralih mengecup kening dan dan pipi gadisnya yang telah membengkak.
"Kayla, i love you so much." ucapnya melirih sambil memainkan rambut gadisnya yang telah pingsan itu. Ken beralih mengusap sisa air mata yang membasahi pipi mulus Kayla.
"Selamanya kau hanya milikku Mikayla Marcellina Meida!"
...tbc....
Fajar menyingsing menampilkan cahayanya yang kemerah-merahan di langit sebelah timur. Seperti matahari, fajar memiliki sejuta arti lainnya. Fajar dianggap sebagai awal dimana kita memulai hari. Fajar sebagai sebuah harapan agar hari ini berjalan lebih baik dari hari kemarin. Fajar sebagai lembaran baru hidup, fajar sebagai sebuah harapan baru, dan fajar semua orang selalu menantinya.
Tidak pernah ada matahari terbit yang sama atau matahari terbenam yang sama. Karena tak ada yang bisa menjamin bagaimana perasaan dan dengan siapa kita menyaksikannya kelak.
"Kayla..." Teriakan seseorang menggema didalam ruangan yang bernuansa putih. Tapi setiap inci dari kamar itu terdapat gambar kartun yang digemari semua orang. Mulai dari kartun jepang berwarna biru yang berbentuk kucing, namun dalam filmnya ia selalu disebut musang. Sebuah kartun yang menghasilkan berbagai benda ajaib. Doraemon.
Sampai sebuah spons berwarna kuning yang tinggal di rumah berbentuk nanas, dan sebuah bintang laut yang tinggal di sebuah batu. Serta sebuah gurita tanpa ekspresi yang tinggal di rumah berbentuk moai. Namun ekspresinya menggambarkan perasaan semua orang. Squidward figur kartun yang paling tidak suka diganggu dalam hari santainya dan yang paling tidak suka dengan kedua tetangganya yang sering bertingkah bodoh. Spongebob dan Patrick Star.
Dinding yang di cat putih itu dipenuhi oleh gambar animasi. Dan tentu saja yang melukisnya adalah seorang gadis cantik yang masih bergumul dalam selimutnya sendiri. Ia begitu mencintai segala jenis animasi sampai menuangkannya pada sebuah lukisan. Ia memang tidaklah pandai melukis seperti yang dipikirkan. Namun sebuah niat dan kecintaanlah yang mendorongnya.
"Ck! Apasih masih pagi buta juga." gerutu gadis itu sambil berdecak malas lalu menutup telinganya menggunakan bantal.
"Ya ampun, pagi buta katanya. Ayo bangun sayang.." ujar Nesya bunda dari seorang gadis cantik yang masih enggan membuka matanya itu. Nesya menyibak gorden sehingga mata gadis itu menyipit karna sebuah cahaya matahari menembus retinanya. Betapa tajamnya cahaya itu, sehingga orang yang menutup mata pun dapat melihatnya.
"Aduh jam berapa sih ini?" tanyanya malas sambil mengucek matanya dan melirik jam weker doraemon di atas nakas.
"What? Oh my God," Matanya terbuka sempurna ketika melihat jam yang menunjukkan pukul 6:35. Ia sudah terlambat. Dengan cepat Kayla berlari ke kamar mandi. Bundanya hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat putri bungsunya itu.
Mikayla Marcellina Meida. Gadis manis berperawakan tubuh langsing, mata coklat, dan rambut hitam legam sepunggung. Putri bungsu dari pasangan Larry Philbert Weslie dan Nesya Raihana Meida. Hidupnya terasa sempurna, terlebih ia mempunyai sahabat yang selalu ada untuknya. Ia merasa sangat bersyukur untuk itu.
Kayla dengan cepat pergi ke kamar mandi untuk menyelesaikan ritualnya. Ia tipe gadis yang tidak suka berlama-lama di kamar mandi. Bundanya hanya tersenyum melihatnya, ia pun beralih membereskan kamar anak gadisnya yang sangat berantakan.
"Loh udah selesai?" Nesya mengerutkan keningnya ketika melihat putrinya sudah keluar dari kamar mandi. Bahkan ia rasa tidak sampai 15 menit Kayla sudah selesai.
"Udah seragam aku mana bun?" ujarnya sambil tergesa-gesa, Kayla bahkan melempar handuknya sembarangan.
"Aduh jangan lempar-lempar sembarangan, anak ini. Seragamnya ya di lemari mau dimana lagi." jawab Nesya sambil mengambil handuk yang di lempar putrinya. Jika putri bungsunya ini sudah panik, maka akan lupa segalanya.
Dengan cepat Kayla membuka lemarinya dan mengambil baju seragamnya. Selesai memakai seragamnya ia dengan cepat mengambil sisir dan mengikat rambutnya cepat ala kuncir kuda.
Kayla menyambar tas nya cepat setelah selesai. Buku pelajaran hari ini sudah ia siapkan kemarin malam, jika tidak ia akan menjadi panik 3 kali lipat pagi ini. Kayla yang biasanya bersenandung ria menuruni tangga, kali ini ia bahkan melangkahi tiga anak tangga untuk cepat sampai di bawah. Kayla tersenyum manis ketika melihat punggung laki-laki yang menghangatkan hatinya. Dengan mengendap-endap ia berjalan menuju meja makan bermaksud untuk mengejutkannya. Ia berhitung dalam hati sambil berjalan.
1
2
"Apa?"
"Kenapa kau tidak terkejut?" ujar Kayla sambil mencebik kan bibirnya yang justru terlihat menggemaskan.
Laki-laki tampan itu terkekeh sambil menghampiri seorang gadis yang berusaha mengejutkannya tadi.
"Ya karna aku tidak terkejut." ujar laki-laki tampan itu sambil mengedikkan bahunya.
"Seharusnya kau terkejut saja, ya pura-pura gitu."
Laki-laki itu semakin tertawa melihat kekonyolan dari Kayla. Bagaimana orang harus terkejut secara pura-pura? Sungguh hanya gadis konyol ini saja yang bisa memikirkannya.
"Baiklah lain kali aku akan terkejut, just for you!" ujar laki-laki itu menyerah sambil mengacak rambut Kayla. Seketika pandangannya terjatuh pada gaya rambut Kayla pagi ini, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Ken! Aku sudah rapi tahu." gerutu Kayla sambil merapikan rambutnya yang sempat diacak oleh sahabatnya itu.
Ya dia adalah sahabat Kayla, lelaki yang sering ia panggil Ken.
Kenzie Giovanni Danvers seorang laki-laki tampan berperawakan tubuh tinggi. Iris matanya yang tajam mampu menghipnotis siapapun. Tapi ia tidak pernah melirik gadis manapun, kecuali seorang gadis manis di sampingnya ini.
"Sudahlah ayo kita berangkat." ujar Kenzie sambil tertawa dan melepaskan tangannya dari kepala gadis yang menurutnya sangat menggemaskan ini.
"Aku berangkat sekarang..." ujar Kayla sambil berteriak nyaring.
"Tunggu sayang, ini bekalnya." ujar Nesya sambil menyerahkan kotak bekal pada Kayla. Putrinya itu tidak sempat sarapan pagi, ya alasannya sederhana apalagi kalau bukan karena telat bangun.
"Kay berangkat ya bun. Eh ayah mana?" tanya Kayla akhirnya biasanya ayahnya itu sudah duduk di meja makan sambil membaca koran dan ditemani secangkir kopi.
"Udah berangkat tadi pagi. Sana berangkat nanti telat."
"Iya iya, dadah bunda." ujar Kayla sambil melambaikan tangan.
"Dadah sayang." Nesya ikut melambaikan tangan pada putrinya.
Didalam mobil Kayla dengan cepat membuka kotak makanannya. Bukan pertama kali ia sarapan di dalam mobil, namun hampir setiap hari. Ia memang selalu bangun terlambat dan panik tidak jelas paginya. Memang bukan tanpa alasan ia bangun telat. Namun setiap malam jika tidak ada tugas sekolah, Kayla selalu maraton film.
Pasti kalian berpikir jika ia menonton drakor seperti kebanyakan para gadis seusianya, dan menggilai personil dari EXO maupun BTS. Tapi tidak dengan gadis unik satu ini. Ia lebih memilih menonton spons kuning yang tinggal di dasar laut, dan kucing biru yang memiliki alat-alat ajaib. Jangan lupakan juga si kembar cilik dari negeri Jiran itu. Ia begitu mencintai segala jenis kartun. Dinding kamar seorang gadis yang biasanya berwarna pink dan di penuhi hello kitty, namun tidak dengannya. Dinding kamarnya berwarna putih salju dan di lapisi lukisan kartun kesukaannya.
"Kebiasaan." kekeh Kenzie yang tengah mengemudi ketika melihat Kayla memakan sarapannya dengan lahap. Kayla hanya menyengir menanggapi dan meneruskan makananya. Ia memang diwajibkan sarapan, lapar ataupun tidak. Karna Kayla memiliki fisik yang lemah, jika ia tidak mau pingsan kemudian maka ia harus sarapan.
Kenzie fokus menyetir mobilnya, sesekali ia mengumpat pelan. Bagaimana tidak? Ia sudah telat dan sekarang jalanan begitu padat. Ken melirik Kayla yang sudah selesai dengan sarapannya dan sedang meminum air dari botol sehingga kepalanya sedikit mendongak keatas. Kenzie mencengkram erat kemudinya, sehingga urat-uratnya tercetak jelas. Wajahnya merah padam. Segala pikiran buruk menghantui kepalanya sekarang. Apa ini? apa Kayla ke sekolah seperti itu, bayangan orang memandang saja membuatnya ingin mencongkel matanya.
"Kay, buka ikat rambutmu!" ujar Kenzie berusaha setenang mungkin, dengan nada bicara seperti biasa. Namun percayalah hatinya serasa terbakar sekarang.
"Ehh, kenapa memangnya?" tanya Kayla dengan nada polos. Bahkan ia tidak melihat guratan marah dari wajah sahabatnya itu.
"Buka saja kau terlihat jelek seperti itu." ujar Kenzie berusaha sesabar mungkin. Kayla yang dikatakan seperti itu mengerucutkan bibirnya sebal.
"Jelek apanya? Aku malah terlihat menggemaskan." ujar Kayla dengan pedenya sambil berkaca. Ia tidak terima dikatakan jelek seperti itu.
"Aku bilang buka, ya buka!"
Kenzie bukanlah tipikal orang sabar. Kesabarannya habis, meskipun Kayla terlihat bercanda dengannya. Namun menurutnya ini bukanlah hal yang harus di permainkan.
...tbc....
Padatnya jalan raya di pagi hari, pastilah membuat siapapun yang menginjakkan kakinya di bumi pertiwi ini mengumpat kesal. Bagaimana tidak, mereka yang hidup di dunia yang penuh rintangan ini harus mengumpulkan pundi-pundi uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya masing-masing.
Sebelum matahari menampakkan sinarnya, mereka sudah harus bangun dari mimpinya dan segera bangun mewujudkannya. Dengan Mendahului sebuah hewan berjenis unggas yang tidak bisa terbang. Namun, membangunkan sejuta umat bumi pertiwi untuk memulai sebuah awal yang baru.
Dahsyatnya pagi untuk meraih keberkahan, baik bagi pekerja maupun pelajar. Fakta maupun mitos mengatakan sebuah ungkapan, jika bangun siang maka rezeki mereka akan di patok ayam. Mereka yang memiliki semangat untuk maju, pastilah bergegas cepat ke tempat mengais rezeki. Padatnya kota akibat dari overnya pejalan kaki maupun kendaraan roda empat dan dua.
Seperti sekarang ini dua insan yang berada dalam mobil sport silver, dilanda ketegangan yang tak kunjung usai. Terlihat seorang laki-laki yang tengah duduk mengemudi sudah sangat kesal dengan keadaan yang super macet. Terlebih ia melihat pemandangan yang sangat tidak mengenakkan di hatinya. Pemandangan yang indah, namun ketidak relaan berbagi itu yang membuat hatinya serasa terbakar. Ia tidak ingin pemandangan itu dilihat orang lain, hanya matanya. Mata tajam nan kelam itu yang boleh melihatnya.
Kenzie mencengkram stir kemudi erat, sangat erat. Jika saja itu bahan yang lunak maka pasti akan berubah bentuk ataupun yang lebih parah menjadi abu. Ia berusaha mengontrol emosinya, sangat berusaha. Ketika gadis di sampingnya ini mempertanyakan perkataanya. Satu lagi yang paling ia tidak sukai selain dibantah, yaitu mempertanyakan keputusan yang telah ia buat.
Kenzie tahu Kayla gemetar dan ketakutan saat ini. Dari mereka berdua bisa bicara dan mulai bersahabat, baru kali ini ia berkata dengan dingin dan menusuk.
Laki-laki itu menghela nafas kasar, ia tidak bisa membuat Kayla takut padanya. Ia berucap sekali lagi namun tatapannya lurus ke depan ke arah jalanan yang sampai sekarang padatnya seperti jumlah penduduk. Ia tidak bisa melihat gadis kecilnya ini melihat tatapan mata bengisnya.
"Kay, aku bilang buka."
Kayla menegang dan bergetar saat mendengar nada bicara Kenzie yang menusuk pendengarannya, penuh penekanan dan tajam. Setelah lama ia bersahabat, bahkan dari mereka baru bisa bicara. Baru kali ini ia mendengar nada bicara laki-laki di sampingnya ini seperti itu.
Kayla dan laki-laki yang bernama panggilan Ken itu memanglah bersahabat dari mereka masih kecil. Ralat. Bukan untuk nama panggilan semua orang, namun hanya untuk gadis kecilnya. Hanya dari bibir mungil itulah yang bisa memanggilnya dengan panggilan Ken.
Setelah Kayla berkelana dengan lamunannya, ia kembali tersentak dengan perkataan laki-laki di sampingnya ini. Kayla menoleh melihat ke arah Kenzie yang bahkan tidak menatapnya sama sekali. Hati Kayla serasa di remas baru kali ini sahabatnya itu bicara tanpa menoleh ke arahnya. Biasanya Kenzie bahkan menatap matanya dengan pandangan teduh seraya berbicara.
"K-Ken..." ujar Kayla dengan nada terbata, ia ragu-ragu memanggil sahabatnya yang masih saja tidak melihat ke arahnya.
Kenzie yang masih saja fokus ke arah jalanan yang sudah kembali normal, tersentak dengan nada bicara dari Kayla. Itu yang ia takutkan. Pendengarannya takut mendengar ucapan yang keluar dari bibir mungil itu dengan nada yang terbata, menyiratkan akan ketakutan. Bibir yang biasanya memanggilnya dengan nada yang penuh akan keceriaan. Namun sekarang penuh dengan ketakutan, seolah-olah ia adalah orang yang menyeramkan.
Hati gadis kecilnya ini memang sensitif, namun hati setiap perempuan bukankah sama? Manusia yang bernama perempuan akan sensitif jika mendengar kata-kata yang dingin, bentakan, apalagi perlakuan yang kasar. Tapi bukankah itu menandakan sebuah hati yang tulus? Tuhan menciptakan segalanya dengan adil.
Semua orang pasti memiliki hati kecil yang pernah tersakiti, tidak terkecuali kaum adam. Namun ia tidak pernah bisa mencurahkannya seperti seorang perempuan. Karna ia diciptakan untuk sosok yang tangguh, menjadi sandaran bagi perempuan yang terluka.
Itulah salah satu penyebab, seorang laki-laki berkepribadian dingin dan kejam itu terbentuk. Disaat hatinya terluka ia tidak bisa mencurahakannya pada siapapun, terlebih jika sendirian. Ia akan dianggap lemah jika sampai meneteskan air mata. Bahkan tidak sedikit yang akan menjadi gila karna sebuah beban di hatinya. Bahkan ada yang mengatakan jika rumah sakit jiwa kebanyakan seorang laki-laki.
Kenzie mengatur nafasnya perlahan, dan mengerjapkan matanya berulang kali sebelum menatap Kayla. Pegangan tangannya pada kemudi pun mengendur perlahan. Saat ini dua insan yang masih dilanda ketegangan itu sudah sampai pada parkiran sekolah, SMA Saint Peterson. Sebuah nama yang unik, namun hingga sekarang masih menjadi sebuah misteri. Sebuah sekolah menengah atas yang sudah berdiri puluhan tahun. Namun bangunannya masih tetap kokoh dan sesekali direnovasi. Sebuah bangunan yang tidak seperti gedung sekolah biasa, namun lebih menyerupai sebuah Kastil kuno.
Selama perjalanan tadi Kenzie masih bergeming, ia kalut dengan pikirannya sendiri, bahwa gadis di sampingnya ini takut padanya. Perlahan Kenzie mengambil tangan mungil itu dan menggenggamnya lembut, sebuah tangan mungil yang pas di tangannya. Seolah itu diciptakan di khususkan untuknya. Wajah dari Kayla masih saja terlihat dilanda ketegangan.
Perlahan tangan Kenzie terulur ke wajah Kayla, membuat empunya memejam takut. Hingga Kayla merasakan rambutnya yang mulai tergerai indah. Kayla membuka matanya perlahan dan menatap mata Kenzie. Mata yang tadinya memancarkan aura mencekam, sekarang menjadi seperti biasa, lembut dan meneduhkan.
"Seorang Kay lebih cantik, jika rambutnya tergerai." ujar Kenzie menatap lembut mata Kayla.
Bukannya tersipu Kayla malah mencubit lengan Kenzie dengan keras, membuat empunya meringis. Ia bukan tipe gadis yang akan mudah tersipu malu, seperti para kaum hawa yang haus akan pujian.
"Aw, kenapa kau mencubitku?" tanya Kenzie sambil meringis pelan dengan wajah garangnya yang dibuat-buat. Tapi ringisannya tidak dibuat-buat cubitan gadis kecilnya ini memang cukup terasa menyakitkan. Tapi ia tidak masalah jika itu membuatnya senang. Sebuah cubitan luar tidak ada apa-apanya daripada cubitan hatinya, ketika Kayla takut apalagi sampai membencinya. Itu akan menjadi luka dalam yang akan sulit untuk di sembuhkan.
"Aku yang seharusnya bertanya. Kenapa itu kenapa tadi?" ujar Kayla tak kalah garangnya, ia sampai berkacak pinggang dan melotot tajam pada sahabatnya ini.
"Kau tidak terlihat garang sama sekali." ujar Kenzie sambil tertawa lepas ketika melihat wajah Kayla yang malah menggemaskan, sangat.
"Aku serius Ken, kenapa kau tadi? Marah padaku ya?" ujar Kayla sambil menatap serius ke arah Kenzie yang masih saja tertawa.
Kenzie menghentikan tawanya dan melihat wajah serius dari Kayla.
"Aku....." ujar Kenzie pelan dengan menggantungkan ucapannya sambil menatap iris coklat dari gadis kecilnya ini yang terlihat was-was.
"Apa?" ujar Kayla jantungnya berdegup kencang menanti jawaban yang keluar dari bibir laki - laki di hadapannya ini.
"Aku....." ujarnya lagi, yang membuat Kayla geram setengah mati. Tingkah laki-laki super tampan berbadan tinggi kekar ini sekarang, sudah seperti seorang gadis jatuh cinta yang malu-malu ketika mengungkapkan perasaannya.
"PRANK." ujar Ken sambil tertawa keras setelah mengucapkan kata yang membuat Kayla cengo.
"Wajahmu lucu sekali, hahahaha." Ken semakin tertawa keras, laki-laki itu bahkan sampai memegangi perutnya sendiri.
Kayla merasa dongkol sekarang, tadi perjalanan sekolah atmosfer menyeramkan menguar dalam mobil, seakan ia sedang berada di kuburan saat tengah malam. Lalu sekarang laki-laki yang mendominasi ini, tertawa terbahak-bahak seakan ada yang sedang menggelitikinya. Dengan mudahnya ia mengatakan tadi itu hanya prank? Hati kayla sudah ketar ketir tadi saat mendengar nada bicara sahabatnya yang menusuk hati juga pendengarannya.
Namun sekarang ia merasa lega bahwa tidak terjadi apa-apa. Sahabatnya itu tidak marah padanya. Kayla mengulum senyum, ia mempunyai ide sekarang.
Kenzie yang sedang tertawa, merasa lega dalam hatinya bahwa semua baik-baik saja. Tidak ada ketegangan lagi antaranya dan Kayla. Api yang ada dalam dirinya tadi teredam setelah melihat raut ketakutan Kayla. Ia tidak bisa melihat raut wajah gadis kecilnya ketakutan saat melihatnya. Kenzie juga tidak bisa melihat mata laki-laki lain melihat leher Kayla yang terekspos.
Gadis itu mengikat rambutnya dengan kuncir kuda. Sungguh awalan pagi yang membuat gejolak hatinya tersulut api. Hingga ia menemukan ide sebuah prank pada gadis kecilnya. Seperti ungkapan melempari burung dengan satu batu. Ia bisa melihat raut gemas Kayla ketika marah waktu di prank, dan juga menutupi leher jenjang gadisnya dari tatapan laki-laki lain.
Kenzie segera keluar dari mobil ketika ia menyadari bahwa Kayla sudah pergi. Seperti biasa ia telat sekarang, karna menunggu seorang gadis untuk bangun dari mimpi indahnya.
...tbc....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!